Kita
masih membahas kitab Wahyu 2-3, dalam susunan tabernakel ini menunjuk
tentang tujuh kali percikan darah di depan tabut perjanjian. Imam
besar Harun masuk ke ruangan maha suci dengan membawa dupa dan darah,
lalu memercikkan darah (salah satunya tujuh kali percikan darah di
depan tabut perjanjian), sama dengan tujuh surat yang ditujukan
kepada tujuh sidang jemaat bangsa kafir (kitab Wahyu).
Tujuh
surat yang ditujukan kepada tujuh sidang jemaat bangsa kafir artinya
penyucian terakhir yang TUHAN lakukan kepada tujuh sidang jemaat
bangsa kafir supaya tidak bercacat cela, sempurna seperti YESUS. Siap
untuk menyambut kedatangan YESUS yang ke dua kali. Kita sebagai
bangsa kafir, biarlah mengikuti penyucian-penyucian. Tujuh sidang
jemaat bangsa kafir, yang pertama adalah sidang jemaat di Efesus
(Wahyu 2:1-7). Kita sudah membaca ayat 2, TUHAN memuji sidang jemaat
Efesus yang sudah berjerih lelah, tekun dan seterusnya, tetapi ada
satu celaan dari TUHAN. Inilah penyucian terakhir.
Wahyu
2: 4, 5,
4.
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan
kasihmu yang semula.
5.
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah
dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak
demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu
dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
Ay
4 => '
Namun demikian Aku mencela engkau' => banyak
kelebihan-kelebihan, tetapi masih ada cela.
Penyucian
terakhir bagi sidang jemaat di Efesus yaitu bahwa sidang jemaat di
Efesus telah kehilangan kasih yang mula-mula = kasih ALLAH lewat
Kurban Kristus di kayu salib. Mereka memiliki banyak
kelebihan-kelebihan (berjerih lelah, tekun), tetapi masih ada satu
cela. Yang namanya cela berarti tidak sempurna. Percuma walau-pun
'hebat, dahysat, luar biasa' Tetapi bercacat cela, berarti tidak
sempurna dan tidak dapat menyambut kedatangan YESUS ke dua kali. Oleh
sebab itu TUHAN mengadakan penyucian terakhir.
Akibatnya
dahyat, yaitu kaki dian diambil dari tempatnya. Di dalam tabernakel,
kaki dian emas (pelita emas) ini merupakan satu-satunya alat
penerangan (alat yang menerangi tabernakel). Kalau ini diambil,
berarti gelap. Inilah akibat yang fatal. Kaki dian diambil dari
tempatnya = hidup dalam kegelapan = pelayan yang buta (jika dikaitkan
dengan Efesus yang sudah melayani TUHAN dan sebagainya). 'mata
adalah pelita tubuh' Kalau pelitanya gelap (diambil), maka matanya
gelap = buta). Pelayan yang buta itu seperti Barthemeus. Hari-hari
ini banyak sidang jemaat yang melayani TUHAN (termasuk saya juga
diperiksa) tetapi sebagai pelayan yang buta seperti Barthemeus.
Pelayan yang buta seperti Barthemeus artinya hanya puas dengan
perkara-perkara jasmani, tetapi tidak memiliki arti rohani dalam
hidupnya (tidak ada arah yang rohani, tidak mengarah kepada Yerusalem
Baru). Barthemeus yang buta hanya minta sana-sini, setiap hari dia
mendapatkan apa yang ia minta, tetapi hanya puas dengan perkara
jasmani.
Banyak
hamba TUHAN yang hanya mengejar gereja besar, boleh, silahkan! Tetapi
tidak memiliki arah dalam hidup kerohaniannya (tidak ada arah ke kota
terang, Yerusalem Baru), hanya mengarah kepada kegelapan yang paling
gelap (neraka). Yang kehidupan itu tahu hanyalah perkara jasmani
terus (uang). Ini sangat berbahaya!
Sekarang
kita belajar praktik sehari-hari pelayan yang buta (tanpa kasih
mula-mula):
- 2
Korintus 4: 3, 4,
3.
Jika
Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup
untuk mereka, yang akan binasa,
4.
yaitu
orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh
ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang
kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
Praktik
pertama: keras hati,
sehingga menolak cahaya injil tentang kemuliaan Kristus (Firman
pengajaran yang lebih tajam dari pedang bermata dua).
Dalam ibadah persekutuan di hotel
Kartika Graha dijelaskan, ada dua macam pemberitaan Firman (dua
macam makanan rohani orang Kristen) yaitu:
- Firman
penginjilan (susu): Firman yang memberitakan kedatangan YESUS
pertama kali, mati di kayu salib untuk menyelamatkan orang berdosa
dan memberkati kita. Kalau terus minum susu, maka pertumbuhannya
akan abnormal. Sudah bertahun-tahun mengikut TUHAN, makanannya susu
terus, abnormal. Itu sebabnya harus ada yang kedua yaitu
- Cahaya
injil tentang Kemuliaan Kristus (Firman pengajaran yang benar, yang
lebih tajam dari pedang bermata dua) = makanan keras. Tadi ada
kesaksian dari seorang pemudi, datang ke gereja untuk mendengarkan
Firman yang keras. Memang ada Firman penginjilan (susu), ini sudah
kita terima => 'percaya YESUS, diselamatkan dan diberkati'
Sekarang harus dilanjutkan kepada Firman pengajaran (makanan
keras).
Firman
pengajaran yaitu Firman yang memberitakan tentang kedatangan YESUS
ke dua kali dalam kemuliaan (bukan lagi sebagai bayi) tetapi
sebagai Raja segala raja, Mempelai Pria Surga (Suami itu Kepala)
untuk menyucikan sidang jemaat sampai sempurna. Pedang tajam inilah
yang seringkali ditolak. Penginjilan sudah dia terima =>
'percaya YESUS, bertobat, selamat dan diberkati' Tetapi menolak
pengajaran, inilah pelayan yang buta.
