Ibadah Raya Surabaya, 07 Juni 2009 (Minggu Sore)

Matius 24: 32-35
Nubuat ke-6= NUBUAT TENTANG POHON ARA/ISRAEL.
Secara umum, pohon ara ini ditampilkan dari jaman ke jaman:
  1. jaman Allah Bapa= menampilkan pohon ara di taman Eden.
  2. jaman Allah Anak= menampilkan pohon ara di pinggir jalan.
  3. jaman Allah Roh Kudus= menampilkan nubuat tentang pohon ara.
Kita mulai dengan POHON ARA DI TAMAN EDEN
Kejadian 3: 7
Pohon ara di taman Eden dikaitkan dengan kejatuhan Adam dan Hawa. Sejak Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan, maka mereka berdua menjadi telanjang, artinya: kehilangan kemuliaan Tuhan, kesucian dan kebenaran. Dan mereka menutupi ketelanjangan dengan daun pohon ara.

Daun ini memang bisa menutup ketelanjangan. Tapi kalau kena panas, lama-lama akan layu dan kering, sehingga jadi telanjang lagi.
Daun pohon ara= kebenaran diri sendiri.

Yesaya 64: 6
'kesalehan kami'= kebenaran kami (terjemahan lama).
Sejak Adam dan Hawa menggunakan daun pohon ara ini, dosa kebenaran sendiri ini berkembang.

Perkembangan dosa kebenaran sendiri:

  1. Kejadian 3: 11-13= melanda kehidupan nikah anak-anak Tuhan.
    Disini, suami istri saling menyalahkan. Akhirnya menyalahkan Tuhan dan setan. Berarti, kebenaran diri sendiri menjadikan keras hati, sehingga timbul perceraian. Nikah itu tidak menjadi satu lagi, bahkan menjadi telanjang. Akibatnya, nikah itu hidup dalam suasana kutukan, penuh kepahitan dan tidak ada kebahagiaan.

    Efesus 5: 31-32
    Nikah yang benar harus ada salib di antara suami dan istri. Salib itu adalah saling mengaku dan saling mengampuni.
    Kalau nikah jadi satu, maka akan mengarah pada kesatuan yang lebih besar, itulah pesta nikah Anak Domba Allah.

    Kalau tidak ada salib dalam nikah, yang ada pasti kebenaran sendiri!

  2. Bilangan 12: 1-2, 10-12= melanda penggembalaan/ibadah pelayanan.
    Kusta= kebenaran diri sendiri.
    Disini, jemaat merasa lebih benar dari Musa (gembala), sehingga mengata-ngatai Musa. Ini juga kekerasan hati.

    Jadi, kalau jemaat mengata-ngatai seorang gembala, maka jemaat jadi keras hati dan tidak bisa mendengar Firman penggembalaan. Dan kalau gembala mengata-ngatai sidang jemaat, maka penyampaian Firman penggembalaan dengan emosi, sehingga jemaat juga tidak bisa mendengar Firman penggembalaan.

    Karena itu, dalam penggembalaan, kita juga harus saling menjaga.

    ay. 12= kalau jemaat/gembala merasa benar sendiri, maka keras hati dan akibatnya jadi seperti bayi yang gugur, artinya tidak mengalami kelahiran baru, tidak mengalami keubahan hidup, sehingga perbuatannya hanyalah perbuatan daging.

  3. Wahyu 16: 9= merasa lebih benar dari Tuhan.
    Kalau sudah sampai tingkat ini, maka manusia itu tidak bisa lagi bertobat. Sebab manusia itu hanya menyalahkan Firman. Sekalipun ada hajaran dari Tuhan, mereka tetap menghujat Tuhan, tidak bertobat, sampai tidak bisa bertobat lagi, sama seperti setan. Dan hidup ini hanya untuk dibinasakan selama-lamanya.
Dosa kebenaran sendiri ini menghalangi pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.

Lukas 17: 11-12
'Yerusalem'= Yerusalem Baru, yang berarti mempelai wanita Tuhan.
Disini, Yesus ke Yerusalem menyusuri perbatasan Samaria dan Galilea.
Samaria= bangsa kafir.
Galilea= bangsa Israel.
Yesus menyusuri perbatasan, artinya Ia ingin menyatukan 2 bangsa yang terpisah->kesatuan tubuh Kristus yang sempurna antara Israel dan kafir. Inilah kerinduan Tuhan, supaya kesatuan ini segera terwujud.

Lalu, bagaimana cara penyatuan itu? Yaitu lewat salib.
Perbatasan Israel dengan kafir yang memisahkan adalah 10 orang kusta, dimana yang kusta itupun juga ada dari Israel dan dari bangsa kafir.
Israel benar sendiri, kafir benar sendiri, sehingga tidak pernah bisa menyatu. Karena itulah diperlukan salib Tuhan.

Efesus 2: 13-16
Tuhan sudah merindu kesatuan tubuh ini, tapi masih ada kusta yang harus dihadapi.

Lukas 17: 13-14
Jelas disini, bahwa yang MUTLAK dibutuhkan oleh orang kusta ini adalah BELAS KASIH TUHAN. Dan ini didapat dari salib Tuhan.
ay. 14= mestinya tahir dulu, baru ke imam-imam. Tapi disini, pergi ke imam-imam dulu (suatu ketaatan).
Jadi, yang mendapat belas kasihan Tuhan adalah orang yang taat dengar-dengaran apapun resikonya, sekalipun tidak cocok dengan logika kita.

Orang-orang kusta ini taat, sehingga di tengah jalan, mereka menjadi tahir oleh belas kasihan Tuhan= hidup dalam kebenaran dan kesucian.
Kalau tidak taat, maka kita akan kehilangan kasih kemurahan Tuhandan itu artinya tinggal tetap kusta untuk selamanya. Dan ini artinya bukan menghilangkan masalah, tapi justru menambah masalah dan masih harus membayar harga yang lebih mahal. Contohnya adalah Saul, dimana ia kehilangan jabatan sebagai raja. Kalau kita sekarang, artinya tidak bisa masuk dalam kerajaan 1000 tahun (Firdaus yang akan datang).

Setiap kali kita melayani pekerjaan Tuhan, harus memancarkan sinar kebenaran dan kesucian, supaya orang dalam kegelapan bisa disinari dan bisa ditolong. Kalau taat, pasti benar dan suci.

Lukas 17: 15-19
Sudah tahir (dibenarkan dan disucikan), tapi masih dipisahkan lagi jadi 2 golongan:

Tuhan memberkati.