Kita
masih belajar tentang kitab Wahyu 2 dan 3, di dalam tabernakel ini
menunjuk tujuh kali percikan darah di depan tabut perjanjian. Ini
juga menunjukkan tujuh surat dalam kitab Wahyu 1: 11
Wahyu
1: 11,
katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah
kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: (1)ke
Efesus, (2)ke
Smirna, (3)ke
Pergamus, (4)ke
Tiatira, (5)ke
Sardis, (6)ke
Filadelfia dan (7)ke
Laodikia."
Jadi
tujuh kali percikan darah di depan tabut perjanjian = tujuh surat
yang ditujukkan kepada tujuh sidang jemaat bangsa kafir = penyucian
terakhir yang dilakukan oleh YESUS kepada tujuh sidang jemaat bangsa
kafir, supaya sidang jemaat bangsa kafir menjadi sempurna, tidak
bercacat cela seperti YESUS. Mulai dari sidang jemaat di Efesus
(Wahyu 2: 1-7)
Wahyu
2: 1-4,
1.
"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman
dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan
berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.
2.
Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu.
Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat,
bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul,
tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati
mereka pendusta.
3.
Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau
tidak mengenal lelah.
4.
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan
kasihmu yang semula.
Ay
2 => '
Aku tahu segala pekerjaanmu' => TUHAN
mengetahui dan mengakui segala pekerjaan dari sidang jemaat Efesus.
'
bahwa
engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul' =>
rasul-rasul palsu.
Dalam
ibadah pada waktu yang lalu kita sudah mendengar (diulangi lagi
supaya mantap),
ada dua penampilan YESUS
terhadap sidang jemaat di Efesus:
- YESUS
berjalan diantara ke tujuh kaki dian emas. Ke tujuh kaki dian
menunjuk ke tujuh sidang jemaat bangsa kafir yang tidak layak,
tetapi TUHAN berjalan ditengah-tengahnya. YESUS berjalan diantara ke
tujuh kaki dian emas artinya TUHAN
YESUS sangat memperhatikan keadaan sidang jemaat bangsa kafir di
akhir zaman yang tidak layak.
Jangan pernah mengatakan => 'TUHAN sudah tinggalkan saya'
Tidak! Bangsa kafir bagaikan anjing babi yang tidak layak, tetapi
begitu diperhatikan.
- 'yang
memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya'
= TUHAN YESUS memegang ke tujuh bintang di tangan kanan-Nya yang
kuat, artinya
TUHAN YESUS merindu
supaya sidang jemaat Efesus (sekarang menunjuk sidang jemaat bangsa
kafir) tidak jatuh oleh pengaruh apapun juga, bahkan menjadi milik
TUHAN yang tidak dapat diganggu gugat.
Inilah
dua penampilan TUHAN terhadap sidang jemaat Efesus. Oleh sebab itu
TUHAN YESUS mau menyucikan sidang jemaat Efesus (sidang jemaat bangsa
kafir) dengan tujuh kali percikan darah (sengsara daging bersama
YESUS, sengsara daging karena YESUS). Mengalami tujuh kali percikan
darah memang sengsara daging, tetapi itu merupakan perhatian TUHAN.
Jangan salah! Kalau kita diijinkan sengsara daging karena YESUS,
itulah perhatian TUHAN (untuk menyucikan kita) dan kerinduan TUHAN
(supaya sidang jemaat jangan jatuh, tetapi sungguh-sungguh menjadi
milik TUHAN selama-lamanya). Tidak ada jalan lain. Seandainya ada
jalan lain, TUHAN tidak menggunakan tujuh kali percikan darah.
Seandainya YESUS ada jalan lain (tanpa salib) untuk dapat
dipermuliakan sampai naik kerajaan surga, maka kita juga tanpa salib.
Tetapi hanya inilah jalan terakhir dan merupakan jalan satu-satunya.
YESUS
harus disalibkan sampai mati; mengalami sengsara di kayu salib sampai
mati (tujuh kali percikan darah), setelah itu baru bangkit dalam
Tubuh kemuliaan dan dapat masuk dalam kerajaan surga. Dia menjadi
Mempelai Pria yang dapat masuk kerajaan surga. Kita juga harus
demikian. Semoga kita dapat mengerti.
Pada
ay 2 dan 3, TUHAN YESUS juga memperhatikan dengan sungguh-sungguh,
mengakui, menghargai dan mengingat apa yang sudah dikerjakan oleh
sidang jemaat bangsa kafir dalam pekerjaan TUHAN (untuk TUHAN). TUHAN
YESUS tidak pernah mengecilkan segala pekerjaan TUHAN yang dilakukan
oleh bangsa kafir (TUHAN sangat menghargai). Mungkin kita berkata =>
'saya hanya dapat melakukan membersihkan gereja' Tidak akan
pernah dikecilkan oleh TUHAN. Jangan ragu dan jangan menunda-nunda
waktu untuk melakukan pekerjaan di ladang TUHAN apapun bentuknya
sebab TUHAN tidak pernah menipu kita.
Dalam
kitab Wahyu 22, nanti TUHAN akan membalaskan upah. TUHAN mengakui,
menghargai dan TUHAN juga membalaskan upah. TUHAN tidak pernah menipu
kita.
Wahyu
22: 12,
"Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk
membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.
Ay
12 => '
Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap
orang menurut perbuatannya' => menurut pekerjaannya.
TUHAN
membawa upah kepada setiap kehidupan yang bekerja di ladang TUHAN,
baik upah untuk hidup sekarang di dunia ini, sampai upah hidup kekal
selama-lamanya. Saya selalu mencontoh istilah bpk pdt Pong alm yaitu
'TUHAN tidak pernah menipu kita, tidak pernah merugikan kita'
Kalau sesama manusia dapat merugikan kita => 'ini nanti untung,
tahu-tahu rugi' Tetapi jangan ragu kepada TUHAN, sebab Dia tidak
pernah menipu kita, tidak pernah bermaksud untuk merugikan kita.
Semoga kita dapat mengerti.
Pada
ay 4, kalau ada pekerjaan yang tidak berkenan, akan dicela. Bukan
besar atau kecilnya => 'ini khotbah, luar biasa. Mengepel
gereja, tidak ada artinya' Bukan! Tetapi benar atau tidak
pekerjaannya (sesuai atau tidak). Inilah yang dilihat TUHAN.
Contohnya: berkhotbah itu benar atau tidak, mengepel gereja itu benar
atau tidak. Kalau tidak sesuai, Dia tidak segan-segan mencela.
Maksudnya adalah untuk menyucikan, memperbaiki. Jadi kalau tidak
sesuai dengan kehendak TUHAN, akan dicela (Wahyu 2:4); disucikan,
dipercik dengan darah (sakit). Kita sudah bekerja, lalu dicela, ini
sakit bagi daging. Padahal inilah penyucian dari dosa yang
tersembunyi (pembentukan karakter kita) dan seringkali kita tidak
mengerti. Mungkin orangnya kelihatan baik, tetapi di dalamnya ada
getah (dalam pengajaran tabernakel 'ada getah'). Kalau disentuh
sedikit, baru keluar. Tetapi selama tidak ada yang menyentuh,
kelihatan baik sekali. Sebab itu TUHAN menggunakan percikan darah,
supaya keluar semuanya (yang tidak disadari, yang tersimpan akan
keluar).
Wahyu
1: 4, Namun
demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu
yang semula.
