Tema
Paskah kita dalam dua kali kebaktian adalah ‘kuasa Darah
Anak Domba Paskah (Keluaran 12: 21-23).
Bangsa Israel mengambil anak domba paskah, kemudian disembelih, lalu
darahnya disapukan diambang pintu rumah
mereka masing-masing, sehingga bangsa
Israel bebas dari maut (tulah) dan sekaligus mereka
dapat keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan (negeri
perjanjian).
Jadi
kuasa darah anak domba paskah (binatang domba) sanggup untuk
melepaskan bangsa Israel dari Mesir menuju
ke Kanaan (negeri perjanjian). Anak domba paskah sudah digenapkan
oleh Anak Domba ALLAH itulah YESUS yang
mati disalibkan di kayu salib. Mesir = gambaran dunia.
Sekarang
darah Anak Domba Paskah = Darah
YESUS sanggup melepaskan kita dari dunia dan pengaruhnya menuju:
- ke
awan-awan yang permai saat kedatangan YESUS ke dua kali, kita masuk
perjamuan kawin Anak Domba.
Wahyu
19: 9,
Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka
yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi
kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari
Allah."
Jadi hasil
penyembelihan Anak Domba Paskah
(Darah
YESUS) membawa kita sampai menuju perjamuan kawin Anak Domba.
Perjamuan kawin Anak Domba adalah
pertemuan YESUS dengan kita di awan-awan yang permai = nikah yang
rohani (nikah yang sempurna) antara Kristus sebagai
Kepala/Suami/Mempelai
Pria
Surga
dengan sidang jemaat sebagai tubuh/Mempelai
Wanita
Surga
di awan-awan permai. Oleh sebab itu kita semuanya (termasuk kaum
muda) harus menjaga nikah kita, supaya nikah kita sungguh-sungguh
menjadi nikah yang benar, nikah yang suci, nikah yang satu sampai
mencapai perjamuan kawin Anak Domba.
- Sesudah
itu, kita masuk kerajaan 1000 tahun damai (Wahyu 20) = Firdaus yang
akan datang,
- Sesudah
itu, kita masuk Yerusalem Baru (Wahyu 21-22 ‘langit
yang baru, bumi yang baru’) = kerajaan
surga yang kekal selama-lamanya.
Itulah
kekuatan atau kuasa Anak Domba Paskah. Kita
mempelajari bagaimana bangsa Israel keluar
dari Mesir, itulah gambaran kita nanti saat keluar dari dunia ini
(bebas dari dunia).
Ada
tiga bukti bahwa kita dilepaskan dari dunia dan pengaruhnya (Mesir)
oleh kuasa Darah
Anak Domba Paskah:
- Dilepaskan
dari berhala orang Mesir.
Jadi orang Mesir memiliki
berhala.
Yeremia
46: 14,
15,
14.
"Beritahukanlah di Mesir, dan kabarkanlah di Migdol!
Kabarkanlah di Memfis dan di Tahpanhes! Katakanlah: Ambillah tempat
dan bersiaplah, sebab sekitarmu habis dimakan pedang!
15.
Mengapa Apis melarikan diri, tidakkah sanggup sapi jantanmu
bertahan? Sungguh, TUHAN telah menundukkan dia!
Ay
15 => ‘tidakkah
sanggup sapi jantanmu bertahan?I’ => lembu
jantan itulah berhala orang Mesir.
Berhala
orang Mesir adalah sapi jantan. Itulah yang
disembah orang Mesir. Waktu Israel berada di Mesir kurang lebih 430
tahun, mereka melihat penyembahan berhala (sapi jantan), sehingga
satu waktu di saat
mereka berada di dalam
keadaan terjepit (waktu Musa naik ke gunung Sinai dan tidak
turun-turun), orang Israel ingat akan
berhala orang Mesir sehingga
mereka membuat berhala.
Keluaran
32: 9,
Lagi
firman TUHAN kepada Musa: "Telah Kulihat bangsa ini dan
sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk.
Ini
tentang berhala lembu emas (judul di Keluaran 32 ‘anak lembu
emas’). Anak lembu emas merupakan lawan dari Anak Domba paskah.
Bangsa Israel membuat anak lembu emas sebagai tandingan dari Anak
Domba Paskah.
Semoga kita dapat
mengerti.
Ketika TUHAN melihat bangsa Israel melihat anak
lembu emas, TUHAN mengatakan ‘bangsa ini
adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk’ .
Israel membuat berhala anak lembu emas = tegar tengkuk = keras hati.
Jadi bukti kita keluar dari Mesir (dari
dunia) adalah harus keluar dari berhala
lembu emas = keluar dari hati yang keras.
Praktik
keras hati adalah:
- Keluaran
32: 1,
Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari
gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata
kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan
di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar
dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan
dia."
Praktik
pertama:
ibadah
bangsa Israel mengerumuni Harun (bukan mengerumuni YESUS),
artinya:
- beribadah
dan melayani TUHAN tetapi hanya untuk melihat dan mencari perkara
jasmani (figur manusia termasuk pendeta atau artis, uang,
kedudukan dsbnya),
- serta
mengabaikan perkara yang rohani (tidak ada pertimbangan terhadap
perkara rohani). Ini jangan sampai terjadi pada persekutuan malam
hari ini, betapa sia-sianya kita datang beribadah! Mengabaikan
perkara rohani, terutama mengabaikan kebenaran Firman ALLAH
(Firman pengajaran yang benar). Contohnya: tidak mau kalau ada
Firman, yang penting melihat
uang, kedudukan dsb. Ini dituliskan juga didalam 2 Timotius dan di
akhir zaman ini sudah
banyak
terjadi.
2
Timotius 3: 1-5,
1.
Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang
sukar.
2.
(1)Manusia
akan mencintai dirinya sendiri dan (2)menjadi
hamba uang. (3)Mereka
akan membual dan (4)menyombongkan
diri, (5)mereka
akan menjadi pemfitnah, (6)mereka
akan berontak terhadap orang tua dan (7)tidak
tahu berterima kasih, (8)tidak
mempedulikan agama,
3.
(9)tidak
tahu mengasihi, (10)tidak
mau berdamai, (11)suka
menjelekkan orang, (12)tidak
dapat mengekang diri, (13)garang,
(14)tidak
suka yang baik,
4.
(15)suka
mengkhianat, (16)tidak
berpikir panjang, (17)berlagak
tahu, (18)lebih
menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
5.
Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada
hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!
Ay
1 => ‘Ketahuilah
bahwa pada hari-hari terakhir’
=> sekarang ini.
Ay 2 => ‘Manusia
akan mencintai dirinya sendiri’
=> egois.
‘mereka
akan berontak terhadap orang tua’
=> hati-hati kaum muda.
‘tidak
mempedulikan agama’
=> ini bukan atheis. Kalau atheis memang tidak beribadah, tetapi
mereka ini
masih
beribadah. Tidak mempedulikan agama artinya mencampur adukkan
agama. Misalnya: agama A, agama B dipelajari, dicampur adukkan,
dicari kelemahannya. Inilah yang termasuk dosa manusia/hamba TUHAN
di akhir zaman.
Ay 4 => ‘lebih
menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah’
=> tidak taat. Siapakah mereka itu? Ayat 5.
Ay 5 =>
‘Secara
lahiriah’
=> hanya yang lahir, tidak sampai kepada batin.
‘tetapi
pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya’
=> kekuatan ibadah adalah kebenaran Firman ALLAH
(Firman pengajaran).
Ibadah yang mengerumuni Harun itu hanya
mencari yang jasmani dan menolak kekuatan ibadah (menolak kebenaran
Firman ALLAH),
sehingga tidak mengalami keubahan hidup/pembaharuan, tetap
mempertahankan manusia darah daging dengan 18 sifat tabiat daging
(dari egois sampai tidak taat). Angka 18 kalau dijabarkan berarti
666 = dicap 666 oleh antikris, sehingga menjadi sama dengan
antikris (menjadi milik antikris) yang akan dibinasakan.
