Salam sejahtera dalam kasih sayangnya TUHAN kita Yesus Kristus. Selamat mendengarkan firman TUHAN. Biarlah damai sejahtera, kasih karunia, dan bahagia senantiasa dilimpahkan TUHAN di tengah-tengah kita sekalian.
Wahyu 10: 8-1110:8.Dan suara yang telah kudengar dari langit itu, berkata pula kepadaku, katanya: "Pergilah, ambillah gulungan kitab yang terbuka di tangan malaikat, yang berdiri di atas laut dan di atas bumi itu."
10:9.Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manisseperti madu."
10:10.Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya.
10:11.Maka ia berkata kepadaku: "Engkau harus bernubuat lagi kepada banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja."Ini tentang gulungan kitab yang terbuka, yang ada di tangan malaikat, itulah Yesus Gembala Agung.
Malaikat juga menunjuk pada gembala manusia--di kitab wahyu dikatakan: '
tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus; tuliskanlah kepada malaikat jemaat Tiatira......'
Ini yang disebut dengan
firman penggembalaan; pembukaan rahasia firman yang dipercayakan kepada seorang gembala untuk menjadi makanan bagi sidang jemaat.
Di mulut terasa manis, di perut terasa pahit, artinya firman penggembalaan mengandung rasa manis dan rasa pahit.
Ini yang kita pelajari siang ini.
Pengertian pahit dan manis:
- Amsal 27: 7
27:7. Orang yang kenyang menginjak-injak madu, tetapi bagi orang yang lapar segala yang pahit dirasakan manis.
'kenyang menginjak-injak madu'= kalau kenyang, yang manis menjadi pahit.
Tetapi kalau lapar, yang pahit dirasa manis.
Pengertian pertama pahit dan manis: SIKAPdalam mendengar firman penggembalaan.
Kalau kita mendengar--makan--firman penggembalaan; firman pengajaran yang keras dengan rasa lapar--dengan suatu kebutuhan--, kita akan merasakan manisnya semanis madu sekalipun firman penggembalaan yang diulang-ulang terasa pahit bagi daging kita, sehingga kita gemar untuk mendengar firman.
Gemar atau tidak saat mendengar firman pengajaran yang keras menentukan hidup kita. Kalau kita gemar, hidup kita akan berangsur-angsur manis. Di sini kuncinya.
Biarpun sekarang hidup kita pahit, kalau sudah bisa menikmati firman; sudah gemar mendengar firman sekalipun firman itu pahit bagi daging--firman yang menegor, menunjuk dosa-dosa--, dan kita mohon pertolongan Tuhan, hidup kita akan menjadi manis.
Hidup manusia berasal dari mendengar firman. Karena itu Tuhan berkata: perhatikan caramu mendengar!
Secara jasmanipun, kalau tidak makan, akan mati.
Amsal 28: 9
28:9. Siapa memalingkan telinganya untuktidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.
Sebaliknya kalau tidak maumendengar firman--bosan, mengantuk--, doanya saja sudah menjadi kekejian, terlebih lagi, hidupnya akan ditolak Tuhan, dan hidup itu akan menjadi pahit. Bahaya! Sungguh-sungguh!
Sikap kita terhadap firman menentukan hidup kita manis atau pahit.
Tetapi kalau kita sungguh-sungguhdalam mendengar firman dan dengan suatu kebutuhan dan dengar-dengaran, doa kita akan berkenan pada Tuhan; kita menjadi rumah doa, sehingga hidup kita selalu manis.
- Wahyu 10: 9-10
10:9. Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manisseperti madu."
10:10. Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya.
Pengertian kedua pahit dan manis: dikaitkan dengan PEKERJAANfirman penggembalaan; firman pengajaran yang keras, yang menyucikan kehidupan kita.
Di sini ada dua macam penyucianoleh firman penggembalaan:
- Penyucian dari perut hati yang pahit.
Amsal 4: 23
4:23. Jagalah hatimudengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Hati menentukan hidup kita manis atau pahit.
Tadi, telinga yang menentukan hidup kita manis atau pahit--dikaitkan dengan sikap kita dalam mendengar firman.
Kalau perut hati pahit (ada kebencian), hidup pasti pahit--apa yang ada di dalam hati akan keluar.
