Salam sejahtera dalam kasih sayangnya Tuhan kita Yesus Kristus. Selamat malam, selamat mendengarkan firman Tuhan. Biarlah damai sejahtera, kasih karunia dan bahagia dari Tuhan senantiasa dilimpahkan di tengah-tengah kita sekalian.
Kita masih berbicara tentang sidang jemaat
Filadelfia(diterangkan mulai dari
Ibadah Raya Surabaya, 08 Maret 2015), yaitu tentang kunci Daud
untuk membuka pintu-pintu yang tidak dapat ditutup oleh siapapun.
Kemarin malam, dijelaskan mengenai laut Kolsom yang dibelah; ini bagaikan pintu-pintu tertutup yang dibukakan (diterangkan pada
Ibadah Raya Surabaya, 29 Maret 2015).
Malam ini kita membaca dalam
Keluaran 15: 22-27.
Ini juga menunjuk tentang pintu, yaitu
pintu kemah.
Sesudah menyeberang laut Kolsom, Musa dan bangsa Israel berbahagia dan bersorak sorai, kemudian tiba di Mara dan Elim.
Pintu kemah adalah pintu yang memisahkan halaman Tabernakel dengan Ruangan Suci.
Halamanmenunjuk pada daerah
taurat.
Ruangan Sucimenunjuk pada daerah
kemurahan.
Sedangkan
Pintu Kemahadalah
kepenuhan Roh Kudus.
Jadi kalau disimpulkan,
kepenuhan Roh Kudus adalah PERALIHAN dari taurat kepada kemurahan. Kalau pintu kemah
tertutupterus, berarti kita hidup dalam suasana taurat terus.
Pada waktu itu bangsa Israel sudah melewati laut Kolsom, ada kesukaan dan sorak sorai, tapi dalam perjalanan selanjutnya, tiba-tiba mereka masuk lagi ke padang gurun Syur dan Mara, terjadi kesusahan lagi. Ini sama dengan terjadi suasana yang bertentangan--seperti taurat dan kemurahan. Harus ada peralihan.
Suasana bertentangan ini terjadi pada 2 tempat:
Yang pertama, terjadi di
MARA. Tempat yang kedua diterangkan pada
Ibadah Doa Malam Surabaya, 30 Maret 2015.
Keluaran 15: 22-23
15: 22 Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air.
15: 23 sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.
Di Mara
ada airtetapi
tidak bisa diminumkarena pahit rasanya, artinya ada perintah/hukum Allah tetapi tidak bisa dilakukan. Ini menunjuk pada
HUKUM TAURAT.
Yakobus 2: 10
2: 10Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
'
ia bersalah terhadap seluruhnya', artinya tidak ada seorangpun yang dapat melakukan hukum taurat sepenuhnya, sebab melanggar satu hukum berarti melanggar seluruhnya; tidak ada gunanya/sia-sia karena sudah mengerjakan 9 hukum, tetapi melanggar 1 hukum, sama dengan melanggar semuanya. Itu berarti mendapat hukuman Tuhan dan kebinasaan.
Keluaran 15: 24-25
15: 24 Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"
15: 25 usa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,
Jalan keluarsupaya air yang pahit bisa menjadi air manis
HANYA dengan melempar sepotong kayu.
Sepotong kayu menunjuk pada kayu salib/salib Kristus dengan 5 luka utama.
Yesus mati di kayu salib dengan 5 luka utama untuk menggenapkan hukum taurat.
Hanya Yesus satu-satunya yang bisa menggenapkan hukum taurat.
Yesus yang tidak berdosa dijadikan berdosa, sebagai korban untuk menebus manusia dari:
- Dari pelanggaran atas hukum taurat, (bagi bangsa Israel).
- Dari pelanggaran dan dosa-dosa (bagi bangsa kafir). Bangsa kafir berbaut dosa seperti anjing dan babi, berkubang didalam dosa sampai puncaknya dosa.
Sepotong kayu dilempar pada air yang pahit, sehingga
air yang pahit berubah menjadi air yang manis. Ini menunjuk pada
kuasa Roh Kudus=
ZAMAN KEMURAHAN/zaman Roh Kudus (Ruangan Suci).
Penghargaan atas salib membuat Roh Kudus dicurahkan atas kehidupan kita.
Kita harus menghargai salib Tuhan hari-hari ini.
Jangan sampai menolak salib!
Jadi, salib Kristus dengan 5 luka
membukapintu kemah dengan 5 tiang--pintu-pintu harus dibuka, sehingga Roh Kudus dicurahkan dan terjadi kepenuhan Roh Kudus.
Praktik menghargai salib Kristus:
- 1 Petrus 4: 1-2
4: 1 Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, --karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa--,
4: 2 supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.
'menurut kehendak Allah'= hidup dalam kebenaran.
"Banyak yang mengatakan 'menghargai salib itu dengan perjamuan suci terus'. Bukan begitu. Kalau perjamuan suci, bisa kita hitung berapa kali. Tapi menghargai salib adalah 24 jam. Bukan berapa kali atau berapa hari."
