Kita
masih membahas kitab Wahyu 1: 9-20,
ini tentang rasul Yohanes yang di buang ke
pulau Patmos (mengalami sengsara daging)
bukan karena berbuat dosa, tetapi karena Firman ALLAH dan kesaksian
YESUS, sehingga
rasul
Yohanes mengalami tiga hal:
- Ay
9, dapat
masuk persekutuan yang benar dengan TUHAN dan sesama.
Persekutuan dengan TUHAN, itulah
persekutuan tubuh dengan Kepala.
Persekutuan dengan sesama, itulah persekutuan Tubuh
Kristus.
- Ay
10-16, dapat
mendengar dan melihat bunyi sangkakala yang nyaring (Firman
penggembalaan),
yang menjadi dua wujud nyata:
- Tujuh
kaki dian emas, itulah gereja TUHAN yang sempurna.
Ini dapat
dilihat.
- Pribadi
YESUS dalam kemuliaan sebagai Imam Besar, Raja segala raja, Hakim
yang adil, dan Mempelai Pria Surga (Wahyu 1:13-16).
Ini sudah kita pelajari.
- rasul
Yohanes dapat
tersungkur di bawah Kaki
YESUS (menyembah YESUS),
sehingga
tidak ada ketakutan lagi (daging tidak bersuara lagi).
Wahyu
1: 17,
Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama
seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di
atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan
Yang Akhir,
Dapat
tersungkur di bawah Kaki TUHAN
seperti orang mati,
artinya menyembah TUHAN sampai daging
tidak bersuara lagi. Mengapa ini diijinkan oleh TUHAN? Mari kita
lihat pada ayat 9, tentang keadaan kerohanian rasul Yohanes.
Wahyu 1: 9,
Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan
dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama
Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh
Yesus.
Keadaan
kerohanian rasul Yohanes yaitu ditandai dengan:
- ada
Firman ALLAH (meja roti sajian),
- ada
kesaksian YESUS (pelita emas), tetapi masih kurang satu itulah doa
penyembahan (mezbah dupa emas). Ini bahaya! Biarpun seorang rasul
(hebat), kalau tidak ada mezbah dupa emas = tidak ada penyembahan
atau penyembahannya belum mencapai ukuran (daging masih bersuara),
maka ini akan menjadi
sasaran dari antikris.
Wahyu
12: 17,
Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi
keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki
kesaksian Yesus.
Ay
17 => '
marahlah naga itu' => naga yang sudah
dicampakkan ke bumi, lalu menjadi antikris.
'
memerangi
keturunannya yang lain' => keturunan perempuan (gereja
TUHAN). '
yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian
Yesus' => mempunyai meja roti sajian dan kesaksian YESUS
(ini seperti yang dimiliki rasul Yohanes), tetapi tidak mempunyai
mezbah dupa emas. Akhirnya menjadi sasaran antikris. Menjadi sasaran
antikris berarti masuk dalam aniaya antkris, bahkan menjadi sama
dengan antikris yang akan dibinasakan selamanya.
Jadi,
inilah keadaan kerohanian rasul Yohanes yang sangat riskan.
Ukuran
penyembahan adalah 'seperti mati' (sampai daging tak
bersuara). Oleh sebab itu kalau TUHAN ijinkan sesuatu yang tidak enak
bagi daging (sengsara daging tanpa dosa), bukanlah maksud TUHAN untuk
menghancurkan kita, melainkan untuk meningkatkan kerohanian kita,
sehingga kita dapat menjadi penyembah ALLAH
yang benar (menyembah TUHAN sampai daging tak bersuara dan antikris
tidak dapat menjamah kita). Ini seperti
rasul Yohanes yang dibuang ke pulau
Patmos => 'sudah menjadi rasul, hebat, mengapa dibuang ke pulau
Patmos?' Ini diijinkan TUHAN yaitu untuk
mengalami sengsara daging tanpa dosa.
Kalau
sekarang ini, kita datang dalam keadaan sengsara daging tanpa
dosa => 'mengapa saya dibeginikan?' Ini maksudnya untuk
meningkatkan kerohanian sampai kita menjadi
penyembah yang benar = doa penyembahannya memenuhi ukuran yaitu
daging tidak bersuara lagi. Mari, kita pelajari tentang penyembah
yang benar.
Yohanes
4: 23,
24,
23.
Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa
penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan
kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
24.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya
dalam roh dan kebenaran."
Jadi
penyembah yang benar (penyembahan yang benar) didorong oleh kebenaran
(Firman ALLAH yang benar) dan Roh Kudus = didorong oleh Firman yang
lebih tajam dari pedang bermata dua (Firman pengajaran yang benar).
Rasul Yohanes diijinkan oleh TUHAN di buang ke pulau
Patmos (sengsara tanpa dosa), supaya dapat
masuk dalam persekutuan yang benar.
Sekarang ini banyak persekutuan tubuh Kristus yang tidak benar, sebab
kepalanya bukanlah YESUS (bukan Firman pengajaran yang benar),
mungkin hanya karena sungkan kepada manusia dll. Lalu, dapat
mendengar dan melihat Firman penggembalaan yang menjadi dua wujud
nyata; gereja yang sempurna (disucikan dan disempurnakan) dan Pribadi
TUHAN Yang sempurna-mulia. Lalu, dapat
tersungkur lewat sengsara daging tanpa dosa. Kalau sengsara daging
karena berbuat dosa, minta ampun dan bertobat. Sengsara daging tanpa
dosa, mendorong kita untuk tersungkur (menyembah kepada TUHAN).
Ibrani
4: 12,
13,
12.
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang
bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan
roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan
pikiran hati kita.
