Matius 24:29-31adalah keadaan pada waktu kedatangan Yesus kedua kali.
Matius 24:31, keadaan ketiga adalah terdengar tiupan sangkakala yang dahsyat bunyinya untuk menampilkan gereja Tuhan dalam kesempurnaan sebagai Mempelai Wanita di awan-awan yang permai.
Sangkakala yang dahsyat bunyinya ini menunjuk pada firman penggembalaan (
Wahyu 1:10,12), yang menyucikan dan mengubahkan sidang jemaat sampai sempurna dan ditampilkan dalam wujud Pelita Emas yang bercahaya.
Gereja sempurna = Pelita Emas yang bercahaya.Tugas gereja Tuhan sebagai Pelita Emas yang bercahaya:- bersaksi, dan
- mengundang.
ad. 2.
Wahyu 22:16-17, tugas terakhir dari gereja Tuhan, yang merupakan kepercayaan Tuhan, adalah untuk mengundang umat Tuhan masuk dalam Pesta Nikah Anak Domba Allah. Jadi,
mengundang ini adalah tugas terakhir gereja Tuhan. Apapun yang dilakukan atau dimiliki gereja Tuhan, kalau tidak masuk Pesta Nikah Anak Domba Allah, semuanya adalah sia-sia.
Salah satu bentuk mengundang ini adalah lewat kunjungan-kunjungan, ini adalah kepercayaan Tuhan. Dalam setiap kunjungan, kita harus menjadi satu tim (satu tubuh); yang berangkat bisa mengundang secara langsung, yang tinggal harus berdoa untuk memberi kekuatan bagi yang langsung mengundang.
Siapa yang diundang?Matius 11:28, adalah kehidupan yang letih lesu dan berbeban berat, maka Tuhan akan memberikan kelegaan dan damai sejahtera.
Ada 3 macam undangan pesta:- Lukas 14:7-11, pesta perkawinan, artinya adalah nikah yang bersuasana pesta.
Kehidupan-kehidupan nikah diundang oleh Tuhan untuk masuk nikah yang bersuasana pesta. Nikah adalah pemberian Tuhan yang termulia hanya untuk manusia (binatang dan malaikat tidak memiliki nikah), sebab itu kita harus menjaga nikah kita supaya berkenan kepada Tuhan, dan mengalami kebahagiaan. Sebab, tidak ada kebahagiaan di dunia ini yang melebihi kebahagiaan dalam nikah. Kalau nikah itu bahagia, sekalipun masih hidup di dunia akan serasa hidup di Sorga. Tetapi sebaliknya, tidak ada letih lesu, beban berat, penderitaan yang lebih daripada penderitaan dalam nikah yang cerai-berai. Kalau nikah itu gagal, sekalipun masih hidup di dunia akan serasa hidup di neraka.
Kenyataannya, di akhir jaman ini banyak nikah-nikah yang letih lesu dan berberan berat, dalam penderitaan serasa di neraka, bahkan nikah Kristen sekalipun. Oleh sebab itu Tuhan mau mengundang supaya masuk Pesta Nikah Anak Domba.
Syarat supaya nikah bersuasana pesta:
Lukas 14:11, merendahkan diri, atau rendah hati seperti Yesus di kayu salib, prakteknya:
- Saling mengaku dan saling mengampuni.
Kalau mengaku dan diampuni, jangan diulang lagi. Kalau mengampuni, maka harus melupakan. Kalau saling mengaku dan saling mengampuni, maka dosa diselesaikan dan dipaku di kayu salib. Kalau dosa dipertahankan, akan selalu letih lesu dan berbeban berat, dalam penderitaan, sampai di neraka.
Orang yang tinggi hati, akan saling menuduh, menyalahkan orang lain. Ini sama dengan menambah dosa = menambah letih lesu dan beban berat = menambah penderitaan, sampai di neraka.
- Saling melayani.
Dalam nikah, jangan ada yang menjadi 'tamu kehormatan', yang selalu minta dilayani. Saling melayani ini adalah meneladan Yesus (Markus 10:45), yang sampai mati di kayu salib.