Disini
TUHAN mencela, mengoreksi, menyucikan sidang jemaat bangsa kafir dari
kekurangannya, yaitu kehilangan atau meninggalkan kasih yang
mula-mula (sekarang secara umum terhadap sidang jemaat bangsa kafir,
dulu secara khusus terhadap sidang jemaat Efesus). Tujuh sidang
jemaat, sekarang terkena pada kita semuanya (bangsa kafir). Dulu
secara satu persatu (kekurangan Efesus, dst). Tetapi sekarang
kekurangan dari sidang jemaat bangsa kafir. Kita semuanya ada
kekurangannya dan disitulah TUHAN mau menyucikan, mengoreksi.
Kasih
mula-mula adalah kasih ALLAH (kasih agape) lewat Kurban Kristus
(salib Kristus). Keadaan sidang jemaat Efesus tanpa kasih mula-mula,
berarti tanpa kasih (tanpa kasih agape). Ini sama dengan keadaan
Petrus yang tanpa kasih. Mari kita bandingkan. Jadi keadaan sidang
jemaat Efesus (bangsa kafir) = keadaan Petrus (bangsa Israel) yang
tanpa kasih. Pelayanan sidang jemaat Efesus (bangsa kafir) yang tanpa
kasih = pelayanan Petrus yang tanpa kasih. Inilah yang akan kita
bahas. Biarpun di mata manusia kelihatan hebat, luar biasa (TUHAN
saja mengakui, apalagi manusia), tetapi tanpa kasih tidak akan ada
artinya (dicela oleh TUHAN). Tanpa kasih, semuanya tidak ada artinya,
sia-sia, tidak berguna, bahkan menuju kepada kebinasaan. Baik bangsa
kafir dan bangsa Israel, sama-sama dikoreksi oleh TUHAN. Sekarang ini
kita semuanya juga dikoreksi oleh TUHAN; apakah keadaan kehidupan
kita tanpa kasih? apakah pelayanan kita tanpa kasih?
Yohanes
21: 15-17,
15.
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?"
Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku
mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah
domba-domba-Ku."
16.
Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya:
"Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
17.
Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes,
apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena
Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi
Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala
sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus
kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Disini
terdapat tiga kali pertanyaan TUHAN YESUS kepada Petrus:
Pertanyaan
pertama, Simon apakah engkau mengasihi Aku dengan kasih agape?
Petrus menjawab mengasihi dengan kasih filio => Ya TUHAN, aku
mengasihi dengan kasih sesama (kasih filio).
Kasih agape artinya kasih TUHAN yang dicurahkan lewat Kurban Kristus
(kasih mula-mula).
Pertanyaan
kedua (diulangi), apakah Petrus mengasihi
YESUS dengan kasih agape? Petrus menjawab mengasihi TUHAN
dengan kasih filio.
Pertanyaan
ketiga (diturunkan oleh TUHAN), apakah
Petrus mengasihi YESUS dengan kasih filio (kasih sesama)? Jawabannya
=> sedih hati Petrus. Petrus tidak mempunyai kasih agape dan tidak
mempunyai kasih filio = tanpa kasih.
Hati
Petrus sedih, karena Petrus sudah menyangkal YESUS tiga kali. Salah
satunya menyangkal YESUS sebagai sahabat. Saat ada bertanya =>
'ini sahabat YESUS' Petrus menyangkalnya. Jadi pelayanan Petrus
selama ini merupakan pelayanan tanpa kasih. Inilah yang harus
diperiksa; apakah kita semuanya (termasuk saya) melayani TUHAN,
dengan pelayanan tanpa kasih mula-mula, tanpa kasih agape. Jadi jelas
disimpulkan, pelayanan Petrus adalah pelayanan tanpa kasih
agape.
Dalam Efesus bisa juga disebut sebagai pelayanan tanpa
kasih mula-mula. Sebab kalau tidak ada kasih mula-mula, tidak akan
ada kasih. Jika diterangkan dalam sistem tabernakel (tiga ruangan)
=> ada kasih mula-mula, ada pertumbuhan kasih,
sampai puncaknya kasih. Jika tidak ada kasih mula-mula, pasti
semuanya tidak ada kasih (tanpa kasih).
Yang
penting biarlah TUHAN mengoreksi kita (saya juga dikoreksi), sehingga
kita tahu bagaimana pelayanan tanpa kasih. Sekarang ini
kita belajar dari Petrus.
Praktik
pelayanan tanpa kasih:
- Matius
16: 21-23,
21.
Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa
Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari
pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh
dan dibangkitkan pada hari ketiga.
22.
Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya:
"Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali
takkan menimpa Engkau."
23.
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah
Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan
memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan
manusia."
Ay
21 => 'lalu
dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga'
=> ini bicara tentang salib.
Praktik
pertama:
menolak
salib Kristus (salib YESUS)
= menjadi
seteru salib.
Inilah yang
banyak ditangisi oleh rasul Paulus. Rasul Paulus menangis bukan
karena jemaat kurang beras, kurang lainnya, bukan! Tetapi terutama
karena banyak kehidupan Kristen (hamba TUHAN, pelayan TUHAN) yang
menolak salib (menjadi seteru salib).
Filipi
3: 18,19,
18.
Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang
kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup
sebagai seteru salib Kristus.
19.
Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka,
kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata
tertuju kepada perkara duniawi.
Ay
18 => 'seperti
yang telah kerap kali kukatakan kepadamu'
=> sudah seringkali dikatakan oleh rasul Paulus (seringkali
dikhotbahkan).
'dan
yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis'
=> sekarang dengan tangisan (tidak bisa lagi diulangi dan sudah
terakhir). Sebab itu Firman perlu diulangi. Kalau 'kerap kali'
berarti sudah banyak kali. Kalau Firman masih diulangi lagi berarti
masih ada kesempatan
(terus
diberikan kesempatan). Diulangi lagi terus (kerap kali, terlalu
sering diulangi), tetapi hasilnya tetap saja, sampai yang terakhir
dengan menangis.
'banyak
orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus'
=> ini yang harus menjadi waspada! Yang ditulis dalam alkitab itu
ada maknanya. 'banyak' = banyak yang dipanggil, sedikit yang
dipilih.
Rasul Paulus sudah memberikan nasehat tentang seteru
salib. Sekarang, rasul Paulus menangis karena banyak hamba TUHAN,
pelayan TUHAN, anak TUHAN yang menjadi seteru salib (menolak
salib).
Pengertian
menolak salib (menjadi seteru salib):
- Tidak
mau sengsara daging untuk TUHAN (tidak mau berkorban untuk TUHAN).
tidak mau
berkorban waktu dan sebagainya. Contohnya: saat beribadah sudah
sering melihat jam => 'jam berapa ini?' Inilah orang yang
menolak salib. Di daerah luar Jawa ada jemaat yang bertanya tentang
hamba TUHAN => 'apa boleh seorang
hamba TUHAN bermain catur sampai semalaman di pos
depan' Kalau bermain catur sampai semalaman, tetapi
kalau mendengarkan Firman
selama dua sampai tiga
jam => 'segera berkata bahwa
pendeta ini
keterlaluan sebab pemberitaan
Firman sampai dua
jam (padahal sama-sama pendeta)' Yang terlalu bukan FirmanNya,
tetapi dagingnya yang terlalu. Buktinya ia
dapat bermain catur
semalaman, masa menerima Firman selama
dua jam sudah mengomel.
Kalau untuk yang lain sekalipun menempuh jarak berapapun, dapat
santai saja, tetapi kalau untuk TUHAN kita seringkali mengeluh.