13.
Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab
segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang
kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
Firman
yang lebih tajam dari pedang bermata dua = Firman pengajaran yang
benar = Firman penyucianmenyucikan kehidupan kita mulai dari hati
kita. Semoga kita dapat mengerti.
Hati
ini berisi tujuh hal (tujuh
keinginan jahat dan najis) yang tersembunyi. Inilah yang harus
ditusuk (disucikan).
Matius 15: 19
Karena dari hati timbul segala (1)pikiran
jahat, (2)pembunuhan,
(3)perzinahan,
(4)percabulan,
(5)pencurian,
(6)sumpah
palsu dan (7)hujat.
Ay
19 => '
pikiran jahat' => prasangka buruk.
'
pembunuhan'
=> kebencian.
'
sumpah
palsu' => dusta.
'
hujat'
=> mulai dari menjelek-jelekkan orang, memfitnah, sampai menghujat
pengajaran yang benar (menghujat TUHAN).
Angka
tujuh ini juga menunjuk
pada:
- tujuh
lampu pada pelita emas. Kalau di
dalam hati tersembunyi tujuh
keinginan jahat dan najis, maka hati
menjadi gelap (pelita padam), sehingga
hidupnya menjadi mata
gelap (membabi buta) dan menuju kesempurnaan dalam kejahatan dan
kenajisan (babel). Tetapi kalau hati sudah disucikan dari tujuh
keinginan jahat dan najis, maka hati menjadi suci dan menuju kepada
kesempurnaan seperti YESUS.
- tujuh
juga menunjuk kesempurnaan:
- jika
hati diisi dengan tujuh
keinginan jahat dan najis yang tersembunyi (orang lain, isteri,
suami tidak tahu, tetapi pedang Firman mengetahui),
maka menuju kesempurnaan dalam kejahatan dan kenajisan.
- jika
hati disucikan dari tujuh
keinginan jahat dan najis yang tersembunyi, maka akan
hidup dalam kesucian (mata hatinya
terang) dan menuju kesempurnaan. Kalau mata hatinya terang, maka
dapat
melihat TUHAN = dapat
menyembah TUHAN. Jadi, penyembahan itu
kuncinya ada di dalam hati.
Matius
5: 8,
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat
Allah.
Ay8
=> '
mereka akan melihat Allah' => melihat ALLAH dan
dilihat oleh ALLAH.
Jadi,
jika hati kita suci (mata hati terang), maka kita
dapat melihat TUHAN dan kita dilihat oleh TUHAN. Itulah
penyembahan! Penyembahan itu bukanlah sepihak. Hanya kita yang
melihat TUHAN dan TUHAN tidak melihat kita, jika demikian itu tidak
ada artinya! Contohnya: coba saudara minta pertolongan kepada orang
dan orangnya menghadap kearah lain, lalu
saudara terus melihat orang itu, itu tidak
ada gunanya (sekalipun kita lihat selama dua hari, tidak ada
gunanya), sebab dia tidak mungkin menolong. Mungkin kita dalam
keadaan jatuh dsb, lalu kita dapat melihat
Dia dan Dia melihat kita, maka segera terjadi pertolongan.
Kita
dapat melihat TUHAN dan TUHAN dapat
melihat kita, itulah penyembahan yang benar! Ada hubungan timbal
balik. Mungkin sekarang ini kita seperti
rasul Yohanes, diijinkan di buang ke pulau
Patmos, bukan supaya hancur, tetapi supaya kerohanian kita meningkat
sehingga dapat tersungkur di bawah Kaki
TUHAN, tidak dapat dijamah oleh antikris
dan menjadi penyembah yang benar. Penyembahan yang benar didorong
oleh Firman pengajaran yang benar dan urapan Roh Kudus (Firman yang
lebih tajam dari pedang bermata dua). Firman yang lebih tajam dari
pedang bermata dua menyucikan hati dari tujuh
keinginan jahat dan najis, mata hati menjadi terang
dan kita dapat melihat TUHAN dan
kita juga dapat dilihat oleh TUHAN
(menyembah TUHAN).
Kalau
hati tidak suci (kehidupan tidak suci)/berdosa,
maka TUHAN berpaling (tidak melihat kita). Siapapun kita (baik rasul,
hebat) kalau berdosa, maka TUHAN tidak akan
melihat kita.
Lukas
22: 60-62,
60.
Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau
katakan." Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah
ayam.
61.
Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus
bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada
hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku."
62.
Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
Ay
60 =>
"Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan"
=> berkata dusta (menyangkal TUHAN) ini termasuk salah satu dari
tujuh keinginan jahat dan najis ('
sumpah
palsu' Matius 15: 19).
Ay
60, 61 => '
Seketika itu juga,
sementara ia berkata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan
memandang Petrus' => Karena ada
kokok ayam, TUHAN berpaling memandang Petrus. Tadi, saat Petrus
berdusta, TUHAN tidak melihat Petrus. Tetapi masih ditolong oleh
kokok ayam dan TUHAN berpaling melihat Petrus. Inilah gunanya kokok
ayam, mungkin sederhana tetapi penting, sebab dapat
menarik perhatian TUHAN. Apa gunanya kita memandang TUHAN 'Haleluya
YESUS', tetapi Dia tidak memandang kita, ini tidak ada gunanya.
