Kita
tetap berada pada kitab Wahyu 2 dan 3 (saat ini kita belum membaca
Wahyu 2 dan 3). Wahyu 2 dan 3, dalam susunan tabernakel menunjuk
tujuh percikan darah di depan tabut perjanjian, artinya sekarang
penyucian terakhir bagi gereja TUHAN sampai gereja TUHAN menjadi
sempurna/tidak bercacat cela seperti YESUS = menjadi Mempelai Wanita
Surga yang layak untuk menyambut kedatanganan-Nya ke dua kali di
awan-awan permai. YESUS sebagai Kepala (Mempelai Pria Surga) dan kita
sebagai tubuh (Mempelai Wanita Surga).
Jadi
kita mengalami penyucian sampai dengan penyucian yang terakhir. Nanti
di Kitab Wahyu 2 dan 3, tujuh sidang jemaat bangsa kafir terus
disucikan sampai sempurna (menjadi Mempelai Wanita yang layak untuk
menyambut kedatangan-Nya ke dua kali). Tentu ada penyucian-penyucian
sebelum penyucian yang terakhir.
Ada
empat macam sarana penyucian, antara lain (kemarin
sudah dipelajari sampai point ke tiga):
- Darah
YESUS:
penyucian dosa masa lalu. Dosa-dosa yang sudah kita perbuat,
katakan, pikirkan (angan-angankan), cara menyelesaikannya yaitu
dengan Darah YESUS (mengaku dosa). Contohnya adalah raja Daud. Daud
sudah jatuh dalam dosa yang hebat dengan Batsyeba (membunuh suaminya
dsb). Tetapi Daud masih tetap mendapatkan kasih setia TUHAN. Daud
mengaku dosa, sehingga mendapatkan kasih setia TUHAN dan diampuni
dosanya.
- Firman
penyucian (Firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua):
penyucian masa sekarang. Dosa-dosa di
belakang sudah disucikan, tetapi di depan setan memberi jerat-jerat
(tali-tali) dosa. Oleh sebab itu kita memerlukan pedang untuk
memutuskan jerat dosa. Jerat dosa bisa bermacam-macam, seperti jerat
ajaran palsu, jerat ikatan akan uang (kekayaan), wanita Babel (dosa
makan minum dan kawin mengawinkan) dsb. Jerat dosa inilah yang harus
diputuskan.
Contohnya adalah Yusuf. Yusuf diajak berzinah
oleh isteri Potifar. Tetapi karena Yusuf mempunyai pedang, dia tidak
mau berbuat dosa (tetap bertahan). Akhirnya Yusuf dipenjarakan,
tetapi kasih setia TUHAN membuat Yusuf berhasil.
- Hajaran.
Kalau Firman penyucian ditolak, menjadi
cambuk. Sekalipun
Firman TUHAN keras, itu merupakan tali kasih TUHAN. Jika ditolak,
maka tali-tali dipintal oleh TUHAN menjadi cambuk (hajaran). Kita
dihajar supaya kembali kepada kesucian. Contohnya adalah Yunus.
Yunus diperintahkan ke Niniwe, tetapi ia lari ke Tarsis.
Kelihatannya bagus semuanya, tahu-tahu menghadapi badai dan Yunus
tenggelam di dasar lautan. Yunus dihajar dengan keras, tetapi kasih
setia TUHAN tidak ditarik oleh TUHAN sehingga Yunus masih ditolong
oleh TUHAN.
Hajaran juga merupakan penyucian masa sekarang.
Jadi, penyucian masa lalu dengan Darah YESUS. Penyucian masa
sekarang dengan Firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua
ditambah dengan hajaran. Jika Firman ditolak, maka dihajar oleh
TUHAN, supaya kembali kepada kesucian.
Sekarang
ini kita belajar yang ke empat:
Pengharapan
akan kedatangan YESUS yang ke dua kali di awan-awan yang permai:
penyucian masa depan (penyucian masa
yang akan datang). Masa lalu disucikan, masa sekarang disucikan, dan
masa yang akan datang juga disucikan.
1
Yohanes 3: 2, 3,
2.
Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah,
tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu,
bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama
seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang
sebenarnya.
3.
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri
sama seperti Dia yang adalah suci.
Ay
2 => '
Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah
anak-anak Allah' => sudah dibaptis, diberkati, baik.
'
bahwa
apabila Kristus menyatakan diri-Nya' => YESUS datang ke dua
kali.
'
kita
akan menjadi sama seperti Dia' => kita harus menjadi sama
seperti Dia; sama suci, sama sempurna.
Ay
3 => '
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya'
=> punya pengharapan bahwa kita dapat menyambut kedatangan-Nya ke
dua kali dan kita menjadi sempurna seperti Dia. Bagaimana jika kita
berharap pada kedatangan YESUS ke dua kali?
'
menyucikan
diri sama seperti Dia yang adalah suci' => kalau mau berbuat
dosa, ingat => 'YESUS mau datang yang ke dua kali' Sehingga
takut berbuat dosa. Kalau berbuat dosa, nanti ketinggalan saat YESUS
datang ke dua kali.
Banyak
pengharapan atau cita-cita kita di dunia ini (kuliah, berdagang dll),
ini tidak salah! Tetapi semuanya harus memuncak/mengarah pada
pengharapan tertinggi yaitu pengharapan akan kedatangan TUHAN YESUS
ke dua kali di awan-awan permai, supaya kita dapat terangkat dan
hidup kekal bersama dengan Dia selama-lamanya. Kalau kita mempunyai
cita-cita (menjadi apa saja, sarjana, pedagang, orang sukses), tetapi
ketinggalan saat YESUS datang ke dua kali (tidak punya cita-cita
untuk menyambut kedatangan YESUS), semuanya akan sia-sia, hancur dan
binasa = tidak ada artinya.
Seperti
yang saya sebutkan, kita boleh mempunyai cita-cita apa saja sampai
setinggi langit dan saya doakan juga, tetapi harus mengarah kepada
pengharapan yang tertinggi (pengharapan akan kedatangan YESUS ke dua
kali). Setelah itu cita-cita di dunia baru ada artinya. Kalau tidak
demikian, hanya punya cita-cita di dunia => 'luar biasa, kita
diberkati dll' Akhirnya ketinggalan saat YESUS datang, berarti
sia-sia dan binasa.
Supaya
kita bisa berharap kedatangan YESUS ke dua kali (terangkat bersama
dengan TUHAN), syaratnya adalah
- Roma
8: 25,
Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita
menantikannya dengan tekun.
Ay
25 => 'Tetapi jika kita mengharapkan apa
yang tidak kita lihat' => termasuk
kedatangan YESUS yang ke dua kali, ini belum kita lihat, tetapi kita
harapkan => 'YESUS mau datang ke dua kali'
Syarat
pertama: ketekunan.
Kedatangan YESUS seperti pencuri,
kita menunggu-menunggu, lalu mengantuk dan tertidur. Waktu tidur,
dan TUHAN datang, kita akan habis. Saya mempunyai pengalaman yang
sering saya saksikan. Saat-saat seperti ini (malam-malam menjelang
hari raya), saya di desa menjaga ayam dengan teman-teman (main
pingpong dll) dari jam delapan malam, sampai jam empat kurang
sedikit, lalu kami tidur sebentar. Baru tidur sebentar saja, sudah
hilang semuanya. Itulah kalau tidak tekun sedikit saja => 'tidak
apa-apa saya tidak setia, tidak tekun sebentar saja' Sudah hilang.
Begitulah kedatangan TUHAN, kita tidak bisa berkata => 'masih
belum datang, kita malas dulu' Begitu tidur sebentar, YESUS
datang, hilang semuanya. Harus menantikan dengan
ketekunan.
Bagaimana
kita dapat bertekun?
Lukas
8: 15,Yang
jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar
firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah
dalam ketekunan."
Ay 15
=> ini tentang ketekunan.