Ditolak
artinya:
- Tidak
mau mendengar sebab 'terlalu lama, terlalu keras' Kalau minum
susu, dibanding dengan makan nasi (makanan yang keras), berbeda.
Kalau minum susu, langsung habis, selesai (pulang). Kalau makan
makanan keras itu ber beda. Inilah yang membuktikan tingkat rohani,
saya dan saudara. Kalau saudara senang yang susu, berarti masih
bayi dan kalau TUHAN datang kembali, maka saudara akan ketinggalan.
Kita harus sudah menginjak dewasa (menerima pengajaran). Kalau
makan nasi (makanan keras), memang lama, harus perlahan-lahan.
Inilah menggunakan waktu. Jangan menghina TUHAN! Kalau untuk TUHAN
itu bukan membuang waktu, melainkan menggunakan waktu (bisa semakin
lama dirumah TUHAN). Raja Daud bersaksi => 'lebih baik satu
hari di rumah TUHAN daripada seribu hari di tempat ...' Inilah
orang yang rohani. Kalau orang jasmani (orang daging) => 'ini
sudah jam berapa?' Tidak akan betah di dalam rumah TUHAN. Mari
biarlah sekarang ini, kita dapat menerima pengajaran. Orang yang
buta tidak mau mendengarkan Firman pengajaran dengan alasan:
terlalu lama, terlalu keras, dsb.
- Menolak
juga berarti mau mendengar Firman pengajaran, mungkin malah memuji
=> 'Firmannya dahsyat, hebat' Tetapi tidak mau
dengar-dengaran = tidak taat. Sudah mendengarkan, tetapi tidak mau
mempraktikan (tidak mau melakukannya). Ini sama dengan pelayanan
tanpa Firman pengajaran yang benar = tanpa iman = tanpa kebenaran.
Seringkali
kita melayani, tetapi tanpa Firman (tanpa iman, tanpa kebenaran).
Contohnya: hanya melihat yang jasmani saja, asal melayani (melayani
dengan sembarangan). Ini seperti Marta. Maria duduk di bawah Kaki
TUHAN untuk mendengarkan Firman dan dengar-dengaran. Tetapi dicela
oleh Marta => 'hanya duduk, ini saya sudah sibuk' Tetapi
TUHAN mengatakan kepada Marta => 'Marta, engkau kuatir,
menyusahkan diri' Pelayanan tanpa Firman (tanpa iman), cirinya
adalah terus merasa kuatir (kuatir tentang perkara-perkara jasmani,
kehidupan sehari-hari, masa depan), tidak pernah tenang dan susah
(bagaikan hidup dalam duri-duri). Hidup ditengah semak duri = begitu
susah, pedih dan banyak air mata. Semoga kita mengerti.
Inilah
praktik buta yang pertama; tidak dapat melihat cahaya injil
kemuliaan Kristus (Firman pengajaran yang benar, yang lebih tajam
dari pedang bermata dua). Kalau tidak dapat taat dengar-dengaran,
inilah pelayanan tanpa Firman ALLAH (tanpa iman, tanpa kebenaran).
Ini Seperti Marta, yang ditandai dengan selalu kuatir, hidupnya
tidak dapat tenang dan kesusahan (suasana semak duri). Semoga kita
dapat mengerti.
- 2
Petrus 1: 9,
Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan
picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah
dihapuskan.
Ay 9 => 'bahwa
dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan'
= lupa pengampunan =buta.
Praktik kedua:
buta
= lupa
akan pengampunan dosa,
sehingga jatuh bangun dalam dosa
(dosanya sudah diampuni, berbuat dosa
lagi) = hidup dalam kegelapan dosa. Jika sudah diampuni berbuat
lagi, (maaf) seperti anjing dan babi. Inilah bangsa kafir. Anjing
muntah dijilat lagi. Babi dimandikan, berkubang lagi. Jika jatuh
bangun dalam dosa (tidak hidup suci, hidup dalam kegelapan dosa),
ini sama dengan pelayanan tanpa kesucian (tanpa pengharapan). Tadi
yang pertama, pelayanan tanpa Firman (tanpa iman, tanpa
kebenaran).
Pelayanan tanpa kesucian
(tanpa pengharapan) artinya:
- tidak
ada pengharapan untuk menjadi sama mulia (menjadi sempurna) dengan
YESUS.
- tidak
ada harapan untuk menjadi Mempelai Wanita. YESUS sebagai Kepala,
Mempelai Pria (Suami). Kita sebagai tubuh, Mempelai Wanita
(isteri). Kita boleh memiliki cita-cita atau pengharapan di dunia
ini, mau jadi apa saja silahkan (asalkan halal), tetapi jangan lupa
masih ada cita-cita tertinggi yaitu cita-cita yang rohani. Kalau
tidak mencapai cita-cita tertinggi, biarpun kita menjadi presiden,
dokter dll, semuanya tidak akan ada gunanya (semuanya akan hancur
bersama dunia). Cita-cita kita harus meningkat sampai kepada
cita-cita tertinggi.
1
Yohanes 3: 2, 3,
2.
Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak
Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita
tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi
sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang
sebenarnya.
3.
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan
diri sama seperti Dia yang adalah suci.
Ay
2 => 'tetapi belum nyata apa keadaan
kita kelak' => Tetapi nanti bagaimana
keadaan kita?
'bahwa apabila Kristus
menyatakan diri-Nya' => datang kembali
ke dua kali.
Ay 3 => 'menyucikan
diri sama seperti Dia yang adalah suci' =>
harus hidup suci; lepas dari dosa. Jangan terus jatuh bangun dalam
dosa.
