Wahyu 22: 20
'
Ya Aku datang segera' =kesiapan kedatangan Yesus kedua kali dalam kemuliaan sebagai Raja segala raja dan Mempelai Pria Sorga. Tidak ada hubungan dengan dosa lagi.
'
Amin, datanglah Tuhan Yesus' =kesiapan gereja Tuhan dalam kemuliaan sebagai Mempelai Wanita yang sempurna, yang siap untuk menyambut kedatangan Yesus kedua kali.
Gereja Tuhan akan terlepas dari dunia untuk bertemu Yesus di awan-awan yang permai, masuk Pesta Nikah Anak Domba Allah, kemudian masuk dalam Firdaus, kerajaan 1000 tahun damai, setelah itu masuk dalam kerajaan Yerusalem baru yang kekal untuk selama-lamanya
Wahyu 22: 21
= gereja Tuhan yang siap untuk terangkat di awan-awan bersama Tuhan HARUS MUTLAK hidup dalam kasih karunia Tuhan.
Malam ini kita maju satu langkah, yaitu sikap terhadap kasih karunia: 2 Korintus 6: 1-3= jangan membuat sia-sia kasih karunia.
Artinya adalah jangan menyia-nyiakan kasih karunia Allah.
Praktik menyia-nyiakan kasih karunia adalah menjadi batu sandungan. Artinya:
- gampang tersandung karena orang lain atau tersandung dalam dosa.
- menjadi sandungan bagi orang lain dan bagi pelayanan pekerjaan Tuhan.
Hati-hati, terutama kita yang dalam firman pengajaran. Jangan sampai kita menjadi batu sandungan.
Matius 18: 6=
batu sandungan disini dikaitkan dengan batu kilangan yang diikatkan pada leher dan dilemparkan ke dalam laut. Artinya:
- hidupnya penuh dengan letih lesu dan beban berat.
- tidak ada keindahan dalam hidupnya, tidak ada masa depan yang indah dalam hidupnya.
Kalau kita hidup dalam kasih karunia, kita akan terangkat ke surga. Tapi
kalau menyia-nyiakan, maka hidup itu akan tenggelam, sampai ke dalam neraka. Di dalam dunia ini pun sudah mulai tenggelam!
Wahyu 18: 21Orang yang jadi batu sandungan, ia akan tenggelam dalam dosa babel (makan minum dan sex), tidak bisa terlepas. Dan ini artinya tenggelam dalam lautan api dan belerang.
Sebab itu, jangan kita menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan.
Dan celakanya,
batu sandungan ini menimpa JUSTRU HAMBA-HAMBA TUHAN(orang yang dipakai oleh Tuhan). Ini yang bahaya!
Contohnya adalah Petrus! Baru saja Petrus dipuji sebagai batu karang, tapi ayat selanjutnya, ia dipanggil batu sandungan.
Matius 16: 18, 21-23Batu karang= kehidupan hamba Tuhan yang dipakai Tuhan dalam pembangunan tubuh Kristus. Dan ini yang jadi sasaran untuk jadi batu sandungan.
Ini harus jadi perhatian kita, sekalipun kita sudah dipakai Tuhan, jangan sampai menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan.
Mengapa
batu karang bisa menjadi batu sandungan? sebab
menggunakan pikiran manusiawi/pikiran daging.
Kalau pikiran anak Tuhan hanya pikiran daging, itu sama dengan keras kepala= keras hati.
Pikiran daging ini kelihatan benar/logis, tapi kehilangan nilai rohaninya. Artinya kehilangan keselamatan!
Secara pikiran daging, tindakan Petrus ini benar. Tapi sesungguhnya kalau Yesus tidak disalib, maka kita akan kehilangan keselamatan.
Lain kali logika itu adalah kebenaran diri sendiri yang tidak ada nilai rohaninya.
Praktik pikiran daging/keras kepala/keras hati:
- menolak salib= menolak pengalaman kematian dan kebangkitan bersama Yesus.
Akibatnya: tidak mengalami pembaharuan/keubahan hidup, tetap manusia daging. Keubahan hidup itu hanya salib, mati terhadap hidup lama dan bangkit dalam hidup yang baru.
Efesus 4: 24-26
Ciri manusia baru adalah tidak berdusta dan marah dengan kasih.
Petrus karena menolak salib, ia tidak berubah hidupnya, buktinya adalah ia berdusta (menyangkal Tuhan 3 kali) dan marah sampai benci (memotong telinga waktu di taman Getsemane).
Karena menolak salib ini, Petrus disamakan dengan iblis (Matius 16: 23).
Yohanes 8: 44
Petrus disamakan dengan iblis dan itu artinya ia berada dalam kebinasaan.
Kalau Petrus yang hebat saja bisa jadi iblis, apalagi dengan kita! HARUS HATI-HATI.
- menjadi seteru salib(Filipi 3: 18-19)= pikiran hanya tertuju pada perkara daging/perkara duniawi.
Pikiran semacam ini, sampai perkara rohanipun dipikirkan dengan pikiran jasmani.
