Salam sejahtera dalam kasih sayangnya TUHAN kita Yesus Kristus. Selamat malam, selamat mendengarkan firman TUHAN. Biarlah kasih sayang, damai sejahtera dan berkat TUHAN senantiasa dilimpahkan dalam hidup kita sekalian.
Wahyu 5: 5-10 (dibaca ayat 5-7, 9)
5:5. Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: "Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itudan membuka ketujuh meterainya."
5:6. Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Dombaseperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
5:7. Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu.
5:9. Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
Siapayang layak/dapat membuka tujuh meterai dari gulungan kitab/membukakan rahasia firman? (diterangkan mulai dari
Ibadah Pendalaman Alkitab Surabaya, 09 Januari 2017)
- Ayat 5= Yesus sebagai tunas Daud dari suku Yehuda--singa dari suku Yehuda--(diterangkan mulai dari Ibadah Raya Surabaya, 15 Januari 2017).
- Ayat 6-9= Yesus sebagai Anak Domba yang tersembelih.
AD. 1. YESUS SEBAGAI TUNAS DAUD DARI SUKU YEHUDAKita sudah mempelajari Yesus sebagai singa dari suku Yehuda, yaitu pembukaan firman yang dikaitkan dengan keledai--bangsa kafir--, supaya didorong untuk digembalakan, dipakai, sampai ditunggangi Yesus. Itu kekuatan pembukaan firman yang dikaitkan dengan singa dari suku Yehuda (diterangkan pada
Ibadah Raya Surabaya, 15 Januari 2017).
Malam ini, kita membahas
Yesus sebagai tunas Daud YANG TELAH MENANG.
Matius 24: 32=> khotbah tentang akhir zaman; kedatangan Anak Manusia; perumpamaan tentang pohon ara.
24:32. Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.
Tadi kita bicara tentang Yesus sebagai
tunasDaud, di sini ada istilah '
bertunas'.
Yesus sebagai tunas Daud yang telah menang
artinya- Pembukaan rahasia firman Allah untuk menantikan kedatangan Yesuskedua kali di awan-awan yang permai.
- Pembukaan firman Allah yang dikaitkan dengan pohon arayang rantingnya melembut, untuk bisa berbuah. Ini sama dengan pembaharuan/keubahan hidup untuk bisa menyambut kedatangan Yesus kedua kali.
Malam ini
kita bicara tentang TUNAS. Tunas adalah pembaharuan atau keubahan hidup.
Ada
tiga macam pembaharuanyang dikaitkan dengan pohon ara--belajar pada pohon ara--:
- Pembaharuan nikah--dikaitkan dengan pohon ara di Taman Eden.
Di Taman Eden, daun pohon ara digunakan untuk menutupi ketelanjangan nikah Adam dan Hawa--suami-isteri.
Bagaimanaasalnya daun pohon ara bisa dipakai sebagai cawat untuk menutupi ketelanjangan nikah Adam dan Hawa?
Kejadian 2: 23-25
2:23. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
2:24. Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
2:25. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
Ayat 23= ketika Hawa diciptakan, Adam berkata: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku."
Di sini, mereka telanjang tetapi tidak malu. Itu adalah nikah yang mulia.
Jadi TUHAN menciptakan nikah yang mulia; telanjang tetapi tidak merasa malu.
Tandaatau ciri nikah yang mulia:
- Ada kesatuan(ayat 24: 'keduanya menjadi satu daging'); saling mengasihi. Ini adalah nikah yang diciptakan oleh TUHAN; nikah yang mulia.
- Nikah yang memuliakan TUHAN, tidak memilukan dan mempermalukan TUHAN, sehingga tidak dipermalukan oleh TUHAN.
- Mengalami suasana Firdaus--nikah yang mulia ditempatkan di Firdaus--; ada pemeliharaan dan kebahagiaan.
Kejadian 3: 6-7=> terjadinya daun pohon ara digunakan sebagai cawat
3:6. Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnyadan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
3:7. Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon aradan membuat cawat.
Ayat 6= Adam dan Hawa memakan buah yang dilarang TUHAN.
Setan menggoda dan merusak nikah manusiadengan dosa sehingga manusia telanjang dan malu/dipermalukan--hilang kemuliaan.
Dosa apa yang membuat nikah manusia telanjang?
- Dosa karena melanggar firman. TUHAN katakan: Semua buah pohon di taman boleh kamu makan buahnya dengan bebas kecuali satu. Tetapi yang satu itu yang dimakan. Hati-hati!
Kaum muda, jangan melanggar firman!
Syarat-syarat nikah, yaitu satu kesatuan/saling mengasihi--satu iman, satu baptisan. Harus memenuhi syarat, kalau melanggar, nikah akan telanjang dan malu. Harus sesuai dengan firman.
Dosa karena melanggar firman Allah ini sampai dengan puncaknya dosa: dosa makan minum--merokok, mabuk, narkoba--dan kawin mengawinkan--percabulan dengan berbagai ragamnya, penyimpangan seks (laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan), perselingkuhan, kawin campur, kawin cerai, kawin mengawinkan. Ini dosa-dosa yang merusak nikah karena melanggar firman.
- Berkaitan dengan pohon ara, yaitu dosa kebenaran sendiri.
Sudah telanjang, lalu membuat cawat untuk menutupi ketelanjangannya; daun ara untuk menutupi ketelanjangannya.
Jadi, kita harus hati-hati, nikah itu bisa telanjang dan malu/dipermalukan--kehilangan kemuliaan, sengsara, dalam kutukan--kalau setan menggoda dan merusak nikah lewat dosa-dosa. Dosa apa? Melanggar firman sampai puncaknya dosa, juga dosa kebenaran sendiri.
Yesaya 64: 6
64:6. Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehankami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daundan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.