Inilah menolak salib (pelayanan tanpa kasih); tidak mau sengsara
untuk TUHAN, tidak mau berkorban untuk TUHAN.
- Tidak
mau bertobat
= tetap
mempertahankan dosa-dosa bahkan sampai puncaknya dosa (dosa makan
minum dan kawin mengawinkan). Melayani TUHAN, tetapi tidak
bertobat. Inilah menolak salib (pelayanan tanpa kasih). Seringkali
inilah kesalahan kita, bahkan kesalahan kami sebagai
hamba TUHAN => ada
jemaat yang meminta/menitip
anak kami, biarkanlah dia bermain musik supaya bertobat' Saya
kaget. Yang benar bertobat dahulu, baru bermain musik.
Inilah
kesalahan kita. Seringkali kita melayani ( saya berkhotbah,
ada yang main musik), tetapi tidak bertobat. Kehidupan
itu sudah mengetahui kalau itu dosa sebab sudah
ditunjukkan Firman, terus saja dilakukan, bahkan sengaja berbuat
dosa => 'mau apa, ayo pecat saya' Tidak ada orang yang
memecat orang, nanti TUHAN yang memecat. Itu namanya memecat diri
sendiri. Jadi harus memilih.
Contohnya seperti Adam dan
Hawa. TUHAN berfirman
=> 'semua buah pohon di taman boleh kamu makan, kecuali satu
ini. Kalau kamu makan buah ini, kamu mati (ke dunia). Kalau tidak
makan, kamu berada di firdaus
dan hidup' Akhirnya buah yang dilarang oleh
TUHAN, justru
dimakan,
sehingga mereka diusir oleh
TUHAN. Sebenarnya bukan TUHAN yang mengusir, dia sendiri yang
memilih. Jadi jangan bilang => 'saya dipecat' Tidak! Dia
sendiri lah yang memilih (memilih dosa). Semoga kita dapat
mengerti.
- Pikiran
tertuju kepada perut (perkara dunia)
= mengikut
TUHAN hanya untuk mendapatkan perkara-perkara jasmani (perkara
daging, perkara duniawi).
Ini
bahaya! Kalau kita hanya menggembar gemborkan => 'luar biasa
berkat TUHAN (yang jasmani)' Boleh! Tetapi kalau hanya sampai
disitu saja = menjadikan YESUS sebagai raja dunia. Setan juga
seperti itu. YESUS diajak naik ke gunung => 'YESUS kalau kamu
mau menyembah aku, dunia ini menjadi milik Mu'
Inilah diangkat menjadi raja dunia oleh setan. Tetapi YESUS tidak
mau.
Sekarang hamba TUHAN, pelayan TUHAN mau mengangkat
YESUS menjadi raja dunia seperti yang pernah dilakukan setan. Apa
itu? Mengikut YESUS hanya untuk menerima berkat jasmani =>
'hebat, luar biasa berkatnya (hanya berkat jasmani)' Inilah
menjadikan YESUS sebagai raja dunia (bukan sebagai Raja segala
raja). Kehidupan semacam ini, saat TUHAN YESUS datang kembali akan
ketinggalan.
Setelah mereka makan lima
roti untuk lima ribu
orang => 'enak ya, kalau tidak bekerja kan bisa ini. Siapa
tahu bisa mengubah batu dll, kan enak. Angkat saja Dia sebagai
raja. Kalau Dia menjadi raja kita, enak sekali, tinggal membawa
batu lalu diubah menjadi roti' Inilah kemauan mereka. Tidak mau
sengsara daging, tetapi hanya ingin mendapatkan berkat jasmani.
Inilah orang yang menolak salib! Setelah mereka makan kenyang, ada
sisa dua
belas bakul. Apa yang mareka
lakukan?
Yohanes
6: 15,
Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa
Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke
gunung, seorang diri.
Ay
15 => 'hendak
membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja'
=> main paksa.
Sekarang banyak hamba TUHAN, pelayan TUHAN
yang mau memaksa YESUS untuk menjadi raja dunia => 'ayo
berkati aku, YESUS' Inilah dipaksa terus untuk memberikan yang
jasmani (hanya menggembar gemborkan yang jasmani). Semoga kita
dapat
mengerti.
Ini
sama dengan setan. Dalam Matius 4: 8-10, YESUS diajak keatas gunung
oleh setan, lalu diperlihatkan kerajaan dunia. Mari kita baca,
karena ini bible study. Hati-hati! Maaf banyak hamba TUHAN (termasuk
saya), pelayan TUHAN yang sama dengan setan. Tujuannya hanya itu
saja (YESUS tidak perlu
menjadi Raja segala raja). Kalau YESUS mau menjadi Raja segala raja,
harus disalibkan dahulu, mati, naik ke sorga, baru bisa menjadi
Raja. Tetapi kalau menjadi raja dunia, bisa langsung. Begitu
menyembah setan, langsung menjadi raja dunia.
Matius
4: 8-10,
8.
Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan
memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan
kemegahannya,
9.
dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu,
jika Engkau sujud menyembah aku."
10.
Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada
Dia sajalah engkau berbakti!"
Ay
9 => inilah menjadikan YESUS sebagai raja dunia. Semua dunia akan
diberikan, berarti menjadi raja dunia.
Ay 10 => Tetapi YESUS
tidak mau.
Hamba
TUHAN, pelayan TUHAN yang hanya menggembar gemborkan berkat jasmani
= menjadikan YESUS raja dunia = setan atau iblis (maaf). Inilah yang
mengelabui! Hamba TUHAN membawa (mengelabui) jemaat kepada
kebinasaan. TUHAN mengajak Petrus naik ke gunung. Setan juga
mengajak naik ke gunung. Kalau tidak mau diajak TUHAN, akan diajak
setan. TUHAN selalu mengajak naik ke gunung (ibadah pelayanan,
penyembahan memang sakit bagi daging). Tidak ada netral (tidak mau
diajak TUHAN dan tidak mau diajak setan) dan tidak ada
tengah-tengah. Ibadah kunjungan-kunjungan = ini diajak TUHAN =>
'sudah ibadah hari Minggu, Senin dan Rabu, ditambah lagi hari
Jumat, bagaimana ini?' Inilah diajak TUHAN. Kalau tidak mau, akan
diajak oleh setan. Hanya itu saja dan tidak ada yang lain. Semoga
kita dapat mengerti.
Lebih baik kita diajak oleh TUHAN. Kalau
diajak oleh TUHAN, ada kemuliaan (diatas gunung ada keubahan). Kalau
diajak setan, hanya gembar-gembor => 'lihat, dahsyat. Bangunan
besar, gereja besar' Hanya ini saja, tidak ada kemuliaan, bahkan
menuju kehancuran dan kebinasaan. Semuanya nanti akan hancur, gereja
sebesar apapun, perusahaan sebesar apapun akan hancur. Inilah
seperti setan yang menuju kehancuran. Kalau TUHAN, akan menuju
kemuliaan. Semoga kita dapat mengerti.
Inilah
menolak salib (tanpa kasih), dengan tiga arti:
- tidak
mau sengsara,
- tidak
mau bertobat,
- hanya
mencari perkara jasmani saja.
- Yohanes
18: 10,
Lalu
Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu,
menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga
kanannya. Nama hamba itu Malkhus.
Praktik
kedua:
menetak
(memotong) telinga Malkhus
dengan pedang.
Ini jelas tidak mengasihi sesama atau
tanpa kasih.
Memotong
telinga Malkhus dengan pedang artinya
- Selalu
merugikan sesama.
Bukan menjadi berkat kepada sesama, tetapi malah merugikan sesama.
