Kita
masih membahas kitab Wahyu 2, dan kita sudah sampai pada ayat yang
ke-6 (tentang sidang jemaat Efesus yang membenci pengikut Nikolaus).
Sekarang, kita membaca ayat yang ke-7 (yang terakhir). Wahyu 2-3
dalam susunan tabernakel menunjuk tujuh kali percikan darah di depan
tabut perjanjian, sama dengan tujuh surat yang ditujukan kepada tujuh
sidang jemaat bangsa kafir, sama dengan penyucian terakhir yang
dilakukan oleh TUHAN kepada tujuh sidang jemaat bangsa kafir (kita
semua), supaya menjadi sempurna seperti Dia. Menjadi Mempelai Wanita
TUHAN yang siap untuk menyambut kedatangan TUHAN ke dua kali.
Tujuh
sidang yang disucikan oleh TUHAN lewat percikan darah, yang pertama
adalah sidang jemaat Efesus (Wahyu 2:1-7). Sidang jemaat Efesus
disucikan untuk kembali kepada kasih mula-mula.
Wahyu
2: 4, 5,
4.
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan
kasihmu yang semula.
5.
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah
dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak
demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu
dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
Penyucian
terakhir terhadap sidang jemaat di Efesus karena sidang jemaat Efesus
telah kehilangan kasih mula-mula dan TUHAN menghendaki supaya sidang
jemaat Efesus kembali kepada kasih mula-mula. Pada ayat yang ke-7,
terdapat janji TUHAN jika mau disucikan dan kembali kepada kasih
mula-mula.
Wahyu
2:7,
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh
kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari
pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."
Janji
TUHAN yaitu untuk mengembalikan sidang jemaat Efesus ke firdaus
(taman firdaus ALLAH). Memang manusia diciptakan diletakkan di taman
firdaus, tetapi karena berbuat dosa, manusia diusir ke dunia, hidup
dalam kutukan. Salah satu janji TUHAN, mengembalikan sidang jemaat
Efesus ke taman firdaus ALLAH.
Sekarang
ini kita akan mempelajari
langkah-langkah
untuk kembali ke firdaus yaitu:
- Kembali
kepada kasih mula-mula (seperti
sidang jemaat Efesus). Kasih mula-mula adalah kasih ALLAH yang
dinyatakan lewat Kurban Kristus di kayu salib (kematian YESUS di
kayu salib). Bagaimana praktiknya kembali kepada kasih
mula-mula?
Kisah
rasul 19: 1-6,
1.
Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah
daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya
beberapa orang murid.
2.
Katanya kepada mereka: "Sudahkah kamu menerima Roh Kudus,
ketika kamu menjadi percaya?" Akan tetapi mereka menjawab dia:
"Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh
Kudus."
3.
Lalu kata Paulus kepada mereka: "Kalau begitu dengan baptisan
manakah kamu telah dibaptis?" Jawab mereka: "Dengan
baptisan Yohanes."
4.
Kata Paulus: "Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang
telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka
harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu
Yesus."
5.
Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis
dalam nama Tuhan Yesus.
6.
Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh
Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa
roh dan bernubuat.
Kisah rasul
19 => Paulus tiba di Efesus.
Ay 3 => 'Jawab
mereka: "Dengan baptisan Yohanes' =>
baptisan air.
Bukti
atau prosesnya kita kembali kepada kasih mula-mula yaitu:
- Pada
ay 2, percaya
kepada YESUS atau iman kepada YESUS lewat mendengar Firman Kristus.
Firman Kristus adalah Firman yang diurapi Roh Kudus (Roma 10:17).
Jadi Roh Kudus inilah yang mendorong kita untuk mendengar Firman
ALLAH dengan sungguh-sungguh (dengan berkobar-kobar) sampai kita
dapat mengerti Firman. Kalau bersungguh-sungguh (berkobar-kobar)
dalam mendengarkan Firman, pasti mengerti. Roh Kudus membuat kita
mengerti akan Firman. Masih dilanjutkan, bukan hanya sampai di otak
(mengerti), tetapi sampai percaya atau yakin kepada Firman =
percaya atau yakin bahwa YESUS adalah Satu-satunya Juruselamat
('tahu dengan pasti bahwa YESUS satu-satunya
Juruselamat).
Mendengarkan Firman dengan berkobar-kobar
(bersungguh-sungguh), itulah kasih mula-mula. Kalau sudah
mengantuk, loyo = tidak memiliki kasih.
- Bertobat
(ay 4
'Baptisan
Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat').
Bertobat adalah berhenti berbuat dosa dan kembali kepada TUHAN =
mati terhadap dosa. Roh Kudus membuat kita memiliki kerinduan
(berkobar-kobar) untuk bertobat. Kalau masih ada dosa yang masih
dipertahankan, akan ada kerinduan => 'aku mau lepas dari dosa
ini' Inilah ada kasih mula-mula. Kalau berbuat dosa, tetapi malah
tertawa-tawa, membela dosa, ini berarti sudah kehilangan kasih
mula-mula.
Mungkin masih berbuat dosa, tetapi sudah sadar
dan ada kerinduan => 'aku harus berhenti berbuat dosa, TUHAN
akan memberikan pertolongan untuk berhenti berbuat dosa' Itulah
kasih mula-mula. Kalau tertawa-tawa, lalu menyalahkan orang lain
(hanya menunjuk salahnya orang), tetap mempertahankan dosa, berarti
sudah kehilangan kasih mula-mula (kehilangan firdaus). Mari
kembali!
- Masuk
baptisan air
(ay 3
'baptisan Yohanes'). Orang yang sudah mati, dikubur di dalam
air.
