Salam sejahtera dalam kasih sayangnya TUHAN kita Yesus Kristus. Selamat malam, selamat mendengarkan firman TUHAN. Biarlah damai sejahtera, kasih karunia, dan bahagia senantiasa dilimpahkan TUHAN di tengah-tengah kita sekalian.
Wahyu 9:
Dalam Tabernakel,
Wahyu 8-9 terkena pada pada
dua loh batu.
dua loh batu berisi dua hal, yaitu:
- Berisi sepuluh hukum Allah yang terdiri dari perintah dan larangan.
Perintah= sesuatu yang harus dilakukan, jika tidak, berarti berbuat dosa.
Larangan= sesuatu yang tidak boleh dilakukan, jika dilanggar, berarti berbuat dosa.
Jadi, Tuhan memberikan perintah dan larangan kepada kita, supaya kita tidak berbuat dosa, sehingga kita bisa berbahagia--kebahagiaan sorga adalah saat kita tidak berbuat dosa.
- Berisi kasih, supaya kita bisa mengasihi Tuhan lebih dari semua, dan mengasihi sesama seperti diri sendiri, sehingga kita juga berbahagia.
Jadi, Tuhan memberikan dua loh batu, supaya kita berbahagia mulai di bumi ini sampai kebahagiaan kekal di sorga.
Kejadian 2: 16-172:16.Lalu TUHAN Allah memberi perintahini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
2:17.tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlahkaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Sejak di taman Eden Tuhan sudah memberikan perintah dan larangan, supaya manusia berbahagia--mengalami kebahagiaan Firdaus.
Tetapi sayang, manusia berbuat dosa, yaitu melanggar apa yang dilarang oleh Tuhan--melakukan apa yang tidak boleh dilakukan.
Akibatnya: manusia diusir dari Firdaus dan harus dibuang ke dalam dunia, sehingga manusia kehilangan kebahagiaan Firdaus; hidup dalam suasana kutukan: letih lesu, beban berat, susah payah, dan air mata. Kalau dibiarkan, akan binasa selamanya.
Inilah akibat melanggar larangan Tuhan--melanggar satu saja larangan Tuhan sudah kehilangan suasana Firdaus, dan hanya ada suasana kutukan sampai kebinasaan selamanya.
Oleh sebab itu, di dalam dunia Tuhan masih memberikan dua loh batu kepada manusia--dulu secara jasmani kepada bangsa Israel--yang berisi perintah dan larangan -Nya, bahkan sampai sekarang di akhir zaman Dia masih memberikan dua loh batu secara rohani yang berisi
perintah, larangan, dan kasih-Nyalewat kabar mempelai--bunyi sangkakala; firman pengajaran yang lebih tajam dari pedang bermata dua.
Untuk apa Tuhan memberikan dua loh batu?- Yang pertama: Tuhan memberikan dua loh batu, supaya manusia mengalami kebahagiaan Firdausdi tengah dunia yang sudah terkutuk. Kita tinggal mengikuti perintah dan larangan Tuhan.
- Yang kedua: Tuhan memberikan dua loh batu, supaya kita bisa kembali ke Firdaus.
Inilah maksud Tuhan memberikan dua loh batu--sekarang lewat kabar mempelai; terutama dalam
penggembalaan.
Kalau ini masih ditolak, kehidupan itu akan mengalami tujuh penghukuman sangkakala dari Anak Allah, sampai binasa selamanya.
Manfaatkan bunyi sangkakala hari-hari ini! Memang keras, tetapi itulah cara Tuhan untuk memberikan suasana Firdaus dan mengembalikan kita ke Firdaus.
1 Petrus 4: 174:17.Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?
'
penghakiman'= penghukuman.
Kita seringkali sombong:
Kasihan orang dunia, nanti dihukum.Di sini jelas, penghakiman dimulai dari rumah Allah, itulah hamba/pelayan/anak Tuhan. Ini yang harus dicamkan.
Bagaimana supaya kita tidak dihukum?Kita
harus menghakimi diri sendiri, paling sedikit dalam tiga hal:
- Yang pertama: menghakimi diri sendiri mengenai dosa-dosa, mulai dari hati dan pikiran--yang merupakan gudangnya dosa--, perbuatan, dan perkataan.