Yang membuat perut hati pahit:
- Markus 7: 21-23
7:21. sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan(1), pencurian(2), pembunuhan(3),
7:22. perzinahan(4), keserakahan(5), kejahatan(6), kelicikan(7), hawa nafsu(8), iri hati(9), hujat(10), kesombongan(11), kebebalan(12).
7:23. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."
Yang pertama: dua belas keinginan jahat dan najis, dan kepahitan.
Pembunuhan= kebencian.
Hujat- dimulai dari dusta dan memfitnah.
Bebal= keras hati; tidak bisa ditegor dan dinasihati.
Kalau firman penggembalaan; firman pengajaran yang keras menyucikan perut hati kita dari dua belas keinginan ini, hati kita akan diisi dengan dua belas rotiyang disusun menjadi dua, enam buah sesusun (meja roti sajian)--66 buku dalam alkitab; menunjuk pada firman pengajaran yang benar--sehingga hidup kita menjadi manis.
Karena itu dengar firman dengan sungguh-sungguh supaya perut hati disucikan dan diganti dengan dua belas roti yang selalu membuat hidup kita manis.
- Ayub 10: 1
10:1. "Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.
10:2. Aku akan berkata kepada Allah: Jangan mempersalahkan aku; beritahukanlah aku, mengapa Engkau beperkara dengan aku.
Yang kedua; tadinya Ayub kaya, tetapi perut hatinya pahit karena ada kebenaran sendiri.
Ayub 32: 1-2
32:1. Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar.
32:2. Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,
Kebenaran sendiri artinya menutupi dosa dengan cara menyalahkan orang lain dan Tuhan/pengajaran benar; kebenaran di luar firman.
Dalam segala bidang, kalau tidak cocok dengan alkitab, tetap salah, jangan dilakukan, itu sama dengan kebenaran sendiri.
Hidup Ayub menjadi pahit getir karena ada kebenaran sendiri, padahal tadinya ia diberkati. Rugi! Karena itu kita harus benar-benar koreksi diri.
"Saya selalu mengatakan kepada Tuhan: 'Apa yang aku lakukan, kalau benar, buktikan dan lanjutkan, kalau salah tentang apapun, tunjukkan, aku mau mengaku.' Itu doa saya, jangan merasa benar sendiri tetapi meminta petunjuk Tuhan."
Kalau ada kebenaran sendiri, hidup yang tadinya manis akan berangsur-angsur menjadi pahit.
Ayub 42: 5-6
42:5. Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
42:6. Oleh sebab itu aku mencabut perkataankudan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."
Untunglah Ayub sadar dan mengaku, sehingga ia dipulihkan oleh Tuhan dua kali lipat.
Menghadapi apapun yang Tuhan izinkan terjadi, mungkin kita menghadapi pahit getirnya hidup seperti Ayub, maksud Tuhan nomor satu adalah supaya kita mendengar dan dengar-dengaran pada firman penggembalaan, dan kita hanya melihat Tuhanbukan yang lain, sampai kita bisa mengaku bahwa kita hanya debu tanah liat, artinya:
- Mengaku tidak layak, tetapi banyak kekurangan dan kelemahan secara jasmani dan rohani; banyak dosa. Ini harus diakui kepada Tuhan dan sesama, jika diampuni jangan berbuat dosa lagi.
Kebenaran sendiri terutama banyak terjadi dalam perkataan--'Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku'.
Cabut semua perkataan yang salah; akui kepada Tuhan dan sesama. Jika diampuni jangan berbuat dosa lagi.
- Mengaku tidak bisa apa-apa, tidak berdaya apa-apa secara jasmani untuk menghadapi apapun, sehingga kita hanya menyerah kepada Tuhan; berharap belas kasih-Nya--mata hanya memandang Dia--, dan Dia akan bertindak--dulu Ayub dipulihkan dua kali lipat: secara jasmani dan rohani. Benar-benar hidup menjadi manis.
Tadi, dosa-dosa dalam perut hati dan pikiran--dua belas keinginan jahat dan najis, dan kepahitan--disucikan.
Dua belas keinginan jahat dan najis, dan kepahitan ini yang membuat hidup kita pahit. Ada iri, benci, rugi, apalagi benci, rugi sekali. Kita membenci orang lain karena ia merugikan kita, kita dua kali rugi: secara jasmani dirugikan, yang rohani juga dirugikan, berarti hidup itu mengalami dua kali pahit.
Kemudian kebencian dalam rumah tangga, apa untungnya?