Roma
6: 4,
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Baptisan
air yang benar adalah orang yang sudah bertobat (mati terhadap
dosa) harus dikuburkan dalam air bersama YESUS, kemudian bangkit
dari dalam air bersama YESUS (keluar dari air bersama dengan YESUS)
untuk mendapatkan hidup baru, hidup surgawi, yaitu mengalami
kelepasan dari dosa. Tadi, kalau bertobat hanyalah sampai berhenti
dari dosa. Misalnya: berbuat dosa itu berjalan ke neraka, kalau
bertobat, berarti berhenti dan berbalik arah. Tetapi kalau baptisan
air, lebih tinggi, yaitu mengalami kelepasan dari dosa. Kelepasan
dari dosa artinya kita tidak mau berbuat dosa lagi sekalipun ada
kesempatan, tantangan, paksaan, godaan, keuntungan, ancaman, apa
saja.
Tadi, Roh Kudus mendorong kita untuk rindu berhenti
berbuat dosa (bertobat). Sekarang Roh Kudus mendorong kita untuk
selalu merindu untuk terlepas dari dosa. Jadi tidak mau berbuat
dosa lagi, sekalipun ada paksaan, keuntungan, ancaman. Contohnya
adalah Yusuf. Kalau Yusuf mau berbuat dosa dengan isteri Potifar,
maka ia mendapatkan keuntungan. Kalau tidak mau berbuat dosa, juga
diancam oleh isteri Potifar. Tetapi Yusuf tetap tidak mau berbuat
dosa. Inilah kelepasan dari dosa; kasih mula-mula. Tidak
gampang/mudah untuk berbuat dosa, tidak mau mempertahankan dosa,
itulah kasih mula-mula.
- Baptisan
Roh Kudus
(Kisah rasul 19: 6).
Baptisan Roh
Kudus atau kepenuhan Roh Kudus = lahir baru dari Roh
Kudus.
Yohanes
16: 13,
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin
kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata
dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya
itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu
hal-hal yang akan datang.
Ay
13 => 'Tetapi apabila Ia datang, yaitu
Roh Kebenaran' => Roh Kebenaran = Roh
Kudus.
'Ia akan memimpin kamu ke dalam
seluruh kebenaran' => disini jelas.
Jadi Roh Kudus memimpin kita untuk hidup dalam kebenaran.
Segala
aspek kehidupan kita harus dalam kebenaran. Inilah bukti kita
menerima kasih mula-mula; kembali kepada kasih mula-mula. Kalau
segala aspek kehidupan kita dalam kebenaran, maka kita layak makan
buah pohon kehidupan di taman firdaus.
Wahyu
2: 7,
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh
kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan
dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."
Waktu
Adam dan Hawa berbuat dosa, mereka diusir dari taman firdaus,
mengapa? Sebab kalau Adam dan Hawa berdosa lalu makan pohon
kehidupan di taman firdaus, maka seumur hidup dia akan berbuat dosa
(dosanya menjadi kekal selamanya). Buah dari pohon pengetahuan baik
dan jahat yang dilarang sudah mereka makan, satu waktu mereka akan
makan buah dari pohon kehidupan sehingga dosanya menjadi kekal, itu
sebabnya mereka diusir. Tetapi kalau sudah hidup benar, kita makan
buah dari pohon kehidupan, maka kita dapat hidup kekal (kebenaran
itu kekal). Jadi siapa yang kembali kepada kasih mula-mula (sudah
hidup dalam kebenaran), boleh makan buah dari pohon kehidupan di
taman firdaus, supaya kebenaran menjadi kekal (mantap) dan hidup
kita kekal.
Kalau kita hidup dalam kebenaran, akan mengalami
kebahagiaan (dalam suasana firdaus). Mari kembali kepada kasih
mula-mula, dan kita akan kembali ke firdaus. Kalau hidup benar,
kita akan berbahagia. Kebahagiaan tidak ditentukan kaya, miskin,
pandai, bodoh, tua, muda, bukan! Tetapi kalau hidup benar, pasti
berbahagia.
Yesaya
3: 10,
Katakanlah berbahagia orang benar! Sebab mereka akan memakan hasil
pekerjaannya.
Kalau ayat ini
dibuat kalimat yang sederhana => 'Sebab
mereka akan memakan hasil pekerjaannya'
=> mereka akan berhasil dan diberkati TUHAN. Raja Daud bersaksi
=> 'sampai ke anak cucu diberkati' Kalau hidup dalam
kebenaran, kita mengalami kebahagiaan (dalam suasana firdaus),
berhasil dan diberkati oleh TUHAN sampai ke anak cucu. Sekarang ini
biarlah kita kembali kepada kasih mula-mula.
Langkah
pertama untuk kembali ke frdaus adalah kembali kepada kasih
mula-mula. Mulai dari iman (mendengarkan Firman), inilah langkah
pertama. Permulaan dari semuanya adalah dari mendengarkan Firman.
Sebab ayat mengatakan => 'pada mulanya adalah Firman' Kalau
kita mau menjadi berhasil, hidup kekal, mau tertolong, hidup suci,
mau senang, mau apa saja, permulaannya adalah mendengarkan Firman.
Harus berkobar-kobar (bersungguh-sungguh) dalam mendengarkan Firman,
sampai mengerti, percaya atau yakin kepada Firman. Dilanjutkan
bertobat, baptisan air. Ada kerinduan atau semangat untuk lepas dari
dosa => 'aku tidak mau tinggal dalam dosa, aku tidak mau
berbuat dosa lagi apapun yang terjadi' Lalu baptisan Roh Kudus
(hidup dalam kebenaran). Kita berkobar-kobar untuk mempertahankan
kebenaran. Kita mendengarkan Firman TUHAN, kemudian diurapi oleh Roh
Kudus = semakin memantapkan kebenaran.