Bagaimana caranya?
- Yohanes 12: 47-48
12:47.Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.
12:48.Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.
Yang pertama: menghakimi diri lewat firmanyang dikatakan oleh Yesus sendiri, itulah firman yang dibukakan rahasianya yaitu ayat yang satu menerangkan ayat yang lain dalam alkitab--firman pengajaran yang benar, yang lebih tajam dari pedang bermata dua; bunyi sangkakala yang diulang-ulang.
Firman pengajaran yang lebih tajam dari bermata dua inilah yang menusuk sangat dalam sampai hati dan pikiran; menghakimi dosa-dosa yang tersembunyi di dalam hati dan pikiran, menghakimi perbuatan dan perkataan dosa.
Dengar firman! Bunyi sangkakala, penting.
- 1 Korintus 11: 28
11:28.Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiridan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawanitu.
Yang kedua: menghakimi diri lewat perjamuan suci.
Di dalam perjamuan suci kita harus menguji diri, karena itu perjamuan suci bersamaan dengan pengajaran--meja roti sajian terdiri dari dua belas roti yang disusun menjadi dua susun, enam buah sesusun--66; menunjuk pada 66 kitab dalam alkitab, itulah pengajaran yang benar. Harus ada pengajaran yang benar, baru kita bisa makan dan minum dan perjamuan suci.
Jadi, lewat ketekunan dalam ibadah pendalaman alkitab dan perjamuan sucikita bisa menghakimi diri sendiri atas dosa-dosa dalam hati, pikiran, perbuatan, dan perkataan, sehingga kita bisa hidup suci, dan bebas dari penghukuman Tuhan.
- Jika tidak tekun dalam ibadah pendalaman alkitab dan perjamuan suci, dosa akan bertumpuk-tumpuk dan membawa pada penghukuman. Oleh karena itu masih ada yang ketiga, yaitu: Tuhan masih memberikan kesempatan satu kali lagi untuk memeriksa diri lewat hajaran.
Ibrani 12: 10-11
12:10.Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
12:11.Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
Tinggal pilih, mau tekun dalam ibadah pendalaman alkitab untuk memeriksa diri supaya hidup suci dan bebas dari penghukuman, atau menunggu hajaran. Lebih baik kita tekun dalam ibadah pendalaman alkitab. Memang capek, tetapi lebih bagus dari pada dihajar oleh Tuhan.
Kalau tidak mau tekun, masih ada kemurahan Tuhan lewat hajaran di segala bidang, supaya kita bisa memeriksa diri dan kembali pada kesucian, sehingga kita bebas dari hukuman Allah, dan hajaran selesai.
Hari-hari ini, mari kita menghakimi diri mengenai dosa-dosa dalam hati, pikiran, perbuatan, dan perkataan lewat ketekunan dalam ibadah pendalaman alkitab dan perjamuan suci, supaya kita bisa hidup suci dan bebas dari penghukuman.
- Yang kedua: menghakimi diri sendiri mengenai apa yang tidak kita lakukansementara Tuhan sudah menggerakkan hati kita atau memberi perintah kepada kitalewat firman pengajaran yang benar, bukan dari manusia.
Matius 25: 31-35, 41-42, 45-46
25:31."Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
25:32. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
25:33. dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
25:34. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
25:35. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
25:41. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
25:42. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
25:45. Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidakkamu lakukanuntuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidakmelakukannya juga untuk Aku.
25:46. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."
Jika kita maumelakukan apa yang Tuhan gerakkan dalam hati kitalewat bunyi sangkakala sekalipun tidak enak bagi daging terutama dalam hal memberi dan mengunjungi--domba--, kita akan diberkati oleh Tuhan, menjadi berkat bagi orang lain, dan kita sedang menabung di sorga sampai mewarisi kerajaan sorga yang kekal.
Tetapi jika kita tidakmelakukan apa yang digerakkan Tuhan; tidak mau memberi dan mengunjungi--kambing--, kita akan berhutangsampai hutang yang tidak terlunaskan lagi di neraka selamanya.
