Salam sejahtera dalam kasih sayangnya Tuhan kita Yesus Kristus. Selamat malam, selamat mendengarkan Firman Tuhan. Biarlah damai sejahtera, kasih karunia dan bahagia dari Tuhan senantiasa dilimpahkan di tengah-tengah kita sekalian.
Wahyu 2-3Dalam susunan Tabernakel, ini menunjuk pada
tujuh kali percikkan darah di depan Tabut Perjanjianyang sama dengan
tujuh suratyang ditujukan kepada tujuh sidang jemaat bangsa kafir =
penyucian terakhiryang dilakukan oleh Tuhan kepada
tujuh sidang jemaat bangsa kafirsupaya sidang jemaat bangsa kafir menjadi sempurna, tidak bercacat cela seperti Yesus.
Surat yang pertama ditujukan kepada sidang jemaat di
EFESUS(
Wahyu 2:1-7) (mulai diterangkan dari
IIbadah Raya Surabaya, 27 Juli 2014).
Wahyu 2: 4-52:4. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
2:5. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.Penyucian terakhir bagi sidang jemaat Efesus karena sidang jemaat Efesus telah
KEHILANGAN KASIH YANG MULA-MULA(kasih Allah/kasih agape lewat kurban Kristus/salib Kristus).
Malam ini, kita masih belajar tentang
akibat kehilangan kasih mula-mula (diterangkan mulai dari
Ibadah Pendalaman Alkitab Surabaya, 11 Agustus 2014).
Akibat kalau kehilangan/meninggalkan kasih mula-mula adalah
kaki dian diambil dari tempatnya=
hidup dalam kegelapan=
buta secara rohani.
Ini banyak terjadi, di mana sidang jemaat bangsa kafir banyak yang buta secara rohani.
Matius 20: 29-3420:29. Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya keluar dari Yerikho, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia.
20:30. Ada dua orang butayang duduk di pinggir jalanmendengar, bahwa Yesus lewat, lalu mereka berseru: "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!"
20:31. Tetapi orang banyak itu menegor mereka supaya mereka diam. Namun mereka makin keras berseru, katanya: "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!"
20:32. Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka. Ia berkata: "Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"
20:33. Jawab mereka: "Tuhan, supaya mata kami dapat melihat."
20:34. Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia.
Matius 20: 39-34= tentang orang yang buta.
Keadaan orang butaadalah berada di pinggir jalan (‘
Ada dua orang butayang duduk di pinggir jalan’).
Artinya: kebutaan rohani sama dengan beredar-edar (‘
jalan-jalan’),
tidak tergembala= kehidupan kristen jalanan, hamba Tuhan jalanan, pelayan Tuhan jalanan yang tidak tergembala.
Ini salah satu ciri kebutaan rohani.
Tanda kehidupan di pinggir jalan/tidak tergembala:
- Matius 13: 3-4, 19
13:3. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
13:4. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
13:19. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
'firman tentang Kerajaan Sorga'= pengajaran Tabernakel = pengajaran mempelai dalam terang tabernakel. Kerajaan Surga = tabernakel.
"Saya selalu mengatakan ‘memang ada perumpamaan, tetapi perumpamaan tentang Kerajaan Surga, bukan sembarangan, misalnya: ada orang membawa payung nanti begini, bukan seperti itu, sebab itu tidak ada kaitannya dengan surga’."
Tanda pertama kehidupan yang tidak tergembala: seperti benih yang jatuh di pinggir jalan.
Artinya:
- tidak mengertibahkan tidak mau mengerti Firman Allah, terutama Firman pengajaran mempelai dalam terang tabernakel (kabar mempelai).
Misalnya: sudah tahu sesuatu itu tidak boleh, tetapi tidak mau tahu dan jawabannya ‘masa tidak masuk surga semuanya’. Padahal ini bisa saja terjadi, satu dunia bisa tidak masuk surga semua.
- Lukas 8: 5, 12
8:5. "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis.
8:12. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percayadan diselamatkan.
Arti kedua: tidak percayapada firman pengajaran yang benar (kabar mempelai).
Kalau tidak mengerti, pasti tidak percaya.
Jika digabungkan: keadaan orang buta yaitu tidak mengerti dan tidak percaya= tidak bisa melihatcahaya injil tentang kemuliaan Kristus (Firman pengajaran mempelai dalam terang tabernakel).
Mengapa tidak mengerti dan tidak percaya?
- karena hatinya bagaikan pinggir jalan= hatinyamengembara (hatinya dimana-mana) sekalipun orangnya ada dalam ibadah= tidak konsentrasi saat mendengarkan Firman Tuhan (memikirkan hal-hal lain saat mendengarkan firman).
Saat kita menyanyi, memang tidak diganggu. Tetapi saat penaburan benih (pemberitaan Firman), barulah burung datang untuk mengganggu.