- Keluaran
32: 4,
Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat,
dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian
berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah
menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!"
Ay
4 => lembu emas dibilang allah yang sudah mengeluarkan mereka
dari Mesir. Berhala atau palsu menjadi
benar, inilah orang yang keras hati.
Praktik kedua:
buta
rohani (lembu emas dibilang allah yang menuntun keluar dari Mesir),
artinya tidak mau membedakan
pengajaran yang benar dan pengajaran
yang tidak benar.
Sebenarnya mereka
sudah mengetahui
mana pengajaran yang benar dan yang tidak benar, tetapi berkata =>
‘tidak mengapa,
sama sajalah, selisih sedikit saja, tidak mau tahu
sebab berpikir daripada aku tidak
mendapatkan
ini dll’ Kalau tidak mau membedakan pengajaran yang benar dan
yang tidak benar terus menerus, maka satu waktu tidak dapat
membedakan pengajaran yang benar dan yang tidak benar.
Nanti
akan saya tunjukkan beda satu kata saja,
maka akibatnya dahsyat, tetapi kita
seringkali berkata => ‘tidak apa-apa, sama saja’ Ini berarti
tidak mau membedakan pengajaran yang benar dan yang tidak benar.
Sebenarnya dia tahu mana yang benar 100 % dan yang tidak benar,
tetapi tidak mau, karena mengerumuni Harun (figur manusia,
kedudukan, uang). Kalau tidak mau terus, akhirnya tidak bisa
membedakan pengajaran yang benar dan yang tidak benar, sehingga:
- menolak
Firman pengajaran yang benar dan menerima ajaran yang palsu.
- masuk
dalam penyembahan yang palsu ("Hai
Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari
tanah Mesir!").
Penyembahan palsu adalah penyembahan kepada antikris. Kehidupan
yang dicap 666 pasti menyembah antikris dan akan dibinasakan untuk
selamanya (namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan). Dalam
Wahyu 13: 8 ‘siapa yang menyembah antikris namanya tidak
tertulis dalam kitab kehidupan dan binasa selamanya’ Semoga kita
dapat
mengerti.
- Roma
2: 4,
5,
4.
Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya
dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud
kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?
5.
Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau
menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan
hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.
Ay
4 => wujud kemurahan ALLAH
adalah YESUS belum datang untuk
kedua kalinya
(masih ada panjang sabar TUHAN) dan kita belum meninggal dunia
(masih memiliki
tubuh jasmani). Maksud utamanya adalah supaya kita bertobat, bukan
untuk menjadi sarjana
dll. Contohnya:
- kita
memang boleh sekolah, yang sudah lulus sekolah
menengah atas, kemudian melanjutkan
menjadi sarjana
dll, silahkan saja! Jadi,
selain kuliah, kita
juga harus bertobat. Kalau kuliahnya hebat, tetapi tidak bertobat
itu tidak ada gunanya dan bukan itu maksud dari kemurahan TUHAN.
- Yang
bekerja, bekerja dan bertobat.
- Yang
melayani TUHAN, melayani TUHAN dan bertobat.
- Yang
menjadi hamba TUHAN, tidak hanya cukup kalau sudah menjadi hamba
TUHAN (bukan jaminan), oleh sebab itu,
juga harus bertobat.
Jadi
sebelum kita bertobat, maka belum mencapai maksud dari kemurahan
TUHAN. Sekalipun sudah sekolah sampai S3, belum mencapai kemurahan
TUHAN kalau tidak ada pertobatan. Semoga kita dapat
mengerti.
Praktik ketiga:
tidak
mau bertobat
= tetap
mempertahankan dosa
= enjoy
dalam dosa
(tidak mau mengaku dosa).
Misalnya:
- sudah
berdusta, tetapi setelah ditegor Firman,
tetap tidak mau bertobat. Mungkin awalnya saja menyesal saat
Firman menunjukkan dosa, tetapi tetap tidak mau bertobat (berdusta
lagi). Lama-kelamaan sudah biasa.
- bergosip
yang tidak baik sampai sudah enjoy saja. Kalau dulu mungkin =>
‘aduh, saya membicarakan
orang’ tetapi karena terus tidak mau bertobat, akhirnya enjoy
dalam dosa.
- demikian
juga dosa-dosa kenajisan. Pertama kali jatuh dalam dosa kenajisan,
menangis, tetapi lama-lama sudah tertawa-tawa. Inilah enjoy dalam
dosa =
tidak mau bertobat.
Kalau
terus menerus tidak
mau bertobat,
satu waktu tidak dapat
lagi bertobat
sekalipun masih mempunyai tubuh. Ini sama seperti setan. Saya
selalu berteriak mengatakan => ‘kalau setan dapat
bertobat, lebih dulu dia bertobat, karena dia tahu siksanya neraka’
Tetapi karena setan tidak mempunyai tubuh,
maka dia tidak
dapat bertobat. Selama kita mempunyai
tubuh, berarti ada kemurahan TUHAN dan kita dapat
bertobat. Jangan sampai kita tidak mau bertobat!
1
Korintus 5: 11, 7,
8,
11.
Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan
bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara,
adalah
(1)orang
cabul, (2)kikir,
(3)penyembah
berhala, (4)pemfitnah,
(5)pemabuk
atau (6)penipu;
dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan
bersama-sama.
7.
Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru,
sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga
telah disembelih, yaitu Kristus.
8.
Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama,
bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti
yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.
Ay
11 => ‘supaya
kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya
saudara, adalah orang cabul’
=> saudara seiman tetapi dia cabul. Kalau jatuh satu kali
kemudian dia mengaku dosa, maka kita
masih
dapat
bergaul dan masih
dapat
menyatu kembali. Seumpama (maaf) ada suami jatuh dalam dosa
perselingkuhan,
tetapi dia minta ampun dan bertobat (tinggalkan dosa), maka dia
bisa menyatu lagi dengan isterinya. Tetapi kalau tidak bertobat,
terus menerus berbuat dosa, akhirnya malah enjoy dalam dosa dan
marah bila diingatkan. Kalau sudah demikian, tidak dapat
bergaul lagi, tidak bisa menyatu lagi.
Begitu
juga hamba TUHAN, ada hamba TUHAN jatuh dalam dosa, tidak mau
mengaku dosa, malah marah dan menyalahkan orang lain, inilah tidak
bisa bergaul dan tidak bisa menyatu (terang dengan gelap tidak
dapat
bersatu).
Hati-hati, seringkali yang membuat tidak menyatu
antara suami-isteri, anak-orang tua, kakak-adik, antar sesama hamba
TUHAN, gembala dengan jemaat adalah cabul, kikir, penyembah
berhala, pemfitnah, pemabuk, penipu.
‘janganlah
kamu sekali-kali makan bersama-sama’
=> makan bersama-sama maksudnya adalah berfellow-ship.
Jadi fellow-ship
itu bukan sekedar bertemu, tetapi juga makan bersama (makan makanan
Firman ALLAH).
Kalau sesama hamba TUHAN pagi-pagi berkumpul lalu makan rawon, itu
namanya bukan fellow-ship,
tetapi hanya kumpul-kumpul saja. Kita datang kesini sama-sama makan
(bukan hanya saudara yang makan, saya juga makan). Kalau kita tidak
makan
dan
terus
menerus bekerja,
akan
paling cepat merasa
lapar
(tidak puas), pingsan dan mati.