Jadi ketekunan adalah buah dari
pemberitaan Firman ALLAH (Firman pengajaran yang benar, benih yang
baik dan benar). Ini buah tertinggi, berbuah sampai seratus kali
lipat. Ada yang berbuah tiga puluh, enam puluh sampai seratus.
Supaya kita dapat berbuah buah ketekunan, maka kita harus memiliki
tanah hati yang baik = hati nurani yang baik. Benih atau Firmannya
sudah baik dan benar (Firman pengajaran yang benar), tetapi kalau
tanahnya tidak baik, tidak dapat berbuah (seperti tiga macam tanah
yang lain, tidak berbuah). Benihnya harus benar itulah Firman
pengajaran yang benar (jangan yang palsu) dan tanahnya juga harus
baik. Kalau saudara membaca dalam Kejadian 6, pada zaman Nuh hati
manusia cenderung jahat dan najis. Lalu darimana supaya kita dapat
memiliki hati nurani yang baik?
1
Petrus 3: 20, 21,
20.
yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat
kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh
sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu
delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.
21.
Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan --
maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan
untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah -- oleh
kebangkitan Yesus Kristus,
Ay
20 => pada zaman Nuh hati manusia sampai dengan anak kecil (waktu
itu tidak ada anak kecil yang selamat) tidak baik, cenderung jahat
dan najis. Hanya delapan orang saja yang masuk dalam bahtera.
Ay
21 => 'Juga kamu sekarang diselamatkan
oleh kiasannya, yaitu baptisan' =>
baptisan air.
'maksudnya bukan untuk
membersihkan kenajisan jasmani' =>
kalau hanya untuk membersihkan kenajisan jasmani, mandi. Seperti
tadi, sebelum berangkat ke gereja mandi dulu, itulah membersihkan
kenajisan jasmani. Tapi, kalau baptisan ini lain.
Jawabannya
adalah lewat
baptisan air.
Baptisan air adalah proses pembaharuan dari hati nurani yang jahat
dan najis menjadi hati nurani yang baik. Kita berdoa, nanti pada
bulan delapan akan diadakan baptisan air. Saudara yang sudah
dibaptis tetap mendengarkan Firman. Yang belum dibaptis juga
dengarkan Firman, supaya baptisan itu bukan karena disuruh si A, si
B, tetapi disuruh oleh TUHAN lewat dorongan Firman. Baptisan air ini
penting. Kalau tidak lahir baru dari baptisan air, hati nurani
manusia tetap jahat dan najis. Setelah baptisan air, kita baru
memiliki tanah hati yang baik (hati nurani yang baik). Hati nurani
yang baik yaitu kita dapat menikmati Firman pengajaran yang benar,
yang keras (Firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua). Inilah
tanah yang dapat ditaburi dengan benih.
Ada penginjilan/susu
=> 'saudara selamat, saudara baik' Tetapi ada juga pedang
untuk menyucikan kehidupan kita. Kalau hati nurani kita baik, maka
kita dapat menikmati Firman pengajaran yang lebih tajam dari pedang
bermata dua = dapat mendengar dan dengar-dengaran kepada Firman
pengajaran yang benar (pedang Firman), sehingga berbuah ketekunan.
Ini seperti benih yang ditanam di tanah yang baik. Jika sekarang ini
kita dapat menikmati Firman (sekalipun pedang Firman itu tajam) =
dapat mendengarkan dan dengar-dengaran (mempraktikkan) pada Firman,
maka akan menghasilkan buah ketekunan. Semoga kita dapat
mengerti.
Inilah nomor satu, jadi kalau mau menantikan
kedatangan YESUS ke dua kali (berharap akan kedatangan YESUS ke dua
kali) dan kita dapat terangkat, mari menanti dengan ketekunan.
Ketekunan berasal dari pemberitaan Firman. Harus menyediakan benih
yang benar itulah Firman pengajaran yang benar (tugas kami sebagai
gembala). Lalu, tugas kita yaitu menyediakan tanah hati yang baik
lewat baptisan air. Kalau tanah hati ditaburi, kita dapat mendengar
dan dengar-dengaran, maka akan berbuah ketekunan.
Kisah
rasul 2: 41, 42,
41.
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan
pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
42.
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
Ay
41 => setelah dibaptis mempunyai hati nurani yang baik, mau
kemana? Banyak orang yang sudah dibaptis => 'luar biasa, sudah
hebat' tetapi mau kemana?
Ay 42 => 'Mereka
bertekun' => sesudah baptisan,
mempunyai hati nurani yang baik, lalu ditaburi Firman pengajaran
(benih yang baik), maka tumbuh ketekunan. Jadi, bukan hanya sampai
baptisan air dan baptisan Roh Kudus, lalu sudah selesai (sudah
hebat), tidak! Masih harus berbuah ketekunan. Bertekun dalam doa,
pengajaran, persekutuan. Sekarang kepada kita, menunjuk ketekunan
dalam kandang penggembalaan.
Musa melihat kerajaan sorga,
lalu TUHAN memerintahkan Musa untuk membuat surga di bumi, itulah
tabernakel atau kemah suci (mulai Keluaran 25-40 'tentang
tabernakel'). Pada tabernakel terdapat halaman, ruangan suci dan
ruangan maha suci. Ketekunan itu berada di ruangan suci. Di dalam
ruangan suci terdapat tiga macam alat (pada zaman Musa): pelita
emas, meja roti sajian dan mezbah dupa emas. Kemudian zaman
rasul-rasul (Kisah rasul) atau zaman gereja hujan awal alat-alat di
ruangan suci (alat-alat yang dibuat Musa) sudah hancur, tetapi
muncul dalam arti yang rohani yaitu:
- Pelita
emas: ketekunan dalam persekutuan,
- Meja
roti sajian: ketekunan dalam pengajaran rasul dan pemecahan roti,
- Mezbah
dupa emas: ketekunan dalam doa.
Inilah
zaman gereja hujan awal (dua ribu tahun yang lalu). Sekarang zaman
hujan akhir (kita), artinya:
- Pelita
emas: ketekunan dalam ibadah raya.
- Meja
roti sajian: ketekunan dalam ibadah pendalaman Alkitab dan
perjamuan suci. Roti menunjuk Firman (6.6).
- Mezbah
dupa emas: ketekunan dalam ibadah doa penyembahan.
Jadi,
sesudah baptisan air, mempunyai hati nurani yang baik, ditaburi
benih Firman yang baik akan muncul buah ketekunan. Dulu zaman Musa,
tiga macam alat dalam ruangan suci, kemudian zaman rasul-rasul
(gereja hujan awal) tiga macam ketekunan, sekarang zaman akhir
menunjuk ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok. Jadi, berbuah
ketekunan pada zaman akhir yaitu ketekunan dalam tiga macam ibadah
pokok = ketekunan dalam ruangan suci = ketekunan dalam kandang
penggembalaan.
Kita harus tergembala dengan benar dan baik.
Sebab di alkitab ada gembala yang pandir, gembala pedagang (tidak
memberi makan, hanya menjual domba saja). Tugas pertama gembala yang
benar adalah memberi makan. Semoga kita dapat mengerti.
Hanya
kehidupan yang memiliki hati nurani yang baik, maka:
- Bagi
domba: dapat tergembala dengan benar dan baik. Tergantung dasarnya,
kalau hati nuraninya baik, bisa tergembala dengan benar dan baik.
- Bagi
gembala: dapat menggembalakan dengan benar dan baik. Tidak mencari
keuntungan dll.
Jadi,
tergantung hati nuraninya. Kalau hati nuraninya tidak baik, tidak
akan dapat menggembalakan dengan baik, menghitung untung ruginya =>
'aku harus berkhotbah lagi, rugi' Tetapi kalau hati nurani yang
baik, bukan untung-rugi, tetapi sungguh-sungguh tergembala di dalam
TUHAN. Demikian juga sidang jemaat. Semoga kita dapat
mengerti.
