Ibrani 13: 1"Peliharalah kasih persaudaraan"
Mengapa kita harus mengasihi saudara atau sesama?
- 1 Yohanes 4: 20-21 = sebab mengasihi saudara tidak bisa dipisahkan dari mengasihi Tuhan.
Tidak mengasihi saudara, sama artinya dengan tidak mengasihi Tuhan. Dan semua tanpa kasih, itu hanya sia-sia.
- 1 Yohanes 3: 14 = sebab membenci saudara, itu tetap tinggal dalam maut, kebinasaan untuk selama-lamanya.
Jadi, kita harus mengasihi sesama sebagai bukti kita mengasihi Tuhan, sehingga kita tidak binasa, tapi beroleh hidup yang kekal, sama seperti kasih itu juga kekal.
Roma 3: 23
= suatu kenyataan, dimana manusia kehilangan kemuliaan Tuhan yang sama artinya dengan kehilangan iman (kebenaran), pengharapan (kesucian) dan kasih. Jadi manusia berdosa itu berarti sudah kehilangan kasih Tuhan. Akibatnya, manusia tidak mampu mengasihi Tuhan dan tidak bisa mengasihi sesama.
Adam dan Hawa, waktu belum berbuat dosa, masih baik satu sama lain. Tapi setelah jatuh dalam dosa, Adam tidak bisa lagi mengasihi istrinya sebagai orang yang terdekat.
Praktik manusia yang sudah kehilangan kasih:
- Kejadian 3: 9-12 = kebenaran diri sendiri.
ay. 10= 'takut'= bukti kalau sudah kehilangan kemuliaan Tuhan.
ay. 12= Adam menyalahkan istrinya sendiri dan tidak mau mengaku dosanya. Inilah kebenaran diri sendiri. Dan kalau sudah menyalahkan sesama, juga akan menyalahkan Tuhan.
- Kejadian 4: 4-5, 8 = iri hati dan panas hati (saling membenci).
Kalau tanpa kasih, walaupun saudara, bisa timbul panas hati dan iri hati kalau melihat pelayanan sesamanya lebih berhasil.
- Matius 10: 21= perceraian, perselingkuhan sampai menimbulkan pembunuhan.
Jalan keluarnya, lebih dahulu dari pihak Tuhan, sebab dari pihak manusia tidak ada kemampuan.
Dari pihak Tuhan, yaitu Allah harus menyatakan kasihNya pada manusia berdosa.
Bagaimana cara Allah memberikan kasihNya pada manusia? Jawabannya adalah 1 Yohanes 4: 9-10. Yaitulewat mengutus AnakNya yang tunggal dalam dunia untuk mati di kayu salib sebagai korban pendamaian bagi dosa-dosa manusia.
Mengapa harus Yesus?Sebab Yesus adalah satu-satunya Manusia yang tidak berdosa, sehingga bisa mengembalikan/memulihkan kemuliaan Allah pada manusia. Dan manusia tidak binasa, bisa mengasihi Tuhan dan sesama.
Dari pihak manusia, yaitu manusia harus menerima kasih Allah dari kayu salib untuk bisa mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.
Proses menerima kasih Tuhan dari kayu salib:
- berdamai dengan Tuhan dan sesama.
Berdamai dengan Tuhanartinya mengaku dosa kepada Tuhan dengan kesadaran dan dengan penyesalan (dengan hancur hati dan tangisan). Dan jika diampuni, tidak berbuat dosa lagi.
Kalau kita tidak berbuat dosa itu lagi, maka itu artinya kita sudah diampuni. Tapi kalau dosa itu diulangi lagi, maka pengampunan itu akan batal.
Mengaku dosa ini bisa karena salahnya sendiri atau mengaku dosa karena menanggung kesalahan orang lain. Contohnya seperti perempuan yang anaknya sakit, dimana ia berseru "Tuhan, tolonglah aku" dan bukan "Tuhan, tolonglah anakku".