Kesaksian tadi, kita berusaha, tetapi serahkanlah
kepada TUHAN. Seringkali kita memaksakan TUHAN, jangan! Kita
mempunyai cita-cita, kita berusaha sekeras-kerasnya, selebihnya
serahkanlah kepada TUHAN. Seringkali TUHAN mempunyai rencana yang
berbeda dengan kita. Saya sampai berusia dua puluh tahun, tidak ada
rencana untuk menjadi hamba TUHAN dan saya juga tidak mau, sebab
orang tua saya bukan pendeta. Tetapi rencana TUHAN lain. Dulu saya
menolak-nolak, akhirnya rencana TUHAN saya harus menjadi seorang
hamba TUHAN. Inilah rencana TUHAN dalam hidup kita. Kita berusaha,
selebihnya serahkan dalam Tangan TUHAN, TUHAN lah yang menentukan.
Ini bukan bodoh-bodoh => 'ya sudah aku tidak tahu apa-apa
TUHAN' Jangan! Silahkan berusaha 'capailah cita-cita setinggi
langit' Tetapi serahkanlah semuanya ke dalam Tangan TUHAN.
Banyak
pengharapan atau cita-cita kita di dunia ini, tetapi jangan lupa,
masih ada pengharapan tertinggi dalam hidup di dunia ini, yaitu
pengharapan untuk menjadi sempurna seperti YESUS (menjadi sama mulia
dengan YESUS) saat YESUS datang kembali ke dua kali. Kalau tidak
mencapai cita-cita tertinggi (biar sudah menjadi presiden, dokter,
pengusaha kaya) = masih ada cacat cela (tidak sempurna), kita
ketinggalan, tidak dapat terangkat bersama dengan Dia saat TUHAN
datang, maka semuanya itu menjadi sia-sia. Dunia ini akan hancur.
Mungkin sebagai hamba TUHAN, mempunyai cita-cita gereja yang lebih
besar (kami di Malang juga berdoa, supaya dapat membeli tanah
dibelakang), silahkan saja, tetapi kalau TUHAN datang kita tidak
sempurna seperti Dia (tidak sama mulia dengan Dia), semuanya akan
hancur, sia-sia dan tidak ada artinya sedikitpun. Semoga kita dapat
mengerti.
Pada ay 3 'kalau kita mempunyai pengharapan, kita
harus hidup suci. Kalau ingin sempurna seperti YESUS mulai sekarang
kita harus hidup suci lewat pekerjaan Firman pengajaran yang benar,
yang lebih tajam dari pedang bermata dua. Kalau tidak ada Firman
yang tajam, mana mungkin kita dapat menjadi suci (pendetanya saja
tidak suci). Jadi harus mempunyai pedang.
Saya sudah pernah
bercerita. Saya mencari keselamatan di kuburan, minum air bunga.
Saya bukan keturunan orang Kristen, tetapi lewat penginjilan saya
dapat percaya YESUS, bertobat, diselamatkan dan diberkati oleh
TUHAN. Tetapi sesudah itu harus ada pengharapan tertinggi, yaitu
menjadi sempurna, tidak bercacat cela.
Bagaimana jalannya?
Hidup suci. Harus punya pedang, kalau tidak ada pedang, tidak akan
bisa. Oleh sebab itu di gereja, harus ada penginjilan untuk membawa
jiwa baru, tetapi yang sudah lama ini mau kemana? Yang lama,
diberikan makanan keras (pedang firman). Nanti tanggal 13, akan
diadakan baptisan, inilah penginjilan untuk menambah jiwa baru.
Bukan berarti penginjilan tidak penting, penginjilan penting! Tetapi
harus ditingkatkan lewat pedang supaya dapat hidup suci, sampai
menjadi sempurna seperti YESUS.
Jadi buta itu tanpa
pengharapan = tidak dapat hidup suci = hidup dalam dosa (kegelapan).
Tadi, jatuh bangun dalam dosa seperti anjing dan babi. Termasuk saya
juga diperiksa, maafkan, banyak pelayan TUHAN yang sudah menjadi
anjing babi. Berkhotbah di mimbar, pemain musik, menyanyi, padahal
anjing babi, betapa kita menipu!
Inilah
pelayanan yang buta yaitu:
- tanpa
harapan.
- tanpa
kesucian. Mulai saya sebagai gembala, zangkoor, pemain musik, harus
bertanggung jawab dihadapan TUHAN. Contohnya: kalau kita memelihara
anjing, saat kebaktian anjing masuk ke dalam gereja, tetapi tidak
merasa malu. Bahkan sampai di mimbar, tidur-tidur, tidak malu.
Sekarang ini banyak pelayan yang buta. Ini koreksi bagi saya.
Semoga kita dapat mengerti.
Dalam
pekerjaan banyak melakukan dosa-dosa (menipu), demikian juga dalam
nikah, dalam pergaulan (hancur) dan sebagainya, tetapi melayani di
mimbar, menyanyi, bermain musik, padahal buta (tanpa pengharapan).
Mau dibawa kemana sidang jemaat? Saudara jangan ditipu dan jangan
bodoh. Semoga kita dapat mengerti.
Tadi pertama, pelayanan
yang buta itu tanpa iman (tanpa kebenaran, tanpa Firman), kedua
tanpa pengharapan (tanpa kesucian seperti anjing babi dan tidak
dapat menjadi sama dengan YESUS).
- 1
Yohanes 2: 11,
Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan
dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena
kegelapan itu telah membutakan matanya.
Ay
11 => 'Ia tidak tahu ke mana ia pergi'
=> buta; tidak tahu arah ke surga atau Yerusalem Baru.
Praktik
ketiga: membenci
sesama, sampai kebencian tanpa alasan
= tidak
mengasihi TUHAN.
Kalau ditanya, apa alasannya kamu
membenci? Tunjukkan apa salahku? => 'kalau ada salah, aku mau
mengaku dosa (mau mencium lututnya kalau perlu)'Tetapi kehidupan
itu tidak dapat menunjukkan kesalahannya. Inilah kebencian tanpa
alasan, dan sangat gawat. Inilah pelayan TUHAN yang buta bahkan
antar sesama hamba TUHAN dapat terjadi demikian.