Jadi, kita harus bertobat
terutama dari enam
dosa yang mendarah daging = enam
dosa yang menguasai tubuh, jiwa, roh kita yang hanya dapat
dibasuh oleh Darah
Anak Domba paskah (Darah
YESUS), seperti ambang pintu bangsa Israel ditandai dengan darah.
Sekarang pintu hati kita ditandai darah, supaya kita bertobat.
Enam
dosa yang mengikat tubuh, jiwa, roh antara lain:
- dosa
yang mengikat tubuh (daging):
cabul (dosa kawin mengawinkan) dan mabuk (dosa makan minum).
- Yang
termasuk
dosa makan minum adalah merokok, mabuk, narkoba.
- Yang
termasuk dosa kawin mengawinkan adalah percabulan, penyimpangan
seks (homo seks, lesbian, seks terhadap diri sendiri, seks dengan
binatang), sampai nikah yang salah (kawin campur, kawin cerai,
kawin mengawinkan). Dosa ini sulit untuk dilepaskan, hanya Darah
Anak Domba paskah (darah
YESUS) yang dapat
melepaskan. Pada malam paskah yang indah ini kita harus
sungguh-sungguh bertobat, bagaikan memberi tanda darah di pintu
hati kita.
- dosa
yang mengikat jiwa
(menjadi tabiat): kikir, pemfitnah dan penipu.
*Kikir
adalah
tidak dapat
memberi untuk pekerjaan TUHAN dan untuk sesama yang membutuhkan,
tetapi hanya menerima dan mencari. Ibadah yang sejati adalah
memberi. Seperti bangsa Israel datang beribadah kepada TUHAN tidak
dengan tangan hampa/tangan
yang kosong,
yang paling miskin membawa burung tekukur, yang menengah membawa
kambing, domba dan yang kaya membawa lembu. Kita semuanya malam ini
dikoreksi. Biarlah TUHAN melepaskan kita dari dosa kikir. Kalau
hamba TUHAN cabul segera diturunkan, tetapi kalau hamba TUHAN kikir
banyak sekali. Jemaat yang kikir juga banyak sekali. Kalau sudah
dilepaskan dari dosa kikir, maka lebih bahagia memberi daripada
menerima. Ini harus dilepaskan dan bertobat. Semoga kita
mengerti.*Pemfitnah
adalah
yang benar dijadikan salah dan yang salah dijadikan benar. Penipu =
dusta. Semoga kita dapat
mengerti.
- dosa
yang mengikat roh:
penyembah berhala. Ini dimulai dengan serakah. Dalam Surat Kolose
‘keserakahan’ sama dengan penyembahan berhala. Serakah
artinya
merampas hak orang lain, terutama hak TUHAN (persepuluhan
dan persembahan khusus). Kalau serakah dan kikir berarti menyembah
uang = menyembah antikrist.
Semoga kita dapat
mengerti.
Pemberhalaan
itu biasanya dibuatkan tugu-tugu. Tugu pemberhalaan yang paling
tinggi adalah dosa kebenaran sendiri (dosa putih). Kebenaran
sendiri adalah:
- menutupi
dosa dengan cara menyalahkan orang lain, bahkan menyalahkan TUHAN
(pengajaran yang benar). Bukan dosanya yang disalahkan tetapi
TUHAN/pengajaran-Nya
yang disalahkan.
- Kebenaran
diluar Firman ALLAH.
Misalnya: Firman mengatakan tidak boleh, tetapi dibolehkan =>
‘kasihan karena masih muda, dulu memang tidak boleh tetapi
sekarang boleh (zamannya sudah maju), dll. Inilah kebenaran diri
sendiri. Sekali-pun
seribu orang mengatakan boleh, tetapi Firman ALLAH
mengatakan tidak boleh,
maka
itu termasuk kebenaran sendiri. Sekalipun hanya satu orang (anak
kecilpun), tetapi sesuai dengan Firman ALLAH,
itulah kebenaran dari TUHAN. Jadi tidak tergantung dari jumlah
banyaknya orang. Jangan berpikir kalau hanya sendiri, berarti itu
kebenaran sendiri
?
bukan! Ukurannya bukan sendiri, seribu, atau seratus, melainkan
sesuai dengan Firman atau tidak.
Contohnya:
ada budak kecil melihat Petrus bersama dengan YESUS, saat Petrus
ditanya budak kecil => ‘oom
mengenal YESUS? ?
ini
kebenaran tetapi dijawab => ‘tidak’ Biarpun pendeta senior,
junior, pendeta hebat, kalau melawan anak sekolah Minggu yang sesuai
dengan Firman, maka yang sesuai dengan Firmanlah yang merupakan
kebenaran dari TUHAN. Tidak peduli, mau seribu, seratus, kecil,
besar, tua, muda, yang penting adalah sesuai dengan Firman.
Seringkali Firman dibolak balik untuk memenuhi keinginan kita.
Firman bilang ‘tidak boleh’, lalu dibolak balik, diapakan saja
sampai bilang ‘boleh’ karena keinginan kita, itulah kebenaran
diluar Firman. Semoga kita bisa mengerti.
1
Korintus 5: 7,
8,
7.
Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru,
sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga
telah disembelih, yaitu Kristus.
8.
Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan
pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang
tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.
Hanya
kekuatan atau kuasa Darah
Anak Domba paskah (Darah
YESUS) yang mampu untuk melepaskan kita dari berhala Mesir,
melepaskan dari keras hati, melepaskan kita dari enam
dosa yang mendarah daging, sehingga:
- kita
bisa bertobat (berhenti berbuat dosa dan kembali kepada TUHAN),
- bisa
hidup dalam kebenaran dan kemurnian. Semuanya harus benar, itulah
ukurannya. Batas kehidupan kita adalah kebenaran dan kemurnian.
- termasuk
juga berpegang teguh kepada Firman pengajaran yang benar (alkitab).
Semuanya dicocokkan
dengan alkitab (kembali kepada alkitab).
Kalau
sudah bertobat, hidup dalam kebenaran dan kemurnian, berpegang teguh
pada Firman pengajaran yang benar, hasilnya
adalah
kita hidup dalam suasana pesta paskah. Dunia ini dalam suasana
kutukan/suasana dosa. Kalau kita memasang pagar pertobatan, pagar
kebenaran kemurnian, pagar pengajaran yang benar, maka kita akan
bersuasana pesta paskah. Jangan mau mendengar yang tidak benar! Hawa
begitu mendengar yang tidak benar, langsung keluar dari taman
Eden (keluar dari pagar Firdaus menuju suasana kutukan). Bersuasana
pesta paskah = bersuasana Firdaus. Jangan
memberi kesempatan untuk mendengar ajaran palsu, sebab kalau berani
mendengar ajaran lain, berarti berani keluar dari pagar Firdaus dan
menuju suasana kutukan. Semoga kita dapat
mengerti.
- Dilepaskan
dari sistem kehidupan Mesir.
Ulangan
11: 10,
Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah
negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah
ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan
kebun sayur.
Sistem
kehidupan Mesir adalah sistem jerih payah,
letih lesu. Tadi disebutkan Mesir ini seperti tanah datar, kalau mau
menanam harus berani pikul air. Seberapa besar kekuatan kita memikul
air untuk menyirami tanaman, seperti itu juga nanti hasilnya. Itulah
jerih payah kita.
Sistem
jerih payah artinya
- Mengandalkan
atau bergantung kepada kepandaian, pengalaman, kekuatan, modal dll
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kita
belajar dari Petrus. Petrus ini nelayan yang sudah mahir (sudah
lama dan berpengalaman). Semalam-malaman sudah bekerja keras,
tetapi tidak menangkap apa-apa = gagal total, bahkan sampai
telanjang (Yohanes 21). Kami sebagai hamba-hamba TUHAN, kalau hanya
mengandalkan ijasah, pengalaman, nanti akan gagal total, bahkan
telanjang. Demikian juga dalam hal jasmani.