Jadi,
saat Petrus berdusta (berdosa, hati tidak suci), maka TUHAN
memalingkan (menyembunyikan) Wajah-Nya dari
Petrus (sekalipun Petrus seorang rasul). TUHAN memalingkan Wajah-Nya,
berarti tidak dilihat oleh TUHAN, tidak diperhatikan, dibiarkan saja
oleh TUHAN. Hati-hati! Sekalipun kita sebagai hamba TUHAN, pelayan
TUHAN, tetapi kalau mempertahankan dosa (hati yang tidak suci), maka
TUHAN tidak melihat kita. Ini pelajaran
bagi kita! Petrus yang hebat tidak dilihat oleh TUHAN, apalagi kita
semua (hanya seperti Wijaya)? Itu
sebabnya, kita harus bersungguh-sungguh.
Untunglah,
saat itu ada kokok ayam = Firman penggembalaan yang benar yang selalu
diulang-ulang => 'kukuruyuk, kukuruyuk' Kokok ayam itu setia,
ada setiap pagi. Kira-kira pukul 03.00 (paling dingin), maka
berkokoklah ayam (mungkin ini sebagai sensor pada ayam). Jadi, tidak
perlu lagi pakai weker (alarm), ayam
langsung berkokok.
Firman penggembalaan yang benar yaitu
Firman pengajaran yang benar yang dipercayakan TUHAN kepada seorang
gembala, untuk disampaikan kepada sidang jemaat dengan setia, teratur
dan diulang-ulang (bagaikan pedang yang menyambar-nyambar) untuk
menyucikan kita.
Firman
penggembalaan disampaikan dengan:
- dengan
setia: sekalipun ayam itu sakit (masih bisa
ditanggulangi), masih bisa berkokok. Tetapi kalau sakitnya sudah
parah atau mati, ayam itu tidak akan berkokok. Seringkali, kalau
gembala tidak
sakit, tidak berkokok (rekreasi kemana-mana). Setia itu tidak bisa
dihalangi oleh apapun, kecuali terpaksa (memang sudah tidak bisa
lagi).
- dengan
teratur: kokok ayam itu teratur =>
'selalu kukuruyuk, kukuruyuk' Tidak ada kokok ayam => 'hari
ini kukuruyuk, lalu besok beda bunyinya'
- diulang-ulang:
karena ini Firman pengajaran yang benar, mungkin saudara datang
disini dibilang => 'anjing babi, anjing babi, ini yang
terus diulang-ulang'.
Ini tadi, membabi buta, kalau dilanjutkan seperti anjing babi.
Mungkin
setiap datang ke gereja => 'hanya
anjing babi lagi, anjing menjilat muntah, aku terkena lagi' Inilah
namanya ayam berkokok (pedang menyambar-nyambar).
Saat ayam
berkokok =
pedang sedang menyambar-nyambar adalah saat
TUHAN berpaling untuk melihat kita (menghadapkan Wajah-Nya
kepada kita). Sebenarnya kita sudah berdosa dan TUHAN tidak mau
melihat orang berdosa. Petrus saja saat berdosa tidak dilihat,
apalagi kita (bangsa kafir)! Masih ada ayam berkokok (diulang-ulang),
ini karena saudara dan saya masih mempertahankan dosa (TUHAN tidak
melihat kita). Kalau kita berdosa, Dia menyembunyikan Wajah-Nya.
Tetapi kalau ada pedang menyambar-nyambar merupakan saatnya Dia
menghadapkan Wajah-Nya kepada kita. Kalau
pedang menyambar-nyambar, TUHAN memandang kita, apa yang terjadi pada
kehidupan kita? Apa buktinya, kalau TUHAN memandang saya dalam
pemberitaan Firman? Bukti TUHAN memandang kita adalah
kita
mengalami penyucian =
- kita
dapat
menyadari (menyesali) dosa => 'itu saya (tidak mengamuk)'
Kalau sikap kita => 'dibilang anjing babi, aku tidak mau masuk
lagi' Jika demikian, TUHAN akan tetap berpaling. Kalau sekarang,
Firman TUHAN diulang mungkin ke seratus kali => 'jangan
berdusta' Berarti kita masih terus mengulangi dosa. Tetapi setelah
Firman diulang ke sekian kali => 'itu saya TUHAN, minta ampun'
Itulah TUHAN sudah memandang kita dan kita mengalami penyucian.
- kita
mengakui dosa-dosa kepada TUHAN dan sesama. Jika diampuni jangan
berbuat dosa lagi. Kita disucikan dan kita dapat
memandang TUHAN.
Tadi
dalam Lukas 22 'ketika ayam berkokok, YESUS berpaling memandang
Petrus dan Petrus juga memandang YESUS'
Lukas
22: 61,
62,
61.
Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus
bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada
hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku."
62.
Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
Ay
62 => '
menangis dengan sedihnya' => menyesali
(menyadari) dosa = hancur hati.
Saat
pemberitaan Firman dan kita dapat
hancur hati, berarti TUHAN sudah memandang kita, kita disucikan,
sehingga kita dapat memandang Dia. Semoga
kita dapat mengerti.
Yehezkiel
39: 29,
Aku tidak lagi menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, kalau Aku
mencurahkan Roh-Ku ke atas kaum Israel, demikianlah firman Tuhan
ALLAH."
Ay
29 => '
Aku tidak lagi menyembunyikan wajah-Ku terhadap
mereka' => Ini terjadi kalau ada kokok ayam (pedang
menyambar-nyambar). Kalau datang ke gereja => 'mengapa
dosa saya terus (berdusta terus)' Selama saudara dan saya belum
terlepas, Firman itu akan diberitakan terus, sebab TUHAN ingin
menghadapkan Wajah-Nya kepada kita. Sebab
kalau Dia menyembunyikan Wajah-Nya,
kita akan celaka. Rasul Petrus saja celaka, apalagi kalau kita!