Termasuk kami sebagai hamba TUHAN, seringkali bermain pedang.
Menggunakan pedang pengajaran, tetapi dengan emosi. Firman
pengajaran itu Firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua.
Kalau menggunakan pedang dengan urapan, kearah hamba TUHAN terlebih
dahulu (terkena pedang dahulu), baru mengena dosa-dosa sidang
jemaat dan akan habis. Tetapi kalau dengan emosi, mengenai sidang
jemaat saja. Akhirnya sidang jemaat kesakitan, lari, tidak dapat
mendengarkan Firman lagi (karena telinganya sudah diputus).
Doakan
kami sebagai hamba TUHAN, agar jangan menggunakan pedang dengan
emosi, tetapi dengan urapan Roh Kudus. Kalau dengan emosi, jemaat
tidak mau mendengarkan Firman lagi (seperti Malkhus yang kehilangan
telinganya). Doakan saya juga supaya di dalam penggembalaan maupun
dalam ibadah kunjungan-kunjungan, saya tidak menggunakan pedang
dengan emosi tetapi menggunakan pedang dengan urapan Roh Kudus.
Inilah yang membuat orang untuk tertarik mendengarkan Firman lagi.
Setelah mendengarkan sekali saja => 'oh, bagaimana itu?
Bagaimana itu?' Terus ingin mendengarkan Firman. Tetapi kalau
menggunakan pedang emosi, satu kali mendengarkan saja => 'aku
tidak mau lagi mendengarkan, sakit'. Hati-hati, jangan merugikan
sesama baik dalam perbuatan-perbuatan (semuanya jangan merugikan
sesama). Itulah tanpa kasih!
- Menjadi
sandungan bagi sesama, sehingga sesama tidak mau mendengarkan
Firman pengajaran yang lebih tajam dari pedang bermata dua.
Yang pertama, merugikan sesama. Soal apa saja, jangan merugikan
sesama. Contohnya: pertama,
berdagang, lalu kita merugikan sesama (menipu), nanti orang akan
mengatakan => 'orang Kristen begitu juga...' Inilah tanpa
kasih.
Kemudian kedua,
menjadi sandungan sehingga orang lain tidak dapat mendengarkan
Firman.
Sandungan itu dapat lewat:
- Perbuatan
yang tidak sesuai dengan Firman pengajaran. Kami sebagai hamba
TUHAN, seringkali mengajarkan, tetapi perbuatannya tidak sesuai
dengan Firman pengajaran. Firman pengajaran mengatakan 'tidak
boleh' Lalu hamba TUHAN mengatakan 'boleh, tidak apa-apa,
asalkan begini ...' Inilah perbuatan yang tidak sesuai
pengajaran yang benar. Demikian juga kita semua.
- Nikah
yang tidak sesuai dengan Firman pengajaran yang benar => 'ah,
nikahnya begitu' Inilah yang disorot; perbuatan dan nikah.
- Perkataan
yang tidak sesuai dengan Firman pengajaran yang benar. Ini
termasuk gosip-gosip yang tidak dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Gosip-gosip ini mengerikan sekali. Setelah
mendengarkan gosip, kalau orang itu mau bertanya kepada kita, dia
akan bersyukur, tetapi kalau dia tidak mau bertanya, langsung
ditelan, maka kehidupan itu tidak dapat mendengar Firman yang
benar. Sangat disayangkan. Kita semuanya yang harus bertanggung
jawab.
Matius
16: 23,
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah
Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan
memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan
manusia."
Yang suka
memasang batu sandungan itu setan. Jadi menjadi
sandungan berarti menjadi sama dengan iblis.
Hati-hati! Tadi menolak salib; hanya memburu perkara dunia, ini
menjadi sama dengan iblis (ingin menjadikan YESUS sebagai raja
dunia). Sekarang menetak telinga Malkhus (pelayanan tanpa kasih);
merugikan sesama dan menjadi sandungan, sehingga menjadi sama
dengan iblis. Tanpa kasih itulah iblis. Semoga kita dapat
mengerti.
Praktik
pelayanan tanpa kasih yaitu:
- pertama
menolak salib; tidak mau berkorban, tidak mau bertobat, hanya
mencari perkara dunia. Inilah menjadi sama dengan iblis (menjadikan
YESUS sebagai raja dunia).
- kedua,
menetak telinga Malkhus (tidak ada kasih pada sesama); merugikan
- sesama
dan menjadi sandungan. Ini juga menjadi sama dengan iblis. Semoga
kita dapat mengerti.
- Lukas
22: 54-60,
54.
Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke
rumah Imam Besar. Dan Petrus mengikut dari jauh.
55.
Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka
duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah
mereka.
56.
Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia
mengamat-amatinya lalu berkata: "Juga orang ini bersama-sama
dengan Dia."
57.
Tetapi Petrus menyangkal, katanya: "Bukan, aku tidak kenal
Dia!"
58.
Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata:
"Engkau juga seorang dari mereka!" Tetapi Petrus berkata:
"Bukan, aku tidak!"
59.
Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas:
"Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga
orang Galilea."
60.
Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau
katakan." Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah
ayam.
Ay 54 => 'Dan
Petrus mengikut dari jauh' =>
hati-hati, tanpa kasih itu mulai dari mengikut dari jauh. Waktu ada
mujizat lima roti untuk lima ribu orang, merasa paling dekat dan
paling mengasihi YESUS. Jangan-jangan YESUS digandeng terus =>
'ini YESUS ku, YESUS ku' Begitu YESUS ditangkap, mulai jaga
jarak (jarak jauh) dulu. Inilah tanpa kasih.
Kalau ada kasih,
waktu diberkati ataupun ada salib, tetap dekat. Kalau tanpa kasih
tanda-tanda yang gampang, waktu lima roti untuk lima ribu orang,
rasanya tidak mau berpisah. Ini karena ingat rotinya saja, bukan
ingat YESUS. Begitu ada sengsara sedikit, kehidupan itu yang nomor
satu menjauh dari YESUS.
Ay 55 => 'Di
tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk
mengelilinginya' => api dunia.
'Petrus
juga duduk di tengah-tengah mereka' =>
Kalau sudah menjauh dari YESUS, menjadi dingin dan membutuhkan api
dunia. Petrus pergi ke api dunia.
Praktik
ketiga:
menyangkal
YESUS.
Petrus menyangkal YESUS tiga kali.
Proses penyangkalan kepada
YESUS (arti penyangkalan kepada YESUS), dimulai dari:
- Petrus
mengikut YESUS dari jauh sampai berdiang di api bersama dengan
orang banyak (api dunia) = tidak setia dan tidak berkobar-kobar
dalam ibadah pelayanan kepada TUHAN, sehingga mulai berdiang di api
dunia = mulai mencari kepuasan-kepuasan semu di dunia. Hati-hati
saya sering katakan kepada kaum muda. Mungkin melayani di gereja,
nanti sorenya pergi ke diskotik. Inilah mencari kepuasan di dunia.
Bahaya! Kalau sudah mencari kepuasan semu di dunia, nanti akan
jatuh dalam dosa sampai puncaknya dosa. Kepuasan semu di dunia ini
merupakan perangkap dari setan, dan kalau kita masuk di dalamnya,
kita akan jatuh dalam dosa-dosa sampai puncaknya dosa (dosa makan
minum dan kawin mengawinkan). Tidak setia dan berkobar-kobar dalam
ibadah pelayanan kepada TUHAN, ini sudah dapat diartikan sebagai
menyangkal TUHAN. Semoga kita dapat mengerti.