- Kolose 3:18, istri harus tunduk kepada suami dalam segala hal.
Banyak kewajiban istri dalam rumah tangga, tetapi kewajiban mutlak yang tidak boleh tidak bagi seorang istri adalah tunduk kepada suami dalam segala hal, sampai berkorban nyawa.
Tunduk artinya tidak membantah suami, tidak memerintah suami, tidak mengajar suami.
Istri yang tunduk berarti menempatkan suami sebagai kepala istri, dan Yesus sebagai kepala rumah tangga. Sebaliknya, istri yang suka membantah, bertengkar (Amsal 21:9), maka bisa menyebabkan suami naik ke sotoh dan jatuh dalam dosa, bahkan dosa seks.
- Kolose 3:19, suami harus mengasihi istri seperti diri sendiri dan tidak berlaku kasar pada istri.
Banyak kewajiban suami, tetapi kewajiban mutlak suami adalah mengasihi istri seperti diri sendiri, dan tidak berlaku kasar kepada istri. Tidak berlaku kasar ini termasuk dalam bentuk perkataan, apalagi saat-saat diingatkan oleh istri. Juga tidak berlaku kasar dalam bentuk perbuatan. Memukul istri = memukul diri sendiri, ini adalah suasana kuburan.
- Kolose 3:19-21, anak-anak harus taat dengar-dengaran pada orang tua.
Banyak kewajiban anak dalam rumah tangga, yaitu meringankan beban orang tua, tetapi harus sampai kewajiban mutlak, yaitu taat dengar-dengaran pada orang tua.
- Orang tua juga jangan memaksakan kehendak pada anak yang tidak sesuai firman, nanti akan tawar hati anak. Tawar itu berarti tanpa garam, tidak enak, tidak bahagia; tetapi juga tidak ada kekuatan untuk mencegah kebusukan.
Atau sebaliknya, orang tua jangan menuruti kehendak anak yang tidak sesuai firman, itu juga akan menyebabkan kebusukan. Anak harus dididik sejak kecil sesuai dengan firman, jika perlu dirotan; marah boleh tetapi dengan kasih, jangan dengan emosi (Amsal 23:13-14). Kalau kita mendidik anak sesuai dengan firman, anak tidak akan mati. Kalau marah dengan kasih Tuhan, mungkin tubuhnya sakit, tetapi jiwanya selamat.
Kalau dalam nikah bisa saling mengaku dan saling mengampuni, saling melayani, maka sekalipun saling bertentangan (suami dengan istri, anak dengan orang tua), pasti akan bisa menjadi satu.
Efesus 5:31-32, kalau dalam nikah bisa merendahkan diri seperti Yesus di kayu salib, maka rumus 1+1=1 berlaku. Tanda '+' adalah tanda salib, yaitu saling mengaku dan saling mengampuni, dan saling melayani. Dan kesatuan dalam nikah ini akan masuk dalam kesatuan yang lebih besar, yaitu kesatuan tubuh Kristus.
- Lukas 14:12, pesta siang dan malam.
Keluaran 29:38,1, sebenarnya korban tahbisan ini hanya sekali, tetapi di korban pagi dan petang ini dikorbankan tiap-tiap hari dua anak domba, berarti ada pelipatan jumlah korban, dan ini berarti ada pesta.
Jadi, pesta siang dan malam ini menunjuk pada tahbisan, ibadah pelayanan yang bersuasana pesta. Banyak tahbisan anak Tuhan, bahkan hamba Tuhan yang letih lesu dan berbeban berat, bahkan setengah mati seperti orang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Tuhan mau mengundang supaya tahbisan kita bersuasana pesta.
Tahbisan yang bersuasana pesta adalah seperti ibunya Musa, yang tadinya kehilangan Musa, tetapi sesudah itu bisa mendapatkan dan menyusui Musa kembali. Kalau bosan dan suam-suam dalam pelayanan, akan dimuntahkan oleh Tuhan.