Jadi
jangan salah paham! Kalau Firman diulang => 'saya
terus yang terkena, ini
sentimen'
Tidak! Tetapi TUHAN sedang mau memandang kita.
Buktinya,
kalau kita memandang TUHAN dan TUHAN memandang kita, yaitu Roh Kudus
dicurahkan ditengah kita. Mari sekarang
ini, kita dalam pengutusan. Hari ini semestinya ibadah pendalaman
alkitab, tetapi di ganti dengan ibadah doa penyembahan. Nanti di
Empire, juga ada ibadah pendalaman alkitab. Ini hanya kebijaksanaan
saja, sebab dalam pengutusan, kita membutuhkan Roh Kudus. Tanpa Roh
Kudus, pelayanan kita tidak akan ada artinya. Kalau pelayanan kita
merupakan pelayanan daging, itu tidak ada artinya. Pelayanan daging
tidak layak (tidak ada gunannya) bagi
kerajaan surga. Tetapi Roh Kudus lah yang menolong kita. Biarlah
sekarang ini, kita memohon satu saja, yaitu
Roh Kudus. Mungkin kita membutuhkan lainnya, terserah, tetapi
semuanya sudah tercakup dalam Roh Kudus.
Air
kehidupan dari surga (Roh Kudus) dicurahkan kepada kita semuanya,
itulah bukti TUHAN memandang kita dan kita memandang TUHAN. Mungkin
sekarang ini kira berada
dalam keadaan kering, ini merupakan kesempatan kita. Tadi,
begitu Petrus menyangkal YESUS (berdusta) => 'aku tidak mengenal
Dia' Maka Petrus menjadi kering. Berbuat dosa (berdusta) itu
menjadi kering. Tetapi saat Firman datang, Petrus dapat
menyadari, menyesali, mengaku, maka TUHAN memandang dia dan dia dapat
memandang TUHAN. Sungguh-sungguh air kehidupan dari surga (Roh Kudus)
dicurahkan sampai pun kepada tanah yang kering. Mungkin kita dalam
keadaan kering, kecewa, putus asa, sedih, susah dsb, masih ada air
kehidupan dari surga yang dicurahkan.
Jika
air kehidupan dari surga (Roh Kudus) dicurahkan, hasilnya adalah
- Yehezkiel
47: 8,
9,
8.
Ia berkata kepadaku: "Sungai ini mengalir menuju wilayah timur,
dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin, air yang
mengandung banyak garam dan air itu menjadi tawar,
9.
sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang
berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat
banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi
tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana
hidup.
Ay 8 => 'Sungai
ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan'
=> ini sungai dari bait
ALLAH (Takhta
ALLAH).
'dan
bermuara di Laut Asin, air yang mengandung
banyak garam' => di laut
Asin tidak ada kehidupan, bakteri pun tidak dapat
hidup, sebab
kadar garamnya terlalu tinggi.
'dan
air itu menjadi tawar' => tetapi kalau
ada air dari bait
Suci yang mengalir,
maka menjadi tawar. Yang asin sekali menjadi tawar.
Ay
9 => 'sehingga ke mana saja sungai itu
mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup'
=> yang tadinya tidak ada kehidupan (mati), menjadi ada
kehidupan, karena ada air kehidupan.
Hasil pertama: air
kehidupan (Roh Kudus) memberikan kehidupan secara jasmani
= sanggup memelihara kehidupan kita secara jasmani dan rohani di
tengah kemustahilan. Laut Asin itu bagaikan sesuatu
yang sudah mustahil, bakteri (yang kecil)
saja tidak dapat
hidup, semuanya tidak dapat
hidup, apalagi yang lainnya! Tetapi kalau ada air kehidupan dari
surga (bait
Suci), bisa hidup.
Memelihara hidup
secara:
- secara
jasmani: Roh Kudus mampu memelihara
kehidupan kita secara jasmani ditengah kesulitan, kemustahilan.
Orang lain sudah bilang => 'kamu tidak bisa, toko mu tidak
bisa ... tidak mungkin ini' Mari kita menjadi penyembah yang
benar, supaya Roh Kudus mengalir. Dengan hati suci, kita menyembah
(memandang TUHAN) dan TUHAN memandang kita, Roh Kudus dicurahkan
dan yang mati menjadi hidup.
Yang sulit, mustahil, Roh Kudus dapat
memelihara kita. Baik dalam bekerja (berdagang), bersekolah,
semuanya akan TUHAN tolong.
- secara
rohani: dapat
hidup benar dan hidup suci ditengah dosa-dosa, sampai puncaknya
dosa di akhir zaman ini. Puncaknya dosa adalah dosa makan minum dan
dosa kawin mengawinkan. Sekalipun dosa ini sudah ada dimana-mana,
tetapi kalau ada air kehidupan dari surga, maka kita tetap hidup
benar dan hidup suci. Kalau dari daging (sekalipun memiliki
ijasah, kekayaan dll), tidak akan dapat
hidup benar dan masih kalah dengan dosa. Tetapi kalau mempunyai Roh
Kudus, kita akan menang dan dapat
hidup benar dan suci.
- Roh
Kudus mampu memelihara kita, sampai pada zaman antikris yang
berkuasa di bumi selama tiga
setengah tahun.
- Bahkan
sampai selama-lamanya, kita akan dipelihara oleh TUHAN. Semoga kita
dapat
mengerti.
- Yohanes
4: 10,11,
13,14,
10.
Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia
Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum!
niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan
kepadamu air hidup."
11.
Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba
dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup
itu?
13.
Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus
lagi,
14.
tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak
akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan
kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang
terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
Ay
13 => 'Barangsiapa minum air ini, ia
akan haus lagi' => kalau yang dari
dunia, akan haus. Apa yang berasal dari sumur dunia ini; kekayaan,
kepandaian, kehebatan, bahkan sampai dosa-dosa (pesta seks), tidak
akan memberikan kepuasan (tetap haus), bahkan sampai menjadi
pahit.
Hasil kedua:
air
kehidupan dari surga (Roh Kudus) mampu memberikan kepuasan surga
(kebahagiaan surga) yang berlimpah-limpah,
sehingga:
- dapat
mengalir kepada sesama yang membutuhkan (bersaksi). Mari di Empire
Palace
kita bersaksi; mengundang yang lain supaya dapat
hadir dan kita doakan. Itulah ada kelimpahan air kehidupan (Roh
Kudus). Kalau orang bergosip, berdusta dll, itu kering sekali.
Kalau orang dapat
bersaksi, saat bertemu orang dan
berkata => 'Ini Firman TUHAN..'
Jadi, dapat
dilihat dari omongannya.
- dapat
memancar keatas sampai hidup kekal. Sekarang kita masih hidup di
dunia yang terkutuk, tetapi ada kepuasan surga (kebahagiaan surga)
yang berlimpah, sampai kelimpahan yang terakhir, kita benar-benar
hidup kekal di surga selama-lamanya.
Kalau
ada Roh Kudus, maka dapat
mengalir kesebelah (bersaksi-mengundang) dan memancar ke atas sampai
hidup kekal selamanya. Kalau tanpa Roh Kudus, kita tidak akan
dapat bersaksi (kering), bahkan
bergosip, berdusta, memfitnah dll. Air kehidupan (Roh Kudus) dapat
mengalir ketempat yang paling kering, bahkan pada batu keras, sampai
menjadi mata air. Semoga kita
dapat mengerti.
Inilah kekuatan
air kehidupan (Roh Kudus)
yaitu:
- Roh
Kudus mampu memelihara hidup kita secara jasmani ditengah
kekeringan, kesulitan dunia, kemustahilan => 'tidak bisa kalau
kerja itu ..' Tetapi kalau itu dari TUHAN, maka Roh Kudus yang
menolong.
- Secara
rohani;
- ditengah
dunia yang sudah kacau, sampai puncaknya dosa (dari kecil sampai
tua), kita dapat
tetap hidup benar dan suci.
- kedua,
ditengah suasana kutukan kita dapat
merasa puas dan bahagia (mengalami
suasana surga) yang berlimpah-limpah, sehingga dapat
mengalir ke sebelah dan dapat
memancar keatas sampai mendapatkan hidup kekal di surga
(kebahagiaan kekal di surga).
- Wahyu
22: 1,
Lalu ia
menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan
kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak
Domba itu.
Ay 1 => 'sungai
air kehidupan' => Roh Kudus.
Hasil
ketiga: 'sungai
air kehidupan yang jernih bagaikan kristal'
= sungai air kehidupan menyucikan dan
mengubahkan kehidupan kita dari manusia daging menjadi manusia
rohani seperti YESUS.
Ini merupakan mujizat rohani (mujizat
terbesar). Keubahan dimulai dari jujur ('jernih
seperti kristal') = tidak ada yang
disembunyikan. Kita harus jujur terutama soal TUHAN (pengajaran yang
benar).
Dalam
ibadah pada waktu yang lalu, kita sudah
mendengar, kalau banyak pertanyaan (bimbang), maka akan
ada banyak air mata. Jujur itu kalau salah, katakan salah,
kalau benar katakan benar. Jangan, 'benar ... tetapi', 'salah
... tetapi' Ini tidak jujur! Orang semacam ini kering (jemaat
menjadi kering). Inilah yang paling saya takuti!
Bukan berarti saya menantang dengan berkata
kalau lapar, saya
sudah mengalami, semuanya sudah, tetapi
kalau kering jangan. Kalau kering, apa artinya menjadi hamba TUHAN
(tidak ada artinya). Itu yang harus dijaga.
Kejujuran
itu menentukan kering atau tidaknya hidup kita
seperti:
- jujur
soal pengajaran (soal TUHAN),
- jujur
dalam keuangan,
- jujur
dalam nikah, dan juga
- jujur
dalam segala hal. Itulah jernih seperti kristal. Kalau sekarang kita
dapat jujur, ini merupakan mujizat
terbesar. Saya mengajarkan kepada Lempin-El (mungkin sekarang
mendengarkan juga) => 'Jangan melihat orang! Biarpun orang itu
hebat (seperti Petrus), kalau salah, katakan salah' Sekalipun
menjadi hamba TUHAN paling hebat, siapa kita, jika dibandingkan
dengan Petrus. Jangan berkata => 'oh ya, tapi ...'Jangan, itu
tidak jujur dan kering (pelayanannya kering, semuanya kering,
jasmani-rohani kering). Inilah yang paling saya takutkan dalam
sidang jemaat. Kalau lapar dll, saya tidak urus. Tetapi kalau
kering, ini urusan besar (masalah besar).
Saat
ada ayam berkokok, Dia memandang kita dan kita dapat
memandang Dia, kita menjadi sadar => 'saya bersalah, mulut ini
terlalu banyak bergosip, tidak jujur' Akui, maka dalam sekejap mata
hujan lebat datang. TUHAN itu Maha Pemurah dan Maha Baik. Kalau kita
merasa kering, lalu dikoreksi oleh Firman,
kita harus bersyukur.
Mujizat
rohani terjadi (jujur) dan mujizat jasmani juga terjadi. Kalau sudah
jujur, maka doa orang jujur di jawab oleh TUHAN (Amsal 15: 8) dan
kita menjadi rumah doa. Kalau kita sudah tidak kuat, hanya berkata =>
'Haleluya YESUS (dengan tetesan air mata)' Maka YESUS sudah tahu
dan Dia akan mengadakan mujizat secara jasmani.