(terjemahan lama)
64:6. Tetapi kami sekalian seperti seorang najis jua dan segala kebenarankami seperti sehelai kain yang larah, sebab itu kami sekalianpun luruhseperti daun dan kami dibawa oleh kejahatan kami seperti diterbangkan oleh angin.
'kain yanglarah' = kotor, tua.
'luruh'= rapuh, hancur.
Kebenaran diri sendiri sama dengan daun ara untuk menutupi ketelanjangan. Ini sama dengan daun ara yang kering, hancur dan lenyap--daun hanya bisa menutupi ketelanjangan sebentar saja, kemudian kering, hancur dan lenyap, akhirnya telanjang lagi; tidak tahan lama.
Kejadian 3: 11-13 => praktik kebenaran sendiri
3:11. Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?"
3:12. Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
3:13. Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."
Ayat 11= setelah TUHAN bertanya, seharusnya manusia menjawab: Ya TUHAN, sudah makan, kami bersalah. Tetapi karena memakai cawat dari daun pohon ara, manusia mau menutupi dosanya dengan kebenaran sendiri.
Apa jawaban manusia?
- Ayat 12: 'Perempuan yang Kautempatkandi sisiku' = TUHAN disalahkan; pengajaran disalahkan.
- Ayat 12: 'Perempuanyang Kautempatkandi sisiku'= isterinya disalahkan.
- Ayat 13: 'Ular itu yang memperdayakan aku' = ular disalahkan.
Inilah oper-oper dosa.
Jadi, praktik kebenaran sendiri--memakai cawat daun pohon ara--adalah menutupi dosa dengan cara menyalahkan orang lain, TUHAN--pengajaran yang benar--, sampai terakhir menyalahkan setan, sehingga--ini yang bahaya--kita jadi sama dengan setan, tidak bisa bertobat lagi.
Menyalahkan firman pengajaran yang benar, misalnya: sekalipun menentang firman, tetapi berkata: yang benar begini, kita harus bijaksana, kalau ini boleh, tidak apa-apa, kita harus bijaksana. Kalau firmannya tajam, dibilang: itu tidak ada kasih, itu salah, tidak ada pertimbangan.
Menyalahkan setan, misalnya: sebenarnya saya ini mau baik, tetapi setan selalu mengganggu. Terus menyalahkan setan, dan akhirnya menjadi sama dengan setan; tidak bisa bertobat lagi.
Ini seringkali terjadi.
Kalau sudah saling mengoper dosa; saling menunjuk; saling menghakimi dalam nikah--terjadi kebenaran sendiri--, maka yang ada di dalam nikah adalah setan; kalau secara pribadi suka oper-oper dosa, maka setan ada di dalam pribadi kita.
Buktinya: tidak ada kebenaran--setan adalah bapa pendusta--dan ada kebencian sampai kebencian tanpa alasan--setan adalah bapa pembunuh.
Mari, kita harus bertahan dalam nikah. Memang dalam nikah, dua harus menjadi satu, mari bertahan. Jangan saling menuduh, jangan saling menghakimi! Kalau saling menghakimi, setan yang menang; setan yang menguasai nikah; setan ada di dalam nikah.
Kejadian 3: 14, 17-19
3:14. Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
3:17. Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklahtanah karena engkau; dengan bersusah payahengkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:
3:18. semak duridan rumput duriyang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;
3:19. dengan berpeluhengkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."
Kalau setan/dosa yang ada di dalam nikah--setan berkuasa dengan dusta, kebencian dan lain-lain--, akibatnya: suasana Firdaus menjadi suasana kutukan, yaitu letih lesu, berbeban berat, air mata, penderitaan, kesusahan hati, kepedihan hati--duri-duri--, sampai debu kembali menjadi debu--tidak mengalami pembaharuan/keubahan hidup. Ini yang bahaya!
Seharusnya, manusia debu--buli-buli tanah liat--harus menjadi buli-buli emas, untuk menyambut kedatangan Yesus. Kalau dari debu tanah liat kembali jadi debu tanah liat, berarti tidak mengalami pembaharuan; tetap manusia darah daging yang berdosa dan hanya menjadi makanan ular atau setan (ayat 14: 'debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu'), berarti ia binasa untuk selamanya.
Mari, pembaharuan nomor satu adalah pembaharuan nikah.
Apa pembaharuan nikah?Jangan pakai daun ara, tetapi salib, yaitu SALING MENGAKU DAN MENGAMPUNI. Yang salah mengaku dosa pada TUHAN dan sesama (membentuk kayu salib), jika diampuni jangan berbuat dosa lagi. Yang benar mengampuni dosa suami/isteri yang bersalah dan melupakannya. Harus belajar. Jangan saling melempar kesalahan, jangan saling menuduh dan saling membalas, sebab di situ setan yang beruntung dan berkuasa sampai debu kembali menjadi debu--sama-sama hancur dan jadi makanan ular (binasa).
Mari, memakai salib. Memang, mungkin ada kesalahan atau kejatuhan dalam nikah, tetapi masih ada salib--pembaharuan nikah--yaitu saling mengaku dan saling mengampuni. Kalau sudah saling mengaku dan mengampuni, salib Yesus--darah Yesus--akan menyelesaikan segala dosa sehingga nikah kita menjadi satu--'keduanya menjadi satu daging'; nikah yang mulia.
Nikah yang mulia adalah keduanya telanjang tetapi tidak malu. Tetapi mau dirusak oleh setan. Kalau keduanya telanjang lalu saling oper-oper dosa, berarti sudah tidak ada kesatuan lagi, tetapi yang ada kebencian dan dusta.
Kalau sudah ada kebencian dan dusta, nikah tidak bisa menjadi satu sekalipun kelihatannya baik-baik. Biar ditutup-tutupi tetapi sebenarnya hatinya ada kebencian.