Saya sudah pernah
bersaksi, dulu gereja saya masuk di jalan yang agak kecil, jadi
tidak ada polisi disitu. Dulu saya tidak memakai helm (tahun-tahun
pertama saya di Malang, saya juga tidak memakai helm), setelah
perkembangan Firman, kebenaran ini ditingkatkan. Sekarang, saya
harus memakai helm kalau naik sepeda motor. Kalau pengerja tidak
memiliki surat ijin mengemudi tidak boleh mengendarai motor. Kita
mengajarkan => 'harus memiliki surat ijin mengemudi dan
sebagainya'
Satu waktu saya juga dites yaitu: ada orang
yang akan dioperasi, tetapi rumah sakitnya jauh, tetapi saya tidak
memiliki helm. Lalu saya berjalan keluar ke arah masjid dahulu, naik
jembatan layang, turun lagi, lalu mencari mikrolet. Sekalipun macet,
tetapi TUHAN tolong saya dapat sampai tepat waktu. Kalau menurut
perhitungan manusia, tidak akan dapat tepat waktu.
Seandainya
kalau => 'kamu tidak memiliki surat ijin mengemudi? tidak
apa-apa, bonceng oom saja kesana', maka saya tidak akan pernah
tertolong sampai dengan hari ini. Mari hidup dalam kebenaran, itulah
bahagia. Tidak benar = tidak bahagia. Periksa! Kalau pekerjaan kita
tidak benar, tidak akan bahagia sekalipun uang banyak. Study kita
tidak benar, tidak bahagia. Nikah kita tidak benar, tidak bahagia.
Mari kembali kepada kebenaran. Bekobar-kobar (semangat) untuk
mempertahankan kebenaran, disitu kita mendapatkan kebahagiaan,
berhasil dan diberkati TUHAN. Inilah suasana firdaus (kembali ke
firdaus).
- Harus
mengalami pekerjaan Firman ALLAH
= harus
terkena pedang Firman ALLAH.
Kalau mau kembali ke firdaus, harus:
- kembali
kepada kasih mula-mula,
- kembali
ke kayu salib,
- hidup
benar. Jangan pernah berpikir, kalau tidak benar,maka kita akan
berbahagia, tidak! Kalau benar, baru kembali ke firdaus. Kedua,
harus mengalami pekerjaan pedang Firman ALLAH (Firman yang lebih
tajam dari pedang bermata dua).
Kejadian
3: 24,
Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden
ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala
dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Ay
24 => 'Ia menghalau manusia itu'
=> Adam dan Hawa sudah diusir dari firdaus ke dunia ini
(terkutuk).
'di sebelah timur taman Eden
ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala
dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan'
=> jangan sampai manusia makan buah pohon kehidupan. Kalau
manusia berdosa makan buah pohon kehidupan, maka dosanya akan
menjadi dosa yang kekal dan akan binasa.
Jadi jalan menuju
firdaus (pintu firdaus) dijaga oleh kerub (malaikat-malaikat) dengan
pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar. Siapa yang
berusaha masuk ke pintu firdaus akan terkena pedang penghukuman.
Disinilah kita bersyukur, sebab YESUS yang masuk ke pintu firdaus.
YESUS rela mati di kayu salib = terkena pedang yang menyala-nyala
dan menyambar-nyambar untuk membuka pintu firdaus (membuka jalan
menuju firdaus) bagi kita semuanya. Seandainya YESUS tidak terkena
pedang penghukuman, pedang ini akan terus bekerja. Siapa yang mau
masuk firdaus akan terkena pedang penghukuman dan mati (binasa).
YESUS terkena pedang penghukuman, berarti segala penghukuman dosa
sudah ditanggung oleh Dia.
Sekarang kepada kita semua (sidang
jemaat Efesus, jemaat bangsa kafir, sidang jemaat di akhir zaman).
Jalan menuju firdaus sudah dibuka, kalau kita mau masuk ke pintu
firdaus, maka kita harus terkena pedang penyucian = mengalami
pekerjaan Firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua (Firman
pengajaran yang benar). Ada penginjilan, tetapi juga ada pengajaran.
Jangan terkena pedang penghukuman, tetapi terkena pekerjaan pedang
penyucian. Kalau tidak mau pedang, tidak akan dapat masuk firdaus.
Jangan ditipu! Kalau kita hanya mendengar lawakan, dan sebagainya,
tidak akan dapat masuk firdaus. Harus terkena pedang, tidak bisa
tidak. Semoga kita dapat mengerti.
Ibrani
4: 12, 13,
12.
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang
bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa
dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan
dan pikiran hati kita.
13.
Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya,
sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang
kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
Sekali
lagi, ada Firman penginjilan tetapi juga ada Firman pengajaran.
Firman penginjilan membawa orang berdosa untuk percaya YESUS dan
diselamatkan. Sesudah itu, untuk dapat kembali ke firdaus, maka
harus mengalami pedang Firman. Penginjilan jangan dihina => 'apa
itu penginjilan?' Penginjilan penting! Kalau tidak ada
penginjilan, tidak ada saya disini, tidak ada saudara disini. Semua
karena injil sehingga kita dapat percaya YESUS dan diselamatkan.
Tetapi sesudah itu harus ditingkatkan (terkena pedang Firman).
Inilah yang kita saksikan.
Bersaksi
ada dua:
- Bersaksi
kepada jiwa-jiwa yang belum percaya YESUS, dengan injil => 'mari
percaya YESUS, diselamatkan dan diberkati'
- Tetapi
bagi yang sudah percaya YESUS, mari bersaksi tentang pedang. Kita
harus mengalami pedang Firman/makanan keras/Firman penyucian agar
dapat kembali ke firdaus.