Sistem Mesir ini
sekarang diikuti oleh hamba TUHAN dalam pelayanan yang rohani.
Contohnya: mau berkotbah,
santai-santai saja, tidak perlu
berdoa,
tidak perlu
berpuasa,
sebab sudah
mengetahui
alkitab selama
bertahun-tahun, sudah berpengalaman.
Akhirnya gagal total dan telanjang seperti Petrus (tidak ada ikan
yang ditangkap, malah banyak ikan yang keluar). Mungkin dapat
menangkap
tiga
ekor, tetapi yang keluar lima
enam ekor
?
rugi!
Dalam pekerjaan jasmani, kalau kita mencari nafkah
hanya mengandalkan kemampuan dll, satu waktu akan gagal total.
Dalam cerita Petrus ini lautnya masih tenang sudah gagal total,
kalau lautnya bergelora,
dapat habis semuanya. Tetapi harus
bergantung kepada pemberitaan Firman ALLAH.
Begitu YESUS datang, Dia memerintahkan untuk menebarkan jala. Saat
siang hari diperintahkan menebarkan jala,
ini tidak cocok dengan kepandaian
dan pengalaman. Sekalipun tidak cocok
dengan kepandaian, tetapi ini adalah
Firman ALLAH,
akhirnya Petrus menebarkan jala dan menangkap banyak ikan. Punya
ijasah, tidak punya ijasah, tidak ada kaitannya, satu waktu itu
tidak dapat
menolong kita. Kita harus bergantung atau mengandalkan Firman
pengajaran yang benar, disitulah TUHAN sanggup memelihara kehidupan
kita, membuat semuanya berhasil. Sekolah, bekerja ditambah
pemberitaan Firman (mengutamakan Firman), maka akan berhasil dan
baik. Semoga kita dapat
mengerti.
Apapun yang TUHAN tugaskan/perintahkan kepada
saya, baik pelayanan rohani atau jasmani, membangun gereja, doa
saya hanya satu
=> ‘bukakanlah Firman, sebagai pembuka jalan segala sesuatu’
Akhirnya terbuka jalan. Semoga kita dapat
mengerti.
Mari yang bekerja, sekolah, kuliah, asalkan kita
sungguh-sungguh dalam pemberitaan Firman (mengutamakan pembukaan
Firman pengajaran yang benar) sampai mempraktikkannya, maka TUHAN
lah yang menjamin kehidupan kita ditengah kesulitan dan TUHAN
sanggup menjadikan yang gagal, telanjang menjadi berhasil dan indah
pada waktu-Nya. Kaum muda yakini ini! Semoga kita dapat
mengerti.
Saya teringat kira-kira tahun 1980 an, bapak
pendeta In Juwono mengadakan kebaktian PPI di Jember, lalu saya
ikut dengan mengajak orang tua saya yang belum mengenal pengajaran.
Waktu itu murid-murid mau SPMB (dulu namanya Sipenmaru) atau
penerimaan mahasiswa
baru, suasananya seperti sekarang ini, tetapi saat itu sudah mau
ujian (hari Selasa, Rabu, Kamis, Seninnya sudah ujian). Mereka bawa
koper isinya bukan baju, tetapi buku pelajaran. Salah satunya adik
saya yang bungsu, dia mau masuk sipenmaru
di universitas
negeri.
Salah satu kotbahnya bpk pendeta In Juwono => ‘kaum muda yang
akan mengikuti ujian dengarkan Firman, semuanya berasal dari
Firman’ Lalu papa saya bicara => ‘masa bisa begitu’ dan
TUHAN buktikan. Nilai adik saya (danemnya) jelek dan disembunyikan
dibawah kasur, tetapi dia lulus. Papa saya baru mengakui => ‘itu
benar, ternyata seperti itu
Firman pengajaran’
Jadi ada kuasanya.
Kalau hanya
belajar, melayani TUHAN dll, tanpa mengutamakan Firman,
satu waktu akan gagal. Kalau ada pembukaan Firman dan mempraktikkan
Firman, maka ada Tangan
TUHAN yang menolong kita semuanya. Semoga kita dapat
mengerti.
TUHAN bertanya ‘apa
yang ada di tanganmu?’.
Seringkali kita menjawab, uang, ijasah, sehingga kita gagal. Kalau
ada roti pada tangan kita, maka seperti lima
roti dan dua
ikan untuk lima ribu
orang. Kalau yang ada ditangan kita ijasah sekalipun sampai S7
(kalau ada), tidak akan dapat
memberi makan lima ribu
orang. Roti Firman yang dapat
menghapus segala kemustahilan. Rekan hamba TUHAN kesalahan kita
saat mau k.k.r
=> ‘uang dua ratus
dinar tidak cukup untuk k.k.r.’
Filipus merupakan hamba TUHAN, tetapi saat diperintahkan untuk
memberi makan semua orang, dia berkata => ‘uang dua
ratus dinar tidak cukup’
Waktu
kami mau mengadakan kebaktian Paskah seperti sekarang ini sampai
hari Selasa tidak ada uang, karena kami keluar terus. Bahkan
gedungnya saja belum tahu. Tetapi ‘kalau berapa roti yang ada
padamu’ pasti cukup, semuanya makan, berkelimpahan dan siapa tahu
ada ongkosnya. Biarpun kita kecil, kalau roti yang dipegang, maka
ada kelimpahan. Biarpun besar, kalau uang yang dipegang, akan habis
atau kurang. Itulah perbedaannya! Semoga kita dapat
mengerti.
- Mengejar
perkara jasmani (kebutuhan hidup sehari-hari) sampai mengorbankan
perkara rohani (ibadah pelayanan).
Contohnya seperti Esau, dia berburu
sampai mengorbankan hak kesulungan, akhirnya Esau meraung-raung dan
binasa selamanya. Kalau kehilangan yang jasmani, masih dapat
mencari
lagi. Tetapi kalau kehilangan yang rohani, berarti kehilangan
segala-galanya, meraung-raung seumur hidupnya/sampai
selama-lamanya. Bukan berarti kita harus berhenti kuliah, bekerja,
tidak! Mari kuliah yang keras, kerja yang keras, tetapi tetap
jangan abaikan yang rohani atau utamakan yang rohani (mengutamakan
ibadah pelayanan). Semoga kita dapat
mengerti.
- Menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan perkara jasmani (kebutuhan hidup).
Ini menggunakan cara-cara yang tidak
benar atau tidak halal (haram). Ini juga dapat
dipakai oleh hamba-hamba TUHAN untuk memenangkan jiwa. Katanya
‘memenangkan jiwa’ tetapi memakai cara yang tidak benar. Sistem
Mesir, bagaikan jalan tol (ingin cepat-cepat), tetapi haram. Mau
cepat tetapi haram, itulah jalannya ular (berlika-liku). Kalau
Kanaan sistemnya lembah gunung (membutuhkan waktu yang lama untuk
naik dan turun). Semua orang Kristen dipacu ke jalan tol (jalannya
setan), mau cepat-cepat, termasuk kami hamba TUHAN => ‘hari
ini lima,
nanti sudah jadi menjadi
lima ribu’ Tidak tahu itu darimana
(menghalalkan segala cara)!
Kita
hidup di dunia ini memang ada sistem dunia, tetapi jangan
ikut-ikutan!
Pedoman kita adalah
‘lebih baik tidak .... daripada tidak benar (haram)’.
Titik-titiknya bisa diisi sendiri, apapun malam ini atau besok yang
mau kita kerjakan, tetapi kalau tidak benar, jangan! Kaum muda,
kalau titik-titiknya saya isi => ‘lebih baik tidak bekerja’
Malah senang, bisa menganggur.
Kalau titik-titiknya diisi => ‘lebih baik tidak kawin, daripada
tidak benar’ Nanti jawabannya => ‘itu berat oom’.