Memberi dan mengunjungi, penting. Ini merupakan perbuatan baik, berarti kita tidak berbuat jahat/dosa, sampai membalas kejahatan dengan kebaikan.
Artinya: kita mau memberi dan mengunjungi sesama yang merugikan kita saat dia membutuhkan. Kita akan diberkati dan menjadi berkat--di dunia terpelihara--, bahkan masih ada tabungan di sorga sampai mewarisi kerajaan sorga.
Kalau egois--tidak memberi dan mengunjungi sesama yang membutuhkan sementara digerakkan oleh Tuhan atau sementara kita melihat--kita akan berhutang sampai hutang yang tidak terlunaskan sekalipun di dalam neraka.
Kita memberi dan mengunjungi mulai di rumah tangga, ingat orang tua, anak kakak, adik. Kemudian dalam penggembalaan dan antar penggembalaan. Memang tidak enak bagi daging. Tuhan tolong kita semua.
"Kalau daging, saya tidak mau ke sana ke mari. Tetapi karena ini gerakan dari Tuhan, harus diikuti, supaya saya diberkati, menjadi berkat, bahkan menabung di sorga. Harus yakin! Kita bisa ikut serta dalam bentuk ikut serta, dana, berdoa; semua memberi dan mengunjungi, menabung di sorga, sampai mewarisi kerajaan sorga. Karena itu saya sadar sesadar-sadarnya, Pdt In Juwono dan Pdt Pong selalu mengatakan: Jangan sampai kepercayaan ini dialihkan pada orang lain. Kalau dialihkan kita akan berhutang yang tidak bisa dibayar oleh apapun."
Inilah yang harus dihakimi, yaitu menghakimi mengenai dosa lewat firman dan perjamuan suci. Mari tekun dalam ibadah pendalaman alkitab. Jangan sampai dihakimi Tuhan--dihukum. Kalau tidak mau tekun, kita akan mengalami hajaran. Lebih baik tekun dalam ibadah pendalaman alkitab supaya mengalami hajaran.
Kemudian menghakimi diri mengenai apa yang tidak kita lakukan sementara digerakkan atau diperintah Tuhan--memberi dan mengunjungi. Kalau tidak melakukan perintah Tuhan, pasti melanggar larangan Tuhan--orang yang tidak mau memberi dan mengunjungi pasti menghina dan menghambat.
- Yohanes 21: 15-17
21:15.Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Akulebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:16.Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:17. Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedihhati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Yang ketiga: menghakimi diri sendiri mengenai kasihlewat sistem penggembalaan.
Kita harus tergembala dengan benar dan baik, supaya kita mengerti tentang kasih.
Tiga kali pertanyaan Tuhan kepada Petrus menunjuk pada ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok--ruangan suci--:
- Pelita emas= ketekunan dalam ibadah raya; persekutuan dengan Allah Roh Kudus di dalam urapan dan karunia-Nya.
- Meja roti sajian= ketekunan dalam ibadah pendalaman alkitab dan perjamuan suci; persekutuan dengan Anak Allah di dalam firman pengajaran dan kurban Kristus.
- Mezbah dupa emas= ketekunan dalam ibadah doa; persekutuan dengan Allah Bapa di dalam kasih-Nya.
Di dalam penggembalaan kita bisa mengoreksi diri tentang kasih, seperti Tuhan bertanya tiga kali tentang kasih kepada Petrus--dalam bahasa aslinya--:
- Pertanyaan pertama: Yesus bertanya apakah Petrus mengasihi dengan kasih agape--kasih Allah (loh batu I)--, dan Petrus menjawab ia mengasihi dengan kasih phileo--kasih sesama (loh batu II).
- Pertanyaan kedua: Yesus bertanya apakah Petrus mengasihi dengan kasih agape--kasih Allah (loh batu I)--, dan Petrus menjawab ia mengasihi dengan kasih phileo--kasih sesama (loh batu II).
- Pertanyaan ketiga: Yesus bertanya apakah Petrus mengasihi dengan kasih phileo--kasih sesama (loh batu II)--, dan Petrus menjawab dengan sedih karena ingat ia sudah menyangkal Yesus.