Seperti ada
ayat => 'barangsiapa berkata aku mengasihi TUHAN (yang tidak
kelihatan), tetapi dia tidak bisa mengasihi sesama yang kelihatan,
dia pendusta' Jadi harus mengasihi keduanya. Seperti dua loh batu,
yang tidak dapat dipisahkan:
- Loh
batu pertama: kasih kepada TUHAN,
- Loh
batu kedua: kasih kepada sesama.
1
Yohanes 4: 20,21,
20.
Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia
membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa
tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi
Allah, yang tidak dilihatnya.
21.
Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah,
ia harus juga mengasihi saudaranya.
Ay
21 => inilah rumusnya TUHAN.
Kalau membenci sesama (sampai
kebencian tanpa alasan), berarti sebenarnya dia tidak mengasihi
TUHAN. Mulai dari:
- Tidak
setia, tidak berkobar-kobar dalam ibadah pelayanan, bahkan sampai
tinggalkan ibadah pelayanan (sengaja tinggalkan ibadah pelayanan).
- Tidak
taat dengar-dengaran kepada TUHAN.
Jadi
pelayanan yang buta = pelayanan tanpa kasih ALLAH.
Tadi:
- tanpa
iman (tanpa kebenaran, tanpa Firman) = menolak pengajaran yang benar
yang lebih tajam dari pedang bermata dua (tidak mau mendengar dan
tidak dengar-dengaran). Kemudian,
- tanpa
pengharapan (tanpa kesucian) = jatuh bangun dalam dosa seperti
anjing babi (hidup dalam kegelapan dosa). Kemudian,
- tanpa
kasih = membenci sesama tanpa alasan, berarti juga tidak mengasihi
TUHAN.
Jika
disimpulkan (dari praktik pertama sampai ketiga) maka pelayanan yang
buta = pelayanan tanpa iman (tanpa kebenaran), tanpa pengharapan
(tanpa kesucian), tanpa kasih ALLAH = pelayan duniawi. Misalnya:
pemain musik di dunia ini, tidak perlu kebenaran (tidak peduli lagi
akan kebenaran). Tanpa kesucian juga, jatuh bangun dalam dosa (anjing
babi), mereka tetap saja bermain musik. Tanpa kasih, tidak
mendahulukan TUHAN. Jangan sampai di gereja terjadi seperti itu.
Semoga kita mengerti.
Jika
pelayanan yang buta (pelayanan duniawi, pelayanan tanpa iman,
pengharapan, kasih), akibatnya adalah:
- pelayanannya
menjadi sia-sia, karena ditolak oleh TUHAN,
- hidup
dalam kutukan dan
- masuk
dalam kegelapan yang paling gelap (binasa di neraka selamanya). Ini
sudah melayani TUHAN, tetapi ditolak oleh TUHAN. Saya selalu
mengatakan => 'jangan asal melayani' Seperti Kain dan Habel
sama-sama melayani, tetapi pelayanan Kain ditolak dan pelayanan
Habel yang diterima. Jadi harus waspada, sebab ada pelayanan yang
buta; tidak diterima, sia-sia, tidak berkenan kepada TUHAN dan hidup
dalam suasana kutukan. Contohnya seperti Marta. TUHAN mengatakan
kepada Marta => 'engkau susah, kuatir' Inilah suasana
kutukan, penuh duri-duri. Sampai kegelapan yang paling gelap, binasa
di neraka untuk selamanya.
Inilah
pelayan yang buta; tanpa iman (tanpa kebenaran, tanpa Firman). Firman
itu komando. Bagaimana kita dapat melayani kalau tidak tahu apa
Komandonya (menolak Komando). Kalau belum diperintahkan, kita mau
melayani apa? Harus menerima Komando terlebih dahulu (Firman), baru
kita dapat melayani. Selanjutnya, tanpa kesucian (tanpa pengharapan)
dan tanpa kasih. Kalau tanpa kasih, akan menjadi sia-sia (tidak
berguna) dan tidak kekal. Jangan menjadi pelayan yang buta, seperti
Efesus yang diambil kaki diannya (gelap, buta). Tetapi biarlah
sekarang ini kita melayani pelayanan di dalam terang. TUHAN akan
menyucikan pelayanan, kehidupan kita (percikan darah), supaya kita
melayani pelayanan dalam terang.
Masuk
pelayanan dalam terang, yaitu pelayanan di dalam:
- iman
(kebenaran),
- pengharapan
(kesucian) dan
- kasih
(kesempurnaan).
Saat
ini TUHAN mau menyucikan kita dengan percikan darah, supaya kita
tidak menjadi pelayan yang buta, tetapi kita melayani dalam pelayanan
terang (yang celik). Sekarang pertanyaannya, dimana kita dapat
melayani pelayanan di dalam terang? Jawabannya adalah di dalam sistim
penggembalaan yang benar dan baik => 'Akulah Gembala Yang Baik'
Tanda penggembalaan yang benar dan baik adalah dibina oleh Firman
pengajaran yang benar (pokok anggur yang benar, makanan yang benar).
Kalau dalam penggembalaan diberikan racun (gembala itik, kambing,
domba, lembu) sedikit demi sedikit, nanti akan menjadi kurus, tidak
sehat dan mati. Waspada! Penggembalaan yang benar dan baik itu bukan
gedungnya, orangnya dll, melainkan tentang makanannya (makanannya
harus benar). Makanannya jangan tercampur sedikitpun. Jangan
mengatakan => 'hanya sedikit saja' Yang namanya sedikit, itu
racun. Kalau nasinya satu piring, racunnya dua piring, orang tidak
mau makan. Kalau nasinya satu piring, racunnya seujung kuku, baru
dimakan orang. Kalau saudara mengatakan => 'hanya berbeda
sedikit' Itulah racun. Kalau bedanya sudah banyak, itu bukan racun
lagi, semua orang banyak yang tahu.