Amsal
15: 8,
Korban orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi doa orang jujur
dikenan-Nya.
Ay
8 => '
Korban orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN' =>
kalau orang fasik (tidak jujur), biarpun berkorban, merupakan
kekejian. Semakin berkorban, semakin keji dihadapan TUHAN.
'
tetapi
doa orang jujur dikenan-Nya' => persembahannya
dan doanya berkenan kepada TUHAN.
Jika
menjadi rumah doa, setiap seruannya, menyebut 'Haleluya', setiap
tetesan air matanya, maka TUHAN sanggup mengadakan mujizat
seperti:
- yang
mati menjadi bangkit,
- yang
mustahil menjadi tidak mustahil,
Jika
air kehidupan mengalir di dalam kehidupan
kita, kita menjadi rumah doa, mujizat rohani (keubahan) terjadi,
mujizat jasmani juga terjadi, maka setiap langkah kita, setiap detak
jantung kita, setiap helaan nafas kita, merupakan langkah-langkah
mujizat (selalu ditolong oleh TUHAN).
Sampai langkah yang terakhir, jika YESUS datang kembali ke dua kali,
kita diubahkan menjadi sempurna, sama mulia dengan Dia. Kita
terangkat ke atas, kita memandang Dia Muka
dengan muka untuk selama-lamanya. Semoga kita dapat
mengerti.
Mari
apapun keadaan saya dan saudara, mungkin dalam kesalahan, kekurangan,
kekerasan, kekeringan, selama masih ada ayam yang
berkokok (pedang menyambar-nyambar) sekalipun sakit bagi
daging (ditunjuk terus), itu berarti TUHAN sedang memandang kita.
Mari, pandanglah juga TUHAN. TUHAN rindu untuk saling memandang.
Kalau sudah saling memandang, maka hujan Roh Kudus turun
diatas kehidupan kita.
TUHAN memberkati kita semuanya.
Ibadah Doa Malam Surabaya, 12 Mei 2014 (Rabu
Malam)Puji TUHAN, mari kita menggunakan waktu malam
ini untuk bertelut di bawah kaki TUHAN, baik untuk keperluan pribadi
kita, rumah tangga, teristimewa juga untuk tugas dari TUHAN kepada
kita di Empire Palace. Kita tidak mampu apa-apa sedikitpun, biarlah
TUHAN yang menolong kita. Lewat doa, serahkan semuanya kedalam tangan
TUHAN.
Mazmur
95: 6
6.
Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN
yang menjadikan kita.
Ayat
6 => '
TUHAN yang menjadikan kita' => TUHAN Sang
Pencipta.
Penyembahan
adalah merendahkan diri serendah-rendahnya ('
berlutut di
hadapan TUHAN'), sampai mengaku hanya debu tanah liat dihadapan
TUHAN Sang Pencipta. Inilah kuncinya! Kita merendahkan diri, mengaku
=> 'saya hanya debu, tanah liat' Jadi, kalau kita mengaku
hanya debu tanah liat, berarti kita berada dihadapan TUHAN Sang
Pencipta. TUHAN menciptakan manusia dari debu tanah liat.
Sebagai
contohnya adalah
- Yunus
3: 6, 8-9
6.
Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari
singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain
kabung, lalu duduklah ia di abu.
8.
Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan
berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing
berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang
dilakukannya.
9.
Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling
dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak
binasa."
Contoh pertama:
raja Niniwe yang
menghadapi keadaan dosa sampai puncaknya dosa, sehingga Niniwe
diancam hukuman oleh TUHAN.
Puncaknya
dosa:
- dosa
makan minum: merokok, mabuk, narkoba.
- dosa
kawin mengawinkan: nikah yang salah, dosa percabulan dll.
Akhirnya
raja Niniwe mengambil keputusan untuk berpuasa dan berdoa. Kalau
sekarang, kita doa malam dan menyembah TUHAN. Kalau
kita belajar dari raja Niniwe, jadi menyembah TUHAN adalah
merendahkan diri serendah-rendahnya (sekalipun dia raja, dia turun
dari singgasananya) sampai bisa mengaku debu tanah liat yang banyak
kekurangan, kelemahan, dosa-dosa = melunakkan hati TUHAN, sehingga
TUHAN tidak menghukum Niniwe dan TUHAN mengampuni (terjadi
pemulihan). Kalau kita dalam keadaan berdosa (puncaknya dosa),
diancam hukuman, tetapi kalau bisa menyembah TUHAN; bisa merendahkan
diri, mengaku hanya tanah liat yang memang banyak kekurangan,
kelemahan, dosa-dosa = melunakkan hati TUHAN.
Contoh lainnya
lagi: raja Daud sudah jatuh dengan Betsyeba. Seharusnya sudah
dihukum oleh TUHAN, tetapi masih terjadi pemulihan asalkan bisa
merendahkan diri. Raja yang berada ditakhta tinggi, langsung turun.
Apalagi kita yang tidak punya takhta. Kita pasti lebih mudah
merendahkan diri, mengakui bahwa kita banyak kekurangan, kelemahan,
dosa-dosa.
- Ayub
42: 5-6
5.
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi
sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
6.
Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku
duduk dalam debu dan abu."
Contoh
kedua: Ayub
merupakan kehidupan yang hebat, tetapi dia menghadapi sesuatu yang
dahsyat
= Ayub
menghadapi ujian habis-habisan
(harta dan semuanya habis). Semuanya sudah habis (harta dan
keluarganya habis), bahkan tubuhnya pun habis dan tinggal
tulang-kulit. Ini berarti sudah tidak ada harapan lagi.