Kemudian kita dituntun pada kebenaran dari Tuhan.
Mari gunakan kebenaran Tuhan, yaitu saling mengaku dan mengampuni.
Kalau kita mendengar dan dengar-dengaran pada firman penggembalaan yang benar, kita akan dituntun pada kebenaran dari Tuhan. Inilah yang membuat hidup menjadi manis.
Kebenaran dari Tuhanyaitu kembali pada pengajaran yang benar--alkitab (ayat menerangkan ayat)--, dan saling mengaku dan mengampuni--salib.
Hasilnya: darah Yesus membasuh dosa-dosa kita, sehingga kita bisa hidup dalam kebenaran.
Kalau sudah hidup benar, hidup kita akan manis dan bahagia. Tuhan juga menjamin orang benar--'Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanyaitu akan ditambahkan kepadamu.' Istilah 'semuanya' adalah perkara yang dikuatirkan manusia: apa yang dimakan, diminum, dipakai, dan masa depan.
Mau meraih masa depan, silakan, tambah modal, silakan, tetapi kalau hidup tidak benar, jangan berharap hidup menjadi manis dan bisa menggapai segalanya.
Hidup benar, maka semua kebutuhan sampai masa depan kita akan ditambahkan oleh Tuhan lewat kurban-Nya di kayu salib--selalu surplus, tidak pernah minus; selalu berkelimpahan sampai kita mengucap syukur kepada Tuhan, bahkan sampai hidup kekal.
Mari, sikap terhadap firman menentukan manis pahitnya hidup kita.
Kemudian pekerjaan firman menyucikan perut hati yang pahit, supaya menjadi manis.
Apa yang membuat pahit? Dua belas keinginan jahat dan najis, dan kepahitan harus disucikan menjadi dua belas roti, kebenaran sendiri diganti dengan kebenaran dari Tuhan. Hidup itu akan manis dan berkelimpahan di hadapan Tuhan.
Di manapun kita berada, cari kebenaran dari Tuhan! Kalau bersekolah hanya untuk menyontek, lebih baik tidak usah sekolah, untuk apa binasa karena sekolah? Bekerja sampai korupsi, lebih baik tidak usah kerja. Menikah tetapi tidak benar, untuk apa menikah?
Kalau sudah benar, hidup akan manis--pekerjaan, sekolah, nikah, pelayanan menjadi manis. Pelayanan juga cari yang benar.
"Saya menghadapi BIMAS Kristen Jawa Timur soal Lempin-El, saya sudah dituduh duluan: Kamu harus begini, ikut sana. Saya jawab: 'Ini beda, pak.' Lalu dia berkata sesuatu dan saya jawab: 'Pak, kalau tidak benar untuk apa saya membuka Lempin-El? Tidak benar berarti saya tidak selamat, malah saya keluar uang. Untuk apa? Supaya ' terkenal? Untuk apa, pak? Kita mau menyebarkan kebenaran, pak, lewat murid-murid.' Baru orangnya sadar dan menerima permohonan saya. Untuk fellowship, kalau tidak benar, untuk apa? Hidup kita justru merosot dan pahit. Karena itu guru, mertua, dan gembala saya sangat keras kalau berbicara kepada saya: Jangan jadi kuda! Yang benar saja! Diberitahu, supaya jangan salah semua. Tuhan tolong kita semua."
- Penyucian mulutsampai semanis madu.
Wahyu 10: 10
10:10. Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya.
Apa yang disucikan?
- Jangan berdusta tetapi selalu berkata benar dan baik.
Kalau sudah berdusta, hidup itu benar-benar pahit getir. Selama kita berdusta, Tuhan tidak bisa berbuat apa-apa tetapi setan yang menghancurkan. Setan hanya memberi umpan manis sedikit tetapi nanti pahit semua.
Sebaliknya, Tuhan memberikan yang manis, kemudian lebih manis, lebih manis dan seterusnya, sampai yang termanis kita masuk perjamuan kawin Anak Domba dan kerajaan sorga yang kekal.
Kalau kita jujur, Setan tidak akan berbuat apa-apa, tetapi kita menjadi rumah doa--hidup menjadi manis.
Jujur mulai dari soal pengajaran! Gembala ini yang menentukan manis atau tidak Kalau gembala tidak jujur soal pengajaran, semuanya akan pahit.
Kalau soal Tuhan sudah jujur, kita bisa jujur dalam segala hal.