Jadi menghargai salib yang pertama adalah rela sengsara daging untuk bertobat/berhenti berbuat dosa dan hidup dalam kebenaran.
Kehidupan seperti ini akan menerima curahan Roh Kudus.
Jangan pertahankan dosa!Kalau pertahankan dosa pasti kering.
- Rela sengsara daging karena Yesus; mungkin menderita dalam pelayanan atau karena firman pengajaran yang benar dan pengorbanan kita untuk Tuhan.
Yang harus dijaga adalah jangan bersungut-sungut.
Keluaran 15: 24
15: 24 Lalu bersungut-sungutlahbangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"
Yang benar adalah kita selalu mengucap syukur kepada Tuhan.
Kalau bersungut-sungut saat dalam penderitaan, itu sama dengan menghina salib, bukan menghargai salib dan pasti kering.
Sebaliknya, kalau kita selalu bersyukur, berarti kita rela menderita karena Yesus dan Roh Kudus akan dicurahkan.
"Saya juga masih banyak salahnya, masih sering bersungut. Tadi saya bersungut saat akan berangkat ke sini, 'waduh begini begitu', bersungut-sungut, banyak yang harus diurus hari ini. Nah malam ini ditegor. Persiapan tidak sampai di situ, tapi di mimbar Tuhan tunjukkan."
Malam ini hanya kekuatan Roh Kudus yang menolong kita.
Inilah pintu kemah terbuka bagi kita. Di saat Yesus mati di kayu salib dengan 5 luka utama, itulah yang mampu membuka pintu kemah dengan 5 tiang, sehingga Roh Kudus dicurahkan atas kita semua. Kalau sekarang kita bisa menghargai salib Kristus--sepotong kayu dilempar ke air yang pahit dan air pahit menjadi air yang manis--, maka Roh Kudus dicurahkan.
Menghargai korban Kristus bukan diukur dari perjamuan suci, tetapi 24 jam.
Praktik yang pertama, kita
rela sengsara daging untuk bertobat, berhenti berbuat dosa dan hidup dalam kebenaran.
Jangan pertahankan dosa, karena itu sama dengan menghina salib dan pasti kering.
Mari mengaku dan apa yang salah dibuang, kita hidup dalam kebenaran.
Yang kedua,
rela sengsara daging karena Yesus(karena mempertahankan pengajaran benar, pengikutan, pengorbanan-pengorbanan). Kalau bersungut-sungut, akan sia-sia.
Bangsa Israel datang ke padang gurun merupakan rencana Tuhan. Sebenarnya
mereka sudah aman, karena berada dalam rencana Tuhan,
tapi karena bersungut, maka lain lagi ceritanya.
Dalam Bilangan 13 dan 14, 10 pengintai membuat bangsa Israel bersungut, sehingga bintang (hamba Tuhan/pelayan Tuhan) menjadi binatang yang tak berakal budi dan bangkainya bergeletakan di padang gurun. Bukan lagi disebut mayat. Kalau mayat adalah istilah untuk manusia, tetapi bangkai adalah istilah untuk binatang.
Kehidupan yang bersungut = binatang yang tidak berakal budi = tidak ada Roh Kudus, sehingga hanya mengikuti naluri daging dan pasti kering.
Mari, hargai salib!Supaya taurat beralih pada kemurahan Tuhan, beralih dari pahit menjadi manis. Kalau manusia, tidak mampu. Yesus yang menerobos pintu kemah lewat mati di kayu salib dengan 5 luka utama. Tugas kita sekarang hanya menghargai salib, sehingga langit terbuka dan Roh Kudus dicurahkan bagi kita. Inilah kebutuhan kita, Firman kita butuhkan, tapi Roh Kudus juga kita butuhkan, sebab tanpa Roh Kudus, kita tidak akan mampu.
Kegunaan Roh Kudus:
Titus 3: 5
3: 5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,
Roh kudus
membaharui kitadari manusia daging menjadi manusia rohani seperti Yesus, yaitu
taat dengar-dengaran. Yesus taat sampai mati di kayu salib, kalau kita taat dengar-degnaran sampai daging tidak bersuara lagi. Daging kita hanya berkata, '
Ya Abba ya Bapa'. Di taman Gesemani, Yesus taat sekalipun Ia tidak berdosa: '
tetapi bukan kehendakKu yang jadi, tetapi kehendakMu'.
Kalau taat dengar-dengaran, berarti kita berada dalam kehendak Tuhan. Ini sama dengan mengulurkan tangan kepada Tuhan dan Tuhan juga mengulurkan tangan kepada kita.
Kalau bisa taat dengar-dengaran dan bisa mengulurkan tangan kepada Tuhan, ini adalah
mujizat rohani, betul-betul ajaib.
Sangat sulit mengatakan, '
terserah Kau, Tuhan'. Sama seperti Yesus saat di taman Getsemani mengatakan, '
jikalau bisa lalukanlah cawan ini daripadaku, tapi bukan kehendakKu melainkan kehendakMu yang jadi'. Di atas kayu salib, Dia menyerahkan nyawa-Nya. Ini juga sulit.