- Menyangkal
YESUS dengan perkataan => 'bukan, aku tidak kenal...' =
tidak mau mengaku YESUS. Apa arti tidak mau mengaku YESUS (arti
tidak mau mangaku YESUS)?
- Tinggalkan
ibadah dan pelayanan. Tadi mengikut dari jauh (tidak setia
berkobar-kobar); kadang masih datang beribadah. Kalau tidak mau
mengaku YESUS = tinggalkan ibadah pelayanan sampai dengan
meninggalkan YESUS. Ini sudah menyangkal YESUS.
- Tidak
mau mengaku dosa, bahkan menyalahkan orang lain (bertambah keras).
Sudah jelas bersalah, tetapi malah menyalahkan orang lain.
- Gugur
dari iman atau murtad. Bisa pindah agama dll. Inilah pengertian
dari menyangkal YESUS, dimulai dari tidak setia berkobar-kobar
(mulai menjauh). Bahaya, harus segera kembali. Kalau tidak, sudah
ada api dunia. Kalau sudah tidak setia berkobar-kobar dalam ibadah
pelayanan, sudah dingin, pasti larinya kepada api dunia. Mencari
kepuasan semu di dunia, sehingga jatuh dalam dosa sampai puncaknya
dosa. Nikah sudah mulai kacau. Mari saling mengingatkan. Dalam
Ibrani 10, nasihat tertinggi hari-hari ini adalah saling
menasihati supaya semakin giat dalam ibadah pelayanan. Kita boleh
menasihati anak untuk kuliah, isteri memberi nasihat supaya suami
giat bekerja, boleh! Tetapi nasihat tertinggi adalah ibadah
pelayanan. Mari setia berkobar dalam ibadah pelayanan. Kalau
tidak, akan jatuh di api asing (api dunia). Bahaya, sebab api
dunia membakar hawa nafsu. Nikah bisa goncang dan semuanya
goncang.
- Seringkali
kita menyangkal YESUS lewat perbuatan yang tidak baik.
Titus
1: 15, 16,
15.
Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi
orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal
maupun suara hati mereka najis.
16.
Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka,
mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup
berbuat sesuatu yang baik.
Ay
16 => 'tidak sanggup berbuat sesuatu
yang baik' => tidak bisa berbuat baik
lagi.
Inilah menyangkal YESUS lewat perbuatan-perbuatan
jahat atau perbuatan yang tidak baik. Hindari ini! Bahkan sampai
membalas kebaikan dengan kejahatan, sehingga menjadi sama dengan
setan. Jadi penyangkalan ini berarti menjadi sama dengan setan.
Tiga
praktik pelayanan tanpa kasih akan mengarah menjadi sama dengan
iblis. Menolak salib (menjadi seteru salib), akan menjadi sama dengan
setan. Menetak telinga Malkhus (tidak mengasihi sesama, menjadi
sandungan) akan menjadi sama dengan setan. Menyangkal YESUS sampai
dengan menyangkal dengan perbuatan (tidak dapat lagi berbuat baik,
hanya berbuat jahat), bahkan membalas kebaikan dengan kejahatan, maka
menjadi sama dengan setan. Kalau membalas kejahatan dengan kebaikan,
akan menjadi sama dengan YESUS. Semoga kita dapat mengerti.
Petrus
menyangkal YESUS tiga kali, berarti tubuh, jiwa, rohnya menyangkal
TUHAN. Seharusnya Petrus harus binasa dan tidak dapat ditolong. Kalau
tubuhnya menyangkal, tetapi jiwa-rohnya mau mengaku YESUS, masih
dapat ditolong. Kalau tubuh dan jiwanya menyangkal, tetapi rohnya mau
mengaku YESUS, masih dapat ditolong. Tetapi TUHAN tidak menghendaki
Petrus binasa dan mau menolong Petrus. Seperti ayat mengatakan =>
'siapa menyangkal, akan disangkal oleh TUHAN' Tetapi TUHAN masih
mau menolong.
Matius
10: 32, 33,
32.
Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan
mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.
33.
Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan
menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."
Ay
33 => '
Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di
sorga' => berarti tidak dapat masuk sorga atau diusir dari
sorga => 'Aku tidak mengenal kamu, pergilah' TUHAN juga akan
menyangkal.
Seharusnya
Petrus sudah diusir dari surga dan binasa selamanya, karena sudah
tiga kali ia menyangkal YESUS (tubuh, jiwa, rohnya menyangkal YESUS).
Tetapi TUHAN tidak rela. Petrus ini bangsa Israel (umat pilihan
TUHAN) tentu diingat oleh TUHAN. Bahkan bangsa kafir pun masih
diingat oleh TUHAN (semuanya diingat oleh TUHAN). TUHAN YESUS tidak
rela jika Petrus (hamba TUHAN) binasa, sebab itu TUHAN mau memberikan
kasih agape lewat kokok ayam (sederhana). Kekurangannya adalah tanpa
kasih. Seperti sidang jemaat Efesus semuanya hebat dan diakui TUHAN,
tetapi kekurangannya hanya satu, itulah tanpa kasih. Demikian juga
Petrus, semuanya hebat, kekurangannya hanya satu, itulah tidak ada
kasih.
TUHAN
memakai segala sesuatu dengan apa adanya. Lempin-El perhatikan,
jangan pusing! Kalau saudara dipanggil tetapi saudara tidak lulus
sekolah dasar => memang TUHAN membutuhkan segitu (apa adanya).
Jangan pusing, mau mencari ijasah, sampai berdusta (tidak lulus
sekolah dasar, tetapi mengaku kuliah). Atau hanya lulus sekolah
menengah umum bukan S1, akhirnya fokusnya hanya kepada hal yang
jasmani. Inilah kita menipu. Jangan! TUHAN itu apa adanya. Kalau
disitu ada kokok ayam (ayam berkokok), maka ayamlah yang dipakai.
Waktu Musa mau menyeberang laut Kolsom, TUHAN berkata => 'apa
yang ada ditangan mu?' Musa menjawab => 'tongkat' Akhirnya
TUHAN memakai tongkat. TUHAN tidak berkata => 'Musa cari ijasah
dulu ya' Jika demikian, Firaun sudah keburu datang dan habis. Kalau
Musa memegang ijasah, maka orang lain yang akan dipakai TUHAN.
Tidak
perlu pusing, sebab TUHAN memakai kita apa adanya. Ayampun dipakai,
bahkan keledai juga dapat dipakai. Seperti Bileam naik keledai. Kalau
TUHAN mau memakai hamba TUHAN, tetapi hamba TUHAN lain belum ada,
bisa-bisa sudah dikutuk. Waktu itu yang ada hanyalah keledai,
akhirnya keledai yang dipakai untuk berbicara. Apa adanya saja,
sederhana saja. TUHAN begitu luar biasa. TUHAN mau menolong Petrus
lewat kokok ayam.
Lukas
22: 60-62,
60.
Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau
katakan." Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah
ayam.
61.
Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus
bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada
hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku."
62.
Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
TUHAN
mau menolong Petrus, memberikan kasih agape lewat kokok ayam. Kalau
kita perhatikan, ayam itu berkokok di pagi hari (waktunya sama), lalu
kokoknya diulang terus => 'kukuruyuk, kukuruyuk' Ini yang
namanya Firman penggembalaan. Jadi kokok ayam adalah Firman
penggembalaan. Apa itu Firman penggembalaan? Firman pengajaran yang
benar, yang dipercayakan TUHAN kepada seorang gembala untuk
disampaikan kepada sidang jemaat dengan setia, berurutan (teratur)
dan diulang-ulang:
- untuk
menjadi makanan,
- memperingati
sidang jemaat,
- menyadarkan
sidang jemaat,
- menyucikan
dan
- menyempurnakan
sidang jemaat.