Ini artinya Petrus tidak memiliki kasih--tanpa kasih agapedan kasih phileo. Inilah gunanya ketekunan dalam tiga macam ibadah--firman penggembalaan untuk mengoreksi diri sendiri tentang kasih.
Mulai dari gembala harus tergembala.
Firman penggembalaan adalah firman pengajaran yang benar, yang dipercayakan Tuhan kepada seorang gembala untuk disampaikan kepada sidang jemaat dengan setia, berkesinambungan, teratur, dan diulang-ulang--bagaikan bunyi sangkakala--sehingga menjadi makanan dan memberi kesempatan kepada sidang jemaat untuk mengoreksi diri sendiri mengenai kasih kepada Tuhan dan sesama.
Tanpa kasih= tanpa dua loh batu.
Petrus yang hebat tidak punya kasih, apalagi kita.
"Saya selalu ingat saat mau menikah. Pdt Totaijs berkata: 'Widjaja, manusia daging tidak punya kasih tetapi hawa nafsu, ambisi, emosi, dan keinginan daging.' Ini yang harus diperiksa mulai dari awal nikah, perjalanan nikah, pelayanan. Di mana memeriksanya? Lewat kandang penggembalaan. Terus terima firman yang diulang-ulang, kesempatan bagi kita untuk mengoreksi diri mengenai kasih."
Tanda pelayanan tanpa kasih:
- Sombong; merasa lebih dari orang lain; tidak mau mengakui pemakaian Tuhan terhadap orang lain; selalu mau menonjol.
"Ini sangat bahaya. Guru dan gembala saya, Pdt Pong Dongalemba (alm.) selalu berkata: 'Sekalipun pengerja yang berkhotbah, kalau dia dipakai Tuhan dalam pengajaran yang benar, dengar dan terima.' Saya ikuti dan banyak berkatnya; saya belum dapat pembukaan dari Tuhan, seringkali pengerja yang dapat. Begitu juga kalau saya membaca catatan-catatan dari Pdt van Gessel, ada kata kunci di situ--beliau yang dapat pembukaannya--, saya jadi bisa mengembangkan lagi. Jadi kita harus menghargai pemakaian Tuhan terhadap orang lain dalam segala hal."
Kakak-kakak Yusuf tidak menghargai karunia mimpi dari Yusuf, malah diejek. Ini yang salah, seringkali kita sombong.
Di dalam nikah juga harus hati-hati, isteri tidak menghargai pemakaian Tuhan terhadap suami, dan sebaliknya. Itu bukti tidak ada kasih.
- Egois; menjadi batu sandungan--seperti Petrus--sehingga menolak salib; tidak mau sengsara daging tetapi mencari yang enak bagi daging, sampai menjadi sama dengan setan--iri hati, kebencian dan sebagainya.
Matius 16: 21-23
16:21.Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
16:22. Tetapi Petrus menarik Yesus ke sampingdan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
16:23. Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandunganbagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Saat itu Yesus memberitakan tentang salib untuk menyelamatkan manusia berdosa bahkan menyempurnakan manusia, untuk kembali ke Firdaus--kasih yang besar--, tetapi Petrus menarik Yesus ke samping.
Pikiran daging hanya mau yang enak bagi daging; mengikuti Tuhan tetapi hanya mencari yang enak bagi daging, tidak mau sengsara daging bersama Tuhan, sehingga dia menjadi batu sandungan dalam pekerjaan Tuhan.
Menjadi batu sandungan= gampang tersandung/tersinggung atau jadi sandungan bagi orang lain--menghambat pekerjaan Tuhan.
Akibatnya: menjadi sama dengan iblis yang akan dibinasakan--mulai iri, kebencian tanpa alasan, menganiaya, dan membunuh.
Mari, periksa dosa-dosa, dan selesaikan! Kemudian periksa apa yang Tuhan gerakkan dalam hati kita!
Terakhir, periksa soal kasih, adakah kita melakukan semua ini karena dorongan kasih. Tanpa kasih kita hanya menjadi sama seperti setan.