Kalau keberhasilan pemberitaan Firman pengajaran
yang benar hanya sampai kita dapat menangis atau menyesal, itu belum
cukup. Keberhasilan pemberitaan Firman ALLAH (Firman pengajaran yang
benar) yaitu jika dapat membawa domba-domba masuk ke dalam kandang
penggembalaan = masuk ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok (buah
ketekunan). Tanah yang baik, menghasilkan buah ketekunan. Semoga
kita dapat mengerti.
Doakan. Disini saat ibadah pendalaman
alkitab masih kurang yang datang jika dibandingkan pada saat ibadah
raya. Ini masih tugas, yaitu harus banyak memberitakan Firman,
sampai berbuah ketekunan (sampai semuanya masuk dalam penggembalaan
yang benar dan baik). Sebab, hanya yang berada dalam kandang yang
dihitung oleh TUHAN (Yehezkiel 20: 37). Yang diluar kandang, masih
terhilang => 'Aku mencari domba-domba
terhilang' Ini perlu dicari! Diantara
kita, mungkin suami sudah berada di kandang, isteri belum, mari
bersaksi dan doakan, supaya jangan terhilang dan semuanya dihitung
oleh TUHAN.
Yehezkiel
20: 37,
Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku dan
memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu.
Ay
37 => 'Aku akan membiarkan kamu lewat
dari bawah tongkat gembala-Ku'
=> Firman penggembalaan.
Hanya domba yang berada di dalam
kandang penggembalaan yang dihitung oleh TUHAN, sehelai rambutpun
dihitung. Sehelai rambut artinya kehidupan yang tidak berdaya, tidak
berharga, tetapi dihitung oleh TUHAN (diperhatikan dan dimiliki oleh
TUHAN). Contohnya: kalau ada sehelai rambut saja yang hilang, tidak
akan ada yang pusing, atau membuat pengumuman => 'hilang
sehelai rambut' Tidak ada, sebab tidak berharga. Diluar kandang
penggembalaan, akan terhilang (sedang dicari oleh TUHAN). Satu
keluarga, siapa yang masih di luar kandang? Sedang dicari oleh
TUHAN. Mari kita doakan dan bersaksi, sebab banyak jiwa-jiwa yang
belum tergembala.
Lebih banyak pohon ara di tepi jalan
daripada pohon ara yang ditanam di kebun anggur (sedikit yang
digembalakan). Banyak yang di tepi jalan/terlalu banyak Kristen
jalanan (maaf istilahnya kurang baik di telinga), sehingga kering.
Itulah tidak tergembala (mulai dari gembalanya tidak mau memberi
makan). Masih banyak yang terhilang. Ini menjadi tugas kita untuk
bersaksi. Semoga kita dapat mengerti.
Kalau sudah berada di
dalam kandang penggembalaan, sudah menjadi urusan TUHAN. Biar kita
seperti sehelai rambut, akan dihitung (menjadi urusan TUHAN). Urusan
kita yaitu masuk dalam kandang penggembalaan. Kalau sudah di
kandang, menjadi urusan gembala (TUHAN). Contohnya: seperti kalau di
desa, kita memiliki kambing lalu dimasukan ke dalam kandang, itu
sudah menjadi urusan gembalanya. Mau makan pagi, siang, malam sudah
disediakan. Enak! Coba kalau di luar kandang (di hutan), makanannya
mencari sendiri, belum lagi kalau bertemu dengan harimau. Tetapi
kalau di dalam kandang, tidak perlu pusing, tinggal makan dan tidur
(sudah dijamin). Demikian juga kita, kalau berada di dalam kandang.
Semuanya menjadi urusan dari TUHAN.
Ibrani
10: 36-38,
36.
Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan
kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
37.
"Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang
akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.
38.
Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia
mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya."
Ay
37 => Dia segera datang, waktunya tinggal sedikit, mari masuk
dalam kandang, 'jangan berkeliaran di luar' Jangan menunggu
waktu => 'nanti dulu, nanti dulu' Kalau TUHAN sudah datang,
tetapi kita masih di luar kandang. Tidak dihitung dan habis
(ketinggalan).
Ay 36 => 'Sebab
kamu memerlukan ketekunan' => ini yang
perlu digaris bawahi di hati.
'Sebab
kamu memerlukan ketekunan' artinya banyak
kebutuhan, keperluan kita di akhir zaman ini (semakin meningkat;
harga barang semakin naik, biaya sekolah semakin mahal), tetapi
semuanya sudah tercakup atau dipenuhi dalam ketekunan dalam
penggembalaan. Jangan takut, memang banyak kebutuhan kita di akhir
zaman ini. Dulu pertama kali saya diutus TUHAN di Malang (tahun
1995), saya mengajar kaum muda kitab Keluaran, saya ingat (ini
Firman nubuat) => 'nanti sekolah sulit' Seperti Musa ketika
ia menghadap firaun, supaya bangsa Israel dapat pergi beribadah,
tetapi mereka dikatakan 'pemalas' Dulu jeraminya dari firaun,
bangsa Israel tinggal mencetak bata dan membakar. Tetapi sekarang
jeraminya tidak diberikan lagi, berarti bangsa Israel harus terlebih
dahulu mencari jeraminya, baru mencetak bata. Inilah
diperberat!
Semuanya akan diperberat. Memang banyak
keperluan/kebutuhan kita di akhir zaman ini, tetapi semuanya sudah
tercakup/dipenuhi oleh ketekunan dalam penggembalaan ('kamu
memerlukan ketekunan'). Bersabar, yang
penting kita sudah bertekun dan bersungguh-sungguh, nanti kita akan
merasakannya. Memang banyak kebutuhan kita, tetapi TUHAN yang
menyediakan semuanya di dalam kandang penggembalaan.
Semuanya
sudah tercakup/dipenuhi di dalam ketekunan dalam kandang
penggembalaan, sebab:
- Tangan
Gembala Agung sanggup untuk memelihara kehidupan kita, memenuhi
kebutuhan kita sampai 'takkan kekurangan aku' Raja Daud
mengatakan => 'TUHAN adalah gembalaku,
takkan kekurangan aku' Daud tidak
mengatakan => 'aku adalah raja, takkan kekurangan aku'
Bukan! Tetapi Daud mengatakan 'TUHAN
adalah gembalaku' Tidak peduli raja,
bukan raja, tidak punya kedudukan, pandai atau bodoh, yang penting
adalah 'TUHAN adalah Gembalaku' Kalau kita berada pada
ketekunan dalam kandang penggembalaan, maka Tangan Gembala Agung
sanggup untuk memenuhi segala kebutuhan/keperluan kita = sanggup
untuk memelihara kehidupan kita sampai berkelimpahan ('takkan
kekurangan' = berkelimpahan). Berkelimpahan itu bukanlah berapa
juta-juta, bukan! Tetapi sampai selalu mengucap syukur kepada
TUHAN. Semoga kita dapat mengerti.
- Tangan
Gembala Agung sanggup untuk memeluk kehidupan kita, supaya kita
mantap dalam iman (dalam kebenaran) = bertumbuh dalam iman (dalam
kesucian) sampai berbuah kesempurnaan. Dipeluk, jangan sampai
lepas. Jangan lepas, kalau lepas, hilang kebenaran. Kalau lepas
dari pelukan Tangan Gembala Agung, akan mengikuti dunia. Di akhir
zaman ini tidak benar semuanya; mau bekerja tidak benar, bersekolah
tidak benar, bahkan sampai di gereja pun tidak benar (maaf).
Organisasi gereja tidak benar. Bukan hanya di dunia saja, tetapi
sampai di gereja tidak benar (saya sebagai saksinya). Semuanya
sudah tidak benar, berani berdusta dll. Apalagi dalam keuangan,
banyak yang tidak benar. Biarlah kita dipeluk, supaya mantap dalam
iman (mantap dalam kebenaran dan tidak goyah), bertumbuh dalam iman
(bertumbuh dalam kebenaran menjadi kesucian) = hidup dalam
kesucian, sampai berbuah kesempurnaan. Inilah penggembalaan.