Kesaksian
kita dobel, yaitu tentang penginjilan (untuk orang di luar YESUS)
dan tentang pedang Firman (untuk orang yang sudah selamat). Firman
penggembalaan itu juga dobel:
- Seperti
membaringkan di padang rumput, ini penginjilan (merasa enak
dibaringkan).
- Dalam
penggembalaan juga ada hidangan. TUHAN menyediakan hidangan (Mazmur
23), inilah makanan keras atau pedang.
Jiwa
baru bertambah, ada baptisan air, ini karena penginjilan. Tetapi
yang lama harus terkena pedang, untuk menuju ke firdaus. Sebab itu
TUHAN memberi hikmat kepada seorang gembala. Firman penggembalaan
merupakan makanan dobel, seperti manna pada hari ke enam juga
mendapatkan dobel. Setiap hari orang Israel menerima satu gomer
manna, tetapi pada hari ke enam harus menerima dobel atau dua (untuk
sehari-hari, tetapi juga untuk hari ke tujuh). Hari ke tujuh itulah
sabat. Sekarang sabat dalam kerajaan seribu tahun damai (firdaus
yang akan datang). Harus ada makanan dobel, itulah penginjilan dan
pengajaran.
Dalam Ibrani 4:12-13, pedang
Firman (Firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua) menyucikan
kehidupan kita mulai dari:
- Hati-pikiran
kita. Hati sebagai sumber dari
kehidupan rohani = pusat kehidupan rohani = penentu kehidupan
rohani. Dalam tabernakel, hati ini ditunjukkan oleh meja roti
sajian. Meja jangan diberi muntah, tetapi harus diberi roti. Banyak
meja sudah cemar oleh muntah (kitab Maleakhi). Biarlah saat ini
lewat pedang, muntah-muntah disucikan dan diberikan roti.
Markus
7: 21-23,
21.
sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat,
(1)percabulan,
(2)pencurian,
(3)pembunuhan,
22.
(4)perzinahan,
(5)keserakahan,
(6)kejahatan,
(7)kelicikan,
(8)hawa
nafsu, (9)iri
hati, (10)hujat,
(11)kesombongan,
(12)kebebalan.
23.
Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan
orang."
Ay 21 =>
'sebab dari dalam, dari hati orang, timbul
segala pikiran jahat' => kalau
dijadikan satu, akan menjadi hati pikiran yang jahat (meja).
Ay
22 => 'kebebalan'
=> hati-hati kalau sudah ada kebebalan (yang ke-12). Kebebalan
(orang yang bebal) adalah kehidupan yang:
- tidak
dapat diberi nasihat,
- tidak
dapat ditegor oleh Firman ALLAH,
- diberi
nasehat secara pribadi, sehingga dia tetap mempertahankan
dosa-dosa dan binasa selamanya. Orang bebal itu sangat berbahaya.
Kalau bebal, hati nuraninya menjadi kebal (mati). Dia berbuat dosa
tetapi masih dapat tertawa-tawa, tidak ada perasaan takut dan
sebagainya, itulah bebal.
Pedang
Firman menyucikan hati pikiran kita (meja kehidupan kita) dari
kedua belas keinginan jahat dan najis (dosa kejahatan dan
kenajisan). Kalau hati sudah disucikan dari kedua belas keinginan
jahat dan najis, maka hati akan diisi dengan dua belas roti (meja
roti sajian) yang disusun menjadi dua susun, masing-masing susun
terdiri dari enam buah (enam buah dan enam buah). Angka enam puluh
enam (enam puluh enam kitab dalam alkitab), menunjuk Firman
pengajaran yang benar. Disinilah permulaan penyucian. Mau kembali
ke firdaus, dilihat apa isi hati dan pikirannya. Kalau hati
pikirannya najis-jahat, tidak akan dapat kembali ke firdaus, sebab
itu harus ditusuk dengan pedang, sampai hati pikiran hanya diisi
dengan Firman ALLAH yang benar. Semoga kita dapat mengerti.
Kalau
hati pikiran disucikan oleh pedang Firman, maka seluruh kehidupan
kita akan disucikan (termasuk perkataan, perbuatan, semuanya akan
disucikan). Kuncinya adalah di hati. Jangan sampai hati menjadi
bebal. Kalau sudah bebal, tidak akan dapat disucikan lagi (tetap
mempertahankan dosa, membanggakan dosa, tidak dapat berbuat benar
dan baik lagi, hanya semata-mata berbuat dosa).
Kalau hati
pikiran mau ditusuk oleh pedang, disucikan dari kedua belas dosa,
dan diisi dengan dua belas roti (Firman pengajaran yang benar),
maka seluruh kehidupan kita juga disucikan = pribadi kita
disucikan.
- Kalau
mau kembali ke firdaus, tidak cukup kalau hanya dengan penyucian
pribadi. Hanya suci sendiri, tidak akan bisa. Sendi
juga harus disucikan. Seperti
tubuh ini tidak hanya terdiri dari tangan, tetapi masih ada bahu,
tangan yang lain (ada sendi-sendinya). Ini berarti hubungan dengan
orang lain juga harus disucikan (penyucian sendi).
Ibrani
4: 12,
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang
bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa
dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan
dan pikiran hati kita.