"Pernah saya alami di satu daerah dulu. Kalau saya lihat, dia adalah seorang yang benar-benar berjuang untuk pekerjaan TUHAN. Setiap dipindah ke daerah mana, bersama gembalanya dia buka gereja. Orang ini saya pikir baik, pelayanannya bagus (sekarang sudah meninggal orangnya), tetapi isterinya tidak pernah ikut ibadah. Kok aneh juga. Satu waktu saat malam tutup buka tahun, dia datang pada saya dan berkata: 'Saya membenci isteri saya, sudah dua puluh delapan tahun sampai sekarang.' Saya kaget, sebab ia terlihat baik--bisa disembunyikan. Hati-hati, ini tidak menjadi satu lagi. Buktinya: dia saja yang aktif beribadah, tetapi isterinya tidak mau beribadah. Padahal kalau saya bezuk, penyambutan keduanya baik sekali. Saya sebagai gembala tahu kalau orang tidak senang, tetapi ini baik sekali. Tetapi kok tidak datang ibadah? Ternyata tidak satu."
Kita hati-hati, jangan sampai setan yang mengambil keuntungan. Jangan memakai kebenaran sendiri; jangan memakai daun pohon ara untuk memperbaiki nikah, sebab akan tambah hancur. Tetapi memperbaiki nikah harus memakai salib (darah Yesus).
Jika sudah saling mengaku dan saling mengampuni, maka keduanya menjadi satu daging lagi (Efesus 5: 31).
Sebenarnya 'keduanya menjadi satu daging' sudah ditulis di litab Kejadian. Mengapa diulangi lagi di Efesus 5?Karena kesatuan itu sudah hilang. Sejak setan menyerang Adam dan Hawa, nikah itu sudah tercerai-berai. Mungkin masih satu rumah, satu tempat tidur, tetapi sudah tidak satu hati. Banyak tercerai-berai.
Karena itu dengan matinya Yesus di kayu salib, maka ayatnya dituliskan lagi dalam Efesus 5. Berarti salib inilah yang memperbaiki nikah; nikah yang tercerai-berai menjadi satu kembali.
Efesus 5: 31
5:31. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
"Sama kalau ikut ibadah kunjungan di Jakarta, temanya dalam Wahyu 21: 5: Lihatlah, Aku menjadikan semuanya baru. Dalam kitab Kejadian TUHAN sudah menciptakan semuanya baik (bumi baik, manusia baik). Mengapa ada penciptaan lagi? Karena hancur, sehingga TUHAN mau menciptakan lagi yang baru."
Begitu juga dengan nikah manusia. Nikah sudah dituliskan: menjadi satu, mengapa dituliskan lagi? Karena sudah dihancurkan oleh setan. Sebab itu Yesus rela mati di kayu salib, supaya nikah yang sudah hancur bisa disatukan kembali. Tingal mau atau tidak!
Rumus nikahatau kesatuan nikah ('keduanya menjadi satu daging') ditulis kembali sebab kurban Kristus sanggup menyatukan nikah yang sudah hancur di Taman Eden.
Rumus nikah= 1 + 1= 1 => satu suami ditambah satu isteri sama dengan satu--keduanya menjadi satu daging ('laki-lakiakan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satudaging').
Tanda tambah= salib.
Jadi yang boleh ada di antara suami dan isteri hanya salib, jangan ada daun pohon ara, uang atau lainnya, supaya nikah jangan hancur.
Tidak boleh ada orang tua, mertua dan lainnya. Bukan melupakan orang tua atau mertua, tetapi orang tua atau mertua tidak boleh mengatur; hanya salib yang boleh mengatur. Juga tidak boleh ada anak yang mengatur. Seringkali sudah ada anak, isteri lupa pada suaminya.
Hanya salib yang bisa menyatukan nikah kita!
Kalau nikah sudah menjadi satu daging lewat salib, hasilnya:
- Matius 18: 19
18:19. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakatmeminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
Kalau dua orang sepakat; suami isteri menjadi satu daging atau satu hati, suami-isteri bisa menjadi rumah doa.
Hasil pertama: menjadi rumah doa; doa dijawab oleh TUHAN dan masalah diselesaikan oleh TUHAN--kita bersuasana Firdaus. Tidak ada masalah, itulah Firdaus.
Kaum muda, perhatikan! Sekarang ini masuk nikah sama dengan masuk masalah. Jadi sungguh-sungguh! Karena itu nikah harus satu, baru bisa jadi rumah doa dan masalah terselesaikan.
Jangan saling bertahan pada kekerasan, tetapi melembut--saling mengaku dan mengampuni--, supaya menjadi rumah doa.
Masuk dalam nikah itu sudah masalah, ditambah masalah lain, kalau tidak jadi satu, mau apa? Hancur nikah itu! Tetapi Kalau menjadi satu (menjadi rumah doa), masalah apapun tidak usah dipikirkan, yang penting TUHAN menjawab doa dan selesai semua masalah. Itulah suasana Firdaus.
- Efesus 5: 32
5:32. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
Ayat 31 = kesatuan nikah; menjadi satu daging.
Hasil kedua: nikah yang menjadi satu daging akan masuk dalam kesatuan yang lebih besar, yaitu perjamuan kawin Anak Domba--antara Yesus sebagai Mempelai Pria Sorga dengan sidang jemaat sebagai mempelai wanita di awan-awan yang permai.
Inilah pembaharuan nikah, kita belajar dari pohon ara.
Yesus sebagai tunas Daud yang telah menang membukakan firman.
Artinya membukakan firman yang dikaitkan dengan kedatangan Yesus kedua kali dan pembukaan firman yang dikaitkan dengan pembaharuan--seperti pohon ara yang melembut dan berbuah. Kita dibaharui.