"Dulu saat saya masih remaja, ikut sana sini dengar pendeta berkhotbah, lalu ada yang bilang: Om ini netral. Saya hormat sekali karena saya pikir dia rendah hati. Sekarang saya baru tahu, yang netral ini gawat--seperti mobil, hanya gaungnya yang besar tetapi tidak jalan-jalan. Di dalam pengajaran tidak boleh netral, tetapi harus tegas memilih. Bukan kebenaran sendiri. Itulah jujur dalam pengajaran."
Kalau masih ada dusta, berarti mulut belum disucikan, sehingga hidup tetap pahit.
- Bersaksi.
Wahyu 10: 11
10:11. Maka ia berkata kepadaku: "Engkau harus bernubuatlagi kepada banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja."
- Menyembah Tuhansebagai Raja segala raja dan Mempelai Pria Sorga dengan sorak-sorai: Haleluya.
Mulut jujur, bersaksi, dan menyembah Tuhan, sama dengan kita menjadi rumah doa. Apa yang terjadi dalam hidup kita, sudah tidak bisa dipikir lagi, datang kepada Tuhan. Yang penting jujur, bersaksi, sampai menyembah Tuhan Sang Raja dengan kuasa penciptaan-Nya.
Yesaya 43: 15-16
43:15. Akulah TUHAN, Yang Mahakudus, Allahmu, Rajamu, yang menciptakanIsrael."
43:16. Beginilah firman TUHAN, yang telah membuat jalan melalui lautdan melalui air yang hebat,
Sang Raja membelah laut Kolsom--menciptakan jalan di laut--, artinya: dari tidak ada kehidupan menjadi ada kehidupan.
Sang Raja sanggup menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada untuk memelihara hidup kita di tengah kesulitan dunia sampai antikris berkuasa di bumi selama tiga setengah tahun. Kita tetap berusaha, tetapi Tuhan yang menentukan;
yang mustahil menjadi tidak mustahil; semua masalah yang mustahil bisa diselesaikan.
Inilah hasil dari mulut yang manis.
Kaum muda, mungkin sudah gagal total, masih bisa dijadikan berhasil dan indah.
Karena itu perhatikan sikap dalam mendengar firman. Kalau sikap kita benar, pekerjaan firman juga benar, yaitu menyucikan kita, maka kita tinggal menyembah Tuhan; kita menjadi rumah doa.
Kita tetap dipakai dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir, mulai di rumah tangga, penggembalaan, antar penggembalaan, sampai tubuh Kristus yang sempurna.
Kalau hati dan mulut disucikan, maka seluruh hidup juga disucikan.
Semakin dipakai hidup akan semakin manis, bukan semakin dipersulit.
Dan kalau Tuhan datang kedua kali, yang termanis, kita hanya bersorak-sorai: Haleluya--sempurna; tidak salah dalam perkataan. Kita menyambut kedatangan-Nya di awan-awan yang permai. Kita bersama Dia selamanya--yang termanis--, sampai masuk Firdaus dan Yerusalem baru selama-lamanya, tidak pernah pahit lagi.
Ada rasa pahit dan manis. Ini menunjuk pada sikap kita terhadap firman dan pekerjaan firman dalam hidup kita.
Kalau sudah benar, maka kita bisa menyembah Tuhan, dan Dia akan menolong kita semua.
Apapun keadaan kita, berseru kepada Tuhan! Dia akan menolong kita.
Periksa sikap terhadap firman! Harus sikap yang manis--gemar, dan menikmati firman.
Periksa pekerjaan firman apakah sudah sampai pada penyucian di hati dan mulut. Itu sudah menentukan semuanya.
Jangan putus asa kalau masih pahit seperti Ayub. Tuhan izinkan terjadi. Apa gunanya terus manis tetapi hancur dan binasa? Tuhan izinkan apa yang pahit datang, supaya kita mengoreksi diri. Kita mau disucikan.
Yang sudah manis, tetap mengucap syukur kepada Tuhan; tetap dalam penyucian.
Kalau tidak ada yang mau tahu, jangan marah, masih ada Yesus yang tahu keadaan kita.
Kaum muda, ada keraguan atau ketakutan? Serahkan semua kepada Dia! Jangan ada keraguan sedikitpun sekalipun mata masih melihat yang belum sesuai. Serahkan semua kepada Dia!
Tuhan memberkati.