Begitu juga Musa yang diperintah Tuhan un tuk angkat tongkat dan ulurkan tangan. Kalau bukan manusia baru pasti tidak bisa, karena saat menghadapi pintu tertutup, perintah Tuhan seperti itu dianggap tidak masuk akal. Hanya manusia baru yang memiliki Roh Kudus yang bisa taat sampai daging tidak bersuara; hanya mengulurkan tangan: '
terserah Kau, Tuhan'.
Kita mengulurkan tangan kepada Tuhan, sama dengan
berserah dan berseru kepada Tuhan, bukan bersungut-sungut dan Tuhan akan mengulurkan tangan-Nya kepada kita dan saat itu
mujizat-mujizat jasmani juga terjadiatas hidup kita. Mujizat rohani terjadi, dan mujizat jasmani juga terjadi.
Kalau kita taat, selalu berserah dan berseru pada Tuhan, maka kehidupan kita berada pada rel kehendak Tuhan dan tidak bisa jatuh. Mau diapakan saja, kereta api tidak akan bisa jatuh kalau ada di relnya.
Saat kita mengulurkan tangan dan Tuhan mengulurkan tangan kasih-Nya pada kita untuk mengadakan mujizat-mujizat jasmani. Kuasa Tuhan akan dinyatakan di tengah-tengah kita:
Keluaran 15: 25-26
15: 25 Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,
15: 26 firman-Nya: "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku TUHANlah yang menyembuhkan engkau."
'
melakukan apa yang benar di mata-Nya'= taat dengar-dengaran.
Kuasa Tuhan yang kita alami adalah:
- 'Aku TUHANlah yang menyembuhkan engkau'(Jehova Rapha) =kuasa kesembuhan/kesehatan:
- Sehat secara jasmani: penyakit-penyakit yang ada dilalukan oleh Tuhan dan penyakit yang akan datang dibendung oleh Tuhan.
- Sehat secara rohani: kita dilepaskan dari dosa-dosa yang ada pada kita dan dosa-dosa yang mau datang dibendung oleh Tuhan, sehingga kita selalu hidup dalam kebenaran.
- Nikah dan buah nikah kita juga sehat.
- Kuasa penciptaan, yaitu dari tidak ada menjadi adauntuk memelihara kehidupan kita di tengah padang gurun dunia yang sudah sulit dan mustahil.
Petrus semalam-malaman tidak menangkap apa-apa, siang hari Petrus disuruh menebarkan jala dan Petrus taat, sehingga menghasilkan kuasa penciptaan dari tidak ada menjadi ada.
- Kuasa penciptaan, yaitu dari mustahil menjadi tidak mustahiluntuk menyelesaikan semua masalah kita.
- Kuasa untuk menjadikan yang pahit menjadi manisdan bahagia di dalam Tuhan.
Mungkin nikah rumah tangga kita pahit, hidup kita pahit, susah, penuh dengan air mata, malam ini semua dijadikan manis dan bahagia oleh Tuhan.
Yang gagal mejadikan berhasil dan indah pada waktunya.
Inilah
PINTU KEMAH TERBUKA. Pintu yang tertutup sudah dibuka oleh Yesus di kayu salib dengan 5 luka utama, sehingga pintu kemah terbuka dengan 5 tiang dan Roh Kudus dicurahkan.
Bagi kita sekarang,
kita harus menghargai salib Kristus.
Mari hari-hari ini,
bertobatdan hidup benar dan
rela menderita karena Tuhan(karena pengajaran benar, pengikutan dan pelayanan kepada Tuhan).
Jangan ragu-ragu!Dalam
Ibadah Raya Surabaya, 29 Maret 2015, dijelaskan, sekalipun di depan ada laut, Tuhan perintahkan untuk berangkat, jangan ragu-ragu.
Kalau ragu, kita tidak mendapat apa-apa malah tenggelam. Tetapi kalau berangkat, kita betul-betul menerima kuasa pertolongan Tuhan, yaitu
- kuasa untuk menciptakan dari tidak ada menjadi ada, mustahil menjadi tidak mustahil,
- kuasa kesehatan kita alami,
- dari pahit menjadi manis, yang gagal menjadi berhasil dan indah,
- sampai saat kedatangan Tuhan kedua kali kita betul-betul diubahkan menjadi sama mulia seperti Dia, kita menjadi mempelai wanita-Nya yang siap menyambut kedatangan-Nya kedua kali di awan-awan yang permai dan kita bersama dengan Dia selamanya.
Tidak ada jalan lain. Di lautan, kita membutuhkan angin timur (Roh Kudus). Berjalan di padang gurun kita perlu Roh Kudus (air yang manis). Tanpa Roh Kudus ngeri, karena kita hanya akan bersungut, mau melempar batu, dan lain-lain.
Tapi kalau ada Roh Kudus, kuasa Tuhan benar-benar dinyatakan atas hidup kita, sampai kita menjadi sama mulia seperti Dia. Roh Kudus adalah tangan Tuhan yang diulurkan pada kita malam ini.
Tuhan memberkati.