.Kita
masih berada dalam Kitab Wahyu 1: 13-16,
ini
tentang penampilan Pribadi
YESUS dalam empat keadaan yang sebenarnya:
- Ay
13, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Imam Besar, yaitu
berpakaian jubah dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
Ini sudah dipelajari.
- Ay
14, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Raja segala raja dengan
rambut yang putih bagaikan bulu yang putih metah dan mata-Nya
bagaikan nyala api. Ini sudah diterangkan.
- Ayat
15,
YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Hakim Yang Adil. Ini yang
sedang dipelajari.
- Ay
16, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Mempelai Pria Surga
(Kepala).
YESUS sebagai Suami
(Kepala)
dan kita sebagai istri (tubuh). Kepala dengan tubuh menyatu untuk
selama-lamanya dan tidak dapat
dipisahkan oleh apapun juga.
Malam
ini kita masih berada pada penampilan YESUS yang ketiga.
Wahyu
1: 15,
Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian;
suara-Nya bagaikan desau air bah.
Ini
YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Hakim Yang Adil, yang
ditandai dengan:
- ‘kaki-Nya
mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian’.
Tembaga
itu menunjuk penghakiman atau penghukuman. Nanti di takhta putih Dia
akan menghakimi semua manusia. Kalau dosa-dosa belum diselesaikan,
maka akan dihakimi/dihukum untuk selama-lamanya. Ini sudah kita
pelajari beberapa kali. Semoga kita mengerti.
- ‘suara-Nya
bagaikan desau air bah’.
Ini menunjuk tentang Firman
nubuat.
Suara-Nya
bagaikan desau air bah ini menunjuk Firman nubuat. Saat air bah
datang ini cukup menakutkan/menggetarkan.
Firman
nubuat adalah
- pembukaan
rahasia Firman Allah yang mengungkapkan dosa-dosa yang tersembunyi
dalam sidang jemaat, supaya hadirat TUHAN tidak tersembunyi dalam
sidang jemaat. Kalau Firman
TUHAN seperti
lawakan-lawakan, tertawa-tertawa, kita tidak akan gentar. Tetapi
kalau Firman TUHAN
mengungkapkan dosa yang tersembunyi, itu bagaikan air bah datang.
Apalagi Firmannya keras (‘anjing, babi’)
=> saya terkena Firman, seperti menghadapi desau air bah. Ini
cukup menakutkan, menggetarkan!
Kita memerlukan Firman yang semacam ini. Kalau ada dosa yang
disembunyikan (baik secara pribadi, nikah rumah tangga, ibadah
pelayanan), hadirat TUHAN tersembunyi. Jika sebagai gembala, pemain
musik dll, menyembunyikan dosa, hadirat TUHAN tersembunyi dalam
sidang jemaat. Kita sebagai pelayan TUHAN juga ikut bertanggung
jawab! Jadi, Firman yang mengungkapkan dosa-dosa ini penting.
- pembukaan
rahasia Firman Allah yang menunjukkan / mengungkapkan tentang segala
sesuatu yang belum terjadi, tetapi pasti terjadi di akhir zaman,
terutama tentang kedatangan YESUS ke dua kali di awan-awan permai
dan tentang penghukuman TUHAN atas dunia ini.
Inilah
yang harus diungkapkan, supaya kita dapat
mengetahui
dengan pasti, mau kemana kita mengikut TUHAN? terangkat untuk
menyambut kedatangan YESUS atau tertinggal dan binasa (dihukum)
bersama dunia. Semoga kita dapat
mengerti.
Firman
nubuat ini bukan ramalan. Misalnya: ‘nanti anaknya laki-laki atau
perempuan’ Sudah banyak pendeta-pendeta yang bisa seperti ini.
Inilah ramalan dan berbeda dengan Firman nubuat. Pembukaan Firman
tentang kedatangan YESUS ke dua kali (ini berguna bagi kita) dan
tentang penghukuman TUHAN atas dunia. Ini semua bukan ramalan, tetapi
suatu kenyataan yang pasti. Semoga kita dapat
mengerti.