Sendi-sendi
juga harus disucikan. Firman pengajaran yang benar, yang lebih
tajam dari pedang bermata dua menyucikan kehidupan kita mulai dari
hati pikiran (sumbernya dosa, gudangnya dosa, pusat kehidupan
rohani). Pribadi sudah suci, seluruh hidup disucikan. Kedua,
penyucian sendi. Sendi adalah hubungan antar dua tulang. Sendi
disucikan supaya dapat bekerja sama dengan baik (masuk persatuan
Tubuh Kristus). Hubungan antar dua tulang (hubungan dengan sesama)
mulai dari:
- Dalam
nikah. Hubungan dalam nikah harus disucikan,
- Dalam
penggembalaan masing-masing, juga harus disucikan,
- Antar
penggembalaan (antar gereja). Dalam kunjungan-kunjungan, kita
hanya membawa pedang saja (tidak membawa yang lainnya) untuk
menyucikan,
- Sampai
nanti menjadi kesatuan Tubuh Kristus yang sempurna = Israel dengan
kafir menjadi satu tubuh yang sempurna. Semoga kita dapat
mengerti.
2
Korintus 12: 20,
Sebab aku kuatir, bahwa apabila aku datang aku mendapati kamu tidak
seperti yang kuinginkan dan kamu mendapati aku tidak seperti yang
kamu inginkan. Aku kuatir akan adanya perselisihan, iri hati,
amarah, kepentingan diri sendiri, fitnah, bisik-bisikan,
keangkuhan, dan kerusuhan.
Ay
20 => 'Sebab aku kuatir, bahwa apabila
aku datang aku mendapati kamu tidak seperti yang kuinginkan dan
kamu mendapati aku tidak seperti yang kamu inginkan'
=> terjadi apa itu?
'Aku kuatir akan
adanya perselisihan, iri hati' =>
hati-hati terhadap dua hal ini, perselisihan dan iri hati:
- Dalam
nikah jangan sampai terjadi perselisihan dan iri hati. Iri hati
dalam nikah, termasuk juga cemburu. Inilah yang membuat sendi
tidak baik (hubungan tidak baik). Kalau sendi tidak baik, mau
goyang sedikit, sudah menangis. Jika suami-isteri, anak-orang tua,
kakak-adik ada perselisihan, mari diselesaikan dengan baik. Kalau
tidak mau diselesaikan, tidak perlu dipaksa-paksa, sebab sudah
selesai (kita tidak berhutang darah). Kalau ada yang menimbulkan
kecemburuan => kamu begini...' Mari diselesaikan
(dibicarakan), disucikan, sampai kita saling percaya lagi di dalam
rumah tangga.
- Juga
dalam penggembalaan,
- Antar
hamba TUHAN, jika terjadi perselisihan, harus diselesaikan.
Perselisihan
ini ada dua:
- Perselisihan
karena dosa-dosa atau kesalahan, mari saling mengaku dan
mengampuni. Mari datang => 'apa kesalahan saya, ... ampuni'
Kalau tidak mau, ya sudah (kita sudah mau menyelesaikan, tetapi
dia tidak mau, ya sudah, tinggal urusan dia dengan TUHAN). Begitu
saja, tidak perlu diungkit-ungkit lagi, sudah selesai (sudah
beres). Jika mau, mari kita selesaikan. Semoga kita dapat
mengerti.
- Perselisihan
karena pengajaran. Kalau dalam tabernakel, mulai dari iman sudah
berselisih. Disini banyak perselisihan, alkitab mengajarkan =>
'iman dari mendengar (Roma 10)' Tetapi ada ajaran => 'iman
karena melihat' Contohnya: ada mobil putih, pegang, nanti kamu
mendapatkan. Inilah karena melihat. Sudah berbeda, mari baca
alkitab. Penyelesaian perselisihan dalam pengajaran kalau kita mau
membaca alkitab. Kalau berdasarkan yang lain, nanti akan berdebat.
Misalnya: soal iman, baca alkitab tentang iman. Semua tentang iman
adalah sesuatu yang tidak kita lihat. Jika tidak sesuai dengan
alkitab, akibatnya fatal. Dalam tabernakel, iman ditunjuk oleh
pintu gerbang. Kalau pintu gerbangnya berbeda gemboknya saja
(bentuk sama, catnya sama, semua sama), yang satu gemboknya warna
putih semua, yang satunya lagi ada titik hitam sedikit saja, pasti
masuknya berbeda (rumahnya sudah berbeda). Itu sebabnya kita
jangan main-main dengan pengajaran, sebab merupakan penentu kita
mau kemana. Belum lagi pengajaran soal baptisan (dapat
bermacam-macam), belum lagi baptisan Roh Kudus (bermacam-macam).
Maafkan, di gereja gpt (pengajaran) saja sudah bermacam-macam.
Saya dilapori => 'mengapa begini pak, ...ada yang dijegal
sekarang supaya jatuh dan lain sebagainya' Harus waspada!
Perselisihan soal pengajaran dapat diselesaikan jika kembali ke
alkitab, bukan kembali ke organisasi gereja, dan sebagainya.
Mungkin di keluarga ada perselisihan soal pengajaran, kembali ke
alkitab. Sama-sama baca alkitab dan selesai.
Kalau
perselisihan dan iri hati dipertahankan, nanti akan timbul yang
lain. Sendinya akan benar-benar hancur dan tidak ada lagi hubungan
satu dengan yang lainnya.
Hati-hati
terhadap iri hati:
- Iri
hati karena berkat TUHAN, ini yang sering
terjadi. Contohnya: Yakub diberkati dan Esau iri hati. Kita
semuanya diberkati oleh TUHAN. Kalau sampai iri hati kepada berkat
yang diterima orang lain, berarti tidak menghargai berkat TUHAN dan
tidak menghargai kemurahan TUHAN.
- Iri
hati karena jubah yang indah/pemakaian TUHAN.