Apa yang dibaharui? Nikah. Jangan pakai cawat dari daun ara untuk memperbaiki nikah, tetapi pakai salib. Betul-betul ada rumah doa sampai ke perjamuan kawin Anak Domba.
- Pembaharuan keduayang dikaitkan dengan pohon ara: Pembaharuan tahbisan/ibadah pelayanan--dikaitkan dengan pohon ara yang ditanam di pinggir jalan. Berdaun lebat tetapi tidak ada satu buahpun, sehingga dikutuk oleh TUHAN.
Matius 21: 18-19
21:18. Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar.
21:19. Dekat jalan Ia melihat pohon aralalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu.
'dekat jalan'= di pinggir jalan.
Memang keistimewaan pohon ara adalah kalau sudah berdaun lebat, semestinya sudah ada buahnya. Pohon ara ini ada pelajarannya: ada buah permulaan, buah pertengahan, buah yang paling manis (terakhir). TUHAN tidak mencari buah yang lebat, tetapi hanya butuh satu buah saja untuk menahan lapar (buah permulaan), tetapi tidak ada. Akibatnya: dikutuk oleh TUHAN.
Hati-hati! Masih ingat dua rahasia besar: rahasia nikah dan rahasia ibadah (diterangkan pada Ibadah Pendalaman Alkitab Surabaya, 09 Januari 2017sampai Ibadah Doa Surabaya, 11 Januari 2017). Kalau nikah dikutuk, ibadah juga dikutuk--jadi kering. Hati-hati! Dua rahasia besar ini tidak bisa dipisahkan.
Kalau nikah kering, ibadah pelayanan juga kering.
Artinya: tidak ada kepuasan--kering rohani; bersungut-sungut, bergosip, memfitnah, sampai menghujat TUHAN.
"Saya diingatkan. Saya bertemu dengan murid sekolah minggu saya dulu. Tadi bertemu di kereta api di Medan. Saya ingat mukanya tetapi tidak ingat namanya. Dia menghampiri saya: 'Masih ingat saya? Kalau bapak kan Widjaja Hendra.' Dia murid di Petra dan murid sekolah minggu juga. Dia cerita tentang hamba TUHAN yang dipakai TUHAN--pendeta besar--lalu saya bertanya: 'Saya dengar kalau suaminya khotbah, isterinya tidak mau dengar.' Dia jawab: 'Betul pak.' Kok aneh? Tetapi orang-orang senang dengar khotbahnya. Saya tanya: 'Kamu juga dengar?': 'Iya, pak.': 'Kok aneh, isterinya saja tidak mau dengar kok kamu mau dengar. Aneh.' Tidak bisa, sebab ada dua rahasia besar (nikah dan ibadah). Tetapi dia agak malu-malu."
Karena itu kita bersyukur punya pengajaran, punya rumus. Kalau tidak punya rumus, nanti merasa hebat, ternyata nilainya 0. Kalau punya rumus, memang mungkin pelan-pelan--lama--, mungkin paling bodoh (paling terakhir), tetapi nilanya 100. Jangan buru-buru! TUHAN tolong. Lihat ayat menerangkan ayat!
"Dulu kami bersaing waktu SD. Keluar duluan hebat. Saya jawab lalu keluar duluan, tetapi dapat 2. jangan!"
Nikah dan ibadah tidak bisa dipisahkan.
"Bukan saya menghakimi, tetapi TUHAN bicara. Baru diterangkan soal rahasia ibadah dan nikah. Saya bicara dengan isteri: 'Masih ingat rahasia nikah dan ibadah? Yang tadi dia bilang, itu sudah tidak benar--isterinya tidak mau dengar, sudah tidak benar lagi.' Sekalipun ribuan orang bilang: dahsyat, luar biasa. Tetapi TUHAN bilang: Enyahlah engkau, karena tidak sesuai dengan rumus ayat alkitab. Mari, sungguh-sungguh baca ayat!"
Kalau nikah dikutuk, ibadah pelayanan juga dikutuk, artinya: tidak ada kepuasan--kering rohani--, yaitu banyak persungutan, gosip-gosip, fitnah, hujat, baik secara langsung ataupun di media social.
"Tidak usah ikut-ikut! Kalau hamba TUHAN menulis gosip-gosip, itu tandanya kering. Jangan dikuti! Kalau diikuti, tidak akan selesai dan tidak akan puas. Tidak usah diikuti yang begitu!"
Menghujat TUHAN= pengajaran benar dibilang salah, yang salah dibilang benar.
Kalau kering rohani dibiarkan, rohaninya akan mati.
Mati rohani ini agak mirip dengan mati rasa. Artinya:
- Tidak menyesal saat berbuat dosa, enjoydalam dosa sampai puncaknya dosa: 'Yang penting khotbahnya bagus, main musiknya bagus.' Sudah mati rasa. Hati-hati!
Jangan sampai mati rasa!
Kalau sudah mati rasa, tidak bisa ditolong. Kalau masih menyesal, lalu minta ampun kepada TUHAN, masih ada kesempatan. Tetapi kalau terus menerus, juga ada batasnya--seperti karet yang ditarik terus, lama-lama putus.
"Kalau enjoy dalam bosa: 'Yang penting saya khotbah dan sebagainya.' Seperti saya dulu, ada dosa, lalu mengajar sekolah minggu. Semangat, tetapi pulang langsung kering: 'Tadi aku mengajar begitu padahal aku tidak begitu.' Sampai diakui, selesai, baru semangat."
- Yang kedua: mati rasa juga berarti tidak merasa apa-apa saat tidak beribadah melayani; hanya kebiasaan (pokoknya datang ibadah, dengar lalu pulang begitu saja).