Bangsa Kafir yang tadinya tidak boleh beribadah melayani Tuhan, tapi oleh korban Kristus bisa beribadah dan melayani Tuhan, itu seharusnya mendatangkan suatu suasana pesta, kebahagiaan.
Syarat supaya tahbisan kita dalam suasana pesta:
- Lukas 17:10, melakukan kewajiban, tidak menuntut hak.
Tuhan tidak pernah menipu kita, kalau kita melakukan kewajiban kita, hak kita tidak akan hilang (Yesaya 49:3-4). Kewajiban kita adalah melayani Tuhan sampai bisa memuliakan, mengagungkan nama Tuhan.Kalau kewajiban ini kita lakukan, hak kita ada di tangan Tuhan, baik upah untuk hidup sekarang, maupun upah kebahagiaan sampai hidup kekal.
- Tidak ada keinginan daging = mengalami penyucian hati oleh firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua.
Penyucian adalah dari:
- Keinginan najis, yang mengarah pada dosa makan-minum dan dosa seks.
- Keinginan jahat = keinginan akan uang, sehingga membuat orang kikir (tidak bisa memberi) dan serakah (merampas hak orang lain dan Tuhan).
Kisah Rasul 20:33,35.
Kalau sudah tidak ada keinginan jahat dan najis dalam hati, prakteknya adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima. Ini tidak bisa diterangkan dengan kata-kata, tetapi harus menjadi pengalaman hidup kita. Kalau sudah lebih berbahagia memberi daripada menerima = berkelimpahan dalam pelbagai kebajikan, menjadi jubah Mempelai(Wahyu 19:8).
Kalau hati disucikan, maka seluruh hidup akan disucikan oleh firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua, perbuatan disucikan, pandangan dan pikiran disucikan, sampai terakhir mulut disucikan (Yakobus 3:2), sampai tidak lagi salah dalam perkataan. Hanya satu yang keluar dari mulut, yaitu 'HALELUYA' (Wahyu 19:6), untuk menyambut Yesus dalam suasana kemuliaan.
- Lukas 14:15-20, Pesta Nikah Anak Domba.
Ini ditujukan pada Mempelai Wanita yang sudah siap sedia, yaitu kehidupan yang sudah memiliki tubuh yang rohani, tubuh yang mulia seperti Tuhan Yesus.
Lukas 14:18-20, di sini ada kehidupan yang menolak:
- Menolak karena perkara jasmani -->garis horizontal.
- Menolak undangan (menikah dengan orang lain) -->garis vertikal.
= menolak salib Tuhan.
Mempelai yang siap sedia adalah mempelai yang mau memikul salib (2 Korintus 4:16-17), yaitu mau mengalami penderitaan daging tanpa dosa untuk membaharui manusia daging menjadi manusia rohani seperti Yesus. Pembaharuan adalah dimulai dari kuat dan teguh hati, tidak tawar hati, tidak kecewa menghadapi pencobaan apapun.Kuat dan teguh hati artinya:
- tidak bimbang dalam pencobaan,
- tidak bimbang menghadapi ajaran palsu, tetap teguh berpegang pada pengajaran yang benar,
- tahan godaan, tidak berbuat dosa.
Orang bimbang tidak akan mendapat apa-apa.
1 Tawarikh 28:20, hasil kuat dan teguh hati adalah Tuhan mengulurkan tangan kemurahanNya untuk menyelesaikan semua masalah kita.Secara jasmani, Tuhan akan membereskan semua yang belum beres. Secara rohani, Tuhan akan menyelesaikan proses pembaharuan, saat Yesus datang kedua kali kita akan diubahkan menjadi sama mulia dengan Tuhan Yesus.
Yohanes 19:28-30.
Perjamuan Suci adalah jaminan bahwa Tuhan mampu menyelesaikan segala masalah kita, bahwa Tuhan mampu menyelesaikan pembaharuan kita sampai menjadi MempelaiNya. Di atas kayu salib Dia sudah berseru 'Sudah selesai'.
Tuhan memberkati.