"Mungkin ada pengalaman-pengalaman saudara. Saat menyanyi, kita lupa kalau kompor sudah dimatikan atau masih hidup. Sewaktu pemberitaan firman, kita mulai teringat ‘aduh, kompor hidup atau mati’. Ini sama dengan ‘rohanimu mati atau hidup’. Jadi saat pemberitaan firman kita digoda, supaya kita tidak mengerti dan tidak percaya kepada firman."
- karena kakinyaselalu mengembara, tidak tergembala, sehingga ia mengalami kebimbangan.
Kalau hati bimbang, pasti tidak percaya.
Bimbang ini terjadi karena mendengarkan ajaran-ajaran lain. Kalau kita mendengarkan satu pengajaran (satu pokok) saja, kita tidak akan mengembara.
"Saya selalu ungkapkan ini dengan gampang saja. Kalau ada hamba Tuhan mendengar disini ‘begini’, lalu mendengar lainnya ‘begitu’, nanti saat mau kotbah menjadi bingung ‘begini-tu’. Apa itu, begini-tu? Akhirnya jemaat tidak mengerti, tidak percaya dan hanya menimbulkan kebimbangan-kebimbangan."
- 'menginjak-injak benih'= menginjak-injak Firman pengajaran yang benar= menghinaFirman pengajaran yang benar, yaitu
- bosanterhadap Firman pengajaran benar.
- merasa sudah tahu.
Kesaksian:
"Saya selalu dinasehati oleh guru saya ‘kalau membaca firman itu seperti kita tidak tahu’. Padahal Kitab Kejadian sudah dibaca berulang kali, kalau dalam bertahun-tahun itu sudah berpuluh-puluh kali. Paling tidak, dalam satu tahun sekitar 2 kali membaca perjanjian lama. Kalau perjanjian baru, setahun minimal 3 kali. Jadi kalau bertahun-tahun, itu sudah berapa puluh kali membaca Alkitab? Kalau saat membaca, kita merasa tidak tahu, disitulah Tuhan memberikan ungkapan-ungkapan. Kalau kita merasa sudah tahu, tidak akan bisa! Apalagi saat mendengarkan firman ‘o sudah tahu’, ini tidak akan terungkap, bahkan sampai tidak mengerti dan tidak percaya."
Yang benar adalah, kalau mendengar Firman, kita harus merasa seperti belum tahu supaya Tuhan memberikan pengungkapan.
- mengkritikFirman pengajaran benar karena tidak sesuai dengan keinginan/kepentingan/kehendak dagingnya. Misalnya: Firman bilang A, tetapi keinginannya bilang B, lalu berkata ‘itu terlalu dan tidak ada kasih’.
Memang Firman pengajaran yang benar (firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua) itu sakit bagi daging. Kepentingan/keinginan dagingnya dipotong semuanya. Seringkali, banyak yang tidak mampu, sehingga banyak yang mengkritik.
- mengantuksaat mendengarkan Firman.
"Sekali lagi, berapa kali saya ulang, mengantuk di rumah saat menonton televisi dan mengantuk saat mendengarkan firman, itu berbeda. Mengantuk saat menonton televisi itu karena capek, tetapi mengantuk saat mendengarkan firman itu karena roh najis. Kalau Pendetanya sudah bilang ‘ayat terakhir’, maka menjadi segar kembali (sudah tidak mengantuk lagi). Untunglah tidak Pendetanya yang mengantuk!
Saya pernah juga, dulu pada waktu mulai pertama kali doa semalam suntuk, kadang-kadang di session yang kedua saya merasa paling berat (mengantuk). Ini benar terjadi saat pertama kali belajar doa semalam suntuk, tetapi Tuhan sudah memberikan kekuatan.Kalaumengantuk saat menyembah itu sudah banyak, tetapi mengantuk saat kotbah di doa semalam suntuk, jangan-jangan itu cuma saya saja. Tuhan akan menolong kita."
Akibatnya: tidak selamat, kehilangan keselamatan (Lukas 8: 12) = binasa selama-lamanya.
Jadi, saat mendengarkan firman adalah saat yang menentukan, apakah kita selamat atau binasa.
Dan hari-hari ini, waktu pemberitaan Firman banyak dikecilkan oleh gereja Tuhan.
Kalau tergembala, kita seperti bayi yang selalu merindukan air susu ibu yang murni dan rohani(tidak pernah bosan). Tidak ada bayi yang bosan minum susu (bayinya ingin dan rindu untuk minum susu). Jangan-jangan ibunya yang bosan (sekarang banyak gembala yang tidak mau kotbah). Ini menjadi awasan bagi seorang gembala.
Jadi, sikap tergembala adalahseperti bayi yang merindukan air susu ibu yang murni dan rohani artinya sangat merindukan dan menikmati firman pengajaran yang benar dalam urapan Roh Kudus.