Tugas
pokok gembala adalah memberi makan domba-domba dengan makanan yang
benar (Firman pengajaran yang benar). Kalau orang lain yang memberi
makan, tidak tahu makanan apa yang diberikan. Permisi, kalau gembala
tidak mau memberi makan sidang jemaat, dia adalah seorang pencuri dan
perampok (bukan gembala). Jangan mau digembalakan oleh pencuri dan
perampok. Tugas domba adalah makan Firman penggembalaan (Firman
pengajaran yang benar). Tugas domba hanya makan saja, tidak ada yang
lainnya. Dan kalau domba dapat makan Firman pengajaran yang benar,
maka domba mendapatkan segala-galanya. Bukti tergembala adalah dapat
makan (bukan dapat senang dll). Coba, kalau saudara senang terus
(menyanyi terus), tetapi tidak diberikan makan, akhirnya pingsan
(tidak kuat). Tetapi kalau diberi makan, bisa bertumbuh (domba keluar
wol, dibuat jas) dan mendapatkan semuanya. Inilah rahasianya!
Rahasia
bagi gembala, kalau mau dipakai oleh TUHAN, adalah memberi makan
domba-domba dengan pengajaran yang benar (makanan yang benar). Jangan
sampai tercampur sedikitpun. Inilah ketegasan dan tanggung jawab
seorang gembala. Tugas domba adalah makan dengan sungguh-sungguh
(dengan lahap), sehingga mendapatkan segalanya. Segi kehidupan
apapun, termasuk masa depan, ada di dalam Firman. Di dalam Firman,
ada kuasa penciptaan => 'pada mulanya adalah Firman' Inilah
yang menciptakan semuanya. Kuasa penciptaan (dari tidak ada menjadi
ada) inilah yang kita butuhkan. Semoga kita dapat mengerti.
Kalau
kita mau melayani dalam terang, harus tergembala dengan benar dan
baik. Firman penggembalaan = tongkat gembala untuk menggiring
(menuntun) domba-domba masuk kandang penggembalaan. Kalau domba tidak
masuk ke kandang, bisa dipikir miliknya orang lain. Kalau ada
binatang buas, bisa diterkam karena tidak ada pemiliknya. Yang
namanya domba harus berada di dalam kandang. Inilah kekuatan Firman.
Dulu Musa naik ke gunung Sinai untuk melihat kerajaan surga, kemudian
TUHAN perintahkan Musa untuk membuat surga di bumi, itulah tabernakel
(kemah suci). Saudara dapat membaca mulai Keluaran 25.
Kerajaan
surga terbagi tiga ruangan; ada halaman, ruangan suci, dan ruangan maha
suci (terdapat tabut perjanjian). Keselamatan (percaya YESUS,
bertobat), itu masih berada di halaman (terkena panas, angin, hujan).
Sebab itu harus masuk ke kandang penggembalaan atau ruangan suci
(mulai aman). Dulu, dalam ruangan suci terdapat tiga macam alat.
Kalau bangsa Israel mau beribadah kepada TUHAN dalam sistem kerajaan
surga, tiga macam alat ini harus dibuat. Pelita emas terbuat dari
tiga puluh empat kilogram emas. Meja roti sajian terbuat dari kayu
yang disalut dengan emas. Mezbah dupa emas terbuat dari kayu yang
disalut dari emas. Semuanya mahal.
Ketiga
macam alat ini sudah hancur semuanya, tetapi sekarang dalam arti yang
rohani, yaitu ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok:
- Pelita
emas: ketekunan dalam ibadah raya (ibadah
hari Minggu semacam ini). Ini persekutuan dengan ALLAH Roh Kudus di
dalam karunia-karunia-Nya. Dalam ibadah hari Minggu, ada kesaksian,
nyanyian dll. Disini, domba-domba diberikan minum (segar).
Contohnya: karena gembala mempunyai karunia menimbang roh, sehingga
dapat menyampaikan Firman yang benar. Karena mempunyai penimbang =>
'ini benar, ini tidak benar. Ini racun atau bukan' Ada juga
karunia untuk bermain musik. Kalau ini dilakukan dengan tekun, akan
menjadi karunia yang permanen (pengharapan yang permanen). Pelita
emas akan menjadi tongkat Harun yang bertunas, berbunga dan berbuah
(permanen). Semestinya tongkat itu tidak dapat berbuat apa-apa,
tetapi karena diletakkan di depan TUHAN, maka tongkat itu dapat
bertunas, berbunga. Ini berarti ada harapan yang kekal (harapan yang
permanen), sampai menjadi mahkota dua belas bintang (terang
bintang). Jadi kebaktian Minggu semacam ini, supaya jangan gelap.
Disini diberikan minum (segar), tetapi juga diberikan terang supaya
tidak gelap (buta).
- Meja
roti sajian: ketekunan dalam ibadah
pendalaman alkitab dan perjamuan suci. Ini persekutuan dengan Anak
ALLAH di dalam Firman pengajaran dan Kurban Kristus. Disini
domba-domba diberikan makan. Kalau minum terus, tidak makan, akan
buncit. Harus makan (diberikan makan, sehingga dapat bertumbuh).
Kalau kita bertekun, maka kita akan mengalami penebusan lewat Firman
dan perjamuan suci = kelepasan dari dosa. Setiap kita menerima
perjamuan suci, kita mengoreksi diri => 'saya ada dosa,
lepaskan TUHAN' Terus ditebus atau dilepaskan dari dosa, sehingga
kita dapat terus hidup benar sampai menjadi iman yang permanen.
Lewat Firman pengajaran yang benar dan perjamuan suci, kita
mempunyai iman yang teguh sampai dengan iman yang permanen =
buli-buli emas berisi manna = terang bulan dibawah kaki. Dalam Wahyu
12:1, ada perempuan dengan mahkota dua belas bintang, ada terang
bulan dibawah kakinya.