Kita
menantikan atau mengharap kedatangan YESUS ke dua kali, bukan hanya
menyanyi => 'kapan YESUS kembali' Tetapi tidak pernah
beribadah, bukan demikian. Harus tekun, terutama tekun dalam kandang
penggembalaan (ibadah pelayanan). Syarat untuk mengharap kedatangan
YESUS ke dua kali, sehingga kita dapat terangkat bersama dengan Dia
di awan-awan yang permai (selamanya dan bahagia bersama dengan Dia),
nomor satu adalah ketekunan dalam kandang penggembalaan. Sesudah
baptisan air, baptisan Roh Kudus, mari masuk kandang.
- 1
Yohanes 3: 2, 3,
2.
Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak
Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita
tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi
sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang
sebenarnya.
3.
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan
diri sama seperti Dia yang adalah suci.
Ay
2 => 'kita akan menjadi sama seperti
Dia' => kalau mau menyambut kedatangan
TUHAN (mengharapkan kedatangan TUHAN), kita harus sama seperti
Dia.
Syarat kedua:
hidup
suci seperti YESUS suci, sampai
nanti hidup sempurna, seperti YESUS sempurna = sama mulia dengan
YESUS. 'Dia dalam keadaan-Nya yang
sebenarnya' = dalam keadaan kemuliaan
(bukan lagi seperti Bayi).
Waktu YESUS datang pertama kali memang sebagai Bayi
yang tak berdaya, lalu mati di kayu salib, tetapi kedatangan YESUS
ke dua kali dalam kemuliaan sebagai Raja, Mempelai Pria Surga. Sebab
itu kita harus sama suci, sama sempurna, sama mulia dengan YESUS.
Ini tidak boleh ditawar, sebab itu tidak boleh bicara => 'ini
hanya
dosa sedikit, salah sedikit, hanya
beda sedikit' Tidak boleh!
Karena nanti saat kedatangan
YESUS ke dua kali tidak boleh ada cela
sedikit saja. Harus sama suci, sama sempurna, sama mulia dengan
TUHAN. Tidak boleh menawar => 'hanya
sedikit' tetapi harus
sama persis. Mari kita belajar. Mengapa kita tidak boleh mengatakan
hanya
berbeda
sedikit, hanya
dosa sedikit? Itu tidak boleh, harus persis. Kalau bapak, ibu,
saudara membaca pelajaran tabernakel
di Keluaran 25, semuanya harus
persis. Perak dikumpulkan dari orang-orang
berusia dua
puluh tahun keatas (membayar
setengah sikal perak) untuk membangun tabenakel. Jumlah peraknya
semuanya sama
persis (ada perhitungannya dan persis). Padahal ini tidak pakai
konsultan, tidak pakai perusahaan, tidak memakai alat-alat mesin
yang hebat. Saya dulu pernah berbicara
dengan konsultan yang bekerja di pabrik emas. Alatnya sudah hebat,
modern, dijaga ketat. Karena saya sudah mengajar tabernakel, lalu
terbesit kesitu dan bertanya => 'apa ada kebocoran?'
Jawabannya => 'pasti ada kebocoran pak
Wi' Tetapi pada tabernakel, tidak ada alatnya dll, semuanya
persis. Harus sama persis. Semoga kita dapat
mengerti.
Jadi jangan menawar sedikitpun, harus berusaha
untuk sama suci, sama sempurna, sama mulia dengan YESUS. Bagaimana
kita dapat menjadi
suci seperti YESUS suci, sempurna seperti YESUS sempurna, sama mulia
dengan Dia? Lewat tujuh kali percikan darah. Ini penyucian terakhir,
supaya tidak ada cacat cela sedikitpun, tidak ada kurang sedikitpun
(sama suci, sama sempurna dan sama mulia).
Jadi begitu, kalau
mengharapkan kedatangan YESUS ke dua kali di awan-awan (kita
terangkat), maka:
- Kita
harus bertekun.
Tidak bisa kalau tidak bertekun.
Dia datang seperti pencuri, begitu lengah sedikit saja, hilang.
- Kedua,
harus persis sama dengan Dia.
Imamat
16: 14,
Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan
memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian
muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit
dari darah itu dengan jarinya tujuh kali.
Tabut
perjanjian merupakan alat yang terdalam. Tabernakel terdiri dari
halaman, ruangan suci dan ruangan maha suci. Di ruangan maha suci,
terdapat tabut perjanjian. Tabut perjanjian, terdiri dari tutup
dengan kerub, peti / tabut.
Ada
dua kali tujuh percikan darah:
- Tujuh
kali percikan darah diatas tutup pendamaian,
artinya sengsara
YESUS sampai mati di kayu salib untuk menyelamatkan dan
menyempurnakan gereja TUHAN (kita semuanya).
Keluar darah (YESUS disalibkan sampai mengeluarkan Darah), artinya
sengsara. Seandainya YESUS tidak mati, tidak sengsara, kita tidak
dapat diselamatkan, berdosa semuanya, najis dan dihukum, tidak
dapat menjadi sempurna (tidak dapat menjadi sama suci, sama
sempurna, sama mulia). Jadi ada harapan bagi kita untuk selamat dan
sempurna.
- Tujuh
kali percikkan darah di depan tabut
perjanjian, artinya
sengsara yang
dialami gereja TUHAN.
Tabut atau peti menunjuk gereja TUHAN
(terbuat dari kayu). Tutupnya menunjuk TUHAN YESUS (terbuat dari
emas semuanya). YESUS sebagai Kepala (Tutup) mengalami sengsara,
maka tubuhnya juga harus mengalami sengsara. Tidak mungkin kalau
tubuhnya sengsara, lalu Kepalanya bersenang-senang. Coba saudara
sakit kepala, tubuhnya tidak mungkin bersenang-senang dan 'mau
makan yang banyak' Tidak ada, semuanya akan merasakan sakit.
Jika
digabungkan; jadi gereja TUHAN harus rela mengalami sengsara daging
bersama YESUS, untuk mengalami penyucian terakhir sampai sempurna
seperti YESUS. Harus sengsara! Kalau dalam ibadah saja, kita tidak
mau mengalami sengara => 'aduh, lama sekali ya' Mana bisa
kita akan menjadi sempurna.
YESUS bergumul dari jam berapa?
Sampai akhirnya Dia mati di kayu salib (sampai jam tiga sore lagi).
Sengsara nya satu malam. Dari taman Getsemani terus sengsara
(meneteskan Darah) sampai jam tiga sore, akhirnya Dia mati diatas
kayu salib. Sudah berapa jam? Kalau sekali ibadah berapa jam? Kita
baru menggunakan waktu tiga jam untuk beribadah, sudah berkata =>
'aduh, aduh' Padahal satu hari itu dua puluh empat jam, untuk
bekerja berapa jam? Untuk tidur berapa jam? Untuk TUHAN berapa jam?
Kalau satu Minggu berapa jam? Untuk TUHAN berapa jam? Coba dihitung.
Seringkali kita korupsi, banyak kita gunakan waktu untuk yang lain,
bahkan untuk TUHAN sampai tidak ada waktu. Mari, hari-hari ini
biarlah kita rela mengalami sengsara daging bersama YESUS, supaya
kita mengalami penyucian terakhir, sampai dapat menjadi sempurna
seperti Dia. Semoga kita dapat mengerti.
Mari kita belajar
tentang percikan darah (sengsara).
1
Petrus 4: 12-14,
12.
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api
siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu
yang luar biasa terjadi atas kamu
13.
Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat
dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan
bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.
14.
Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh
kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.
Ay
12 => 'nyala api siksaan yang datang
kepadamu sebagai ujian' => Nyala api
siksaan atau ujian = percikan darah = sengsara daging bersama
TUHAN.