Murni= benar (ayat menerangkan ayat).
Rohani= dalam urapan Roh Kudus.
Firman yang murni (firman pengajaran yang benar)= Firman yang dibukakan rahasianya yaitu ayat yang satu menerangkan ayat yang lain dalam Alkitab.
Firman yang rohani = Firman yang disampaikan dalam urapan Roh Kudus (bukan ‘urakan’), yaitu
- dengan setia.
Kalau gembala tidak setia, itu bukan urapan Roh Kudus, melainkan daging.
- Diulang-ulang.
- Teratur.
"Tadi pagi dalam ibadah di Malang saya mengatakan ‘makanan bayi itu teratur, di bawah 1 tahun ada, nanti saat 1 tahun ganti lagi susunya, 2 tahun ada lagi susunya’ Susu untuk bayi tidak sembarangan. Begitulah seorang gembala."
- tertib. Didalam ketertiban tetap ada sukacita. Sukacita tetapi tertib, bukan urakan seperti di dunia ini.
Jika merindukan firman yang murni dan rohani,hasilnya: rohaninya bisa bertumbuh ke arah keselamatan sampai kesempunaan (1 Petrus 2: 2).
Ada perbedaan antara yang tergembala dan tidak tergembala. Kalau tidak tergembala, bagaikan orang buta yang tidak bisa melihat cahaya Injil (tidak mengerti dan tidak percaya), tetapi orang yang tergembala selalu merindukan dan menikmati firman sampai bertumbuh kerohaniannya ke arah kesempurnaan.
- Matius 21: 18-19
21:18. Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar.
21:19. Dekat jalanIa melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu.
‘tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja’ = hanya daunnya yang lebat.
Tanda kedua kehidupan yang tidak tergembala: bagaikan pohon ara yang ditanam di pinggir jalan, hanya berdaun lebat, tetapi tidak berbuah.
Daun pada pohon= aktifitas.
Hanya berdaun lebat dan tidak ada buahnya, artinya: aktif dalam ibadah pelayanan, tetapi tidak memuaskan Tuhan (tidak ada buah yang dimakan dan Tuhan tetap lapar). Ini sama dengan gagal total, terkutuk, kering dan binasa untuk selamanya.
Dan ini juga kurang baik, karena ‘Tuhan disuruh makan daun saja’.
Ciri pohon ara adalah kalau sudah berdaun lebat, biasanya sudah ada buah permulaannya (ada 1 buah saja). Yang Tuhan cari adalah 1 saja buah permulaan. Pohon ara ini memiliki keistimewaan: ada buah permulaan, buah pertengahan dan buah akhir.
Tetapi, mengapa sudah berdaun lebat namun tidak ada buahnya = mengapa kita sudah aktif beribadah melayani Tuhan tetapi tidak memuaskan Tuhan?
- penyebab pertama tidak memuaskan Tuhan: karena daun pohon ara dipakai Adam dan Hawa untuk menutupi ketelanjangan (menutupi dosa). Ini sama dengan kebenaran diri sendiri, yaitu
- kebenaran di luar Firman Allah. Firman bilang tidak boleh, tetapi dia bilang ‘tidak apa-apa’. Misalnya: wanita tidak boleh mengajar, tetapi dibilang ‘tidak apa-apa, itu karena begini’. Inilah kalau aktif melayani, tetapi tidak berkenan (tidak memuaskan).
- sudah berbuat dosa, tetapi tidak mau mengaku dosa, malah menutupi dosa dengan menyalahkan orang lain dan Tuhan (pengajaran benar).
Dalam Kitab Yesaya ‘kebenaran manusia itu seperti daun saja’. Kalau terkena panas, daunnya robek dan telanjang lagi.
Sebenarnya, Tuhan datang ke taman Eden memanggil Adam dan Hawa. Tetapi mereka lari bersembunyi, tidak mampu kembali kepada Tuhan, sebab ada kebenaran sendiri.
Sikap yang benar adalahsekalipun kita sudah berbuat dosa, kita harus mau menerima panggilan Tuhan lewat menyadari, menyesali dan mengaku dosa pada Tuhan dan sesama (kayu salib). Kalau diampuni, jangan berbuat dosa lagi = bertobat. Inilah buah permulaan, yaitu bertobat. Dan buah ini pasti memuaskan Tuhan dan bisa dipakai kembali. Bertobat dalam tabernakel menunjuk alat pertama di halaman itulah medzbah korban bakaran.