Ini juga sebagai motto
dari Lempin-El
Kristus Ajaib. Besok kita akan menyaksikan pembukaan Lempin-El
angkatan 37.
Jadi lebih baik tidak punya gereja, daripada
tidak benar. Ada murid saya berkata => ‘oom,
kothbahnya
harus begini, tetapi
tidak benar, saya harus
bagaimana?’
Saya jawab => ‘tidak benar, kamu mau terima yang tidak benar
atau mau kehilangan gereja’. Dia menjawab => ‘kehilangan
gereja’. Tidak apa-apa kehilangan gereja, daripada kehilangan
keselamatan. Contoh lain dari
menghalalkan
segala cara ; mau mencari keuntungan tetapi terus
menerus mengatakan rugi.
Mau mendapatkan untung lima
ratus ruoiah saja, tetapi selalu
mengatakan => ‘kami rugi’ Rugi
tetapi tokonya bertambah besar. Semestinya kalau rugi, tokonya
tutup.
Inilah menghalalkan segala
cara:
- hanya
untuk uang lima rupiah,
- hanya
untuk gereja yang beberapa juta, milyar, tetapi dapat
kehilangan keselamatan. TUHAN berfirman
=> ‘apa gunanya kamu memperoleh seluruh
dunia, tetapi kehilangan nyawa’ Mari,
pilih keselamatan (kebenaran), jangan jalan tol! TUHAN menolong
kita semuanya.
Kami
di Malang ada gereja yang sudah ditempati dan ada gereja yang sedang
kami bangun. Sementara bangunannya hampir selesai,
saya diusir, semestinya SK nya saya sebagai gembala. Bpk pendeta
Pong waktu itu sebagai ketua
umum,
dengan gampang,
beliau
bertanya
=> ‘Kenapa? Diusir, pergi!!
tinggalkan saja dan asetnya (bangku-bangku) kamu bawa karena itu
milik jemaat’. Akhirnya saya tinggalkan gereja (bangku-bangku
diberikan sedikit) dan saya juga bersyukur.
Dulu saya
ingin membuka dua gereja di Malang,
ternyata ada maksud TUHAN,
setelah saya tinggalkan gereja yang satunya itu,
setelah
beberapa tahun kemudian,
baru saya mengetahui,
ternyata TUHAN menginginkan
saya juga membuka gereja di Surabaya, bukan membuka dua gereja di
Malang. Akhirnya membuka gereja di Jl WR Supratman Surabaya. Itu
sebabnya saya berani menasehati, karena
saya sudah pernah mengalami. Inilah maksud TUHAN yang indah,
sekalipun gereja di Surabaya masih mengontrak. Saudara yang
masih mengontrak gereja,
kita senasib. Yang penting kita dapat
beribadah, daripada memiliki
gereja,
tetapi tidak benar. TUHAN menolong kita semua. Semoga kita dapat
mengerti.
Ulangan
11: 11-15,
11.
Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri
yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air
sebanyak hujan yang turun dari langit;
12.
suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN,
Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun.
13.
Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang
kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN,
Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu,
14.
maka Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal
dan hujan akhir, sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu,
anggurmu dan minyakmu,
15.
dan Dia akan memberi rumput di padangmu untuk hewanmu, sehingga
engkau dapat makan dan menjadi kenyang.
Ay
11 => ‘ialah
negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah’
=> ada yang menghina kami => ‘lama sekali, dari dulu hanya
lima
orang’.
Biarkan saja,
sebab
ini lembah gunung, terus saja bertekun,
satu waktu hujan akan turun. Kita
tinggal
menunggu
waktu dari
TUHAN.
‘yang
mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit’
=> bergantung dari air hujan di langit.
Ay 12 => ‘suatu
negeri yang dipelihara oleh TUHAN’
=> langsung dari TUHAN.
Ay 13 => ‘Jika
kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan
kepadamu pada hari ini’
=> sungguh-sungguh mendengar dan melakukan = taat.
‘beribadah
kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu’
=> sungguh-sungguh dalam ibadah sekalipun lama, itulah yang
penting. Kalau sungguh-sungguh ibadah dan taat, nanti TUHAN akan
mencurahkan
air hujan sampai kita tidak kuat untuk menerimanya (dalam segi
jasmani dan rohani ada semuanya).
Ay 14 => panen raya.
Ay
15 => Tidak hanya orangnya yang dipelihara, bahkan hewannya pun
juga dipelihara.
Sistem Kanaan = sistem surga = lembah dan
gunung yang
membutuhkan
waktu di tangan TUHAN dan kita hanya sabar menunggu waktu TUHAN.
Mana bisa kita mencari hujan, kita hanya bisa menunggu waktu TUHAN.
Sistem Kanaan = lembah (kematian) dan gunung (kebangkitan) = sistem
salib.
Praktik
sistem salib adalah
- hidup
benar. sistem salib itu sederhana. Kalau ada salib, tidak ada dosa
(hidup benar).
- taat
dengar-dengaran,
- setia
berkobar-kobar dalam ibadah pelayanan. Mau satu orang, dua orang
tetap setia dalam ibadah pelayanan. Kalau seribu orang, baru setia,
itu belum tentu dapat
setia!
Bagaimana kalau tinggal dua orang? Kesetiaan itu diukur dari
perkara terkecil.
Di
sini ada pendeta Joni, dulu sebagai pengerja dan saya pengerjanya
pengerja. Sambil sekolah
saya hidup di gereja. Saya diajak melayani ke kawah Ijen, jauh
sekali dan pasti jatuh (karena naik gunung batu-batu). Naik sepeda
motor merk apa saja, jatuh. Dan
yang
dilayani hanya
dua orang (suam istri), saya yang pimpin pujian dan beliau yang
bermai gitar dan berkohtbah.
Kalau suaminya lagi tugas, tinggal satu yang dilayani. Biarlah kita
setia melayani mulai dari yang terkecil. Kalau
sudah hidup benar, taat, setia dalam ibadah pelayanan, hasilnya
adalah TUHAN mencurahkan hujan kemurahan dan
hujan berkat yang tidak bisa dihalangi oleh siapapun. Semoga kita
dapat mengerti.
Kalau
ada seseorang menerima air hujan berlimpah-limpah, harus diikuti
dengan perjalanan
lembah gunungnya, bukan iri (gosip). Kalau diikuti perjalanan lembah
gunungnya pasti saudara akan menemukan hujan juga. Ada hujan
kemurahan dan berkat TUHAN, baik berkat rohani, berkat rumah tangga,
berkat jasmani (kelimpahan), dan berkat untuk hewan (‘rumput
untuk hewan’).
Berkat untuk hewan
adalah berkat untuk beribadah kepada TUHAN. Bangsa Israel memelihara
hewan untuk beribadah.
Sampai begitu jauhnya pemeliharaan TUHAN.
Maaf,
bagi rekan-rekan
hamba TUHAN, sangat tidak bisa diterima oleh TUHAN kalau seorang
hamba TUHAN diutus oleh TUHAN, berkata => ‘tidak ada ongkosnya
dll’ Sebab TUHAN memberkati sampai ke rumput untuk hewan.
Seringkali berkat dari TUHAN untuk ibadah dihabiskan untuk perkara
yang jasmani. Seharusnya berkat untuk ibadah ditabung. Gandum,
anggur, minyak sudah diberikan, masih kurang, akhirnya rumput untuk
hewan juga dimakan.
Banyak hamba TUHAN yang makan rumput. Jadi kalau diutus TUHAN =>
‘tidak ada ongkosnya’. Ini bukan saya sombong, tidak! Bapak
pendeta Pong mengutus saya sejak dari pengerja, padahal saya tidak
memiliki
apa-apa => ‘kamu pergi ke Malang, Kalimantan dll’ Tidak ada
ongkos buat bus,
hotel, tidak ada! Menjadi pembicara, mau tidur di ‘emperan’,
terserah! Ini dilatih.