Ay 13 => Mengapa harus menderita? Supaya kita mulia
seperti Dia (sama suci, sama mulia dan sama sempurna). Kalau tidak
menderita, kita tidak akan dapat menjadi mulia, sebab itu harus
diajarkan salib (sengsara daging). Sekarang banyak hamba TUHAN yang
berpendapat (dengan logika) => 'jemaat di luar sudah sengsara,
cari uang susah, bekerja susah, kuliah-sekolah sudah susah. Kalau di
gereja diberikan yang susah lagi, kasihan. Di gereja yang enak-enak
saja' Ini salah! Harus mau mengalami sengsara, kalau mau sama
suci, sama mulia, sama sempurna dengan TUHAN.
1 Petrus 4:
12-14, ini menunjuk tentang percikan darah = nyala api siksaan =
sengsara daging bersama YESUS = ujian. Kalau ada sekolah yang
enak-enak, tidak ada ujian, jangan mau. Tidak ada ujian memang enak
(tidak perlu belajar), tetapi tidak pernah naik kelas. Sekarang ini
juga yang dicari dalam gereja (yang enak-enak). Pendeta juga mau
enak-enak => untuk apa saya terus menerus berkhotbah, yang
enak-enak saja' Inilah tanpa salib, tanpa percikan darah, lalu
mana dapat menjadi sempurna? Kalau tanpa salib, kita dapat menjadi
sempurna, maka YESUS tidak perlu disalibkan. Sekarang ini yang
dicari di sekolah, di gereja, yang enak-enak (tidak perlu ujian,
tidak perlu salib). Harus diuji!
Sekarang
ini kita mohon kepada TUHAN, supaya kita dapat mengerti. Dalam ibadah
kemarin, sudah dibahas tentang tiga macam penyucian. Semuanya ada
kasih setia TUHAN. Daud sudah jatuh, tetapi mau mengaku, ada kasih
setia TUHAN. Yusuf bertahan dalam kesucian, ada kasih setia TUHAN.
Yunus lari dari TUHAN, lalu dihajar, tetapi masih ada kasih setia
TUHAN (Yunus dinaikkan lagi oleh TUHAN). Juga sekarang, dalam
percikan darah, ada kasih setia TUHAN di dalamnya. Hati-hati,
pemberitaan Firman pengajaran (Firman nubuat) itu langsung
dipraktikkan. Saya diyakinkan dengan pemberitaan Firman saat ini =>
'memang kita hari-hari ini akan menghadapi tujuh kali percikan
darah'
Salah
satu bentuk percikan darah: tidak salah disalahkan. Inilah yang akan
kita hadapi. Mulai tadi malam, saya sudah menghadapi. Tadi saya
bertanya => 'mengapa ya?' Saya menerima pesan singkat tadi
malam dan juga tadi siang => 'saya begitu dikata-katain. Saya
baru mengerti, pemberitaan Firman tentang percikan darah. Ini sudah
pas' Saya bukan marah, tetapi diyakinkan bahwa ini sudah sesuai
dengan pemberitaan Firman. Hal ini tidak perlu dibesar-besarkan, saya
bersaksi bahwa ini sudah nyata (pemberitaan Firman berasal dari TUHAN
dan hari-hari ini kita masuk dalam percikan darah) dan dua saksi
sudah cukup bagi saya.
Sengsara
daging bersama YESUS/percikkan darah/ujian, menghasilkan dua hal:
- Penyucian
terakhir dari dosa-dosa yang seringkali tidak disadari.
Kita memang sudah disucikan. Dosa
yang dulu disucikan oleh Darah YESUS, dosa masa sekarang disucikan
oleh pedang Firman dan oleh hajaran. Tetapi seringkali masih tersisa
dosa-dosa yang tidak disadari. Disucikan lewat Firman tidak
bisa/tidak sadar, sebab itu harus lewat percikan darah. Contohnya
adalah Ayub. Ayub itu seorang yang suci, saleh, diberkati, tetapi
ada dosa yang tidak ia sadari, sehingga Ayub diijinkan oleh TUHAN
menghadapi ujian habis-habisan. Sampai semuanya habis, Ayub baru
sadar => 'oh ya aku salah' Itulah percikan darah.
Saya
menerima pesan singkat itu juga dengan mengoreksi diri => 'benar
atau tidak, kata-kata orang ini' Periksa diri. Isteri saya juga
membaca dan berkata => 'tidak lah'. Bpk pdt Pong terakhir
kali (mau meninggal dunia) menelpon kepada isteri saya, beliau
mengatakan: papa sudah periksa semuanya, papa tidak salah, sampaikan
juga ke pak Wi ya' Inilah percikan darah yang harus kita
alami.
Ayub
1: 1-3,
1.
Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan
jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
2.
Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan.
3.
Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima
ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam
jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya
dari semua orang di sebelah timur.
Ay
1 => 'orang itu saleh'
=> saleh = suci.
'orang itu saleh dan
jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan'
=> Ayub luar biasa secara rohani.
Ay 2 => dalam nikah ia
juga diberkati.
Ayub ini orang yang ideal dan hebat: nikah
dan buah nikah diberkati, kehidupannya diberkati sampai menjadi
orang yang terkaya. Ini luar biasa, tetapi ada dosa yang tidak
disadari sehingga ia diijinkan TUHAN menghadapi ujian habis-habisan
(percikan darah) untuk menyucikan dosa yang tidak disadari, yaitu
kebenaran diri sendiri.
Ayub
32: 1, 2,
1.
Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub,
karena ia menganggap dirinya benar.
2.
Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia
marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari
pada Allah,
Ay 1 => 'karena
ia menganggap dirinya benar' => Inilah
dosa yang tidak disadari; salah tetapi menganggap benar, salah,
bahkan menyalahkan orang lain sampai menyalahkan TUHAN => 'Firman
TUHAN masa seperti itu'? Inilah kita menyimpan
kesalahan.
Kebenaran diri sendiri
artinya:
- Kebenaran
di luar alkitab (di luar Firman). Kita seringkali memakai pendapat
orang => 'pendeta tidak mengatakan apa-apa, padahal Firman
mengatakan tidak boleh. Ini namanya kebenaran sendiri (yang sering
tidak disadari). Ini dapat terjadi karena terkena pengaruh pendapat
orang rohani (pendeta) yang umum yang berkata sudah seperti itu
sekarang, tidak apa-apa. Kita harus bijaksana. Kalau dalam keadaan
terpaksa bagaimana' Padahal Firman mengatakan tidak boleh. Dalam
masalah apa saja, masalah dalam pekerjaan, pelayanan, nikah, kalau
alkitab mengatakan tidak boleh, tetapi dibilang boleh, itulah
kebenaran sendiri yang tidak disadari (sebenarnya dia sudah salah).
Ini sering tidak disadari, karena pendapat orang umum. Biar hanya
satu orang, tetapi kalau berdasarkan alkitab, itulah yang harus
kita pegang.
- Menutupi
dosa dengan cara menyalahkan orang lain dan menyalahkan TUHAN.
Tidak mau mengaku dosa, malah menyalahkan orang lain dan
menyalahkan TUHAN. Rumus dari bpk pdt Van Gessel => 'kalau
kita menuding/menyalahkan orang (jari telunjuk menunjuk orang) dan
menyalahkan TUHAN( jari jempol dinaikkan keatas) padahal ketiga
jari tangan menunjuk ke arah kita'.
Inilah
kebenaran diri sendiri, tidak sesuai dengan alkitab, tetapi
dipertahankan => 'tidak apa-apa, ini sudah zamannya, harus
bijaksana dll' Hati-hati orang yang dipakai dan diberkati
seringkali seperti Ayub, yaitu mau benar sendiri. Jangan! Mari kita
periksa diri. Begitu juga orang yang dalam kegagalan dll, jangan
sentuh dia. Kalau diberi nasehat untuk periksa diri, jawabannya =>
'tidak bisa' dan menjadi marah. Seringkali saya menemui orang
yang dalam kegagalan, juga memakai kebenaran sendiri. Paling banyak
yang saya dengar begini => 'ini memang berat oom, kalau oom
mengalami ini, oom juga tidak akan kuat' Ini mau dinasehati, malah
menasehati. Saya jawab => 'Ya lah, berdoa saja ya' Begitu
saja, daripada bertengkar. Jadi sama, orang yang diberkati seperti
Ayub, cenderung mau benar sendiri. Tetapi orang yang dalam kegagalan
(gagal total), juga dapat memakai kebenaran sendiri.