Semuanya dipakai oleh TUHAN. Saya sampai mengatakan => 'mengepel
gereja pun dipakai oleh TUHAN' Kalau gereja ini tidak dipel,
mungkin sekarang (hari Senin, Rabu) bisa datang, dua minggu-tiga
minggu lagi semuanya akan gatal, empat minggu lagi tidak ada lagi
yang mau datang ke gereja. Tiap datang ke gereja merasa gatal
sehingga menggaruk-garuk, tidak dapat mendengarkan Firman (sebab
banyak debu ). Harus dibersihkan. Yang membersihkan gereja pun
dipakai oleh TUHAN. Iri hati soal pemakaian TUHAN, contohnya:
kakak-kakak Yusuf iri hati kepada Yusuf. Inilah yang menimbulkan
perpecahan.
Hati-hati
terhadap dua ini (iri hati dan perselisihan)! Kalau dalam rumah
tangga, iri hati itu cemburu. Contohnya: seperti Rakhel iri hati
kepada Lea. Waktu Lea sudah mempunyai anak, sedangkan Rakhel belum
punya anak, dia minta kepada Yakub => 'beri aku anak, kalau
tidak, aku akan mati saja' Sampai begitu kalau cemburu. Mari
diselesaikan iri hati, cemburu dan perselisihan.
Saya
percaya, kalau semuanya ditusuk oleh pedang, semuanya dapat selesai
(perselisihan, iri hati antara suami-isteri selesai). Siapa yang
tidak pernah berbuat dosa? Saya pun berbuat dosa. Kalau kita saling
mengaku dan saling mengampuni, maka Darah YESUS akan menyucikan dosa
kita (seperti tidak pernah berbuat dosa) dan hubungan sendi akan
menjadi baik. Dua ini (perselisihan dan iri hati) diselesaikan,
kalau tidak akan muncul lainnya (2 Korintus 12:20 'amarah,
kepentingan diri sendiri, fitnah, bisik-bisikan, keangkuhan, dan
kerusuhan'). Kepentingan diri sendiri =
egois. Kalau sampai kerusuhan, berarti sudah tidak ada hubungan
sendi lagi (terlepas satu dengan yang lainnya).
Mari,
sekarang ini, biarlah terjadi penyucian hati pikiran dan sendi,
supaya kita dapat bekerja sama antara satu dengan yang lain dan kita
dapat masuk kesatuan Tubuh Kristus yang sempurna (Mempelai Wanita).
Kita tidak dapat suci sendiri.
Kalau dalam tabernakel,
temboknya terdiri dari papan-papan (papannya disalut dengan emas).
Kalau papannya hanya satu (suci sendirian), ular dapat masuk, angin
masuk, akhirnya roboh. Kalau papan-papannya dijajarkan, jangankan
ular, anginpun tidak akan dapat masuk. Inilah kegunaannya penyucian
hati (pribadi) sampai seluruh hidup, tetapi juga penyucian sendi.
Supaya tidak ada fitnah dan sebagainya, harus ada penyucian sendi.
Kalau kita dapat bekerja sama dengan yang lainnya, akan terasa enak
(semuanya menjadi enak dan ringan). Kalau lima puluh kilo diangkat
sendiri terasa berat, tetapi kalau bekerja sama terasa ringan
(santai, bisa sambil tertawa-tawa). Harus bekerja sama di dalam
rumah tangga (suami-isteri, anak-orang tua), penggembalaan, antar
penggembalaan, supaya semuanya enak dan ringan. Sesudah itu kita
masuk kesatuan Tubuh Kristus yang sempurna (menjadi Mempelai Wanita
yang siap menyambut kedatangan YESUS di awan-awan permai), inilah
yang dapat kembali ke firdaus. Semoga kita mengerti.
Kita
kembali kepada kasih mula-mula, kemudian mengalami pekerjaan pedang
penyucian (bukan lagi pedang penghukuman). YESUS sudah mengalami
pedang penghukuman, dan kita mengalami pedang penyucian.
- Wahyu
22: 14,
Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh
hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang
ke dalam kota itu.
Ay
14 => 'Mereka akan memperoleh hak atas
pohon-pohon kehidupan' => pohon-pohon
juga berada di firdaus, sampai di Yerusalem baru.
'memperoleh
hak atas pohon-pohon kehidupan' =>
menjadi penghuni Firdaus (ada haknya).
Istilah 'mereka
yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon
kehidupan' => Punya hak menjadi
penghuni dari firdaus (kerajaan seribu tahun damai) lewat membasuh
jubah.
Langkah ketiga:
membasuh
jubah.
Jubah adalah jabatan pelayanan. Kalau
mau kembali ke firdaus, kita harus memiliki jabatan pelayanan
(menjadi imam-imam dan raja-raja). Imam-imam dan raja-raja adalah
kehidupan yang beribadah dan melayani TUHAN.
Wahyu
20: 6,
Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan
pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka,
tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka
akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun
lamanya.
Ay 6 => 'mereka
akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun
lamanya' => berada di dalam
firdaus.
Penghuni firdaus (kerajaan 1000 tahun damai) adalah imam
dan raja (tidak boleh orang biasa). Maut pun tidak dapat
menghalangi. Inilah kekuatan jubah pelayanan! Kalau diijinkan
meninggal dunia, nanti pada kebangkitan pertama waktu YESUS datang
kembali ke dua kali, dia akan dibangkitkan dan kehidupan itu tetap
menjadi imam dan raja dan masuk kerajaan seribu tahun damai, sampai
di takhta surga tetap menjadi imam dan raja selama-lamanya (Wahyu
22:3-4). Inilah kekuatan dari jabatan pelayanan/jubah yang TUHAN
berikan kepada kita. Mautpun tidak akan dapat menghalangi, kalau dia
meninggal dunia sebagai gembala, sebagai apa saja, dia akan
dibangkitkan dan tetap menjadi imam dan raja dalam kerajaan seribu
tahun damai (firdaus), sampai kerajaan surga (takhta surga yang
kekal).