Atau sebaliknya tidak merasa salah saat tidak beribadah. Ini yang paling banyak. Tidak ada yang menangis kalau ditegor karena tidak datang beribadah. Yang ada malah ketawa. Termasuk kami hamba TUHAN, tidak ibadah, santai saja. Jemaat yang pulang sampai sore, capek-capek masih ibadah, bagaimana kalau hamba TUHANnya begitu? Sudah mati rasa.
Hati-hati! Itu pohon yang sudah kering sampai ke akar-akarnya. Kalau sudah kering sampai akarnya, berarti mati. Kalau hanya daunnya yang kering, tetapi akarnya belum, masih bisa tumbuh. Kalau TUHAN bilang: mati sampai ke akar-akarnya, berarti sudah mati rohani. Kalau kering rohani, itu masih daunnya yang kering. Tetapi kalau dibiarkan, akan mati sampai ke akar-akarnya.
Kalau berkhotbah, main musik, sudah biasa saja, tidak merasa apa-apa, mari mohon pada TUHAN, demikian juga saya. Seharusnya merasa seperti ibu Musa yang bisa menyusui Musa. Inilah patokan saya. Sebelum Musa ditemukan puteri Firaun, ibu Musa takut untuk menyusui. Tetapi begitu ibu Musa dipanggil puteri Firaun untuk menyusui Musa, saya kira dia betul-betul sukacita. Seperti itulah kita, yaitu sampai kita betul-betul melayani dengan gemar, sukacita dan tanggung jawab. Jangan sampai menjadi kebiasaan! TUHAN tolong kita.
Mengapasudah aktif dalam ibadah pelayanan--daunnya banyak--tetapi dikutuk? Bayangkan! Yang sudah aktifpun masih bisa dikutuk, apalagi yang tidak aktif. Bayangkan saja. Sungguh-sungguh!
- Yang pertama: dikutik karena tidak tergembala--ditanam di pinggir jalan--; tidak berada di Bait Allah (ruangan suci); tidak ditanam di Bait Allah; tidak tekun dalam penggembalaan--tiga mcam ibadah pokok. Ini sama dengan beredar-edar sehingga bertemu dengan singa yang ganas, bukan bertemu TUHAN.
- Yeremia 48: 10
48:10. Terkutuklahorang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedang-Nyadari penumpahan darah!
Yang kedua: dikutuk karena lalai:
- Lalaidalam ibadah pelayanan; tidak setia dalam ibadah pelayanan, sampai meninggalkan ibaah pelayanan.
- Lalai dalam penyucian('menghambat pedang-Nya dari penumpahan darah'--pedang menunjuk pada pengajaran).
Artinya:
- Tidak mau mendengar firman pengajaran yang benar; menolak firman pengajaran yang benar, yang lebih tajam dari pedang bermata dua. Kalau hamba TUHAN, tidak mau memberitakan. Sama-sama menolak firman pengajaran yang lebih tajam dari pedang bermata dua karena dianggap terlalu lama, tidak punya kasih.
Mari, sungguh-sungguh! Memang betul pedang itu tajam, tetapi di dalamnya ada belas kasih kemurahan TUHAN.
Salomo menghadapi dua orang yang memperebutkan satu anak: Ambil pedang, bagi dua saja! Kalau orang menghakimi: Jahat sekali, tidak ada kasih. Padahal di dalamnya ada belas kasih. Begitu pedang diambil, ibunya yang sesungguhnya berkata: jangan, serahkan pada dia!
Kita juga, mungkin bertengkar antara suami dan isteri, lalu pedang datang, selesai.
Biar melayani kalau tidak ada penyucian--lalai dalam penyucian--, akan dikutuk.
- Kemungkinan kedua: mendengar malah mengagungkan firman pengajaran, tetapi tidak melakukan firman pengajaran yang lebih tajam dari pedang bermata dua; tidak taat dengar-dengaran. Malah yang diperbuat yang berlawanan dengan firman. firman katakan: tidak boleh, jadi boleh; firman katakan: boleh, jadi tidak boleh.
Kalau menolak pedang atau mendengar tetapi tidak dengar-dengaran, ia tidak akan mengalami penyucian; tetap menimbun dosa-dosa, seperti Yudas Iskariot.
- Kemungkinan ketiga: mencampuradukkan pengajaran yang benar dengan yang tidak benar. Seperti Yudas Iskariot, dia datang ke sana sini; mencampuradukkan yang benar dan tidak benar, menyamaratakan. Tidak bisa disucikan!
Namanya pedang, harus tegas: benar katakan: benar, salah katakan: salah. Tidak bisa dicampuraduk atau disamaratakan. Kalau dicampuraduk, peang tidak bisa bekerja untuk menyucikan!
"Karena itu saya katakan: pengembalaan itu paling murni. Sudah tahu. Mau konsultasi soal nikah, sudah tahu kalau isteri saya satu. Kalau mau konsultasi dengan orang lain sekalipun terkenal, kita tidak tahu kalau dulu orang itu mungkin kawin cerai. Bagaimana bisa menjawab, kalau dia sendiri kawin cerai? Maafkan, seringkali kita terkecoh. Bahaya kalau tidak tergembala."
Kalau tidak tergembala, lalai betul-betul! Menimbun dosa-dosa seperti Yudas Iskariot.
Pada akhirnya, dosa-dosanya ditunjukkan tetapi sudah tidak ada pengampunan--seperti Yudas Iskariot jatuh tertelungkup, perutnya pecah; terkutuk dan binasa selamanya. Ini kelalaian.
Jadi, lalai sama dengan tidak setiadan tidak suci.
Mengapa sudah berdaun lebat--melayani--tetapi dikutuk--tidak berbuah--? Karena lalai; tidak setia dan tidak suci. Itu sama seperti ranting terlepas dari pokok anggur yang benar; tidak punya pokok anggur yang benar--tidak tergembala.