Ayub
diijinkan TUHAN dipercik darah = mengalami ujian habis-habisan,
sampai dia sadar. Ayub akhirnya sadar. Kalau hanya dengan tegoran
dll, Ayub tidak sadar, bahkan mengamuk. Tiga teman Ayub sudah
berdebat dengan Ayub, begitu ia terkena ujian, maka semuanya sudah
selesai.
Untunglah saat-saat menderita, Ayub masih ingat
kasih setia TUHAN => 'TUHAN mengaruniakan hidup dan kasih
setia-Nya kepadaku' Kasih setia inilah yang dipertahankan. Daud
sudah berzinah dengan Betsyeba, tetapi ada kasih setia TUHAN,
sehingga masih tertolong. Ayub mengalami ujian habis-habisan, tetapi
dia ingat kasih setia TUHAN, sehingga ia masih bisa bertahan. Sampai
Ayub disucikan.
Kalau kita mengalami ujian/percikan
darah/sengsara/penderitaan, mungkin penderitaan dalam bentuk
ekonomi, nikah rumah tangga, penyakit, penderitaan dalam bentuk apa
saja yang di ijinkan TUHAN, nomor satu adalah ingat kasih setia
TUHAN yang tidah pernah berubah.
Ayub
10: 11, 12,
11.
Engkau mengenakan kulit dan daging kepadaku, serta menjalin aku
dengan tulang dan urat.
12.
Hidup dan kasih setia Kaukaruniakan kepadaku, dan pemeliharaan-Mu
menjaga nyawaku.
Ayub 10
judulnya adalah 'apakah maksud ALLAH dengan penderitaan'
Ay
11 => semuanya berasal dari TUHAN => 'hidup ku dari TUHAN'
Saat kita dalam penderitaan, harus ingat => 'semuanya dari
TUHAN' Kita kembali kepada TUHAN.
Ay 12 => Ayub masih
ingat => 'hartaku habis, tetapi nyawaku masih ada. Anak-anak ku
habis, tetapi nyawaku masih ada' Ayub terkena penyakit =>
'kesehatan ku habis, daging ku habis, tinggal kulit tulang
(kurus)' tetapi masih ingat => 'nyawaku masih ada' Inilah
kasih setia TUHAN. Dalam menghadapi penderitaan/percikan
darah/ujian, jangan putus asa, tetapi kita harus selalu ingat akan
kasih setia TUHAN tidak pernah berubah, tidak ditarik dari kita,
sehinga kita banyak mengoreksi diri atau memeriksa diri sendiri
sampai ditemukan dosa. Ayub merasa benar sendiri. Orang yang benar
sendiri itu banyak salah kalau berbicara, sebab itu Ayub berkata =>
'aku mencabut perkataanku'
Ayub
42: 5, 6,
5.
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi
sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
6.
Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku
duduk dalam debu dan abu."
Ay
6 => 'Oleh sebab itu aku mencabut
perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu'
=> memeriksa diri sampai mengakui kesalahan.
Dalam
penderitaan kita mengingat kasih setia TUHAN dan memeriksa diri,
sampai merasa debu tanah liat => 'aku yang salah, banyak
kesalahan dan kekurangan' Terutama kata-kata, banyak yang salah
('aku mencabut perkataanku')
Inilah yang menimbulkan kesulitan-kesulitan. Lidah ini menentukan,
apakah kita menjadi baik atau tidak baik dalam kehidupan ini? Ke
surga atau ke neraka? Di urapi Roh Kudus atau kerasukan setan? Waktu
perempuan Kanaan anaknya kerasukan setan, dia datang kepada YESUS,
tetapi YESUS berkata => 'tidak patut roti untuk anak-anak,
diberikan kepada anjing (bangsa kafir bagaikan anjing)' Tetapi
perempuan ini menjawab => 'benar TUHAN, anjing butuh menjilat
roti' Biasanya anjing menjilat muntah, tetapi sekarang menjilat
roti. Lalu YESUS berkata => 'karena kata-katamu ibu, setan itu
sudah keluar' Jadi, karena kata-kata, kita kerasukan setan atau
setan keluar (Roh Kudus yang masuk).
Kata-kata yang salah,
dicabut semuanya, sampai tidak salah dalam perkataan. Kebenaran
sendiri itu banyak salah dalam kata-kata. Ayub mencabut kata-kata
yang salah, maka kasih setia TUHAN memulihkan Ayub dan sampai satu
waktu tidak salah lagi dalam perkataan (menjadi sempurna).
Yakobus
3: 2,
Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak
bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat
juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
Ay
2 => sampai tak bercacat cela atau sempurna.
Inilah penyucian
oleh percikan darah. Ayub duduk di debu = Ayub mengaku hanya debu
tanah liat, banyak kesalahan terutama salah dalam kata-kata. Begitu
kita menarik kata-kata yang salah, menarik dosa kebenaran sendiri,
maka:
- Kasih
setia TUHAN sanggup untuk memulihkan kita dua kali lipat (Ayub
dipulihkan dua kali lipat) yaitu secara jasmani dan secara rohani
dipulihkan.
- Plus,
satu waktu percikkan darah itu menghasilkan 'tidak salah lagi
dalam perkataan' = sama suci dan sama sempurna seperti YESUS.
Ini
penyucian yang terakhir (memang sakit bagi daging). Kita di ijinkan
mengalami ujian habis-habisan sampai tidak ada lagi dosa yang tidak
disadari (kebenaran sendiri). Disitulah kasih setia TUHAN memulihkan
kita sampai menyempurnakan kita. Ingat baik-baik! Kalau kita masih
mau menerima penyucian (lewat Darah YESUS), maka ada kasih setia
TUHAN seperti:
- Daud
seharusnya sudah mati, karena berzinah dan membunuh suami orang.
Tetapi Daud hancur hati (mengakui kesalahannya), masih ada kasih
setia TUHAN.
- Yusuf
digoda oleh isteri Potifar, dia mempertahankan dengan pedang,
biarpun Yusuf di penjara, tetapi masih ada kasih setia TUHAN.
- Yunus
lari, lalu dihajar oleh TUHAN sampai di dasar lautan, tetapi Yunus
masih sadar dan masih ada kasih setia TUHAN.
- Ayub
sudah di berkati dll, tetapi masih ada dosa yang tidak disadari,
sehingga Ayub masuk percikkan darah.
Jangan
takut terhadap sengsara yang akan kita alami. Rumus dari gembala dan
guru saya (bpk pdt Pong) => 'kalau memeriksa diri, ditemukan
kesalahan, harus mengaku (siapapun dia harus mengaku). Kalau tidak
salah, diam saja' Ayub memeriksa diri, ternyata banyak salah dalam
perkataan dan ia cabut sehingga di saat itulah kasih setia TUHAN
memulihkan Ayub dua kali lipat, sampai sempurna seperti Dia.
- Ada
Roh Kemuliaan.
Dulu saat imam besar Harun masuk ke
dalam tabernakel, dari halaman sampai ke ruangan maha suci, begitu
dia percikkan dua kali tujuh percikkan darah, maka terjadi awan
kemuliaan (shekinah glory). Sekarang istilah dalam surat Petrus
adalah Roh Kemuliaan (sama mulia dengan YESUS).
1
Petrus 4: 14,
Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh
kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.