Waktu
Musa digantikan oleh Yosua, Musa berkata => 'tunjukkanlah TUHAN
seorang yang memimpin...' Jadi gembala itu seorang saja. Israel itu
berapa umatnya? Dalam hitungan juta. Tetapi dapat dipimpin oleh satu
orang (Musa sebagai gembalanya). Berapapun bisa, dombanya satu orang,
gembalanya satu orang dst. Firman pengajaran yang benar disampaikan
dengan setia, seperti ayam => 'kukuruyuk terus' Gembala harus
setia. Juga disampaikan dengan berurutan (teratur), karena ini
makanan. Contohnya: bayi di dunia ini saja mengenal makanan yang
berurutan. Susu untuk berapa bulan, susu untuk satu tahun, susu untuk
dua tahun. Tidak ada bayi baru lahir, diberikan susu untuk anak yang
berusia lima tahun. Yang tahu adalah gembala (ibunya), berapa
umurnya? Butuh apa? Oleh sebab itu gembala harus setia dalam
menyampaikan Firman dan secara teratur (berurutan, berkesinambungan).
Penggembalaan itu berkaitan dengan makanan. Pengembalaan bagaikan
membangun rumah (rumah rohani). Kalau membangun rumah jasmani, baru
hari ini membangun pondasi, lalu besok pasang genting, bagaimana ini?
Harus berurutan. Semoga kita dapat mengerti.
Pesan
bpk pdt In Juwono kepada bpk pdt Pong (bpk pdt Pong sudah dua puluh
satu tahun menjadi gembala) => 'Pong, belajar menjadi gembala'
Lalu bpk pdt Pong sadar apa artinya itu? Tentang penyampaian Firman
harus secara berurutan. Padahal bpk pdt Pong sudah dua puluh satu
tahun menjadi gembala di Menado, belum lagi di Pamekasan dll), lalu
mendapat pesan => 'belajar menjadi gembala' Jadi penyampaian
Firman harus dengan setia, berurutan (teratur) dan diulang-ulang.
Namanya makanan, diulang-ulang. Domba-domba itu memang memamah biak
(masuk makanan diulang lagi). Kalau ada yang mengatakan bosan sebab
Firman TUHAN terus diulang-ulang = ular. Kalau ular makan kambing,
hanya satu kali saja (kambing tidak pernah dikeluarkan lagi). Semoga
kita dapat mengerti.
Sekarang
ini kepada Petrus, Firman penggembalaan bagaikan sangkakala, untuk
memperingati sidang jemaat => 'awas ada musuh dll',
menyadarkan, menyucikan dan menyempurnakan. Dulu kepada Petrus,
sekarang kepada sidang jemaat. Inilah kegunaannya. Dosa itu
diulang-ulang, kalau Firman tidak diulang-ulang, nanti dapat
terlambat (dosanya sudah diulang, bertumpuk dan tidak pernah
selesai). Dosa diulang, Firman juga diulang, supaya dosanya selesai.
Semoga kita dapat mengerti.
Firman
penggembalaan itu sederhana. Anak kecil pun dapat
mengerti.
Sebenarnya dengan adanya Firman penggembalaan (kokok
ayam), kita bersyukur, sebab kita diperingatkan, disadarkan,
disucikan. Bahkan Petrus yang sudah menyangkal YESUS tiga kali dan
TUHAN berkata => 'Aku akan menyangkal dia' Tetapi kalau ada
kokok ayam, masih dapat ditolong. Sebab itu TUHAN percayakan seorang
gembala di dunia ini ('
tujuh malaikat dalam tujuh sidang
jemaat'). Tujuh dibagi tujuh sama dengan satu (seorang gembala
dalam sidang jemaat). TUHAN tolong kita. Mari kita
bersungguh-sungguh.
Firman
penggembalaan itu juga merupakan pandangan belas kasihan TUHAN.
Lukas
22: 61,
Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus
bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada
hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku."
Ay
60 => begitu ayam berkokok ?'kukuruyuk', lalu berpalinglah
TUHAN melihat Petrus (ay 61).
Perhatikan
bapak, ibu, saudara termasuk saya juga, saat-saat kita berbuat dosa,
apalagi sengaja berbuat dosa (mempertahankan dosa), TUHAN tidak lagi
memandang kita. Kalau kita sering mendengarkan Firman, lalu kita
berdusta, begitu orangnya pergi => 'aduh, aku berdusta' Pasti
begitu. Disini Petrus sudah 'blong', sampai menyangkal YESUS tiga
kali (Petrus berkata 'bukan' sebanyak tiga kali). Itu seperti
sengaja berbuat dosa. Kalau YESUS berpaling, berarti YESUS sudah
sudah tidak memandang Petrus. Petrus tidak dapat memandang TUHAN dan
TUHAN tidak memandang Petrus lagi. Tetapi apapun dosa kita, sehancur
apapun kita, selama masih ada ayam berkokok (Firman penggembalaan
yang benar), begitu diperdengarkan hari ini, maka TUHAN akan
berpaling (masih mau memandang kita). Jadi Firman penggembalaan yang
benar (kokok ayam) adalah pandangan belas kasihan Imam Besar, Gembala
Agung = perhatian Imam Besar, Gembala Agung Yang besar kepada Petrus
(bangsa kafir). Tadi, YESUS berkeliling ditengah tujuh kaki dian.
Inilah perhatian yang besar dari TUHAN. Dia tidak ingin jemaat
hancur, binasa, tetapi ingin memegang jemaat dengan Tangan Kanan-Nya
dan menjadi milik-Nya seutuhnya. Inilah maksud dari TUHAN.
Bersamaan
dengan Firman pengajaran diberitakan, YESUS berpaling memandang
Petrus = mencurahkan kasih agape. Firman penggembalaan itu penting.
Doakan supaya di gereja kita masing-masing, ada Firman penggembalaan,
bukan sembarangan. Saya menasehati kepada anak-anak kuliah untuk
berhati-hati terhadap persekutuan, penanggung jawabnya siapa? Yang
berkhotbah itu siapa? Tidak tahu. Bahaya besar! Firman penggembalaan
itu yang paling murni, paling bisa dipertanggung jawabkan. Bersamaan
dengan kokok ayam, YESUS berpaling memandang Petrus, berarti kasih
agape dicurahkan dan Petrus tertolong (tidak dihukum). Petrus sadar,
menyesal, mengaku dan tinggalkan dosa (Pertus menangis tersedu-sedu).
Petrus tertolong dan tidak dihukum.
Mari,
menyadari, menyesali, mengakui dosa dengan sungguh-sungguh kepada
TUHAN dan sesama. Kalau diampuni jangan berbuat lagi, tinggalkan
dosa, maka kita tidak dihukum, justru ditolong oleh TUHAN. Luar
biasa!
Amsal
28: 13,
Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi
siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.
Ini
jelas. Mari setiap pemberitaan Firman merupakan pandangan belas kasih
dari Imam Besar atau perhatian besar, untuk mencurahkan kasih-Nya
kepada kita (kasih agape). Kalau kita dapat menerima kasih agape,
maka kita dapat menyadari, menyesali, mengakui dosa-dosa kepada TUHAN
dan sesama. Jika diampuni jangan berbuat dosa (tinggalkan dosa), maka
kita tidak akan dihukum, tetapi justru ditolong oleh TUHAN. Firman
penggembalaan = uluran Tangan kasih TUHAN. Semoga kita dapat
mengerti.