Yohanes 15: 6
15:6. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
Ranting terlepas dari pokok anggur yang benar, berarti tidak punya pokok; tidak punya gembala; tidak punya pengajaran yang benar; tidak berpegang teguh pada satu pengajaran yang benar--dia tahu, tetapi dia campur-campur--dan tidak taat pada pengajaran yang benar.
"Kami juga, kalau mengajarkan yang benar tetapi tidak melakukan, itu juga palsu."
'dikumpulkan orang'= carang kering juga ada persekutuan/kegerakan. Hati-hati! Ada kegerakan carang kering, bukan pembangunan tubuh Kristus, tetapi pembangunan tubuh Babel--tidak setia dan tidak suci. Kelihatannya dipakai, tetapi dalam persekutuan carang kering, untuk dibakar selamanya. Kita hati-hati!
Jadi, pembaharuan tahbisan atau ibadah pelayananadalah SETIA DAN SUCI. Itu saja. Jaga! Mari, saling mendoakan, saya sebagai gembala juga didoakan untuk bisa setia dan suci.
Mungkin kita ranting kecil--tidak berdaya, tidak punya modal--, tetapi kalau kita beribadah melayani TUHAN dengan suci dan setia, itu berarti kita melekat pada pokok anggur yang benar dan besar, sehingga menghasilkan buah-buah yang lebat dan manis. Suci dan setia, ini yang penting!
Hasilnya: 'Bapa-Kulah pengusahanya'= 'Bapa-Kulah pembelanya dan pemeliharanya'. Kita merasakan buah pemeliharaan TUHAN; langsung dari TUHAN.
Kesucian dan kesetiaan itulah yang harus kita kejar.
- Secara jasmani: kita dipelihara di tengah kesulitan dunia, di tengah 'kekecilan' kita, di tengah ketidakberdayaan kita. Dia yang besar, yang akan memelihara kita. Rasakan betul-betul!
"Karena itu kami sebagai hamba TUHAN mohon maaf, kami bukan tergantung pada jemaat, tetapi pada TUHAN. Jemaat juga, mungkin punya perusahaan dan sebagainya, semuanya hanya sarana, tetapi kita bergantung pada TUHAN. Kalau bergantung pada sesuatu, nanti peraturan berubah, sedikit demi sedikit akan dipersulit. Tetapi kalau bergantung pada TUHAN, siklus hidup kita tidak akan terputus."
Yang penting kita suci dan setia, kita akan berbuah. Dia tidak bisa lagi mengoreksi perkataan-Nya: 'Akulah pokok anggur yang benar, Bapa-Kulah pengusahanya.'
Berarti kalau ranting melekat pada pokok anggur yang benar, 'Bapa-Kulah pemeliharanya.' TUHAN tidak akan merubah, tetap Ia katakan: 'Bapa-Kulah pengusahanya.' Alkitab, satu iotapun tidak akan berubah. Peraturan Pemerintah bisa berubah. Kalau di dunia, terutama untuk orang Kristen, semua ditekan lewat peraturan dan sebagainya. Itu memang cara dari antikris--supaya menyembah antikris. Tetapi kalau kita suci dan setia; melekat pada pokok anggur yang benar, maka 'Bapa-Kulah pengusahanya'; Bapa yang berkuasa; kita dipelihara oleh TUHAN di tengah kesulitan dan ketidakberdayaan kita.
- Secara rohani: kita juga dipelihara oleh TUHAN, yaitu makan buah yang manis--kebahagiaan sorga; kita bersuasana Firdaus.
Inilah, kalau kita melayani dengan suci dan setia, kita seperti makan buah yang manis di Firdaus.
Mari, kalau ada kesulitan, kekeringan, periksa ranting--tergembala dengan benar dan melayani dengan suci dan setia--!. Tergembala berarti ada pokoknya, kalau tidak tergembala, tidak ada pokoknya dan harus cari makan sendiri--tidak ada 'Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.' Kalau ada pokok anggur yang benar, maka 'Akulah pokok anggur yang benar, Bapa-kulah penmeliharanya.' Tugas kita hanya melekat, tugas Bapa yang mencari. Kalau tidak punya pokok, Bapa yang diam dan kita yang beredar.
- Pembaharuan ketigayang dikaitkan dengan phon ara: pembaharuan hati--dikaitkan dengan pohon ara di akhir zaman; menjelang kedatangan Yesus kedua kali.
Pohon ara harus melembut sehingga menghasilkan buah.
Matius 24: 32
24:32. Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembutdan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat
Pada ayat di bawahnya, kedatangan TUHAN sudah di ambang pintu.
Pembaharuan nikah dan ibadah, sudah (dua rahasia besar), sekarang pembaharuan untuk pribadi kita; pembaharuan hati. Hati adalah pusat kehidupan kita.
Pembaharuan hatisama dengan MEMILIKI HATI YANG LEMBUT.
Contoh: Stefanus. Bagaimanacaranya supaya memiliki hati yang lembut? Hati bagaikan batu yang keras bisa lembut kalau digempur lewat percikan darah.
Kisah Rasul 7: 55-60
7:55. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
7:56. Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."
7:57. Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia.
7:58. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.
7:59. Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."
7:60. Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.
Ayat 55: 'Yesus berdiri'= seharusnya Yesus duduk, tetapi di sini Ia sudah berdiri.
Ayat 58= Kelembutan hati Stefanus bisa memenangkan Saulus. Ini pentingnya kelembuthan hati.
Keras jangan dilawan keras, bisa hancur. Tetapi harus dilawan dengan lembut; nanti akan dimenangkan. Saulus keras sekali--menyeret dan membunuh orang--tetapi oleh Stefanus dilawan dengan kelembutan dan akhirnya Saulus menjadi Paulus. Begitu caranya.