Jubah harus dicelup dalam
darah, supaya:
- Jabatannya
kuat, tidak dapat dikalahkan oleh maut dan setan (tidak dapat
ditelanjangi oleh siapapun, oleh apapun juga). Jubah dicelup dalam
darah artinya harus mengalami percikan darah = sengsara daging
bersama YESUS = sengsara daging tanpa dosa. Contohnya: seperti hari
Minggu ini, seharusnya hari libur, tetapi kita beribadah. Pulang
masih latihan koor, besok beribadah lagi dan latihan koor lagi. Ini
salah satu jubah dicelup dalam darah. Kalau mau jadi imam dan raja,
jubah sudah siap dicelup dalam darah, supaya tidak ditelanjangi
oleh apapun (tidak dapat dicopot oleh siapapun) dan tetap beribadah
melayani TUHAN sampai di takhta surga. Bahkan menjadi jubah putih
berkilau-kilau = jubah tidak dapat ditelanjangi, tidak dapat
dicopot oleh siapapun (oleh maut, setan), tetap menjadi imam dan
raja sampai menjadi jubah putih berkilau-kilau (pakaian Mempelai).
Inilah yang dapat masuk ke firdaus. Harus memiliki pakaian
Mempelai, kalau telanjang akan ketinggalan di dunia dan
binasa.
Wahyu
19: 8,
Dan
kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang
berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu
adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)
Ay
8 => 'lenan halus yang berkilau-kilauan
dan yang putih bersih!' => jubah
Mempelai.
- kita
mengalami keubahan hidup dari manusia daging menjadi manusia rohani
seperti YESUS. Tadi, jubah dicelup dalam darah supaya tidak
telanjang. Kalau telanjang tidak boleh kembali ke firdaus, seperti
Adam dan Hawa yang telanjang sehingga mereka diusir dari firdaus.
Oleh sebab itu kita harus memiliki pakaian putih berkilau supaya
dapat kembali ke firdaus. Tetapi kalau tubuhnya masih manusia darah
daging, juga tidak dapat kembali ke firdaus, sebab itu harus
mengalami pembaharuan.
2
Korintus 4: 16,17,
16.
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah
kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari
sehari ke sehari.
17.
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami
kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari
pada penderitaan kami.
Memang
harus menderita, supaya manusia daging diubahkan menjadi manusia
rohani seperti YESUS. YESUS harus mati di kayu salib, kemudian
bangkit dalam tubuh kemuliaan, baru dapat kembali ke firdaus
(terangkat ke surga). Kalau masih tubuh manusia darah daging tidak
akan dapat terangkat ke surge. YESUS memiliki Tubuh Darah Daging
Yang tidak berdosa (yang sempurna), karena masih dalam Tubuh Darah
Daging, YESUS tidak dapat terangkat ke surga.
Demikian
juga kita. Tadi, dosa-dosa terus disucikan oleh pedang sampai
menjadi Tubuh Kristus yang sempurna (tidak ada cacat cela), tetapi
kalau masih dalam tubuh darah daging, juga tidak akan dapat
terangkat ke surge. Sebab itu harus diubahkan. Bagaimana tanda
manusia baru (manusia yang mulia).
Efesus
4: 24, 25,
24.
dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak
Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
25.
Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang
lain, karena kita adalah sesama anggota.
Tanda
utama dari manusia baru adalah:
- Tidak
berdusta = mulut berkata benar (jujur)
dan baik (menjadi berkat bagi orang lain). Inilah manusia baru yang
dapat kembali ke firdaus. Selama kita berdusta, tidak akan dapat
kembali ke firdaus. Hati-hati, Petrus hamba TUHAN yang hebat dapat
berdusta (tiga kali menyangkal YESUS), lalu siapa saya
(dibandingkan dengan siapa kita). Kalau Petrus saja dapat berdusta,
kita jangan merasa lebih dari Petrus, nanti banyak yang
terjatuh.
Petrus ini hebat:
- sebab
ia dapat berjalan diatas air,
- mempunyai
pengalaman melihat mujizat waktu YESUS memberi makan lima ribu
orang dengan lima roti dan dua ikan dan ia juga melihat YESUS
memberi makan empat ribu orang dengan tujuh roti,
- Petrus
melihat YESUS membangkitkan anak yang mati, kalau sekarang mungkin
dipakai dalam mujizat. Tetapi ia dapat berdusta. Ini yang
berbahaya, sebab dusta berasal dari setan. Bapa pendusta adalah
setan. Itu sebabnya sekarang ini kita harus bersungguh-sungguh,
jangan berdusta, tetapi gunakan mulut untuk berkata benar dan
baik.
- Mulut
digunakan untuk mengaku dosa (bukan
untuk menghakimi orang lain) kepada TUHAN (horisontal) dan sesama
(vertikal). Jika diampuni, jangan berbuat dosa lagi. Inilah manusia
baru. Manusia baru dilihat dari mulutnya; mulut berkata benar dan
baik dan mulut digunakan untuk mengaku dosa.
- Mulut
digunakan untuk menyembah TUHAN.
Penyembahan yang benar (didorong oleh pengajaran yang benar), yaitu
sesuai dengan penyembahan dari surga (merupakan pantulan
penyembahan dari surga), itulah 'Haleluya' Kita menyembah
dengan 'Haleluya' Saudara cek di Wahyu 19: 1, 3, 4 (semua yang
ada di surga menyembah dengan 'Haleluya').
Ada
dua macam penyembahan yaitu:
- Penyembahan
dengan suasana kebangkitan dengan ucapan syukur. Mungkin saya dan
saudara sudah ditolong TUHAN (diberkati, disembuhkan, kuliah
ditolong sampai lulus), menyembahnya akan lain => 'Haleluya
YESUS, terima kasih' Inilah penyembahan dengan ucapan syukur.