TUHAN
memandang apa saja keadaan kita. Petrus seharusnya sudah binasa.
Tetapi TUHAN memandang untuk mengulurkan Tangan kasih-Nya (bukan
untuk menghukum). Saat ini setiap pemberitaan Firman penggembalaan
yang benar, TUHAN sedang memandang, memperhatikan kita sepenuhnya
untuk mengulurkan Tangan kasih-Nya kepada kita.
Imam
Besar, Gembala Agung mengulurkan Tangan kasih-Nya untuk apa? Untuk
menuntun kita masuk dalam kandang penggembalaan. Inilah yang nomor
satu. Tiga kali Petrus menyangkal TUHAN diimbangi dengan tiga kali
pertanyaan TUHAN (tidak boleh dikurangi). Ini menunjuk kandang
penggembalaan (ruangan suci). Terdapat tiga macam alat dalam ruangan
suci, menunjuk ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok:
- Pelita
emas: ketekunan dalam ibadah raya (hari Minggu). Ini persekutuan
dengan ALLAH Roh Kudus dengan karunia-karunia-Nya (ada bersaksi,
nyanyian).
- Meja
roti sajian: ketekunan di dalam ibadah pendalaman alkitab dan
perjamuan suci. Ini persekutuan dengan Anak ALLAH di dalam Firman
pengajaran dan Kurban Kristus.
- Mezbah
dupa emas: ketekunan di dalam ibadah doa penyembahan. Ini
persekutuan dengan ALLAH Bapa di dalam kasih-Nya.
Ketekunan
dalam tiga macam ibadah pokok = tiga kali pertanyaan YESUS =>
'Petrus adakah engkau mengasihi aku? Gembalakanlah domba-domba ku'
Bawa ke kandang dulu. Ini seperti ugd (unit gawat darurat), Petrus
yang sudah mati dibawa ke kandang terlebih dahulu. Semuanya, ekonomi
hancur, nikah hancur, apa saja yang hancur bawa ke kandang
penggembalaan terlebih dahulu sebab disitulah TUHAN memandang dengan
belas kasih, TUHAN memperhatikan. Kalau dibawa kekandang
penggembalaan itu bukan untuk disiksa, melainkan sedang dalam
perhatian TUHAN yang besar, sedang dalam pertolongan TUHAN. Tinggal
menunggu prosesnya saja. Ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok,
bagi saya adalah rahasia besar. Bagi bapak, ibu, saudara juga
merupakan rahasia besar. Sebab disinilah semuanya
ada.
Kalau
ada kasih agape, semuanya ada. Kaum muda perhatikan! Silahkan kuliah,
usaha apa saja, tetapi kalau di luar kandang penggembalaan, berat.
Masuklah dalam kandang penggembalaan. Kita tinggal menunggu Tangan
kasih TUHAN Yang akan menolong kita semuanya. Petrus yang seharusnya
binasa masih dapat ditolong, apalagi kalau hanya masalah ekonomi dll,
pasti dapat ditolong. Disinilah kuncinya. Mari rekan-rekan gembala
yang masih muda, murid-murid Lempin-El, tekuni. Gembala terlebih
dahulu yang harus tekun. Kalau gembala tidak tekun, bagaimana jemaat?
Bisa kocar-kacir. Semoga kita dapat mengerti.
Jangan
ditipu! Kalau gembalanya tidak tekun, lalu bagaimana? Penggembalaan
itu teladan, domba-domba tinggal mengikuti saja. Kalau kita
tergembala dengan benar dan baik (tekun dalam tiga macam ibadah),
maka kasih agape (kasih ALLAH Tritunggal) dicurahkan kepada tubuh,
jiwa, dan roh kita. Tiga macam ibadah itu bersekutu dengan ALLAH
Tritunggal (ALLAH Bapa, Anak ALLAH dan Roh Kudus). Sedangkan kita,
terdiri dari tubuh, jiwa dan roh.
Tadi
Petrus tiga kali menyangkal TUHAN; tubuhnya menyangkal, jiwanya
menyangkal dan rohnya juga menyangkal, berarti tubuhnya tidak ada
kasih, jiwanya tidak ada kasih dan rohnya juga tidak ada kasih,
sehingga binasa. Begitu masuk dalam penggembalaan, kasih agape dari
ALLAH Tritunggal dicurahkan kepada tubuh, jiwa, roh Petrus, sehingga
Petrus tidak binasa (tidak dihukum). Justru mengalami uluran Tangan
kasih TUHAN, Imam Besar, Gembala Agung. Luar biasa!
Semua
masalah dapat diterangkan dengan tabernakel. Petrus yang seharusnya
sudah mati (tubuh, jiwa, rohnya menyangkal ALLAH Tritunggal), tetapi
untunglah ada kokok ayam. Jangan menghina Firman yang diulang-ulang.
Mungkin sekarang Firman diberitakan, saudara berkata => 'apa
itu' Diulangi lagi => 'apa itu' Satu waktu saat saudara
dalam masalah, diulangi lagi => 'betul TUHAN..' Terima
saja.
Inventarisasi saja. Kalau diulang berarti suatu
pemantapan dan persiapan. Satu waktu kalau kita menghadapi masalah,
kita sudah mantap, begitu diomongkan sedikit saja (mungkin bukan
topiknya) => 'ini dia..ini dia..' Selama ini mari kita
inventarisasi. Jangan berkata => 'oo ini diulangi lagi ... Wahyu
2 lagi ..'Jangan! Justru itulah rahasianya penggembalaan. Semoga
kita dapat mengerti.
Dalam
kandang penggembalaan, kita tidak dihukum, justru mengalami uluran
Tangan kasih TUHAN dan kita juga dapat mengulurkan tangan kepada
TUHAN. Kalau sudah tergembala kita tinggal mengulurkan tangan (Dia
mengulurkan Tangan, kita juga mengulurkan tangan).
Yohanes
21: 18, 19,
18.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau
mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja
kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan
mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa
engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
19.
Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati
dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada
Petrus: "Ikutlah Aku."
Ay
18 => '
tetapi jika engkau sudah menjadi tua' =>
sudah dewasa.
TUHAN
mengulurkan Tangan kasih-Nya dan Petrus mengulurkan tangan kepada
TUHAN, artinya:
- Taat
dengar-dengaran. Orang tergembala itu taat dengar-dengaran.
- Rela
berkorban apapun untuk TUHAN. Petrus sampai berkorban nyawa (mati)
untuk TUHAN.
- Hanya
menyembah TUHAN = percaya dan mempercayakan diri kepada TUHAN =>
'terserah Engkau TUHAN'
Jika
TUHAN sudah mengulurkan Tangan-Nya, kita hidup di dalam Tangan kasih
TUHAN. Ini kisah dari Petrus, mulai dari tidak ada kasih (seperti
sidang jemaat Efesus); Petrus menolak salib, memotong telinga Malkhus
sampai menyangkal YESUS tiga kali. Petrus menjadi seperti setan dan
seharusnya binasa. Tetapi masih dapat ditolong oleh kokok ayam
(Firman penggembalaan lewat ketekunan dalam tiga macam ibadah),
sampai satu waktu Petrus (kita) dapat menangis, mengakui semuanya dan
selesai. TUHAN mengulurkan Tangan dan kita juga dapat mengulurkan
tangan kepada TUHAN; kita dapat taat, kita rela berkorban apapun
untuk TUHAN (saat diajak TUHAN, kita tidak ragu-ragu), sampai kita
hanya menyembah TUHAN (percaya dan mempercayakan diri kepada TUHAN)
dan kita hidup di dalam Tangan TUHAN. Kita ulurkan tangan dan Dia
juga mengulurkan Tangan (kita dipeluk oleh TUHAN).
