Matius 24: 29
= keadaan pada saat kedatangan Tuhan yang kedua kali, yaitu
terjadi kegoncangan dan kegelapan di bumi.
1 Tesalonika 5: 1-7
Pada saat kedatangan Yesus, justru banyak anak Tuhan yang ikut dalam kegelapan, yaitu tidur dan mabuk pada malam hari= hidup dalam dosa sampai puncaknya dosa.
Bagi orang yang demikian, hari Tuhan akan datang seperti pencuri, sehingga dia akan tertinggal dan betul-betul binasa bersama dunia.
Yang benar adalah jangan tidur dan mabuk, tapi berjaga-jaga dan sadar. Jangan dipusingkan dengan dunianya.
Bagaimana berjaga-jaga dan sadar?(Lukas 12: 35-36), yaitu:
- Tetap berikat pinggang. Artinya secara rohani adalah berikat pinggang kebenaran(Efesus 6: 14), artinya:
- berpegang pada Firman pengajaran yang benar.
- hidup dalam kebenaran.
- tergembala (Amsal 12: 26). Dan ini mulai dari gembala. Kalau gembala tidak tergembala, maka domba akan tercerai-berai.
Kita tergembala supaya kita tidak disesatkan oleh nabi-nabi palsu. Dan kita tergembala, juga untuk menghadapi badai atau krisis ekonomi(Matius 14: 16, 19), yang bagaikan 5 roti 2 ikan untuk 5000 orang laki-laki saja.
Jalan keluarnya adalah duduk di rumput= tergembala (ay. 19). Dan ini dimulai dari seorang suami dulu. Kalau sudah sekeluarga tergembala, maka Gembala Agung yang memelihara hidup kita secara jasmani dan rohani secara ajaib, sekalipun secara dunia tidak masuk akal.
- Pelita tetap menyala. Istilah tetap disini artinya tidak mati-mati. Begitu pelita mati, sudah masuk dalam kegelapan. Kalau pelita tetap menyala, artinya selalu ada minyak persediaan. Artinya secara rohani hidup dalam urapan Roh Kudus, hidup dalam Kepenuhan Roh Kudus, hidup dalam meluap-luap dalam Roh Kudus.
Praktik sehari-hari kalau ada kelimpahan Roh Kudus yaitu setia dan berkobar-kobar dalam ibadah pelayanan(Roma 12: 11).
Setia dan berkobar-kobar ini untuk menghadapi krisis nikah. Kalau sudah tidak berkobar-kobar lagi dalam ibadah, orang itu akan menyala-nyala dalam birahi(Roma 1: 26-27).
- Tetap dalam suasana pesta nikah(ay. 36). Artinya secara rohani, pesta nikah itu ditandai dengan kebahagiaan dan kasih.
Bahagia dan kasih ini kita dapatkan lewat doa penyembahan, seperti yang dialami Petrus saat di atas gunung.
Doa penyembahan ini untuk menghadapi krisis iman.
Matius 14: 24, 29
Krisis iman= bimbang. Petrus, hamba Tuhan senior. Tapi lewat angin dan gelombang, ia bisa bimbang. Dan bimbang, itu artinya sudah mulai tenggelam.
Tuhan ijinkan kita tenggelam, supaya kita bisa mengulurkan tangan kepada Tuhan.
Malam ini, biar kita mengulurkan tangan pada Tuhan, mempercayakan diri sepenuh pada Tuhan. Dan kalau kita banyak mengangkat tangan pada Tuhan, maka Tuhan akan terus mengangkat kita dari ketenggelaman, sampai satu waktu Tuhan mengangkat kita sampai ke awan-awan yang permai.
Tuhan memberkati.