- Ada
kalanya, penyembahan dalam pengalaman kematian (ditandai dengan
hancur hati). Mungkin ada masalah keluarga, ekonomi, penyakit dan
sebagainya, kita menyembah TUHAN => 'Haleluya YESUS (dengan
hancur hati)' Seringkali karena beratnya beban yang kita
tanggung, kita menyembah TUHAN dengan hancur hati seperti bayi
yang menangis. Jangan dihina! Kecuali kalau setiap doa, belum
apa-apa, sudah teriak-teriak, ini harus ditertibkan. Tetapi kalau
satu waktu ada yang menyembah seperti orang yang tidak tahu malu
(seperti bayi yang menangis), saya hargai juga. Mana ada bayi yang
malu? Kalau ada apa-apa, bayi langsung menangis, tidak peduli di
pesawat atau dimanapun juga. Bayi memang tidak tahu malu. Mungkin
waktu itu sudah kepanasan, karena ac belum dinyalakan, karena bayi
tidak dapat mengungkapkan perasaannya, maka ia hanya dapat
menangis.
- Penyembahan
dengan pengalaman kematian-kebangkitan akan menjadi nyanyian baru.
Kebangkitan itu gunung, kematian itu lembah. Sekarang saya akan
bicara penyembahan dengan hancur hati seperti bayi. Contohnya
adalah raja Hizkia. Raja Hizkia divonis oleh TUHAN => 'kamu
akan sakit, dan mati, silahkan sampaikan permohonanmu' Tetapi
raja Hizkia menyembah dengan hancur hati/seorang raja menangis
dengan sangat bagaikan bayi (ada tekanan yang besar) dan akhirnya
TUHAN berbelas kasih dan mujizatpun terjadi.
Tadi
terjadi mujizat rohani, yaitu tidak berdusta (mulut berkata benar),
hanya mengaku dosa dan hanya menyembah TUHAN. Inilah mujizat rohani;
mujizat terbesar (tubuh kemuliaan). Tetapi juga, kalau kita dapat
menyembah dengan hancur hati, maka mujizat jasmani juga akan
terjadi.
Yesaya
38: 1-6,
1.
Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu
datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: "Beginilah
firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab
engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi."
2.
Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada
TUHAN.
3.
Ia berkata: "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup
di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah
melakukan apa yangbaik di mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia
dengan sangat.
4.
Maka berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya:
5.
"Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman TUHAN,
Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat
air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas
tahun lagi,
6.
dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur
dan Aku akan memagari kota ini.
Ay
1 => ini bukanlah pesan dokter, melainkan pesan dari TUHAN
Sendiri. Kalau pesan dari dokter, masih ada TUHAN. Kalau pesan dari
TUHAN, mau ke siapa lagi? Ini luar biasanya raja Hizkia. Sudah dapat
pesan dari TUHAN, tetapi raja Hizkia menangis seperti bayi.
Ay
3 => 'Kemudian menangislah Hizkia dengan
sangat' => ini hanya bayi yang dapat
menangis dengan sangat. Kalau orang tua menangis biasanya masuk ke
kamar (biar tidak didengar anak-anak). Kalau bayi tidak peduli lagi,
mau di pesawat atau dimanapun juga, ia langsung menangis. 'menangis
dengan sangat' = menangis seperti bayi (mengharapkan belas kasihan
TUHAN). Mari sekarang ini, mungkin TUHAN sudah memvonis, kita masih
dapat berdoa.
Ay 5 => doa raja Hizkia dijawab; terjadi
mujizat jasmani, yaitu raja Hizkia disembuhkan dan usianya
diperpanjang lima belas tahun lagi.
Ay 6 => bahkan menang atas
musuh-musuh.
Mujizat jasmani terjadi,
yaitu:
- mati
dapat dibangkitkan,
- sakit
yang seharusnya mati menjadi sembuh,
- yang
mustahil menjadi tidak mustahil,
- gagal
menjadi berhasil,
- hancur
menjadi baik. Inilah menangis dengan sangat; menyembah dengan
hancur hati seperti bayi (hanya mohon belas kasihan TUHAN),
sehingga dapat melunakkan hati TUHAN untuk mengadakan mujizat
jasmani ditegah-tengah kita.
- TUHAN
memberikan kemenangan = semua masalah selesai,
- TUHAN
memagari bayi-bayi (TUHAN memeluk bayi) = TUHAN melindungi,
memelihara sampai selama-lamanya. Semoga kita dapat mengerti.
Jika
TUHAN datang kembali, terjadi mujizat yang terakhir, yaitu kita
diubahkan menjadi sama mulia dengan Dia. Pertama mulut berubah, nanti
yang terakhir, kita diubahkan menjadi sama mulia dengan TUHAN, yaitu
mulut tidak salah lagi dalam berkata-kata dan hanya berkata
'Haleluya'
Kita:
- akan
terangkat di awan-awan yang permai.
- hanya
bersorak sorai 'Haleluya' dan bersama Dia selama-lamanya.
- masuk
perjamuan kawin Anak Domba, sesudah itu
- masuk
kerajaan seribu tahun damai (firdaus), sesudah itu
- masuk
Yerusalem Baru.
Sekarang
ini biarlah:
- kita
kembali seperti bayi.
- kembali
ke firdaus;
- kembali
ke kasih mula-mula (hidup benar),
- kembali
kepada pedang. Jangan lepaskan pedang Firman atau pedang penyucian
(penyucian pribadi, penyucian sendi atau dengan sesama).
- kembali
pada nikah yang benar dan
- kembali
seperti bayi yang hanya memohon belas kasihan TUHAN. TUHAN akan
mengadakan mujizat di tengah-tengah kita.
TUHAN
memberkati kita. 1