Dalam kandang penggembalaan kita bisa mengoreksi diri tentang kasih, dan kita juga bisa menerima kasih terbesarlewat kurban Kristus, Gembala yang baik.
Yohanes 10: 11
10:11.Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanyabagi domba-dombanya;
Yohanes 15: 13
15:13.Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanyauntuk sahabat-sahabatnya.
Kalau tidak ada kasih, datang dalam penggembalaan, supaya kita menerima kasih. Begitu menerima kasih, Petrus bisa mengulurkan tangan dan benar-benar mau mati untuk Tuhan--tadinya Petrus sok mau mati; ia berkata kepada Tuhan: "Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!", tetapi Yesus menjawab: "Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."
Kalau kasih merosot, di dalam penggembalaan bisa meningkat kembali. Di luar rumah tangga dan penggembalaan hanya ada hujan es, hancur semua--seperti saat Tuhan menghukum Mesir.
Perhatikan penggembalaan dan rumah tangga!Anak-anak, suami, isteri, orang tua, jangan coba-coba lari dari rumah tangga dan penggembalaan, supaya jangan mengalami hujan es!
Kalau kita mulai aneh-aneh, di dalam penggembalaan bisa diingatkan sehingga kasih ditambah lagi.
Di dalam ruam tangga dan penggembalaan, di situlah hangatnya kasih.
Kapan kita bisa menerima kasih Allah yang besar?Tadi dalam penggembalaan Petrus sampai sedih--sama seperti saat ia menyangkal Tuhan tiga kali, ia juga menangis tersedu-sedu.
Jadi kapan kita menerima kasih Allah yang besar?
- Yang pertama: istilah 'sedih', artinya: kita menerima kasih Allah saat kita menangis karena dosa-dosa kita, artinya oleh dorongan firman kita sadar akan dosa, menyesali dan mengakuinya kepada Tuhan dan sesama.
Jika diampuni jangan berbuat dosa lagi.
Kalau salah tetapi tidak mengaku, malah menyalahkan orang lain atau berbuat dosa tetapi malah tertawa-tawa, itu sudah es batu--hatinya membatu--, bahkan menjadi batu kilangan. Terlalu dingin.
Menangis karena dosa, kita akan tertawa di sorga. Tertawa dalam dosa, akan menangis dalam neraka.
Amsal 28: 13
28:13.Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.
'disayangi'= menerima kasih Allah.
Buang dosa, kasih Allah akan masuk. Itulah pentingnya penggembalaan.
1 Petrus 4: 8
4:8.Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.
Kalau sudah sadar dan meninggalkan dosa--kita mengalami kasih Tuhan--, maka kita bisa saling mengasihi dengan sungguh-sungguh, bahkan mengasihi orang yang memusuhi kita. Kalau ada dosa, tidak akan bisa saling mengasihi--hanya pura-pura mengasihi.
- Yang kedua: kita mengalami kasih Allah saat kita menangis di bawah kaki Yesus; tersungkur di bawah kaki Yesus--menyembah Dia.
Yohanes 11: 31-32
11:31.Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.
11:32.Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nyadan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."
Maria dan Marta sudah mengasihi Tuhan tetapi diizinkan menghadapi masalah Lazarus mati empat hari, artinya: menghadapi kemustahilan, kehancuran, kebusukan dalam dosa sampai puncaknya dosa--mungkin pribadi kita atau anak kita--, kehancuran nikah dan buah nikah, ekonomi.
Mengapa Tuhan izinkan terjadi?Untuk ditingkatkan Tuhan supaya kita bisa tersungkur, bukan untuk menghancurkan kita.
Kalau semua berjalan baik, rata saja, kita biasa juga, tidak pernah bisa menyembah tersungkur di kaki Tuhan, apalagi kalau saat meningkat, bisa-bisa lupa Tuhan. Karena itu Dia izinkan kita di lembah supaya kita bisa tersungkur di kaki-Nya.
Ada dua sikap menghadapi masalah:
- Ayat 31= sikap orang dunia yaitu meratap--menyalahkan Tuhan dan orang lain--; tidak mengoreksi diri.