Jadi,
percikkan darah menghasilkan Roh Kemuliaan untuk mengubahkan
kehidupan kita dari manusia daging menjadi manusia mulia seperti
YESUS. Kalau YESUS tidak mati di kayu salib, maka YESUS tidak
memiliki Tubuh Kemuliaan (tetap manusia daging yang tidak dapat naik
ke surga). Tetapi karena Dia mau mati di kayu salib, mengalami tujuh
kali percikkan darah, Dia bangkit dalam tubuh kemuliaan dan naik ke
surga. Demikian juga kita, kalau kita mau mengalami percikkan darah,
maka ada Roh Kemuliaan (shekinah glory) yang mengubahkan kita dari
manusia daging menjadi manusia rohani (manusia mulia) seperti YESUS.
Keubahan hidup mulai dari apa? Roh Kudus (Roh Kemuliaan) membuat
kita kuat dan teguh hati. Supaya kita dapat menantikan
(mengharapkan) kedatangan TUHAN yang dibutuhkan adalah kuat dan
teguh hati.
Efesus
3: 16,
Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan
meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,
Ay
16 => 'di dalam batinmu'
=> di dalam hatimu.
Kuat teguh hati, inilah yang harus kita
miliki. Untuk mengharapkan kedatangan TUHAN yang ke dua kali, kita
harus kuat, menghadapi apa saja harus kuat, kalau tidak kuat =>
'aku malas' Sudah habis! Kalau kuat bisa tekun dan bisa
disucikan. Yang dibutuhkan bukan pandai-bodoh, kaya-miskin, tetapi
kuat teguh hati.
Kuat teguh hati
artinya:
- Tetap
berpegang teguh pada Firman pengajaran yang benar dan taat
dengar-dengaran apapun resikonya. Itulah kemuliaan, YESUS taat
sampai mati, kita juga harus taat. Contohnya: Abraham taat kepada
TUHAN untuk menyerahkan Ishak (anaknya). Harus taat dengar-dengaran
sampai daging tak bersuara apapun resikonya. Kalau tidak cocok
dengan pengajaran yang benar, jangan mau! Biarpun yang mengatakan
seribu pendeta tetapi kalau tidak cocok dengan pengajaran yang
benar, jangan mau! Kalau pengajarannya benar (sesuai dengan
alkitab), taati atau praktikkan saja (bukan untuk
diperbantah-bantahkan), nanti Tangan TUHAN Yang akan bekerja.
Petrus semalam-malaman tidak dapat menangkap ikan. Tetapi siang
hari di pantai, TUHAN mengatakan => 'tebarkan jalamu'
Akhirnya Petrus menebarkan jalanya. Kita mengatakan => 'jangan
dulu, ini di pantai' Seringkali kita begitu, ada Firman tetapi
dibahas dulu, akhirnya jawabannya tidak sama dengan Firman (kalau
Firman boleh, kita katakan tidak boleh). Kita seringkali terlalu
banyak diskusi (Firman bukan untuk didiskusikan). Kalau Firman yang
ilmiah memang untuk di diskusikan. Tetapi kalau Firman yang
merupakan ilham/wahyu dari TUHAN bukan untuk di diskusikan, tetapi
untuk dipraktikkan (taat dengar-dengaran). Setelah Petrus
menebarkan jalanya sesuai perintah TUHAN dan Petrus mendapatkan
ikan. Tidak tahu dari mana ikannya, sebab itu merupakan tanggung
jawab TUHAN. Yang penting, kita dengarkan yang benar, lalu
dipraktikkan. Selanjutnya yang bertanggung jawab adalah TUHAN.
Tetap hidup dalam kebenaran (hidup dalam kesucian) apapun
resikonya.
Jangan mau digoda. Saat di kantor digoda untuk
korupsi, jangan mau. Yusuf digoda oleh isteri Potifar, tidak mau.
Harus tetap hidup dalam kebenaran atau dalam kesucian apapun
resikonya.
- Tidak
kecewa, tidak putus asa, tidak tinggalkan TUHAN saat menghadapi apa
saja, tetapi:
- tetap
mengucap syukur (berbahagia dalam penderitaan) =>
'berbahagialah jika kamu dinista karena
nama YESUS (dicela, dihina, tetap berbahagia)'
Itulah kuat teguh hati. Dalam dunia ini, berbahagialah jika
dipuji-puji dll.
- tetap
setia berkobar-kobar dalam ibadah pelayanan kepada TUHAN,
- tetap
percaya dan berharap kepada TUHAN = tetap menyembah TUHAN.
Sadrakh, Mesakh, Abednego di perintahkan untuk menyembah patung,
kalau tidak mau dimasukkan dalam api. Tetapi mereka tetap
menyembah TUHAN. Inilah kuat dan teguh hati. Daniel, mendapatkan
perintah untuk menyembah raja, kalau tidak, ia akan dimasukkan
dalam gua singa. Tetapi Daniel tetap menyembah ALLAH nya tiga kali
sehari. Inilah kuat teguh hati, tidak mau goyah sedikitpun.
Saat
penyembahan palsu datang (kalau penyembahannya palsu, berarti
pengajarannya juga palsu), Daniel sedikitpun tidak mentolerir =>
'sekali ini saja lah, TUHAN tahu saya kepepet. Ini raja, saya
sungkan' Tidak mau! Kalau soal berhutang budi kepada raja, Daniel
memang berhutang budi (dia orang buangan, lalu diangkat oleh raja,
inilah hutang budi yang besar). Tetapi soal pengajaran (soal ibadah
dan penyembahan), tunggu dulu!! Kalau kita memiliki hutang budi, mari
bayar dengan apa saja. Saya katakan kepada Lempin-El (murid-murid
saya) => 'kalau besok, ada orang yang menyumbang untuk
pembangunan rumah TUHAN (kamu tidak meminta, tetapi ada orang yang
menyumbang), ingat orang itu, doakan. Itulah membayar hutang budi.
Kalau orang itu dalam kesulitan, mari kita tolong. Tetapi soal
pengajaran, ibadah dan penyembahan, tunggu dulu!!! Jangan karena
untuk membalas budi, lalu mengikuti yang lain, jangan! Harus tegas
dan kuat-teguh hati.
Kalau
Daniel mengatakan => 'satu kali ini saja, aku sungkan kepada
raja' Daniel akan habis dan tidak mungkin dipermuliakan. Kalau
Sadrakh, Mesakh, Abednego mengatakan => 'kali ini saja lah, aku
mengikuti raja, aku sungkan' Tidak akan dipermuliakan. Kita harus
bersungguh-sungguh. Ini bukan berarti kita benar sendiri, bukan!
Tetapi harus sesuai dengan alkitab. Semoga kita dapat mengerti.
Jika
kuat dan teguh hati, hasilnya adalah
- Mazmur
27: 14,
Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya,
nantikanlah TUHAN!
Hasil
pertama: kita
mampu menantikan kedatangan YESUS ke dua kali di awan-awan yang
permai.
Kita dapat menantikan kedatangan
TUHAN bukan karena kekayaan dll, tetapi karena kuat teguh hati.
Hati-hati!! menjelang kedatangan TUHAN banyak orang yang letih lesu,
banyak teruna-teruna jatuh, banyak sayap yang terkulai (semuanya tak
berdaya). Ini karena tidak kuat teguh hati ('loyo').
Yesaya
40: 29-31,
29.
Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada
yang tiada berdaya.
30.
Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh
tersandung,
31.
tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan
baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan
sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan
tidak menjadi lelah.
Ay 29 =>
'menambah semangat kepada yang tiada
berdaya' => seperti sayap sudah
terkulai. Mau menantikan TUHAN tetapi sayapnya sudah terkulai
('loyo'), lalu bagaimana dapat terbang? Bagaimana dapat
terangkat?
Ay 30 => 'Orang-orang
muda menjadi lelah dan lesu' => orang
muda gambaran dari kekuatan yang paling kuat, tetapi juga menjadi
'loyo'. Kalau di gereja kaum mudanya 'loyo', habislah gereja
itu. Sebab itu saya mengikuti nasihat dari guru-guru saya, supaya
saya sendiri yang melayani kaum muda (ini secara bergantian, karena
saya hanya satu orang dan waktunya juga bersamaan). Kalau kaum muda
sudah 'loyo', sudah tidak ada lagi.