- Mezbah
dupa emas: ketekunan dalam ibadah doa
penyembahan = persekutuan dengan ALLAH Bapa di dalam kasih-Nya. Doa
ini bagaikan bernafas; sirkulasi udara yang baik. Dalam penyembahan
ada sinar matahari (kasih ALLAH bagaikan sinar matahari); kita
merasakan kasih ALLAH yang meningkat sampai dengan sempurna = kasih
yang permanen = dua loh batu. Dari mezbah dupa emas, menjadi dua loh
batu, dan nanti menjadi terang matahari dalam kehidupan kita.
Inilah
domba-domba yang dibawa ke dalam kandang penggembalaan. Keberhasilan
pemberitaan Firman seorang gembala adalah kalau dapat membawa
domba-domba ke kandang penggembalaan (bukan gembala yang beranak
domba). Kalau jemaat banyak, jangan terlalu bangga, sebab itu bukan
tugas gembala. Tugas gembala adalah membawa domba masuk ke dalam
kandang penggembalaan. Seringkali kita berkata => 'hari Minggu
ribuan..' Waktu ibadah doa, domba tinggal berapa? Yang lainnya
berada diluar kandang. Inilah tugas dari gembala; berdoa supaya
domba-domba masuk di dalam kandang penggembalaan, diberikan makan,
minum, bernafas, sehingga mengalami pertumbuhan rohani sampai dewasa
rohani (sempurna).
Lewat
kebaktian umum kita mendapatkan terang bintang (karunia yang
permanen, pengharapan yang permanen). Kemudian lewat kebaktian
pendalaman alkitab dan perjamuan suci kita lepas dari dosa, hidup
benar (iman). Iman kita semakin teguh (tidak mau berbuat dosa lagi),
sampai menjadi iman yang permanen, menjadi buli-buli emas berisi
manna = menjadi terang bulan dibawah kaki.
Inilah
pelayanan dalam terang. Dalam kandang penggembalaan (ketekunan dalam
tiga macam ibadah pokok) ada terang bintang, terang bulan, terang
matahari. Tekuni terus sampai menjadi permanen yaitu: iman yang
sempurna, pengharapan yang sempurna, dan kasih yang sempurna. Kita
memiliki terang sehingga pelayanan kita tidak buta lagi. Jadi
pelayanan dalam terang adalah pelayanan dengan iman, pengharapan dan
kasih sampai permanen (sempurna). Tadi pelayanan yang buta adalah
tanpa iman, tanpa pengharapan dan tanpa kasih.
Jika
dibandingkan, ini sama dengan tiga murid YESUS yang menonjol (yang
selalu diajak YESUS), yaitu Petrus, Yakobus, Yohanes. Iman menunjuk
Yakobus. Yakobus menuliskan surat tentang iman. Kalau saudara cek
dalam surat Yakobus ini tentang iman => 'iman tanpa perbuatan,
mati' Petrus menulis tentang kesucian => 'kalau kamu taat,
kamu menyucikan dirimu' ... 'hendaklah kamu suci seperti YESUS
suci (kudus)' Ini ada dalam surat Petrus. Kalau rasul Yohanes
menulis tentang kasih.
Jadi pelayanan dalam terang = pelayanan
dalam iman, pengharapan, kasih sampai
sempurna
= pelayanan dari Yakobus, Petrus dan Yohanes yang selalu diajak
TUHAN. Inilah tiga murid yang sering diajak YESUS, murid yang lainnya
diusir. Hari-hari ini jangan asal melayani, jangan buta (tidak tahu
arah)! Biarlah hari-hari ini tergembala dengan sungguh-sungguh, mulai
dari saya sebagai gembala harus tergembala, supaya melayani di dalam
terang bulan, bintang dan matahari (ada iman, pengharapan dan kasih
yang meningkat sampai permanen atau sempurna).
Matius
17: 1, 2,
1.
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes
saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung
yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.
2.
Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya
seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti
terang.
Ay
1 => '
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan
Yohanes saudaranya' => sekarang jangan mencari Petrus dll,
bukan! Tetapi pribadi kita. Kalau kita memiliki iman, maka itu
seperti ada Yakobus, kalau memiliki pengharapan seperti ada Petrus,
kalau punya kasih seperti ada Yohanes. Jadi kita diajak oleh TUHAN
dan pelayanan kita akan meningkat sampai naik ke gunung. Pelayanan
jangan merosot! Kalau kasih mula-mula hilang, pelayanan akan merosot.
Ingat bagaimana kita menerima kasih TUHAN yang mula-mula? Ingat
bagaimana dulu kita diangkat menjadi pelayan TUHAN
Kalau
kita kehilangan kasih mula-mula, maka semuanya akan hilang. Harus
meningkat, sebab itu berarti kita diajak naik ke gunung. Petrus,
Yakobus, Yohanes (pelayanan dengan iman, pengharapan dan kasih dalam
terang), bukan kehilangan kasih mula-mula tetapi semakin meningkat
(naik gunung).
Jadi
Petrus, Yakobus, Yohanes diajak naik ke gunung yang tinggi, sekarang
artinya kalau kita melayani di dalam terang (dalam iman, pengharapan
dan kasih), maka pelayanan kita tidak tetap atau mundur, tetapi akan
meningkat sampai puncak ibadah pelayanan. Puncak ibadah pelayanan
yaitu sampai kita dapat menyembah kepada TUHAN. Semoga kita dapat
mengerti.
Jadi
pelayanan kita bukanlah statis (tetap), apalagi mundur, jangan! Kalau
pelayanan kita statis atau mundur, maka TUHAN berkata => 'Aku
mencela engkau... engkau telah kehilangan kasih mula-mula' Biarlah
pelayanan kita dengan kasih mula-mula yang semakin bertambah;
pelayanan kita tidak buta, tetapi terang (ada iman, pengharapan,
kasih). Bagaikan diajak YESUS naik terus, sehingga pelayanan kita
naik terus, sampai puncak ibadah pelayanan, yaitu kita dapat
menyembah kepada TUHAN. Tadi diatas gunung, tiba-tiba Wajah TUHAN
bersinar dalam kemuliaan. Menyembah TUHAN = melihat TUHAN dalam
kemuliaan = menyerah sepenuh kepada TUHAN. Mari naik ke gunung
(meningkat). Saya juga dikoreksi, bagaimana pelayanan? Apakah statis,
turun, atau meningkat sampai dapat melihat Wajah TUHAN dalam
kemuliaan?