Ayat 60: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!"= inilah lembut. Kalau keras: TUHAN, saya tidak rela, hajar juga mereka, hancurkan mereka.
Pembaharuan hati yang keras menjadi hati yang lembut terjadi lewat percikan darah (sengsara daging karena Yesus). Bentuknya macam-macam: berpuasa, doa semalam suntuk, difitnah, tidak salah tetapi di PHK, menghadapi penyakit dan lain-lain. Tujuannya untuk melembutkan hati yang keras.
Praktik hati lembut:
- Ayat 60: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" = Stefanus yang benar, berdoa bagi orang yang merajam batu--orang yang salah dan jahat--: Ampunilah mereka. Kalau manusia daging akan marah--mau dilempari batu, sudah duluan melempar batu--, tetapi kalau hati lembut, bisa berdoa: Ampunilah mereka.
Kita belajar, bukan berarti saya sudah bisa. Kita belajar, namanya tadi: Tariklah pelajarandari pohon ara.
Kita belajar terus (tidak lulus-lulus), lulusnya nanti saat Yesus datang. Kalau bisa terangkat saat Yesus datang baru lulus.
"Saya belajar juga. Kalau bisa, saya senang. Tetapi juga bisa salah lagi."
Praktik pertamahati yang lembut: kemampuan untuk mengampuni dosa orang lain dan melupakannya. Bukan menuduh dan sebagainya.
- Praktik keduahati yang lembut= ayat 59: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."= kemampuan untuk berdoa menyembah TUHANdi manapun, kapanpun, situasi kondisi apapun, sampai dalam penderitaan tidak menghujat atau tidak menyangkal TUHAN.
Petrus hampir sengsara; hanya takut ditangkap, ia menyangkal TUHAN.
"Saya selalu ingat kesaksian pdt Pong Dongalemba (alm.). Ada seorang hamba TUHAN sepenuh, dia sakit dan saat mau meninggal dia tidak percaya Yesus. Karena itu kita saling mendoakan. Karena saya dulu masuk Lempin-El baru tidak makan dan tidak minum sudah mau lari. Tetapi untunglah akhrinya bisa menyembah. Mohon hati yang lembut!"
Inilah hati yang lembut: kemampuan untuk mengampuni sejahat apapun orang itu--kalau bisa mengampuni, berarti bisa mengaku dosa juga--, dan kemampuan untuk menyembah TUHAN.
Saulus jahat, ia menyetujui semua, tetpai Stefanus berdoa: Ampunilah dia. Akhirnya Saulus menjadi Paulus.
Di balik percikan darah ada sinar kemuliaan TUHAN; ada keubahan, dan kena juga pada Saulus (Saulus menjadi Paulus).
HATI LEMBUT BERARTI LIDAH LEMBUT--bisa menyembah, bukan mengata-ngatai TUHAN dan menyalahkan sesama; dalam penderitaan menyembah pada TUHAN. Praktik malam ini! TUHAN akan tolong kita semua.
Lidah lembut itu bagaikan pohon kehidupan (kitab Amsal), bukan menyalahkan orang dan TUHAN, tetapi bisa mengucap syukur dan menyembah TUHAN. Dalam pelajaran Wahyu 4, mengucap syukur dulu, baru menyembah TUHAN--ucapan syukur sudah mencapai puncaknya, baru bisa menyembah.
Hasilnya: Kisah Rasul 7: 55-56
7:55. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
7:56. Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbukadan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."
Kalau hati lembut, itu sama dengan membuka langit('melihat langit terbuka'). Ini hasilnya. Kalau langit tertutup, seperti ada tembaganya, betul-betul tidak bisa dibayangkan. Tetapi kalau langit terbuka tidak bisa juga dibayangkan, apa yang tidak bisa dilakukan oleh TUHAN.
Langit terbuka atau tertutup--pintu tertutup atau terbuka--tergantung pada hati. Kalau hati lembut--bisa mengampuni dan mengaku dosa, dan bisa mengucap syukur sampai bisa menyembah TUHAN--maka langit terbuka dan Yesus berdiridi sebelah kanan takhta Allah Bapa--Yesus tidak duduk lagi, tetapi berdiri. Yesus berdiri berarti sudah siap; sudah waktunya.
Yesus berdiri di sebelah kanan takhta Allah Bapa, artinya
- Yesus menghargai/menghormati kita--'Siapa melayani, dia akan dihormati oleh Bapa.'
Yesus menghargai, menghormati dan memberkati kita, karena nikah, ibadah pelayanan dan pribadi kita berkenan kepada-Nya.
Hamba TUHAN, pelayan TUHAN, tidak usah cari hormat! Kalau nikah, ibadah pelayanan dan pribadi (hati) berkenan pada TUHAN, Dia akan menghargai, menghormati dan memberkati kita.
Kalau berkenan (hati lembut), SUDAH WAKTUNYA KITA DIPAKAIdalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir.
Matius 21: 4-5
21:4. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi:
21:5. "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembutdan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda."
Kalau hati melembut, kita (keledai--banga kafir--) ditunggangi oleh Yesus ke Yerusalem--dipakai dalam kegerakan pembangunan tubuh Kristus yang sempurna. Jangan melawan! Dia berdiri berarti sudah waktunya kita dipakai.
Kalau masih keras, nanti bisa sombong kalau dipakai dan jatuh.
Melembut dulu! Kaum muda, kalau mau dipakai harus melembut dulu. Kalau masih keras, belum dipakai--seperti saya dulu 10 tahun berkeras--, setelah melembut, sudah waktunya dipakai TUHAN. Semuanya saling mendukung, melembut semua!
Semakin melembut, semakin dipakai TUHAN.