Hasilnya
adalah:
- Yohanes
10: 27, 28,
27.
Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan
mereka mengikut Aku,
28.
dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti
tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan
merebut mereka dari tangan-Ku.
Yohanes
10:27-28 => asal penggembalaan.
Ay 27 => 'Domba-domba-Ku
mendengarkan suara-Ku' =>
dengar-dengaran.
Hasil pertama, antara lain: 'mereka
pasti tidak akan binasa' = Tangan
kasih TUHAN, Gembala Agung memberikan jaminan kepastian untuk:
- memelihara
hidup kita sekarang,
- masa
depan yang berhasil dan indah,
- sampai
hidup kekal selamanya. Bangsa kafir yang hanya seperti anjing babi,
dapat:
- menjadi
domba-domba,
- dapat
diangkat oleh TUHAN,
- diberikan
jaminan oleh TUHAN. Ini benar-benar perhatian dari TUHAN.
Saat
ini ada perhatian TUHAN kepada kita, tinggal mau atau tidak. Katakan
saja kita sudah seperti Petrus yang seharusnya binasa, yang jasmani
hancur dan mustahil (Petrus yang sudah mustahil, menjadi seperti
setan), tetapi selama ada kokok ayam, maka masih ada pandangan belas
kasihan Imam Besar, Gembala Agung, masih ada uluran Tangan TUHAN dan
kita pasti tertolong.
'seorangpun
tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku'
= Tangan kasih TUHAN memberikan kemenangan ('tidak bisa direbut')
kepada kita =
menyelesaikan
masalah kita, sampai dengan yang mustahil.
Kita menunggu saja! Dalam kandang penggembalaan, nanti mata kita
akan melihat juga => 'semuanya sudah baik' Ada
kesaksian-kesaksian. Seringkali orang yang jauh dari kita tetapi
ingin mendengarkan Firman (hanya lewat HP, sebab tidak memiliki
laptop), kesaksiannya satu yang saya pegang (setelah rutin
tergembala) => 'sudah mulai tertata baik (yang semrawut,
berserakan bisa ditata kembali)' Itulah penggembalaan yang menata
rapi kehidupan kita.
- Yohanes
10: 3,
Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan
suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut
namanya dan menuntunnya ke luar.
Ay
3 => 'menuntunnya ke luar'
=> Tadi, Firman penggembalaan menuntun ke kandang penggembalaan.
Keberhasilan Firman penggembalaan bukan hanya menambah kuantitas
(jumlah), bukan! Melainkan dapat memasukkan domba ke kandang. Inilah
yang sebenarnya. Seringkali kita bangga dengan => 'hari Minggu,
berapa ribu? Tetapi saat ibadah pendalaman alkitab tinggal berapa?
Ibadah doa, tinggal diujung-ujung saja' Firman penggembalaan,
justru memasukkan domba ke dalam kandang. Tetapi dalam ayat ini,
juga dituntun untuk keluar lagi. Jangan berada di kandang
saja.
Kalau berada di dalam kandang saja, nanti dimakan oleh
gembala. Kalau gembala yang makan, bisa kejam, bulunya bisa dimakan
juga (jadi wol). Sebab itu dituntun keluar. Kemana? Gembala menuntun
ke kandang yang lain, itulah masuk kegerakan pembangunan Tubuh
Kristus.
Yohanes
10: 16,
Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini;
domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan
suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu
gembala.
Ay 16 => 'mereka
akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala'
=> satu tubuh dengan Satu Kepala.
Hasil kedua:
kita
dituntun keluar kandang/ke kandang yang lain,
artinya kita dipakai dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir =
kegerakan pembangunan Tubuh Kristus yang sempurna, sehingga kita
menjadi satu kawanan dengan Satu Gembala, satu tubuh dengan Satu
Kepala. Jangan menjadi egois! Harus ada gerakan keluar. Kalau egois,
nanti dimakan oleh gembala. Sekali lagi bukan saya sombong, kalau
dianggap sombong saya minta ampun. Di dalam kandang, saya sudah
diberkati TUHAN, sudah sangat banyak pekerjaan, sudah cukup. Tetapi
ini egois, sebab itu harus ingat kandang yang lain, supaya terjadi
satu kawanan dengan Satu Gembala, satu tubuh dengan Satu Kepala
(YESUS yang datang kembali). Semoga kita dapat mengerti.
Inilah
kita berada di dalam kandang penggembalaan (berada di dalam Tangan
Gembala Agung). Ada perhatian yang besar. Apapun keadaan kita,
mungkin seperti Petrus yang sudah habis-habisan, hancur (nikah
hancur, rohani hancur, ekonomi hancur, jasmani hancur) saat ini ada
perhatian TUHAN yang besar. Dia mau ulurkan Tangan-Nya untuk
menuntun ke tempat penggembalaan yang terakhir.
- Wahyu
7: 17,
Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan
menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air
kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata
mereka."
Jadi
penggembalaan itu membawa kita ke kandang (kita di kandangkan
terlebih dahulu, semuanya diperbaiki dahulu, ditata rapi,
diberkati), lalu dibawa ke antar kandang, sampai menjadi satu tubuh.
Lalu dibawa lagi ke kandang terakhir, itulah Yerusalem Baru.
Hasil
ketiga: menuntun
kita ke kandang penggembalaan yang terakhir, itulah Yerusalem Baru,
artinya
- Air
mata dihapuskan,
- Dituntun
ke masa depan yang indah, berhasil dan bahagia,
- Disucikan
dan diubahkan (Yerusalem Baru = pembaharuan) sedikit demi sedikit,
sampai satu waktu kita menjadi sempurna seperti YESUS dan kita
benar-benar berada di Yerusalem yang Baru.
Inilah
yang dapat disampaikan, satu cela dari sidang jemaat Efesus. Efesus
hebat, tetapi ada celanya yaitu tidak ada kasih. Petrus hebat,
pengalamannya dengan TUHAN luar biasa, satu kekurangannya itulah
tanpa kasih. Saat ini bagaimana keadaan kita? Kita bangsa kafir
hanya seperti anjing dan babi, tidak memiliki kasih, yang ada
hanyalah hawa nafsu keinginan, tetapi TUHAN memperhatikan kita.
Bahkan sampaipun kita jatuh seperti Petrus (seperti iblis) secara
rohani, secara jasmani mungkin kita sudah 'kocar-kacir',
hancur-hancuran, masih ada kokok ayam, ada pandangan Imam Besar dan
uluran Tangan-Nya.
TUHAN
memperhatikan kita bangsa kafir, sekalipun tidak layak; untuk
ditolong, diangkat, diberkati, dipelihara, dituntun oleh TUHAN,
ditata rapi sampai semuanya indah, bahagia, sampai kepada
penggembalaan yang terakhir itulah Yerusalem Baru. Jaminannya adalah
Gembala yang baik menyerahkan nyawa bagi domba-dombanya. Bagaimana
gembala bisa menolong Petrus yang seharusnya sudah binasa? Sebab
jaminannya adalah Gembala yang baik sudah menyerahkan Nyawa bagi kita
semuanya. Perjamuan suci ini merupakan jaminan dari TUHAN.
TUHAN
memberkati kita semuanya.1