Saat Adam ditanya oleh Tuhan ‘Apakah kamu memakan buah yang dilarang?’ Jawabannya ‘perempuan yang Kau tempatkan disisiku, dialah yang memberikan’ = menyalahkan istri dan Tuhan. Semestinya, Adam menjawab ‘saya sadar, saya menyesal Tuhan, ampuni saya dan saya tidak akan berbuat lagi’. Inilah yang memuaskan Tuhan, sehingga bisa mendekat kepada Tuhan dan bisa dipakai lagi oleh Tuhan.
Akibatkebenaran diri sendiri: Adam dan Hawa diusir ke dunia.
Kita harus beribadah dan melayani Tuhan dengan buah pertobatan, barulah kita bisa memuaskan hati Tuhan.
Malam ini apapun kesalahan dan kekurangan kita, masih ada panggilan Tuhan.
- Yohanes 1: 48-51
1:48. Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."
1:49. Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"
1:50. Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu."
1:51. Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."
"Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara" = Natanael berteduh di bawah pohon ara.
Penyebab kedua tidak memuaskan Tuhan: Daun pohon ara hanya dipakai untuk berteduh (mendapatkan kesejukan) oleh Natanael.
Artinya: ibadah pelayanan hanya untuk mencari kepentingan diri sendiri, hanya puas dengan perkara-perkara dunia (mengenakkan daging).
Sekalipun enak bagi daging kita, tetapi belum memuaskan Tuhan.
Selama ada di bawah pohon ara (tertutup pohon ara), kita tidak bisa melihat Tuhan yang akan datang kembali kedua kali.
Kehidupan semacam ini, pasti menolak salibkarena mencari yang enak bagi daging (berteduh terus).
Kesaksian:
"Sekali lagi, mohon ampun kalau dianggap sombong. Kalau saya mau enak bagi daging (egois), kebaktian kunjungan, melanjutkan Lempin-El angkatan 26 , saya lah yang paling menolak ‘ini buat apa?’. Kalau saya mau mengenakkan daging ‘satu tahun sudah berapa Lempin-El?’, saya bisa beli mobil dan beli ini semuanya. Kunjungan dua kali sebulan, pesawatnya, hotelnya sudah berapa? Kalau mau seperti Natanael yang mengenakkan daging, ini sudah cukup, tetapi tidak pernah melihat Yesus yang akan datang kembali ke dua kali di awan-awan."
Mungkin kita sudah digembalakan (sudah diberkati), tetapi kalau puas sampai di situ saja, Yesus tidak akan puas (‘ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku’).
Sebab itu, kita harus keluar dari pohon ara, artinya: masuk dalam pembangunan tubuh Kristus.
Jangan sampai menolak salib!Ibadah yang hanya mengenakkan daging, puas dengan berkat jasmani, tidak bisa melihat langit terbuka= tidak bisa melihat pribadi Yesus secara jelas = tidak bisa melihat kedatanganNya yang kedua kali di awan-awan yang permai. Akibatnya:ketinggalan saat Yesus datang kembali kedua kali dan terkutuk seperti kambing.
Kesaksian:
"Mohon maaf kalau dianggap sombong, sejak saya masih pengerja, saya dilatih. Saya sudah pernah bersaksi, kalau Bapak Pendeta Pong Dongalemba diundang di gereja mana di derah Jawa tetapi tidak bisa memenuhi, saya lah yang diutus. Beliau berkata ‘jangan ambil kolekte’, tetapi saya tidak diberi ongkos. Sampai ke Kalimantan, ‘Pak Wi, kamu kotbah di KKR kaum muda di Kalimantan’. Ini juga tidak pernah diberi ongkos buat kamar hotel. Terserah mau mencari firman di mana, mau di kapal atau di manapun terserah. Ini dilatih supaya tidak egois dan pandangan kita hanya kepada Yesus (bukan kepada uang dan lain-lain). Pandangan hanya kepada daun ara: pandangan hanya kepada uang, sudah senang, sudah enak ada gereja dan jemaat di Malang dan Surabaya. Pandangan hanya sampai di situ saja (daun ara), ini tidak memuaskan Tuhan dan dikutuk oleh Tuhan."
Kita harus keluar dari pohon ara= harus berani terkena panas= harus mengalami salib(percikan darah= sengsara daging tanpa dosa) untuk melayani pembangunan tubuh Kristus.
"Semestinya berada di rumah, tetapi harus memberitakan firman ke sana. Harus mengeluarkan dana, nanti saat Kebaktian Persekutuan di Kartika Graha harus mengeluarkan sekian ratus juta, Kebaktian Persekutuan di Empire sudah mengeluarkan sekian ratus juta. Ini harus! Kalau ditabung-tabung bisa membeli tanah, sebab yang di Surabaya masih kontrak. Baru di Empire dan di Kartika sudah lumayan. Kalau dihitung dari tahun 2002, sekitar 10 tahun lebih, ini sudah dapat tanah dengan gerejanya. Bapak Pendeta In Juwono pernah berkata ‘nomor satu adalah pembangunan tubuh, sebab yang fisik ini akan hancur, sekalipun memang perlu/penting. Kalau Tuhan sudah menghendaki, maka harus ada, tetapi yang lebih penting yang tidak pernah hancur adalah gereja secara rohani (tubuh Kristus)’. Ini mulia untuk selama-lamanya."
