Wahyu 21: 5
Tuhan menciptakan manusia baru yang sama mulia dengan Dia untuk ditempatkan pada langit dan bumi yang baru.
Prosesnya adalah lewat pembaharuan, keubahan hidup/kelahiran baru.
Bagaimana manusia bisa dibaharui menjadi sama mulia dengan Tuhan Yesus?
1 Petrus 4: 12-13
= ada kemuliaan dibalik penderitaan.
Jadi untuk bisa jadi sama mulia dengan Tuhan, harus lewat percikan darah= nyala api siksaan= ujian= sengsara daging tanpa dosa, sengsara daging bersama Yesus= SALIB.
Wahyu 21 ini terkena pada shekina glory yang dihasilkan lewat percikan darah di atas tabut perjanjian dan di depan tabut perjanjian yang dilakukan oleh imam besar Harun.
Selama Yesus tidak di salib, Ia tidak akan pernah mencapai kemuliaan. Begitu juga dengan kita. Untuk bisa mencapai kemuliaan, kita harus mengalami percikan darah.
Tapi celakanya, justru manusia banyak yang jadi seteru salib. Hanya sedikit yang mau memikul salib.
Filipi 3: 18-19
Cara menjadi seteru salib yaitu ikut Tuhan hanya untuk mengenakan daging dan mencari kepentingan daging dengan menghalalkan segala cara.
Dimana tidak ada salib, tidak ada sinar kemuliaan!
2 Korintus 4: 16-18
Lewat penderitaan bersama Yesus, kita mengalami keubahan hidup mulai dengan (ay. 18), memiliki pandangan kepada perkara-perkara rohani/perkara kekal. Disebut juga dengan pandangan rohani/pandangan mempelai.
Di Kidung Agung, mempelai itu digambarkan dengan merpati.
Jadi, pandangan rohani, itu seperti mata merpati.
Kidung Agung 4: 1a
3 tingkatan pandangan rohani:
Kalau hati kita tulus, kita bisa hidup rukun satu dengan lainnya.
Mazmur 133: 1-3
Kalau kita hidup rukun dan damai, itu adalah landasan yang kuat untuk menerima berkat dari Tuhan. Dan tidak ada seorangpun yang bisa menghalangi. Dan kalau ada berkat, artinya kutuk tidak ada lagi.
Yohanes 1: 36->melihat Yesus sebagai Anak Domba Allah= Yesus dalam kebangkitan = pandangan kebangkitan= pandangan kepada Yesus sebagai Imam Besar yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa.
Ibrani 12: 2
Praktik melihat Yesus sebagai Imam Besar adalah melayani dengan melihat ladang Tuhan (Imam Besar adalah kepala dari pelayanan).
Yohanes 4: 35
2 pekerjaan dalam ladang Tuhan:
1 Korintus 3: 9
Ladang Tuhan, itu sama dengan bangunan Allah.
Jadi melayani ladang Allah, itu sama dengan melayani pembangunan tubuh Kristus.
Melihat ladang Allah= aktif dalam pelayanan pembangunan tubuh Kristus.
2 Timotius 2: 20-21
= pasal tentang tahbisan.
Syarat utama untuk melayani adalah kesucian. Dan kesucian ini terjadi lewat Firman Pengajaran yang lebih tajam dari pedang bermata dua (Mazmur 119: 9; Yohanes 15: 3).
Kita disucikan sampai menjadi perak dan emas. Kalau pelayanan tanpa disucikan, akan mengarah pada rumput dan kayu yang satu waktu akan terbakar habis.
Tapi emas dan perak, makin dibakar, makin teruji dan makin sempurna.
Amsal 10: 20
= perak, artinya: mengalami ketebusan, sampai lidah tidak salah dalam berkata-kata. Dan hidup itulah yang akan dipakai oleh Tuhan. Orang yang tidak jujur, tidak mendapat kuasa pembaharuan, sebab lidah ini banyak salah.
Dan tiap pelayanan yang disertai dengan keubahan hidup, itu ditandai dengan shekina glory.
Mazmur 68: 14
Emas dan perak, itulah sayap merpati.
Sayap merpati ini benar-benar perlindungan dari Tuhan yang sama dengan sayap burung nazar.
Mazmur 55: 7-9; Wahyu 12: 14
Lewat sayap merpati, kita mendapatkan perlindungan dan pemeliharaan, sehingga kita tetap dalam ketenangan, sampai pada masa antikris 3,5 tahun.
Kalau tidak suci, artinya tidak ada ketenangan.
Wahyu 1: 7->melihat pada Yesus dalam kemuliaan sebagai Raja segala raja, Mempelai Pria Surga yang akan datang kembali.
Praktiknya adalah (Wahyu 19: 6-7) menyembah Tuhan. Dan ini adalah suara merpatiyang ingin di dengar Tuhan.
Kidung Agung 2: 14
= dari gunung inilah ada suara penyembahan. Itulah pengajaran yang murni dan benar (2 Samuel 22: 31-32). Dan gunung batu itu tidak berubah.
Artinya, penyembahan yang benar, itu didorong oleh Firman yang murni, Firman yang tidak berubah-ubah.
Kalau pengajarannya benar, maka penyembahannya juga akan benar.
Lukas 9: 28
= setelah pengajaran, baru terjadi penyembahan.
Wahyu 19: 1,3-4
Kidung Agung 2: 14
= suara merdu, itu adalah penyembahan dalam suasana kebangkitan dengan hati yang bersyukur. Tapi, ada satu waktu yang Tuhan ijinkan terjadi dimana kita mengalami masalah. Saat itu, suara itu harus tetap ada, tapi dalam suasana kematian dengan hati yang hancur.
Nahum 2: 7
Seruan haleluya dalam suasana kematian dan kebangkitan, itulah nyanyian baru yang tidak bisa dipelajari oleh siapapun.
Wahyu 19: 6, 2-3
Disaat ada suara mempelai, nyanyian mempelai dan penyembahan mempelai, saat itu kasih Mempelai di curahkan di tengah kita, terutama kita yang keadaannya seperti domba sembelihan.
Roma 8: 35-37
Kegunaan dari kasih Mempelai:
Tuhan memberkati.