Akibatnya: tambah hancur, tinggal tulang belulang yang berserakan; hidup dalam kengerian dan kebinasaan.
- Ayat 32= sistemnya Tuhan yaitu tersungkur di bawah kaki Tuhan; menyembah Tuhan dengan hancur hati, artinya: mengaku tidak layak, banyak kesalahan dan kekurangan, mengaku tidak mampu, tidak tahu jalan keluar, tetapi hanya bergantung pada belas kasih dan kemurahan Tuhan--'Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.'--; bergantung pada kuasa Tuhan.
Semua yang kita lakukan hanya sarana, tetapi Tuhan yang menentukan dan bisa menghapus kemustahilan.
Yohanes 11: 33-36
11:33.Ketika Yesus melihat Maria menangisdan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:
11:34."Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!"
11:35.Maka menangislah Yesus.
11:36.Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!"
Kalau ada orang hancur hati, Tuhan tidak kuat. Saya saja tidak kuat kalau melihat kaum muda menangis karena ada masalah, apalagi Tuhan.
Maria menangis dan Tuhan juga menangis, artinya: Dia sedang memperhatikan kita sedalam-dalamnya; Dia memperhatikan setiap tetes air mata, mempedulikan, dan bergumul untuk kita. Jangan putus asa sekalipun mata melihat yang belum baik. Yang penting, hancur hati karena dosa--lepaskan dosa-- dan hancur hati saat menyembah. Kasih Tuhan yang besar akan dicurahkan.
Dia memperhatikan sampai membangkitkan Lazarus.
Artinya: yang mustahil menjadi tidak mustahil, yang hancur jadi baik, yang busuk menjadi harum--benar dan suci--, yang gagal menjadi berhasil, sedih menjadi bahagia.
Sampai terakhir kalau Tuhan datang kembali kita diubahkan menjadi sempurna, untuk layak menyambut kedatangan-Nya kedua kali di awan-awan yang permai. Tangisan-tangisan dalam penggembalaan karena ditusuk pedang akan diganti sorak sorai di awan-awan yang permai, sampai tidak ada setetespun air mata.
Jangan ragu-ragu menumpahkan air mata! Petrus, seorang laki-laki, hebat, dipakai Tuhan, biasanya sulit untuk menumpahkan air mata, tetapi di dalam penggembalaan ia bisa menumpahkan air mata. Jangan tidak tergembala! Kalau tidak tergembala kita akan kering; gembala saja bisa kering apalagi yang lain. Harus tergembala supaya kita terus ditusuk firman, sampai kita menjadi sedih dan bisa mengoreksi diri, sehingga kita menerima kasih Allah dan tersungkur di kaki Tuhan.
Tuhan tidak mungkin meninggalkan kita; Dia sudah mengorbankan nyawa-Nya bagi kita.
Setiap tetes air mata Dia perhatikan; Dia sudah mengerti bahasa air mata.
Di akhir zaman ini mendung dan badai gelombang yang kita hadapi dalam bentuk kebusukan, kehancuran, kemustahilan, kesedihan, air mata, dosa-dosa. Mari berseru kepada Dia! Jangan putus asa, kecewa, tetapi jangan bangga/mengandalkan sesuatu di dunia! Kita hanya berkata:
Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.Kalau Tuhan ada dengan tangan kasih-Nya, semua bisa tertolong. Dia ada di tengah kita.
Kasih dirasakan di dalam hati. Apapun keadaan kita, kalau ada kasih dan kemurahan-Nya malam ini, apa yang sudah Dia lakukan kepada Lazarus bisa Dia lakukan juga kepada kita. Yakinlah, Dia tidak meninggalkan kita; Dia memperhatikan setiap tetes air mata sedalam-dalamnya.
Perhatian keluarga terbatas, tetapi perhatian-Nya besar atas hidup kita. Ingat Yesus saja, jangan yang lain!
Perjamuan suci adalah uluran tangan kasih kemurahan Tuhan yang mampu melakukan apa saja termasuk membangkitkan apa yang sudah hancur dan busuk, bahkan menyempurnakan kita.
Tuhan memberkati.