Jangan takut mengalami salib! Tuhan tidak pernah menipu kita. Kalau masuk pembangunan tubuh Kristus,hasilnya: langit terbuka.
Artinya:
- ada kuasa Tuhan yang turun dari atas ke bawah, yaitu kuasa pemeliharaandan perlindunganTuhan secara ajaib (berlimpah-limpah), serta kuasa penyuciandan pembaharuansampai kita sempurna seperti Dia.
Dalam nikah rumah tanggakita disucikan, dalam penggembalaankita semakin disucikan lebih dalam lagi dan dalam persekutuan tubuh Kristus(antar penggembalaan) kita juga semakin dalam disucikan dan dibaharui sampai kita sempurna seperti Tuhan.
Kesaksian:
"Dalam Persekutuan tubuh Kristus, kalau kita tidak semakin disucikan, kita akan rugi dan saya yang nomor satu menolak. Sekarang saya sudah merasakan, jadi saya bukan hanya berkotbah untuk jemaat yang datang, tetapi saya juga di charge. Begitu saya kotbah, ini seperti baterai yang dicharge lagi. Ada orang berkata ‘kok tidak capek’, saya pulang malah semakin berkobar-kobar. Disucikan dan dibaharui itu bagaikan dicharge secara rohani. Kalau kita disucikan dan dibaharui, maka urapannya juga selalu baru dan jemaat juga mengalami hal ini."
- dari bawah ke atas: jika Yesus datang kembali kedua kali, kita akan terangkat ke awan-awan yang permai. Kita bersama Dia selama-lamanya.
Mulai sekarang, kita juga mengalami kuasa pengangkatan. Yang gagal menjadi berhasil, yang tenggelam dipulihkan.
Dan saat Tuhan datang, kita diangkat di awan-awan yang permai.
Kesaksian:
"Dalam pembangunan tubuh Kristus kita mengalami kuasa pengangkatan. Banyak hamba-hamba Tuhan yang datang dengan persoalan (gereja ditutup dan sebagainya), lalu datang ke fellowship yang benar dan terangkat. Ada yang sudah putus asa ‘saya sudah berusaha’, lalu saat datang dan saya nasehati ‘pegang firman saja, Pak gereja itu bukan hanya gedung, biarlah gedungnya diserahkan saja’. Saya juga pernah mengalaminya tetapi Bapak gembala dan guru saya mengatakan ‘serahkan saja, Pak Wi’.
Semestinya gereja kami ada dua di Malang, di jalan Ciliwung, sudah kami tempati selama 8 bulan, kemudian saat itu juga lagi membangun di jalan Simpang Borobudur. Rencana saya adalah mau dibuat dua cabang, tetapi mendadak digugat, padahal disitu SK nya saya semuanya. Ini digugat secara tidak adil, karena ada satu-tiga orang jemaat (sekeluarga) yang pindah ke gerejanya lalu bilang ‘jemaat ini butuh gembala dan harus diberikan gembala yang baru’. Bapak Pendeta Pong bilang ‘tidak usah membalas dan serahkan saja, kalau kamu mau robohkan bisa saja, tetapi buat apa, serahkan saja’.
Setelah saya serahkan, akhirnya ada beberapa keluarga pindah ke saya lagi di jalan Simpang Borobudur. Ternyata rencana Tuhan lain dan saya harus dikirim disini (di Surabaya). Kalau kita mengikuti rencana Tuhan, pasti kita berkata ‘kok bisa saya ada disini, ini tidak mungkin, kok bisa ada jemaat ini’, itulah kuasa pengangkatan dari Tuhan."
- Lukas 13: 6-9
13:6. Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.
13:7. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun angguritu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!
13:8. Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnyadan memberi pupuk kepadanya,
13:9. mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"
"Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya” = pohon ara ini sudah benar, tadi di pinggir jalan, tetapi sekarang sudah berada di kebun anggur (sudah tergembala).
'pengurus kebun anggur'= gembala. Ada Gembala Agung (Yesus) berkata ‘ini sudah tidak berbuah, tebang saja’, tetapi untung ada penunggunya (gembala manusia) yang berkata, ‘jangan Tuhan, berikanlah waktu lagi’.
Ini gunanya kalau ada dalam penggembalaan, sebab ada doa penyahutan dari gembala manusia, supaya pohon ara tidak ditebang.
Kegunaan doa penyahutan adalahuntuk menahan hukuman Tuhan dan memberi kesempatan kepada kita supaya berbuah. Kalau memang sudah tidak bisa diperbaiki, itu terserah Tuhan. Tetapi masih ada usaha dari seorang gembala manusia.