Matius 15: 22, 25
Berdamai dengan sesamaartinya saling mengaku dan saling mengampuni.
Artinya mengaku dosa pada sesama dengan kesadaran dan kejujuran. Jika diampuni, jangan berbuat dosa lagi. Kalau ada kesadaran, pasti ada penyesalan. Dan ini yang Tuhan lihat, bukan dosanya.
Mengaku dosa pada sesama ini, bisa karena salahnya sendiri atau mengaku dosa karena menanggung kesalahan orang lain. Contohnya adalah Abigail, istrinya Nabal. Dimana Nabal mengatai-ngatai Daud dan saat Daud akan membunuh Nabal, istrinya yang mengaku kesalahannya.
1 Samuel 25: 23-24
Saling mengampuni artinya adalah mengampuni dosa sesama dengan setulus-tulusnya dan melupakannya.
Mengampuni itu juga harus dengan hancur hati juga. Mengaku dosa itu sangat berat. Karena itu untuk mengampuni dosapun juga harus sungguh-sungguh. Jangan dianggap remeh!
Mengampuni dosa, itu bisa untuk mengampuni dosa orang lain atau karena menanggung kesalahan orang lain. Contohnya adalah seperti Abigail yang mengampuni Nabal. Sebab ia merasa kesalahan suami juga gara-gara dirinya.
Kalau orang sudah mengaku dosa dan ia sudah bertobat, lalu kita menghakimi terus, maka dosanya bisa kena pada kita dan kita berhadapan dengan malaikat maut, bukan dengan Imam Besar. Tapi kalau orang itu tidak mengaku, ia berhadapan sendiri dengan Tuhan.
Jadi, berdamai, itu sama dengan menangis karena dosa untuk mengaku dan mengampuni dosa.
Jangan tertawa dalam dosa. Seringkali, kita tertawa setelah berbuat dosa. Kalau kita menangis dalam dosa, kita akan mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Kalau tertawa dalam dosa, itu sama dengan menangis dalam neraka.
Berdamai, itu juga berarti menghakimi diri sendiri, bukan menghakimi orang lain, supaya kita tidak dihakimi dan tidak dihukum.
Wahyu 1: 15
'tembaga'= penghukuman atau pengadilan.
Yesus dengan kaki tembaga, itu Yesus sebagai Hakim yang adil. Kalau malam ini kita mengaku dosa dan menghakimi diri sendiri, maka posisi kita ada dibawah kaki Tuhan. Kita hanya bagaikan tanah liat yang tidak berharga apa-apa. Kalau orang merasa hebat, tidak mungkin ia ada dibawah kaki Tuhan.
Selama orang itu tidak mau mengaku dosa dan mengampuni orang lain, ia tidak pernah merasakan nikmatnya dibawah kaki Tuhan.
Hasil dibawah kaki Tuhan (Amsal 28: 13), kita merasakan kasih Tuhan.
Malam ini, jangan kita memberi harga yang terlalu tinggi untuk diri kita sendiri. Tapi biarlah kita bisa menghakimi diri sendiri dan kita bisa mengalami kasih Tuhan.
1 Petrus 4: 8
Kalau ada kasih Tuhan, kita bisa mengasihi Tuhan dan sesama dan kasih itu akan menutupi banyak dosa, sehingga kita bisa merasakan kelegaan dan kedamaian.
Dunia ini penuh dengan kegoncangan dan dosa, sehingga banyak manusia yang tidak merasa damai. Karena sudah goncang, banyak manusia yang berbuat dosa.
Saat menghadapi kegoncangan lautan dunia ini, tempat terindah ada di bawah kaki Tuhan!
Kalau dosa belum ditutup, hati akan tetap tertuduh.