Jadi harus ada berkat untuk ibadah
(termasuk untuk berfellow-ship),
itu sebabnya saya menabung untuk ibadah (saya takut kalau tiba-tiba
disuruh). Kalau bapak pendeta Pong menyuruh satu kali, dan
kita tidak mau, maka selama-lamanya tidak
akan menyuruh lagi. Yang makan rumput itu hewan.
Kalau semua
dihabiskan untuk yang jasmani, tidak ada untuk ibadah, maka:
- Kalau
orang makan rumput (maaf), ini seperti hewan yang hidup dari naluri
(bukan hidup dari iman). Hewan bisa kawin dengan siapa saja, kalau
lapar, maka hewan
dapat
memakan
anaknya.
- Kalau
makan rumput, bisa menjadi manusia rumput (1 Petrus). Rumput
menjadi layu, kering rohani, terbakar dan binasa untuk
selamanya. Itulah manusia daging.
Saya
meniru guru-guru saya, Lempin-El yang sudah diutus tidak boleh
kembali ke
Malang, kecuali untuk berfellow-ship.
Jangan ke Malang untuk gulung tikar. Didalam ibadah itu mengandung
janji, untuk hidup sekarang sampai hidup kekal selamanya. Semoga
kita dapat
mengerti.
- Dilepaskan
dari
tabiat orang Mesir.
Keluaran
3: 21,
22,
21.
Dan Aku akan membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa ini,
sehingga, apabila kamu pergi, kamu tidak pergi dengan tangan
hampa,
22.
tetapi tiap-tiap perempuan harus meminta dari tetangganya dan dari
perempuan yang tinggal di rumahnya, barang-barang perak dan emas dan
kain-kain, yang akan kamu kenakan kepada anak-anakmu lelaki dan
perempuan; demikianlah kamu akan merampasi orang Mesir itu."
Ay
21 => ‘Aku
akan membuat orang Mesir bermurah hati’
=> orang Mesir itu tidak murah hati (tidak suka memberi), sebab
dari dulu bangsa Israel diperbudak.
‘orang
Mesir bermurah hati’
artinya
tidak menghargai perkara rohani (emas, perak, kain diberikan). Orang
Mesir gambaran dari orang dunia, kaya, pandai tetapi tidak
menghargai perkara rohani (tidak menghargai Firman, ibadah
yang
benar). Ini
satu pelajaran (rumus)
; jika di dunia ini kita (hamba TUHAN, pelayan TUHAN) tidak
dihargai, karena berpegang Firman pengajaran yang benar, hidup benar
dan kita merasa tidak berharga, maka saat itulah kelepasan dari
Mesir sudah dekat. Misalnya:
- Jika
kita berpegang pengajaran yang benar, dikatakan
bahwa itu adalah
‘kebenaran sendiri, mau menyendiri’ Inilah tidak dihargai!
- Jika
kita hidup benar
dan dikatakan bahwa kita ini
‘mau lurus terus, tidak mau berlika liku’.
Kalau
kita masih merasa berharga di dunia =
kita tidak akan lepas dari Mesir. Kalau kita tidak dihargai di dunia
dan kita merasa tidak berharga lagi, maka waktu kelepasan dari Mesir
sudah dekat, artinya:
- waktu
bagi kita untuk dipakai oleh TUHAN (bukan waktunya untuk meninggal
dunia) dan
- kita
berharga di mata TUHAN. Ini harus kita yakini! Mungkin lewat
fitnahan dll, kita sampai tidak berharga di depan hamba TUHAN
lainnya, karena saat itulah kelepasan sudah dekat. Semoga kita
dapat mengerti.
Orang
Mesir tidak menghargai:
- Kain-kain.
Kain-kain
(pakaian) ini menunjuk jubah atau pakaian pelayanan (jubah Yusuf
berwarna-warni),
sampai pakaian putih berkilau-kilau (pakaian Mempelai).
Hamba TUHAN, pelayan TUHAN jangan sampai seperti orang dunia yang
tidak menghargai pakaian pelayanan.
Kita
harus menghargai (menjunjung tinggi) jubah pelayanan sesuai jabatan
yang TUHAN berikan kepada kita, artinya:
- Setia
berkobar-kobar dan bertanggung jawab dalam ibadah pelayanan sesuai
jabatan pelayanan yang TUHAN berikan sampai garis akhir.
Sampai garis akhir artinya sampai meninggal dunia atau sampai
TUHAN YESUS datang kembali ke dua kali.
Mulai dari
gembala-gembala. Kalau gembala tidak setia, bagaimana dengan
sidang jemaat? Sistem penggembalaan,
bukanlah sistem kerajaan. Kalau kerajaan => ‘harus begini’,
kalau tidak akan dihukum. Kalau sistem penggembalaan adalah sistem
keteladanan (gembala berada
di
depan). Kalau gembala tidak setia,
bahkan berhenti, mau kemana domba-domba? Orang dunia tidak
menghargai jubah pelayanan => ‘sudah sekian tahun melayani,
tetapi mengatakan:apa
ini’?
Tetapi kita sebagai orang
dari kerajaan
surga harus menghargai jubah pelayanan. Jabatan apa saja harus
kita hargai (sebagai guru
sekolah
Minggu dll). Semoga kita dapat
mengerti.
Kalau tidak setia,
bahkan tinggalkan ibadah pelayanan berarti berhutang darah YESUS
(Darah
Anak Domba Paskah)
yang tidak dapat
dibayar oleh apapun juga. Bahkan sampai masuk nerakapun,
kita tidak dapat
membayarnya. Kalau masuk neraka dan
kita dapat membayar hutang Darah
YESUS, berarti ada yang
masuk neraka 10 tahun, 20 tahun.
Misalnya: kamu melayani TUHAN hanya
20 tahun, padahal seharusnya
30 tahun, karena itu dihukum masuk neraka 10 tahun. Sepuluh tahun
kemudian kamu sudah bisa masuk
surga, yang seperti ini tidak ada.
Masuk neraka berarti untuk selama-lamanya (dihukum di neraka untuk
selamanya). Mari kita sungguh-sungguh dengan
mempertahankan ibadah pelayanan sampai garis akhir. Semoga kita
dapat
mengerti.
- Rela
jubah pelayanan dicelup dalam darah (seperti jubah Yusuf dicelup
dalam darah),
artinya:
- rela
sengsara daging karena melayani TUHAN.
Banyak kali pulang kuliah harus masuk gereja, pulang bekerja
harus melayani dsbnya.
Justru kalau tidak sengsara itu bukan pelayanan dari TUHAN.
Pelayanan dari TUHAN, jubah harus dicelup dalam darah (harus ada
tanda sengsara). Kalau kita sengsara dalam pelayanan, lanjutkan!
Sebab itu sudah benar!
- rela
berkorban apapun juga, baik waktu, tenaga, uang, perasaan.
Seringkali kita korban perasaan, waktu menolong orang,
kita malah disalah-salahkan. Memang inilah jubah dicelup darah.
Kalau kita melawan, berarti jubah tidak jadi dicelup dalam darah.
Biarpun orang sudah mengatakan apa saja, perasaan harus diredam
dengan berkata ‘darah
YESUS’ sehingga TUHAN
menolong
kita.
Saya
paling tidak tahan, kalau ada apa-apa ditulis di Facebook. Saya
memang tidak memiliki
Facebook, tapi orang memberi
laporan kepada saya => ‘oom,
gereja kita dikatakan
begini’.
Mendengar itu
saya tidak tahan. Baru-baru ini saya mendengar lagi => ‘nanti
saya balas’ Tetapi Firman TUHAN sudah mendahului => ‘jangan,
biarkan saja’ Memang perasaan yang harus
dikorbankan.