Jadi Tugas gembala adalahselain memberi makan sidang jemaat, juga menaikkan doa penyahutan.
Penyebab ketiga tidak memuaskan Tuhan: Pohon ara yang sudah ditanam di kebun anggur (tergembala), tetapi tidak berbuah. Mengapa harus dicangkul?
'aku akan mencangkul tanah sekelilingnya'= berarti akarnya yang harus diperbaiki.
Pohon ara ini sudah ada di kebun anggur, tetapi tidak berbuah, karena akarnya tidak baik, yaitu
- melayani dengan akar kejahatan, yaitu keinginan akan uang yang membuat kita:
- kikir: tidak bisa memberi.
- serakah: merampas haknya orang lain, terutama haknya Tuhan (perpuluhan dan persembahan khusus).
- akar kepahitan= iri hati, dendam dan sebagainya yang membuat gampang tersandung. Jika ada akar kepahitan, harus diperdamaian dahulu.
- akar busuk= tidak suka atau menolak Firman pengajaran. Jika menolak pedang, hidupnya tidak disucikan (tidak memuaskan Tuhan sekalipun sudah melayani).
Yesaya 5: 24
5:24. Sebab itu seperti lidah api memakan jerami, dan seperti rumput kering habis lenyap dalam nyala api, demikian akar-akar mereka akan menjadi busuk, dan kuntumnya akan beterbangan seperti abu, oleh karena mereka telah menolak pengajaran TUHAN semesta alamdan menista firman Yang Mahakudus, Allah Israel.
‘oleh karena mereka telah menolak pengajaran TUHAN semesta alam’ = menolak firman pengajaran yang benar.
"Kalau saya mengajar Lempin-El Kristus ajaib, saya bertanya seperti yang dulu pernah ditanyakan oleh guru saya dan saya hanya mencontoh saja. Dulu guru saya bertanya’ boleh fellowship?’, jawabannya ‘harus’. Jika jawabannya ‘boleh’ itu salah, yang benar adalah ‘harus fellowship tetapi dengan pengajaran yang benar’. Sebab tanpa pengajaran yang benar, itu juga akar busuk. Kalau ada pengajaran yang benar, kita tidak mau berfellowship, itu juga menimbulkan akar busuk. Ini mengerikan."
Jadi berfellowship (pembangunan tubuh Kristus) sangat menentukan. Kalau kita tidak mendukung pengajaran yang benar, kita bisa kering, bahkan busuk, pelayanan kita tidak akan maju. Demikian juga sebaliknya, jika ada pengajaran yang tidak benar, lalu kita datang (karena sungkan dan sebagainya), kita akan kering, busuk.
Sikap yang benar adalahkalau ada pengajaran yang benar, kita harus mendengar dan dengar-dengaran = taati, jangan dihina dan ditolak.
Matius 7: 21-23
7:21. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Kuyang di sorga.
7:22. Pada hari terakhir banyakorang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
7:23. Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
'dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku'= taat dengar-dengaran= puncaktahbisan, sehingga pintu Surga terbuka dan pintu di dunia pasti terbuka (tidak bisa dihalangi oleh apapu juga).
Kesaksian:
"Sebenarnya saya tidak ada pemikiran, kalau dalam fellowship, ada orang-orang dari luar negeri datang, bahkan sampai dikirim ke luar negeri, tidak ada pemikiran saya seperti ini. Sebab Bapak Pendeta Pong Dongalemba satu Minggu sebelum meninggal, saya ditumpangi tangan dan beliau berkata ‘tekunilah, persekutuanmu yang kecil-kecil’, tetapi Tuhan yang menolong semuanya."
Sebaliknya, kalau tidak taat (menolak pengajaran yang benar), sekalipun pelayanan kita dasyat, tetapi itu semua tidak dianggap/tidak diakui oleh Tuhan (‘enyahlah engkau’).
Di akhir jaman, justru banyakyang terkecoh, merasa dipakai luar biasa, tetapi diusir oleh Tuhan (dipakai oleh setan). Ini dikarenakan tidak sesuai dengan firman pengajaran (tidak taat kepada firman pengajaran).
Lebih baik, malam ini Tuhan berterus terang supaya kita bisa kembali pada Tuhan, daripada nanti Tuhan berterus terang tetapi sudah tidak ada kesempatan untuk kembali lagi.
Segala pelayanan yang tidak melakukan kehendak Tuhan (tidak sesuai dengan pengajaran yang benar), tidak akan diakui oleh Tuhan, tidak dikenal oleh Tuhan dan diusir oleh Tuhan, sebab dia adalah pembuat kejahatan. Semakin melayani, semakin berbuat jahat.
- Matius 9: 35-36
9:35. Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
9:36. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantarseperti domba yang tidak bergembala.