Sekarang
ini TUHAN berkata => 'Aku mencela engkau..' Ini bukan untuk
menghukum, tetapi masih diberikan kesempatan. 'Aku mencela
...'menunjuk penyucian terakhir, supaya kita kembali kepada kasih
mula-mula. Tidak melayani dengan buta, tetapi melayani dengan iman
(kebenaran, Firman), pengharapan (kesucian, jangan buta, jangan jatuh
bangun dalam dosa), dengan kasih (jangan membenci sesama, jangan
tidak mengasihi TUHAN, jangan tidak setia, jangan tinggalkan ibadah
pelayanan).
Hasilnya
adalah
- Markus
5: 35-37,
35.
Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala
rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya
lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?"
36.
Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada
kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!"
37.
Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali
Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.
Ay
37 => Yang lainnya tidak diajak, YESUS hanya mengajak Petrus,
Yakobus dan Yohanes untuk menghadapi orang yang sudah mati.
Orang
yang sudah mati mau diapakan, mau memanggil profesor? Gelar
profesor, doctor, dokter spesialis, juga tidak akan bisa. Mau
menggunakan uang di bank (triliunan), tidak akan bisa karena sudah
mati. Kekuatan dunia apa, ambil emas batangan yang banyak, juga
tidak bisa. Pakai obat, tidak akan bisa. Hanya bisa dengan iman,
pengharapan dan kasih. Petrus, Yakobus dan Yohanes diajak masuk,
setelah itu anaknya dibangkitkan.
Markus
5: 41-43,
41.
Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum,"
yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"
42.
Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab
umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat
takjub.
43.
Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorangpun
mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu
makan.
Inilah yang mati dapat
bangkit dengan iman, pengharapan dan kasih.
Hasil pertama
adalah kita
mengalami kuasa untuk menghidupkan apa yang sudah mati,
artinya:
- Kuasa
TUHAN sanggup untuk memelihara kehidupan kita secara jasmani
ditengah kemustahilan. Mungkin toko, gaji, pekerjaan kita mustahil
(tidak cukup), tetapi kalau saat ini kita kembali kepada kasih
mula-mula yaitu kita beribadah melayani TUHAN dengan iman,
pengharapan dan kasih. Seperti kesaksian tadi => 'selebihnya
serahkan TUHAN'. Lima roti dua ikan tidak dapat berbuat apa-apa
jika berada di tangan kita, tetapi kalau diserahkan kepada TUHAN.
Lihatlah Wajah TUHAN; menyembah TUHAN => 'terserah Engkau
TUHAN ... usaha saya hanya sampai disini, gaji saya hanya sampai
disini TUHAN, saya sudah berusaha untuk toko, dengan ditambah ini
itu hanya sampai sekian, saya sudah belajar dan ditambah dengan les
tetap tidak bisa, saya serahkan kepada TUHAN' Kuasa TUHAN mampu
memelihara kehidupan kita ditengah kemustahilan.
- Kuasa
TUHAN sanggup menolong kita untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang sudah mustahil. Tadi kuasa TUHAN sanggup untuk memelihara
kita, jangan bergantung gaji sekalipun kita memiliki gaji,. Dulu
ada satu jemaat tidak percaya, saat saya mengatakan =>
'sekalipun punya gaji, kita tidak bergantung dari gaji, melainkan
bergantung kepada TUHAN' Dia langsung tertawakan saya (menghina)
=> 'gaji suami saya dua digit dalam juta (memang sudah lama
menjadi pegawai negeri, pegawai negeri tingkat tinggi bagian
keuangan), mana bisa tidak hidup dari gaji' Setelah itu apa yang
terjadi, anaknya begini begitu dan dia harus membayar semuanya.
Tiap bulan, gajinya dipotong (rumahnya sudah dijual), tinggal nol
(benar-benar nol rupiah). Setelah dua atau tiga bulan, dia
menghadap saya => 'oom, gaji saya nol selama dua bulan' Saya
bertanya => 'kamu makan dari apa?' Dia menjawab => 'benar
oom, saya makan dari iman. Dulu saya tidak percaya. Saya pikir gaji
dua digit dalam juta bisa menghidupi saya, ternyata sekarang gaji
nol pun saya masih bisa hidup selama dua bulan' Biarlah ada iman,
pengharapan dan kasih. Semoga kita dapat mengerti.
- Kuasa
TUHAN memberikan masa depan yang berhasil, indah dan bahagia. Anak
yang sudah mati, tidak ada lagi masa depan, mau diapakan? Mau
disekolahkan ke universitas yang terkenal tidak bisa, karena sudah
mati. Tetapi kuasa TUHAN dapat memberikan masa depan yang berhasil,
indah dan bahagia.
- Galatia
2: 9,
Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka
Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat,
berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda
persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak
bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat;
Ay
9 => 'Kefas' =
Petrus.
'sokoguru jemaat'
=> tiang penopang dalam jemaat.
'supaya
kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada
orang-orang yang bersunat'? sampai
kepada bangsa kafir, menjadi Tubuh Kristus.
Hasil kedua
adalah dipakai
dalam kegerakan pembangunan Tubuh Kristus yang sempurna.
Sampai Israel dan kafir menjadi satu tubuh yang sempurna, menjadi
Mempelai Wanita yang siap untuk menyambut kedatangan YESUS yang ke
dua kali di awan-awan permai. Asalkan menjadi soko guru, artinya
kuat dan teguh hati atau tahan uji. Orang yang mempunyai iman,
pengharapan dan kasih itu kuat teguh hati (tahan uji) dalam
menghadapi:
- Tahan
uji dalam menghadapi pencobaan-pencobaan: tetap percaya dan
berharap YESUS,
- Tahan
uji dalam menghadapi dosa-dosa: tetap hidup benar dan suci,
- Tahan
uji dalam menghadapi apapun.