- rela
mencucurkan keringat, air mata untuk pelayanan, sampai tidak
menghiraukan nyawa (Kisah Para Rasul 20
‘aku tidak menghiraukan nyawa, asal aku
bisa melakukan tugasku sampai garis akhir’).
Maafkan
ini kesaksian, kalau dianggap sombong terserah saja! Saya malu
karena banyak yang memberi
perhatian kepada
saya, saya sekarang setiap hari Jumat
harus melayani di Medan. Banyak yang memberi
perhatian kepada saya dengan
mengatakan ‘oom,
kami yang menanggung
tiketnya’.
Kalau saya menghiraukan
tiket, maka saya akan
merasa malu kepada rasul
Paulus, sebab dia tidak menghiraukan nyawa. Saya kalau pergi
memang berdua, tidak mau kalau sendiri, sebab ini Kabar
Mempelai.
Jadi tiket memang untuk dua orang. Saya bilang kepada mereka
(akhirnya dapat ayat ini) => ‘Rasul Paulus tidak menghiraukan
nyawa’ Kalau saya menghiraukan tiket => ‘saat tiketnya
datang (tiketnya disediakan), saya yang tidak datang’
Harus
ada tanda darah (jubah dicelup dalam darah), tidak seenaknya saja
melayani. Baru setelah itu menjadi jubah putih berkilau-kilau
(jubah Mempelai).
- Emas
(perhiasan Mempelai).
Emas
artinya taat dengar-dengaran. Orang Mesir banyak tidak taat ;
menabrak peraturan-peraturan (aturan Firman). Kalau dalam
organisasi menabrak aturan AD/ART, kalau kita disuruh mengikuti
mereka, jangan mau, dibilang => ‘tidak punya etika, tidak
punya sopan, terserah saja’ Pokoknya yang salah, jangan kita
ikuti. Semoga semuanya jadi benar.
- Perak
(ketebusan).
Amsal
10: 20,
Lidah orang benar seperti perak pilihan, tetapi pikiran orang fasik
sedikit nilainya.
Perak
(ketebusan) = lidah yang benar ; jujur = ‘ya katakan ya, tidak
katakan tidak’, benar katakan benar, tidak benar katakan tidak
benar’ Jangan, ‘benar, tetapi ... tidak benar, namun ....’ =
ular dan belum ditebus. Kalau kehidupan itu sudah ditebus oleh
Darah
Anak Domba paskah (Darah
YESUS), maka lidahnya benar (jujur). Kalau sudah jujur, maka kita
menjadi rumah doa dan doa kita dijawab oleh TUHAN.
Semoga kita dapat mengerti.
Amsal
15: 8,
Korban orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi doa orang
jujur dikenan-Nya.
Kalau
jujur, maka menjadi rumah doa. Sebaliknya, kalau tidak jujur, maka
menjadi sarang penyamun (tempatnya roh jahat dan roh najis).
Keluhan TUHAN YESUS, ‘tidak ada tempat
untuk meletakkan kepala Ku’ dan ‘rumah
Ku adalah rumah doa, tetapi engkau jadikan sarang penyamun’
Kalau kita menjadi rumah doa, maka kita dapat
menyembah YESUS sebagai Raja segala raja, Kepala,
Mempelai Pria Surga dengan kata ‘Haleluya’
Wahyu
19: 6,
7,
6.
Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak,
seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya:
"Haleluya! Karena TUHAN, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah
menjadi raja.
7.
Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!
Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia.
Ay 6
=> "Haleluya!
Karena TUHAN, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja’
=> ‘Haleluya’ ini penyembahan kepada Raja.
Wahyu
19: 6-7, penyembahan kepada Raja segala raja, Mempelai Pria Surga
ini nanti terjadi di awan-awan permai, kalau kita sudah sempurna.
Mulai sekarang, kita sebagai rumah doa harus menyembah Sang Raja,
Mempelai Pria Surga dengan kata ‘Haleluya’, kita memang belum
sempurna, tetapi harus belajar terus ‘Haleluya,
Haleluya’.
Kenapa menyembah dengan kata ‘Haleluya’?
Wahyu
19: 1, 3, 4
1.
Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring
dari himpunan besar orang banyak di sorga, katanya: "Haleluya!
Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita,
3.
Dan untuk kedua kalinya mereka berkata: "Haleluya! Ya, asapnya
naik sampai selama-lamanya."
4.
Dan kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk itu tersungkur
dan menyembah Allah yang duduk di atas takhta itu, dan mereka
berkata: "Amin, Haleluya."
Jawabannya
adalah sebab penyembahan di surga dengan
kata’ Haleluya’, maka penyembahan di bumi harus menjadi
pantulan dari surga. Itulah gunanya kita belajar tabernakel.
Mengapa ada tabernakel? Musa melihat surga di gunung Sinai, lalu
TUHAN memerintahkan
Musa untuk membuat surga di bumi, itulah tabernakel. Jadi dengan
adanya pengajaran tabernakel, apa yang kita lakukan di bumi,
harus persis dengan yang di surga. Jadi,
nanti kalau kita masuk surga tidak kaget dan tidak minta keluar.
Semuanya harus sama dengan yang di surga. Misalnya: yang di surga
adalah orang benar, itu
sebabnya,
hidup kita di bumi semuanya juga
harus benar.
Kalau kita sudah
belajar tabernakel, tetapi tidak dipraktikkan,
maka nanti kita
akan bertambah
nakal. Kalau dulu saya mengajar Lempin-El tentang tabernakel
secara cepat-cepat. Kalau sekarang
tidak, saya ulur-ulur, sampai ada Lempin-El yang berkelahi dan
pulang (itu dia tidak layak). Tujuannya terus saya ulur-ulur,
supaya tidak bertambah
nakal. Sudah belajar tabernakel, tetapi tidak bertobat,
akan bertambah
nakal.
Saat kita menyembah Sang Raja dengan ‘Haleluya’,
kita akan merasakan getar kemurahan dan kebajikan TUHAN.
Mazmur
106: 1,
Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya
untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Ay
1 => ‘Bahwasanya
untuk selama-lamanya kasih setia-Nya’
=> ‘Bahwasanya
untuk selama-lamanya kemurahan-Nya’
(dalam terjemahan lama).
Inilah
kemurahan dan kebaikan TUHAN! Seperti yang raja Daud katakan
‘kebajikan
dan kemurahan TUHAN mengikuti aku seumur hidupku’ (mengikuti
langkah Daud). Saat kita menyembah ‘Haleluya’, kita merasakan
kemurahan kebajikan-Nya pada setiap langkah hidup kita (pada setiap
detak jantung kita). Satu langkah = satu detak jantung.
Bersyukurlah atas kemurahan dan kebajikan TUHAN; tidak ada yang
putus asa, tidak ada yang bangga, semuanya hanyalah kemurahan dan
kebajikan TUHAN.
Saya
selalu mengajarkan, kalau ada yang berputus
asa => ‘hiruplah nafas’, kalau masih dapat
menghirup nafas, ini berarti masih ada kemurahan dan kebajikan Sang
Raja yang menolong kita. Saat sudah bangga => ‘hiruplah nafas’
‘Terima kasih TUHAN’ ini semuanya karena kemurahan dan kebajikan
Sang Raja. Kalau kita sedang diberkati => ‘terima kasih TUHAN,
Haleluya’ Kalau dalam keadaan hampir putus asa => ‘Haleluya,
Haleluya’ Inilah lembah dan gunung = nyanyian baru. Jangan
menyembah dengan ‘ngawur’. Saya mengajarkan menyembah dengan
‘Haleluya’, ini ada ayatnya. Semoga kita dapat
mengerti.