- Yang kedua: Yesus berdiri artinya sudah waktunya Yesus Imam Besar--kepala imam-imam--melayani kita--memperhatikan-mempedulikan kita.
Mungkin kita sekian lama merasa TUHAN melupakan kita--seperti Sion. Tetapi TUHAN jawab: ibu kandung bisa melupakan bayinya, tetapi Aku tidak pernah melupakan kamu.
Kalau sudah melembut, sudah waktunya TUHAN melayani kita; memperhatikan, mempedulikan dan bergumul untuk kita semua.
Ibrani 4: 14-16
4:14. Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
4:15. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
4:16. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
Sudah waktunya TUHAN melayani kita:
- Ayat 15= SUDAH WAKTUNYA YESUS MERASAKAN KELEMAHAN-KELEMAHAN KITA--istilah Pdt In Juwono 'menyedot'--; Dia merasakan segala letih lesu dan beban berat kita.
Mungkin kita masih merasa: Kok begini? Tetapi malam ini, kalau kita mau melembut, Dia menyedot/menyerap segala kelemahan kita, bukan kehebatan kita.
Kalau dunia (perusahaan), menyedot kehebatan kita.
Semua letih lesu dan beban berat disedot oleh TUHAN sampai kita merasa damai sejahtera, semua enak dan ringan.
Sudah cukup!
Sudah terlalu lama kita di dalam firman pengajaran/pembukaan firman, tetapi masih letih lesu dan berbeban berat. Mari melembut! Malam ini, sudah waktunya TUHAN berdiri untuk menolong kita dan waktunya kita melembut.
- Ayat 16= SUDAH WAKTUNYA YESUS IMAM BESAR MENOLONG KITAuntuk menyelesaikan semua masalah yang mustahil.
Mari, baharui nikah, pelayanan sampai pribadi melembut! Sudah waktunya TUHAN, tidak mungkin Dia menipu kita. Yang penting nikah kita dibaharui--saling mengaku dan mengampuni; menjadi nikah yang satu--, ibadah pelayanan dibaharui--suci dan setia--, dan hati melembut. Malam ini Dia berdiri; sudah waktunya Dia menolong--menyelesaikan semua masalah kita sampai selesai.
- Matius 24: 33
24:33. Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.
Yang ketiga: Yesus berdiri artinya SUDAH WAKTUNYA YESUS DATANG KEDUA KALI--Dia berdiri berarti Dia sudah siap untuk datang kembali.
Jika sudah waktunya Yesus datang kedua kali, kita akan diubahkan menjadi sempurna seperti Dia; sama mulia seperti Dia; tidak salah dalam perkataan lagi. Hati lembut, lidah lembut sampai tidak salah dalam perkataan, kita bersorak-sorai 'Haleluya' untuk menyambut kedatangan-Nya kedua kali di awan-awan yang permai, sampai kita duduk di takhta sorga bersama Dia selamanya.
Dia sudah berdiri, lalu turun untuk mengangkat kita sampai di takhta. Setelah itu kita duduk bersanding di takhta sorga bersama dengan Dia selama-lamanya.
Dari gulungan kitab--Dia duduk di takhta--, sekarang Dia berikan kepada kita lewat pembukaan firman--Dia sebagai tunas Daud. Apa yang Dia kehendaki? Pembaharuan.
Nikah dibaharui, ibadah pelayanan dibaharui, dan hati dibaharui. Setelah itu kita diangkat dan duduk bersanding bersama Dia selama-lamanya.
Sudah waktu-Nya; TUHAN memperhatikan, mempedulikan dan bergumul bagi kita. Di kayu salib Dia berseru: Sudah selesai! TUHAN tolong kita. Serahkan semua pada TUHAN.
"
Hari-hari ini saya merasakan perhatian TUHAN. Mungkin tidak ada yang tahu, tetapi Dia tahu."
Dia menyedot semua kelemahan dan kegagalan kita, supaya kita mengalami damai sejahtera, semua berhasil dan indah. TUHAN tolong semua.
Kaum muda, TUHAN mengerti masa depan kita dan lain-lain, serahkan pada Dia!
Perjamuan suci adalah bukti sudah waktunya Dia memperhatikan, mempedulikan dan bergumul untuk kita. Dia menghormati dan memberkait ktia. Sudah waktunya Dia membahagiakan, membuat damai, enak dan ringan, berhasil dan indah. Sudah waktunya! Serahkan semua pada Dia! Sudah waktunya ktia dipakai. Jangan tunda-tunda! Menyerah dan melembut di hadapan TUHAN! Kita merasa tidak mampu dan tidak bisa apa-apa lagi, kita menyerahkan semua pada TUHAN. Yang sudah berhasil jangan sombong, tetapi serahkan kembali pada TUHAN! Semua karena Dia, ucapkan syukur kepada Dia, jangan Dia lepaskan kita!
Sudah cukup semua duri-duri yang pedih, gagal dan lain-lain. Sudah cukup! Sudah waktunya TUHAN mau menanggung.
TUHAN tahu kekuatan kita yang sebenarnya dan Dia bergumul bersama kita. Biar Dia menyedot semua yang buruk dan najis. Tetap kuat dan melembut, sampai kita menang; sampai TUHAN datang kembali kedua kali.
Serahkan semua kepada TUHAN! Sudah waktunya malam ini. Jangan ditanggung sendiri. Dia sudah siap! Dia tunas Daud yang menang, kita juga menang bersama Dia.
Bukan hanya di dunia Dia menolong, tetapi satu waktu--waktunya Dia datang--Dia akan mengangkat kita untuk bersama Dia. Angkat juga keluarga kita! Ingat suami, isteri, anak, orang tua, kakak-adik, jangan ada yang ketinggalan. Kita doakan semua.
TUHAN memberkati.