Kalau
menjadi soko guru (tahan uji), maka dipakai dalam pembangunan Tubuh
Kristus. Yang dipakai dalam kegerakan bukanlah orang yang uangnya
banyak, tidak! Melainkan orang yang kuat teguh hati (soko guru).
Orang yang kuat teguh hati dicari oleh TUHAN. Saat dihantam
pencobaan, tetap percaya YESUS, tetap beribadah. Saat dihantam
dosa-dosa, tetap hidup benar. Kaum muda harus kuat teguh hati. Tadi
saya pesan ke anak-anak yang akan ikut ujian nasional =>
'sekalipun gurumu ada diluar, jangan mencontek dan saya doakan'
Dalam ujian nasional biasanya gurunya memberikan kesempatan. Ada
satu siswa, karena datang terlambat, dia mencontek. Sampai hari ini
semuanya sukses, tetapi ada satu siswa mencontek satu soal
(matematika), sehingga dia tidak lulus. Dia malam-malam telepon saya
sambil menangis => 'kamu sudah melanggar' Dia tidak lulus
hanya selisih 0,25 . Saya yakin seandainya dia tidak mencontek, dia
lulus. Jangan main-main dengan TUHAN. Semoga kita dapat mengerti.
- Matius
17: 1, 2,
1.
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes
saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung
yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.
2.
Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya
seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti
terang.
Ketika Petrus, Yakobus
dan Yohanes diajak naik keatas gunung, tiba-tiba wajah YESUS
berubah. Inilah mujizat terbesar.
Hasil ketiga adalah
kuasa
TUHAN sanggup mengubahkan kita dari manusia daging menjadi manusia
rohani seperti YESUS.
Inilah mujizat terbesar, setan tidak
dapat melakukan mujizat ini; kalau sakit menjadi sembuh setan dapat
melakukan. Tetapi kalau manusia daging yang berdosa, menjadi sama
dengan YESUS, setan tidak dapat melakukan. Keubahan hidup itulah
mujizat terbesar. Keubahan hidup dimulai dari wajah (wajah menunjuk
hati), yaitu hati yang taat dengar-dengaran. Kaum muda taat kepada
TUHAN yang tidak kelihatan, taat kepada gembala, taat kepada orang
tua.
Ketaatan dalam tabernakel dibagi
menjadi tiga:
- Halaman:
taat kepada orang tua jasmani,
- Ruangan
suci: taat kepada gembala,
- Ruangan
maha suci: taat kepada TUHAN.
Kalau
mujizat rohani terjadi (taat), maka mujizat jasmani juga terjadi,
yaitu bahagia. Dalam Matius 17:4, Petrus mengatakan => 'TUHAN
betapa bahagianya aku. Jika Engkau mau, akan kudirikan kemah'
Petrus tidak mau turun lagi. Dulu saat naik gunung tidak seperti
sekarang (pakai ransel, penutup kepala, alat perlengkapan tidur).
Tetapi mereka senang berada di gunung, karena ada kemuliaan TUHAN
(bahagia). Semakin kita diubahkan, semakin bahagia. Ini rumusnya!
Kalau semakin kaya, belum tentu semakin bahagia. Sekarang banyak
orang kaya yang bunuh diri. Bukan berarti tidak boleh kaya,
silahkan. Semakin pandai belum tentu semakin bahagia sebab banyak
orang pandai yang juga membunuh diri, juga banyak orang pandai
berselingkuh dll, inilah bukti tidak bahagia. Tetapi kalau semakin
taat (semakin diubahkan), pasti semakin bahagia.
Waktu
mujizat lima roti dua ikan dibagikan kepada lima ribu orang, Petrus
tidak mengatakan 'betapa bahagianya' Tetapi waktu menyembah,
Petrus mengatakan 'betapa bahagianya' Diubahkan itulah bahagia.
Bagaikan air diubahkan menjadi anggur, bisa dicicipi. Mungkin hidup
kita sudah tawar, seperti air biasa, seperti jamu yang pahit, tetapi
kalau sekarang ini kita diubahkan menjadi taat dengar-dengaran, maka
ada air anggur yang manis dan kita bahagia. Semoga kita dapat
mengerti.
Jika YESUS datang kembali ke dua kali, kita
diubahkan menjadi sama mulia dengan Dia, kita memandang Dia Muka
dengan muka. Kita selama-lamanya berbahagia. Ada kuasa pemeliharaan,
kuasa pertolongan, kuasa yang memberikan masa depan yang indah,
kuasa untuk memakai kita dalam kegerakan hujan akhir dan kuasa
mujizat (keubahan hidup). Berarti mujizat yang lainnya juga dapat
terjadi (mujizat yang jasmani). Sampai kita menjadi sempurna seperti
Dia.
1
Korintus 13: 12,13,
12.
Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang
samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka.
Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku
akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
13.
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan
kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Ay
12 => 'Karena sekarang kita melihat
dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan
melihat Muka dengan muka' => kita masih
samar-samar dalam melihat YESUS. Semakin disucikan dan diubahkan,
kita semakin jelas melihat YESUS. Sampai satu waktu jika TUHAN YESUS
datang kembali ke dua kali, kita diubahkan menjadi sempurna, kita
dapat melihat Dia Muka dengan muka.
Kalau
kita memiliki iman, pengharapan dan kasih, maka kita dapat terangkat
ke awan-awan, berjumpa dengan YESUS di awan-awan, memandang Dia Muka
dengan muka dan kita berbahagia selama-lamanya. Jangan buta! Tetapi
ada iman, pengharapan dan kasih (dalam terang). Saat ini kuasa TUHAN
tidak terbatas.
TUHAN memberkati kita semuanya.1