'dengan
menyesal aku duduk dalam debu dan abu' =>
Ayub menyembah TUHAN. Kalau belajar dari
Ayub, jadi menyembah TUHAN adalah
merendahkan diri serendah-rendahnya sampai kita mengaku hanya tanah
liat debu belaka, untuk mencabut kebenaran diri sendiri. Ayub
merupakan kehidupan yang saleh, suci, jujur, takut akan TUHAN,
tetapi ada satu yang harus dicabut itulah kebenaran diri
sendiri.
Dalam Kitab Ayub 32: 1-2, disini disebutkan tentang
kebenaran diri sendiri.
Ayub
32: 1-2
1.
Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub,
karena ia menganggap dirinya benar.
2.
Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia
marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari
pada Allah,
Kebenaran diri
sendiri adalah
- menutupi
dosa dengan cara menyalahkan orang lain = merasa lebih benar dari
orang lain dan tidak pernah mengaku dosa.
- menutupi
dosa dengan cara menyalahkan TUHAN (pengajaran yang benar).
Pengajaran yang benar dibolak-balik (diputar-putar). Seringkali
kami sebagai hamba TUHAN, dulu mengajarkan => 'tidak boleh'
Nanti setelah beberapa tahun => 'o ya ini bisalah, kita boleh
begini' Inilah kebenaran sendiri! Dulu mengajarkan harus begini
(tahbisan harus begini), sekarang => 'kita sudah begini kok,
boleh ..' Inilah kebenaran sendiri! Dulu bilang => 'ini
pengajaran, hebat' Sekarang => 'salah'
- kebenaran
di luar Firman TUHAN. Inilah yang sering banyak salah. YESUS
seorang diri di kayu salib, akhirnya semua orang mengakui bahwa Dia
benar. Jadi, kebenaran diri sendiri bukan berarti kalau yang
seorang itu benar => 'dia kebenaran sendiri' Bukan!
Kebenaran sendiri ukurannya bukan 1000 orang, 1 orang, bukan!
Kebenaran
diri sendiri ukurannnya adalah diluar Firman (tidak cocok dengan
Firman). Biarpun 1000 orang setuju => 'ini tidak apa-apa'
Tetapi tidak cocok dengan Firman, itulah kebenaran sendiri. Biarpun
hanya satu orang saja, tetapi bertahan sesuai dengan Firman, itulah
kebenaran dari TUHAN (bukan kebenaran sendiri). Seringkali
mengatakan => 'yang lainnya boleh kok, cuma gereja ini (cuma
dia), ini kebenaran sendiri', Salah!
Kebenaran diluar
Firman, misalnya: Firman TUHAN bilang tidak boleh, tetapi 1000 orang
bilang boleh => 'ini karena begini ..' Inilah kebenaran
sendiri. Tetapi ada satu orang, bilang => 'Firman bilang tidak
boleh' Inilah kebenaran dari TUHAN. Jadi jangan salah, kalau hanya
satu orang saja => 'ini kebenaran sendiri' Tidak! Kalau cocok
dari Firman, itulah kebenaran dari TUHAN.
Jadi,
Ayub harus mencabut kebenaran sendiri ('
aku mencabut
perkataanku'). Kata-kata harus
hati-hati! Kita membenarkan diri sendiri, banyak lewat perkataan
(perkataan sia-sia). Seringkali, kita menutupi dosa untuk membenarkan
diri sendiri. Belajar dari pengalaman Ayub, kalau orang itu memakai
kebenaran sendiri (sekalipun orang paling kaya di daerah timur) =>
'baru kali ini aku melihat TUHAN, baru kali ini aku mendengarnya'
Ini benar-benar bahaya! Jadi kalau kita menggunakan kebenaran
sendiri, maka telinga kita tidak bisa mendengarkan Firman (tidak bisa
melihat TUHAN, tidak bisa menyembah TUHAN).
Ayub
42: 5
5.
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi
sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Ayat
5 => '
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang
Engkau' => dulu mendengar dari orang.
Kalau
kita menggunakan kebenaran sendiri, maka telinga menjadi tidak baik
(tidak bisa mendengarkan Firman) dan mata tidak bisa memandang TUHAN
= telinga dan matanya tidak baik = telinga bagaikan tuli dan mata
bagaikan buta. TUHAN mengatakan di Kitab Yesaya => '
siapa
yang buta, tuli, itulah hamba Ku' Nabi-nabi, pelayan TUHAN
banyak yang buta dan tuli. Hati-hati! Bayangkan saja, kalau kita
melayani TUHAN dengan buta dan tuli, nanti akan 'ngawur' (tidak
sesuai dengan kehendak TUHAN). Semoga kita mengerti.
Begitu
Ayub merendahkan diri (mengaku debu tanah liat), maka berada didalam
tangan TUHAN. Penekanan Firman TUHAN pada malam hari ini adalah hanya
merendahkan diri. Kalau ada dosa, ada hukuman, semestinya sudah
hancur seperti Niniwe, seperti Daud juga, tetapi malam ini masih ada
kesempatan, mari mengaku => 'saya tanah liat TUHAN, memang
banyak salah, dosa, sampai najis (puncaknya dosa), ampunilah saya
TUHAN' Maka TUHAN mengampuni (tidak menghukum) dan terjadi
pemulihan.