Kalau ada kelegaan dan kedamaian, maka semuanya akan jadi enak dan ringan sekalipun di tengah gelombang. Dan kita tidak akan pernah meninggalkan nikah rumah tangga atau pelayanan. Meninggalkan nikah dan pelayanan, itu justru datang pada gelombang dunia.
Dalam ketenangan hati, kita menerima kuasa Tuhan untuk meneduhkan angin ribut dan gelombang.
Kalau ada goncangan-goncangan dalam ibadah dan rumah tangga, jangan lari kemana-mana. Tapi diam dan tenang di bawah kaki Tuhan. Kalau lari kemana-mana, perahu itu justru akan lebih cepat tenggelam!
- Yohanes 11: 32-34, 31->tersungkur menyembah Tuhan dengan hancur hati dibawah kaki Tuhan.
Disini Maria sedang menghadapi Lazarus yang sudah jadi bangkai (busuk), sudah mati 4 hari, sudah mustahil.
Apa yang busuk malam ini. Mungkin hidup kita sudah busuk dalam dosa, sudah sampai pada puncaknya dosa (makan minum dan dosa sex), mungkin nikah rumah tangga sudah busuk (hancur), mungkin ibadah pelayanan juga sudah busuk, mungkin ekonomi, masa depan juga sudah busuk. Jangan lari kemana-mana. Tersungkur di bawah kaki Tuhan, disitu kita menerima kasih Tuhan.
Kebusukan itu akibat kehidupan tanpa kasih.
Ada 2 kemungkinan saat kita menghadapi kebusukan:- ay. 31= meratap. Ini sama dengan menyalahkan orang lain dan menyalahkan Tuhan. Ini yang negatif.
- ay. 32= tersungkur di bawah kaki Tuhan. Ini yang benar. Artinya menyerahkan segala masalah pada Tuhan, sampai menyerahkan seluruh hidupnya pada Tuhan. Ini yang dinanti oleh Tuhan.
Tuhan tidak melihat besar kecilnya masalah kita. Tapi Ia melihat hati kita, sampai kita tidak lagi berharap siapa-siapa, hanya berharap pada Tuhan. Dan saat itu Tuhan menangis bersama kita (ay. 35), bukan tertawa karena penderitaan kita. Dan kasih dari salib akan mengalir malam ini untuk mengadakan mujizat yang besar, secara jasmani dan rohani.
Apa yang sudah hancur secara jasmani, Tuhan mampu memulihkan yang mustahil menjadi tidak mustahil.
Secara rohani, kita bisa mengalami keubahan hidup dari manusia daging menjadi manusia rohani. Dari manusia busuk/hancur, jadi manusia baru.
Lazarus yang sudah mati, ia bangkit kembali dan diubahkan.
Sebusuk apapun kita, kalau kita mau berdamai dan mau tersungkur di bawah kaki Tuhan, kita akan mengalami mujizat Tuhan. Dan keubahan terbesar adalah sampai kita menjadi sama dengan Tuhan.
Efesus 4: 21-25
= kebusukan itu dari hati dan mulut. Kalau mulut sudah tidak berdusta, maka kebusukan itu sudah disingkirkan.
ay. 25= permulaan pembaharuan, yaitu jujur, dan mulai dari soal pengajaran dulu. Kalau tidak jujur dalam soal pengajaran, pasti masih ada dusta dan pelayanan tidak akan bisa bertumbuh.
Kalau soal pengajaran sudah jujur, kita baru bisa jujur dalam segala hal.
Secedok air diubahkan jadi anggur, maka satu tong air juga diubahkan jadi anggur.
Kalau ada 1 saja yang berubah dalam rumah tangga, ada kesempatan besar satu rumah tangga juga diubahkan dan apa yang busuk akan dihidupkan kembali.
Filipi 3: 20-21
Keubahan terakhir saat Ia datang kembali, kita diubahkan jadi sama mulia dengan Tuhan. Itulah mempelai wanita yang siap menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kali.
Tuhan memberkati.