Yohanes 21: 3, 7
= Petrus juga punya pikiran semacam ini pada saat Yesus mati. Ia sebenarnya adalah penjala manusia. Tapi kembali lagi jadi penjala ikan saat Yesus mati. Dan celakanya, pikiran semacam ini cepat mempengaruhi yang lainnya.
Karena itu, kita harus waspada dalam ibadah persekutuan!
Praktiknya sekarang kembali jadi penjala ikan:- tidak setia dan bahkan tinggalkan ibadah pelayanan hanya untuk mencari perkara-perkara jasmani.
- beribadah dan melayani Tuhan hanya untuk mencari perkara jasmani, sehingga tidak lagi mengutamakan firman.
Ukuran yang benar adalah kita ke gereja untuk mencari Tuhan.
ay. 3= 'tidak menangkap apa-apa'= tanpa firman, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau dalam penggembalaan tidak ada Firman, jemaat dari hari ke hari tidak akan bisa berbuat apa-apa. Dan tanpa firman, semuanya akan gagal.
Kalau fellowship tanpa Firman, maka makin datang akan makin gagal dan berdampak pada pelayanan kita, bukan tambah maju, tapi tambah gagal. Bahkan bisa sampai telanjang!
ay. 7= 'tidak berpakaian'= telanjang, jatuh dalam dosa. Ini akibatnya kalau tidak ada Firman.
Kalau ada Firman, maka kita tidak akan repot dengan perkara jasmani.
Kalau kita ibadah pada Yesus hanya untuk cari perkara jasmani, itu sama dengan ingin menjadikan Yesus sebagai Raja, tapi raja dunia!
Yohanes 6: 15
Raja dunia, itu sama dengan iblis. Waktu Yesus dicobai, salah satunya adalah Matius 4: 8-10.
- sombong= Petrus menarik Yesus ke samping= tidak mau tergembala.
Yohanes 10: 4
Kedudukan yang benar adalah Yesus di depan dan kita domba ada di belakang. Tapi Petrus menarik Yesus kesamping.
Yang harus tergembala mula-mula adalah hamba Tuhan dan pelayan Tuhan, semua domba-domba harus tergembala.
Tidak mau tergembala, berarti tidak mau masuk kandang penggembalaan.
Kalau suka beredar-edar, itu adalah hidup yang sombong, merasa kuat sendiri. Sebab Tuhan mengutus kita ke tengah-tengah serigala, yang kekuatannya hanyalah pada gembala.
Dalam penggembalaan, juga harus ada tugas yang benar.
Gembala harus memberi makan pada domba-domba. Dan domba harus makan firman penggembalaan.
Kalau tugas ini tidak dilakukan, hidup itu sombong dan egois! Nasibnya hanya seperti Yudas dan Petrus, jadi sama dengan iblis.
Yohanes 6: 70-71
Yudas ini menolak firman penggembalaan. Berulang kali Yesus sudah menasihati Yudas, sampai pada perjamuan yang terakhir. Tapi Yudas terus menolak dan ia menjadi sama dengan iblis.
Matius 26: 24-25
= firman penggembalaan sudah jelas menunjuk pada Yudas, tapi Yudas tetap menolaknya.
Yohanes 21: 15, 17=
jalan keluar untuk mengembalikan posisi Petrus pada tempat yang sebenarnya, yaitu lewat firman penggembalaan dalam 3 macam ibadah.
Hidup yang sudah sama dengan iblis, hanya bisa ditolong lewat firman penggembalaan. Ini sama dengan Firman kasih karunia yang tidak bisa dipelajari dimanapun, hanya bisa dipelajari dibawah kaki Tuhan.
Hasilnya kalau tekun dalam firman penggembalaan(ay. 17-19):
- sedih hatinya, artinya sudah lembut hatinya, tidak keras kepala lagi, hati nuraninya baik, bisa sadar kalau ada sesuatu yang tidak beres. Bisa mendorong kita untuk mengaku pada Tuhan dan sesama. Dengan jalan ini tidak mungkin kita akan menjadi batu sandungan.
- ay. 18-19= menyerah sepenuh pada Tuhan.
Tadinya Petrus menarik Yesus ke samping, tapi setelah ada pikiran firman, ia mengulurkan tangan, rela mati untuk Tuhan.
Malam ini, biarlah kita menyerahkan segala sesuatunya pada Tuhan, bukan lagi mencari perkara-perkara jasmani.
Saat kita mengulurkan tangan pada Tuhan, saat itu Tuhan juga akan mengulurkan tanganNya untuk membereskan segala hal yang belum beres.
Kalau yang rohani Tuhan bereskan, maka yang jasmanipun juga akan dibereskan oleh Tuhan. Dan tangan kasih karunia Tuhan akan menyucikan kita sampai menyempurnakan kita untuk terangkat di awan-awan, bahkan menuntun kita sampai ke Yerusalem baru.
Segala sesuatunya SUDAH SELESAI.
Petrus yang tadinya batu karang jadi batu sandungan, tapi ia jadi batu dasar di Yerusalem baru. Tidak pernah goyah lagi.
Wahyu 21: 15-16Tuhan memberkati.