Tanda ketiga kehidupan yang tidak tergembala:
- lelah= letih lesu dan berbeban berat, sehingga satu waktu akan berhenti melayani.
Banyak gembala-gembala yang berhenti melayani dengan berbagai macam alasan. Banyak nikah-nikah yang berhenti di tengah jalan karena lelah, bahkan banyak terjadi perceraian, sampai kawin cerai. Inilah tandanya letih lesu, berbeban berat.
Kawin cerai sekarang sudah direstui di gereja, termasuk dalam kabar mempelai. Kita harus berhati-hati dan waspada.
- terlantar= tidak ada yang bertanggung jawab, terutama bertanggung jawab atas keselamatan jiwanya.
Dalam Matius 15: 21-28tentang perempuan Kanaan yang datang kepada Yesus ‘tolonglah aku karena anakku kerasukan setan, sangat menderita’, tetapi Yesus bilang ‘tidak patut roti untuk anak Israel diberikan kepada anjing’.
Khusus bangsa kafir, keadaan tidak tergembala, masih ditambah lagi, yaitu
- akan menjadi anjing dan babi(bukan menjadi domba).
Anjing= menjilat muntah= perkataan yang tidak benar, tidak baik, najis, dusta, fitnah dan lain-lain.
Babi= perbuatan-perbuatan najis, yaitu
- dosa makan minum = merokok, mabuk, narkoba.
"Baru masalah tentang merokok (masalah yang ringan) sudah banyak terjadi pertentangan-pertentangan. Itulah bangsa kafir. Ada pertanyaan mengapa merokok tidak boleh, karena tidak ditulis di Alkitab? (padahal ini orang rohaniawan). Lalu saya bilang ‘narkoba tidak ditulis di Alkitab, lalu mengapa tidak sekalian pakai narkoba?’ Ini bukan begitu, sebab dalam Alkitab ada yang tertulis dan ada yang tersirat, sebab itu harus dibukakan rahasianya (ayat menerangkan ayat). Kita jangan berbantah-bantah, Tuhan akan tolong kita semuanya."
- dosa kawin mengawinkan.
- selalu ada masalah yang tidak pernah selesai terutama masalah nikah dan buah nikah dan sangat menderita. Banyak penderitaan dalam masalah ekonomi dan penyakit, tetapi yang disebut ‘sangat menderita’ adalah saat menghadapi nikah dan buah nikah yang hancur = dalam keadaan hancur, busuk dan najis.
Matius 20: 30-3120:30. Ada dua orang butayang duduk di pinggir jalan mendengar, bahwa Yesus lewat, lalu mereka berseru: "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!"
20:31. Tetapi orang banyak itu menegor mereka supaya mereka diam. Namun mereka makin keras berseru, katanya: "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!"
'dua orang buta'=
suami dan istri buta.
Kalau suami istri buta rohani (tidak tergembala), maka buah nikah menjadi korban (menjadi buta dan sangat menderita).
Oleh sebab itu
suami istri harus bertanggung jawab, bukan hanya menyekolahkan anak saja, tetapi harus tergembala supaya anak cucu kita juga ikut tergembala, sehingga dipelihara, dilindungi dan diselamatkan oleh Tuhan.
Laki-laki harus duduk tergembala dahulu, maka istri dan anak juga akan tergembala.
Yohanes 10: 1110:11. Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanyabagi domba-dombanya;
Menghadapi domba yang tidak tergembala (menghadapi orang buta), maka ‘
Yesus lewat di situ’ sebagai
Gembala yang baikyang berkorban nyawa untuk menyerahkan segala-galanya bagi kita (tidak bisa kalau hanya dengan korban uang dan sebagainya).
Yesus lewat di tempat yang bagaimana?Markus 1: 1-31:1. Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.
1:2. Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: "Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu;
1:3. ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya",
ay.2 = nabi Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Yesus untuk lewat.
Sebagai Gembala yang baik, Yesus hanya bisa lewat di
jalan yang lurus.
Kalau jalan yang berkelok-kelok ('
ya, tetapi ...., tidak, namun ....'), itu adalah jalan ular. Jika Yesus ‘
Jika ya, katakan ya, jika tidak, katakan tidak’.
Jalan lurus= hati yang rata/
hati yang tulus, jujur. Dan ini hanya bisa didapaatkan
lewat baptisan air.
Saat Yesus keluar dari air setelah dibaptis, langit terbuka dan Roh Kudus dalam bentuk burung merpati turun ke atasNya.
Burung merpati= gambaran dari ketulusan hati.
Kita dilahirkan oleh ibu hanya sebagai manusia darah daging yang seringkali hatinya cenderung jahat seperti pada zaman Nuh. Hanya lewat baptisan air, maka kita lahir dari Tuhan, sehingga menghasilkan hati yang lurus, hati yang jujur.