Kalau
sudah seperti Ayub, sudah habis-habisan semuanya (mungkin hamba TUHAN
pelayanan habis-habisan, jemaat habis, yang berdagang habis
semuanya), mari merendahkan diri => 'memang saya tanah liat dan
seringkali masih ada kebenaran sendiri' Kebenaran sendiri itu
menutupi dosa dengan cara menyalahkan orang lain (entah suami,
isteri, anak, orang tua), menutupi dosa dengan cara menyalahkan TUHAN
(pengajaran yang benar dibolak-balik), kebenaran diluar Firman
(diluar alkitab).
Kalau
dalam pelayanan, kita menggunakan kebenaran sendiri, maka hancur.
Dalam berdagang menggunakan sesuatu diluar alkitab, maka hancur
(habis-habisan). Mungkin perkataan kita banyak yang salah, ditarik
semuanya, minta ampun kepada TUHAN dan biarlah tanah liat berada
didalam tangan TUHAN.
Lewat
doa penyembahan, maka debu tanah liat berada didalam tangan TUHAN.
Hasilnya adalah
- Ayub
42: 10
10.
Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk
sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat
dari segala kepunyaannya dahulu.
Hasil
pertama: tangan
Sang Pencipta mampu untuk memulihkan kita dua kali lipat (double);
rohani ditolong, maka jasmani juga ditolong.
- Waktu
TUHAN menciptakan langit dan bumi, sampai menciptakan manusia, TUHAN
berkata => 'semua baik'
Hasil kedua:
tangan Sang
Pencipta mampu untuk menjadikan semua baik, semua indah, semua
berhasil.
- Kejadian
1:26
26.
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut
gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut
dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan
atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
Hasil
ketiga: Tangan
Sang Pencipta mampu untuk menciptakan:
- Tangan
Sang Pencipta mampu untuk menciptakan tanah liat menjadi bejana
kemuliaan (yang dipakai oleh TUHAN). Mau
dipakai di Empire, tetapi kita bagaikan tanah liat semuanya (tidak
bisa apa-apa). Saya tidak tahu juga apa yang akan terjadi. Di
Empire ini, saya terngiang-ngiang terus => 'TUHAN tolong,
TUHAN tolong' Sebab ini baru pertama kali di Surabaya (tiga kali
kebaktian). Biarlah kita berdoa saja! Kita seperti tanah liat, biar
TUHAN yang menciptakan kita menjadi bejana kemuliaan.
Pengalaman
saya dulu, pertama kali melayani TUHAN, lewat tangisan. Saya
seringkali menangis sampai ke Medan. Setelah bpk pdt Pong
Dongalemba meninggal, apalagi! Kalau masih ada bpk pdt Pong
Dongalemba, masih bisa telefon untuk minta doa (mau berangkat minta
doa). Tetapi setelah bpk pdt Pong meninggal, saya sampai di Medan,
duduk lalu menangis. Dulu bpk pdt Pong pernah bicara seperti itu
juga (waktu diutus ke Luar Negeri) => 'seandainya bpk pdt In
Juwono masih hidup, saya cuma ikut, enak' Saya akhirnya mengalami
juga waktu di Medan, begitu saya melihat orang, hamba TUHAN =>
'kalau bpk pdt Pong masih hidup, saya membawa tas, itu sudah
cukup (bawakan kopernya saja sudah enak)' Waktu itu saya lupa
tentang kesaksian bpk pdt Pong, tetapi setelah itu => 'kok
sama ya' Saya benar-benar takut. Inilah tanah liat yang tidak
bisa apa-apa.
Dia lah yang membentuk kita menjadi bejana
kemuliaan. Apa saja tugas kita nanti di Empire, semuanya tidak ada
yang tidak bertugas (semuanya akan bertugas). Sekalipun ada yang
dicatat atau tidak dicatat, semuanya akan bertugas. Mungkin nanti
ada tamu yang kesulitan tempat duduk, lalu saudara memberikan
tempat duduk, itu juga sudah bertugas. Semuanya akan memuliakan
TUHAN.
Waktu pertama kali di Kartika Graha (di Malang).
Terus ada dosen ditempat kami, lalu mengajak dosen-dosen lainnya
untuk datang, lalu apa pertanyaan pertama di sekolah => 'dipaksa
ya (diberikan peraturan) untuk mencatat Firman, semuanya dari anak
kecil, besar sampai orang tua kok mencatat Firman' Di jawab =>
'tidak dipaksa' Dosen tersebut bilang => 'kok bisa ya,
baru kali ini saya melihat' Ini dosen, tetapi kaget saat melihat
orang mencatat. Kita mencatat Firman saja, itu sudah menjadi bejana
kemuliaan. Itulah luar biasanya TUHAN! Jangan memandang 'enteng'
Mungkin nanti ada kertas, lalu saudara ambil dan orang melihat =>
'luar biasa' Ini kemuliaan TUHAN. Bukan cuma yang kotbah,
tetapi semuanya menjadi bejana kemuliaan, untuk memuliakan TUHAN
(bukan memilukan, memalukan TUHAN) dan kita dipermuliakan.
- Tangan
Sang Pencipta mampu untuk menciptakan (membentuk) kita menjadi
manusia baru yang sama mulia dengan Dia (sempurna seperti Dia).
Inilah mujizat terakhir!
Mari
semuanya dipulihkan, semuanya indah dan berhasil dan semuanya dipakai
oleh TUHAN, sampai semuanya sempurna. Sekalipun kita hanya lah tanah
liat yang tidak ada apa-apanya, tetapi berada didalam tangan TUHAN.
Tangan Sang Pencipta yang menolong kita semuanya. Kita menjadi
sempurna dan bisa menyambut kedatangan TUHAN yang ke dua kali di
awan-awan yang permai.
TUHAN memberkati kita semuanya.1