Kita
akan merasakan kemurahan dan kebajikan TUHAN untuk melakukan
mujizat-mujizat jasmani.
Setiap
kata ‘Haleluya’ yang kita serukan, maka Tangan
kemurahan kebajikan-Nya diulurkan dan mujizat akan terjadi:
- Terjadi
mujizat jasmani.
Mazmur
106: 9,
Dihardik-Nya Laut Teberau, sehingga kering, dibawa-Nya mereka
berjalan melalui samudera raya seperti melalui padang gurun.
Mazmur
106: 1 => ‘Haleluya’ bersyukur atas kemurahan dan kebajikan
TUHAN. Setelah itu terjadi mujizat di
ayat 9.
Begitu menyerukan ‘Haleluya’, laut
Teberau terbelah (terjadi mujizat jasmani), artinya
- Yang
mustahil menjadi tidak mustahil
= ada jalan keluar dari segala masalah, sampai masalah yang
mustahil. Kata ‘Haleluya’ jangan digunakan untuk sembarangan
(untuk bergurau). Misalnya: mau kothbah,
bilang ‘Haleluya, Haleluya’. Kata ‘Haleluya’ bukan untuk
kampanye atau dibuat untuk gurauan. ‘Haleluya’ merupakan
penyembahan kepada Sang Raja di surga, mengakui bahwa setiap
langkah hidup (setiap detak jantung) kita hanyalah kemurahan
kebajikan TUHAN. Nanti kita akan melihat, satu kata ‘Haleluya’
akan memisahkan semuanya. Inilah kedahsyatan satu kata ‘Haleluya’
Semoga kita
dapat mengerti.Ini
diulangi lagi di Mazmur 136. Tadi seorang diri, Dia melakukan
keajaiban untuk membelah laut, sebab itu jangan berharap yang
lain.
Mazmur
136: 1, 4, 13,
1.
Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk
selama-lamanya
kasih setia-Nya.
4.
Kepada Dia yang seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar!
Bahwasanya
untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
13.
Kepada Dia yang membelah Laut Teberau menjadi dua belahan;
bahwasanya
untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Ay
13
=> keajaiban TUHAN diulangi dari Mazmur 106.
Kita tidak perlu
bergantung/berharap kepada
pribadi
lain (tidak perlu bergantung jemaat, hamba TUHAN lain, termasuk
gaji, toko), tetapi kita hanya bergantung kepada Dia seorang diri
di kayu salib yang melakukan keajaiban besar (membelah laut). Saat
kita menyembah Dia sebagai Sang Raja, maka Dia akan membelah
lautan.
- Kalau
lautan sudah terbelah, maka kita
dapat
berjalan.
Ini berarti, ada
masa depan yang berhasil dan indah pada waktu-Nya.Semestinya
Israel mati, ke depan tidak bisa, ke belakang tidak bisa, ke
kiri-kanan tidak bisa. Tetapi masih ada
pemeliharaan (kehidupan) dari TUHAN.
Mungkin pada malam hari ini ada yang sakit, bahkan ada yang tidak
bisa makan dll, mari serukan ‘Haleluya’ , menyembah Sang Raja
dengan mengakui => ‘saya hidup dari kemurahan kebajikan TUHAN,
bukan dari siapa-siapa’, ‘biarpun saya tidak punya uang dll,
tetapi saya punya kemurahan kebajikan TUHAN yang mampu memelihara
saya, menolong saya, memberikan masa depan yang berhasil dan
indah’
- Akhirnya,
Israel berangkat ke Kanaan, artinya kita
dipakai dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir (pembangunan Tubuh
Kristus). Mari banyak menyembah TUHAN, maka
laut akan semakin terbuka dan kegerakan semakin besar. Semoga kita
dapat mengerti.
- Terjadi
mujizat yang rohani,
yaitu
kita
terus diubahkan sampai tidak salah dalam perkataan (menjadi
sempurna). Sebab itu kita harus banyak menyerukan ‘ YESUS,
Haleluya’
Yakobus
3: 2,
Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak
bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat
juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
Kita
menjadi satu Tubuh
Kristus yang sempurna, Mempelai
Wanita
yang sempurna dengan satu suara besar ‘Haleluya’ (Wahyu 19: 6-7)
dan kita akan terangkat di awan-awan pemai. Satu tubuh dan satu
suara ‘Haleluya’ Kita masuk perjamuan kawin Anak Domba. Sesudah
itu, kita masuk firdaus
(kerajaan 1000 tahun damai), sesudah itu kita masuk Yerusalem Baru
(Kanaan Samawi). Seperti Israel masuk ke Kanaan.
Keluaran
11: 6,
Dan seruan yang hebat akan terjadi di seluruh tanah Mesir, seperti
yang belum pernah terjadi dan seperti yang tidak akan ada
lagi.
Sementara
yang ketinggalan di bumi, terdengar seruan hebat menurut bahasanya
masing-masing (karena tidak satu tubuh, tercerai berai), seperti
waktu orang Mesir yang pintu rumahnya tidak ada darah. Tetapi yang
terangkat di atas, menyembah dengan satu bahasa, bahasa surga itulah
‘Haleluya’.
Jadi,
ada dua hal yang harus dicamkan tentang kata ‘Haleluya’:
- ‘Haleluya’
memisahkan antara orang yang naik ke surga dengan orang yang
ketinggalan di dunia.
Jangan
cuma berkata => ‘wah, hanya
beda sedikit, sama saja’ Ini tidak sama, sebab satu kata yang
berbeda, nilainya (hasilnya) sudah berbeda ; yang satu diatas dan
yang satu lagi di bawah. Satu kata ‘Haleluya’ merupakan pemisah
yang tegas. Ingat kata ‘sibolet’
dan ‘syibolet’. Waktu penyeberangan ada orang ‘pelo’ tidak
bisa berkata ‘syibolet’, tetapi berkata ‘sibolet’ akhirnya
mati dibunuh (beda huruf ‘y’ dan ‘i’). Yang
dapat
berkata ‘syibolet’, boleh menyeberang.
- ‘Haleluya’
mengandung mujizat dari Sang Raja, Sang Mempelai Pria Surga yang
seorang Diri berjuang di kayu salib untuk melakukan
keajaiban-keajaiban yang besar (suara sorak sorai ‘Haleluya’).
Mungkin
saudara datang dengan persoalan yang besar (masalah pelayanan),
mari berseru ‘Haleluya’ kepada Sang Raja.
Sembah
YESUS Anak Domba ALLAH
Sang Raja dan mujizat akan terjadi, serta pemisahan akan semakin
tegas. Kita tidak lagi dalam
keadaan
berdosa
(berada di bawah), tetapi kita mulai terangkat ke atas (terlepas
dari dunia). Ada mujizat dan ada sorak sorai.
- Sampai
nanti saat YESUS datang kembali ke dua kali, terjadi
keubahan yang terakhir (mujizat terakhir),
yaitu kita diubahkan menjadi sama dengan Dia, kita sungguh-sungguh
terangkat di awan-awan permai dengan suara ‘Haleluya’, sampai
kita masuk kerajaan surga untuk selama-lamanya.
Ini
serius! Satu kata saja sudah sangat berbeda. TUHAN akan menolong
kita. Ini bukan fanatik! Kalau yang salah, tetapi kita ikuti
(dibela), itulah fanatik! Bapak pendeta Pong selalu mengatakan =>
‘kalau ada yang salah, tetapi kita dukung setengah mati, itu
namanya fanatik bodoh-bodoh’ Tetapi kalau benar dan kita dukung,
itu teguh! Biarpun orang mengatakan
apa saja, tetapi kita teguh. Mujizat masih ada ditengah-tengah kita,
mari kita sembah Sang Raja.
TUHAN
memberkati kita semuanya.1