Mengapa seringkali Tuhan tidak bisa melawat/menjamah kita dalam ibadah pelayanan dan pemberitaan Firman?Sebab hati kita masih berbelok-belok, terutama soal pengajaran, sehingga kita tidak bisa dijamah dan kehidupan itu tetap kering (sekalipun sudah doa semalam suntuk, doa dua hari dua malam, tetapi kita tetap kering).
Kesaksian:
"
Saya sudah pernah mengalami, waktu itu masih remaja sudah agak bertobat, lalu mau mencoba ikut doa malam demi masa depan, tetapi saya malah marah-marah (mengamuk). Yang lain bisa “Haleluya Yesus”, saya merasa kering sekali, tidak bisa apa-apa ‘tahu gitu, aku besok latihan bola saja’, tetapi sekarang sudah tahu. Ini karena hatinya belum lurus (belum tulus), sehingga Yesus tidak bisa lewat/menjamah kita."
Kalau hati kita lurus, disitulah Tuhan menjamah kita. Malam ini biarlah kita mendapatkan hati yang lurus.
Lukas 6: 12, 17, 196:12. Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukituntuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.
6:17. Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon.
6:18. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan.
6:19. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.
‘
tempat yang datar’ = hati yang lurus (tidak berkelak-kelok).
Hati yang lurus= tanah yang rata.
Gunung= bukit Golgota.
Di depan bukit Golgota terletak tanah yang datar (hati yang lurus).
Jadi,
hati yang rata adalah hati yang hanya berharap pada Golgota, itulah kasih dan kemurahan Tuhan (korban Kristus).
Kalau berharap yang lain (kita datang beribadah hanya untuk bertemu seseorang), itu sudah tidak tulus dan kita tidak akan pernah dijamah oleh Tuhan.
Jika kita kunjungan-kunjungan hanya berharap ini dan itu, kita berfellowship hanya untuk berharap uang/ongkos, maka kita tidak pernah dijamah oleh Tuhan. Yang dilihat oleh Tuhan adalah ‘
saya hanya bergantung/berharap pada belas kasih dan kemurahan Tuhan’.
Seperti tadi, 2 orang buta (suami istri) hanya berteriak '
Yesus, kasihanilah kami'= hanya melihat dan berharap Tuhan, tidak berharap yang lain.
Inilah penyembahan yang hanya bergantung pada belas kasih, kemurahan Tuhan=
berusaha menjamah Yesus.
Malam ini,
dengan hati tulus, kita juga berusaha menjamah Yesus. Contohnya: seperti perempuan pendarahan 12 tahun yang hanya berkata '
asal ku jamah ujung jubahNya, aku akan sembuh'.
Hasilnya: Yesus juga menjamah kita. Jika kita berusaha menjamah Tuhan, Tuhan akan menjamah kita.
Matius 20: 3420:34. Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamahmata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia.
Apapun yang kita hadapi secara jasmani dan rohani: seperti penyakit pendarahan yang tidak bisa disembuhkan, penyakit dalam rumah tangga, seperti orang buta yang tidak bisa melihat (sudah gelap) dan tidak ada masa depan, bahkan sudah hancur hidup ini, biarlah kita berusaha menjamah Yesus, bukan yang lainnya= kita berdoa menyembah dan hanya bergantung pada belas kasih Tuhan.
Hasilnya:
- segala masalah(ekonomi, penyakit dan sebagainya) sampai yang mustahil akan diselesaikan oleh Tuhan.
- Dia sanggup menjadikan semua baik, masa depan baik, berhasil dan indah pada waktuNya. Dia sebagai Gembala yang baik sudah menyerahkan nyawanya bagi kita, supaya kita baik semuanya. Kita hanya tinggal menunggu waktu Tuhan.
Sekarang, kita hanya berusaha tergembala dengan baik, menyembah Tuhan dan mendapatkan hati tulusyang hanya bergantung sepenuh pada belas kasih Tuhan. Itu saja sudah cukup! Kita jangan melihat orang, tetapi harus melihat Yesus (firman pengajaran yang benar), tinggal dalam penggembalaan yang benar, sampai bisa melihat bukit Golgota (melihat belas kasihan Tuhan).
- tangan kasih belas kasih, kemurahan Tuhan menuntun kitasampai kota Yerusalem Baru, kerajaan Surga yang kekal, tempat penggembalaan terakhir di mana tidak ada setetespun air mata.
Kalau buta, kita tidak akan bisa mengikuti perjalanan Tuhan menuju Yerusalem.
Yang penting adalah kita mau menjamah Yesus dan Dia menjamah kita, maka semuanya sudah kita dapatkan: air mata dihapuskan, adan kebahagiaan dan Tuhan akan menolong kita.
Tuhan memberkati.