'teruna-teruna
jatuh tersandung' => banyak yang
tersandung dalam dosa keuangan, dosa perselingkuhan. Banyak yang
tersandung menjelang kedatangan TUHAN. Hati-hati, harus kembali kuat
teguh hati.
Hasil pertama, kuat menantikan kedatangan TUHAN
YESUS ke dua kali, tetapi hati-hati, sebab banyak yang sudah 'loyo',
banyak yang tersandung, banyak yang letih lesu, banyak sayap
terkulai. Kalau sekarang ini ada yang sudah putus asa karena
penyakit, karena ekonomi, karena dosa, karena rumah tangga, karena
apa saja, ada kekuatan baru lewat perjamuan suci (burung nasar itu
memakan bangkai, itulah perjamuan suci). Yang sudah loyo (termasuk
saya), mari makan perjamuan suci, sehingga kita kuat lagi dalam
menantikan kedatangan-Nya ke dua kali. Sekarang ini, kuat lagi
(bergairah lagi). Sayap-sayap yang sudah terkulai, tangan-tangan
yang sudah loyo, mari angkat lagi lewat perjamuan suci. Ingat
korban-Nya, sebab apa yang sudah kita derita, tidak lah sebanding
dengan apa yang Dia derita.
Kaum muda yang sudah loyo, kuat
kembali. Kaum muda ini sangat saya perhatikan daftar hadirnya, kalau
ada yang berani menulis 'a', saya lingkari dengan benar-benar.
Hati-hati, di sekolah saja kita tidak berani menulis 'a',
apalagi dalam kerajaan surga, jangan! Saya katakan => 'paling
tidak menulis 'i' (ijin)' Bukan tidak boleh ijin, boleh saja,
kalau ijinnya baik. Saya berhati-hati untuk kaum muda, saya katakan
keras-keras => 'bahaya' Biar dia tahu. Jangan 'loyo',
mari semangat. Saya menggunakan waktu untuk memeriksa daftar hadir
dan ingin teliti, sebab ini tanggung jawab saya.
Mari kuat
menantikan kedatangan TUHAN ke dua kali, kalau 'loyo' masih ada
perjamuan suci. Sebab di dalam perjamuan suci, kita mendapatkan
kasih setia TUHAN. Ingat kasih setia TUHAN yang tidak pernah
berubah, ada kekuatan baru bagi kita.
- 1
Tawarikh 28: 20,
Lalu berkatalah Daud kepada Salomo, anaknya: "Kuatkan dan
teguhkanlah hatimu, dan lakukanlah itu; janganlah takut dan
janganlah tawar hati, sebab TUHAN Allah, Allahku, menyertai engkau.
Ia tidak akan membiarkan dan meninggalkan engkau sampai segala
pekerjaan untuk ibadah di rumah Allah selesai.
Ay
20 => 'janganlah takut dan janganlah
tawar hati, sebab TUHAN Allah, Allahku, menyertai engkau'
=> kasih setia TUHAN menyertai engkau.
Hasil kedua:
kasih
setia TUHAN mampu menyelesaikan segala sesuatu.
Salomo ini mendapatkan janji kasih
setia TUHAN. Waktu TUHAN datang kepada Daud, Dia mengatakan =>
'nanti keturunanmu, kasih setia-Ku tidak
akan beranjak dari dia' Inilah yang
dipegang, untuk menyertai Salomo (1 Tawarikh 17: 13). Nanti dalam
pembangunan rumah TUHAN juga ada kasih setia TUHAN. Setelah
pembangunan rumah TUHAN selesai, mereka menyanyi dan memuji TUHAN =>
'bahwa kasih setia TUHAN tidak pernah
berubah, kasih setia-Nya untuk selamanya'
Inilah yang dipegang oleh Salomo.
Salomo seorang muda yang
tidak berpengalaman. Salomo diperintahkan untuk membangun rumah
TUHAN yang besar, dan juga diperintahkan untuk memerintah Israel,
sekali-pun ia tidak memiliki pengalaman dan tidak berdaya, tetapi
dia memegang kasih setia TUHAN. Demikian juga kita, pegang kasih
setia TUHAN, pasti semuanya akan selesai pada waktu-Nya.
1
Tawarikh 17: 12, 13,
12.
Dialah yang akan mendirikan rumah bagi-Ku dan Aku akan mengokohkan
takhtanya untuk selama-lamanya.
13.
Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Tetapi kasih
setia-Ku tidak akan Kuhilangkan dari padanya seperti yang
Kuhilangkan dari pada orang yang mendahului engkau.
Salomo
hanya hidup dari kasih setia TUHAN. Ayub juga mengakui => 'masih
untung TUHAN memberikan kasih setia-Nya' Dalam penderitaan Ayub,
masih ada kasih setia TUHAN. Salomo sekarang mendapatkan kasih setia
TUHAN dan semuanya selesai tepat pada waktunya. Kalau kita kuat
taguh hati; berpegang teguh pada pengajaran yang benar, hidup benar,
tidak putus asa, setia dalam ibadah, banyak menyembah TUHAN
(percaya), maka kasih setia TUHAN menyelesaikan segala
sesuatu.
YESUS sudah meneguk anggur asam bercampur empedu
(perjamuan suci). Semuanya yang belum selesai, dosa-dosa yang belum
selesai, kepahitan hidup, penderitaan, penyakit yang membuat
pahit-getir, apa saja, sudah diteguk oleh YESUS dan Dia berseru =>
'sudah selesai' Lalu Dia mati, ini berarti tidak dapat berubah
lagi dan semuanya pasti benar-benar selesai pada waktu-Nya. Kecuali
setelah berseru 'jangan selesai'. Sekarang ini masalah apa yang
belum selesai, biarlah kasih setia TUHAN lewat perjamuan suci
menyelesaikan semuanya. Mungkin, penyakit membuat kita menderita,
ekonomi membuat kita menderita, dosa membuat kita menderita seperti
minum empedu tiap hari => 'hidup saya seperti empedu, ada yang
tidak selesai' "Apa yang tidak selesai?" (saudara yang tahu,
saya yang tahu, TUHAN yang tahu) serahkanlah kepada Dia, sampai
semuanya selesai pada waktu-Nya.
Kalau dulu pembangunan rumah
TUHAN selesai. Sekarang, pembangunan rumah TUHAN (bait ALLAH) yang
rohani selesai, yaitu sampai Tubuh Kristus yang sempurna selesai.
Jika YESUS datang kembali ke dua kali, Roh Kemuliaan akan
mengubahkan kita menjadi sama mulia dengan Dia ('selesai') dan
kita dapat terangkat bersama dengan Dia untuk selamanya.
Jangan
goyah! Harus kuat dan teguh hati! Apapun yang terjadi, kasih setia
TUHAN itu tetap.
Penyucian
masa lalu: Daud sudah jatuh, tetapi masih ada kasih setia Tuhan.
Penyucian
masa sekarang: Yusuf bertahan, ada kasih setia TUHAN. Yunus sudah
lari, dihajar oleh TUHAN sampai di dasar lautan, tetapi masih ada
kasih setia TUHAN. Kalau mau disucikan, ada kasih setia TUHAN.
Terakhir,
percikkan darah untuk penyucian masa depan: Ayub sudah
habis-habisan, tetapi kalau mau kembali pada kesucian, masih ada
kasih setia TUHAN.
Demikian juga bagi kita semuanya. Salomo
kuat dan teguh hati, sehingga semuanya selesai pada waktu-Nya, sampai
sempurna, sama mulia dengan TUHAN. Kita terangkat bersama Dia dan
berbahagia untuk selama-lamanya. Ingatlah akan kasih setia TUHAN!
TUHAN memberkati kita semuanya.1