Firman
nubuat itu bagaikan desau air bah (‘
suara-Nya
bagaikan desau air bah) dan bagaikan singa
mengaum (kitab Amos). Inilah Firman yang keras! Dari mulut YESUS
keluar sebilah pedang tajam (Wahyu 1: 16) = Firman yang lebih tajam
dari pedang. Firman seperti inilah yang harus kita cari dihari-hari
ini.
Amos
3: 7,
8,
7.
Sungguh, TUHAN ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan
keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.
8.
Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? TUHAN ALLAH telah
berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"
Ay
7 => ‘
kepada hamba-hamba-Nya, para nabi’
=> Firman nubuat disampaikan oleh para nabi.
Ay
8 => ‘
Singa telah mengaum, siapakah yang
tidak takut?’ => Kalau Firman menunjuk
dosa, menunjukkan tentang kedatangan TUHAN dan penghukuman, akan
membuat kita takut, gentar
kepada TUHAN. Hidup ini tidak main-main!
Saat di sekolah, pekerjaan, pergaulan, dalam ibadah, maka tidak
main-main dengan dosa. Kalau Firman
hanya lawak-lawak, keluar masuk gereja
santai-santai saja.
TUHAN
tidak berbuat sesuatu sebelum menyatakan keputusannya kepada para
nabi = sebelum menyampaikan Firman nubuat = sebelum TUHAN
memperdengarkan suara-Nya yang bagaikan desau air bah (suara yang
bagaikan singa mengaum). TUHAN belum berbuat sesuatu, termasuk
menghukum dunia dll. Jadi, terlebih dahulu ada Firman nubuat, baru
TUHAN berbuat sesuatu.
Seperti
pada zaman Nuh, TUHAN mau menghukum dunia, tetapi diberi tahu
terlebih dahulu. Inilah keadilan TUHAN (Hakim Yang Adil). TUHAN tidak
akan langsung menghukum => ‘ada dosa, langsung dihukum’
Tidak!!
Tetapi diberi tahu terlebih
dahulu. => ‘kamu berdosa mau dihukum’
Kalau bertobat, tidak akan dihukum. Inilah Hakim Yang Adil!
Saat
TUHAN memperdengarkan suara-Nya bagaikan desau air bah => ‘awas
ada hukuman’, kalau menganggap angin lalu, kita akan dihukum.
Tetapi kalau kita gentar => ‘kita harus bertobat’, kita akan
selamat.
Kejadian
6: 13,
14,
13.
Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk
mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan
kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama
dengan bumi.
14.
Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus
kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan
dari dalam.
Ay
13 => ‘
Aku telah memutuskan untuk
mengakhiri hidup segala makhluk’ =>
menghukum bumi dengan segala makhluk.
Ay
14 => ‘
Buatlah bagimu sebuah bahtera dari
kayu gofir’ => sementara bumi akan
dihukum, TUHAN memberikan jalan keluar (tempat yang aman).
Pada
zaman Nuh, manusia di dunia ini hidup dalam dosa, sampai
puncaknya
dosa, yaitu
- dosa
makan minum: merokok, mabuk, nakorba.
- dosa
kawin mengawinkan (maaf): dosa seks dengan berbagai ragamnya,
penyimpangan seks (homoseks, lesbian), nikah yang hancur.
- dosa
kekerasan: perkelahian, pertengkaran, pembunuhan dll. Semoga kita
dapat
mengerti.
Karena
manusia pada zaman Nuh berbuat dosa sampai puncaknya dosa, maka TUHAN
akan menghukum dunia. Tetapi, sebelum TUHAN menghukum dunia, TUHAN
terlebih dahulu menyampaikan Firman nubuat (suara desau air bah)
untuk memperingatkan manusia dan sekaligus memberikan tempat
perlindungan (bahtera Nuh), supaya manusia selamat dari hukuman air
bah (hukuman TUHAN). Penghukuman TUHAN belum terjadi, tetapi sudah
disampaikan terlebih dahulu => ‘Aku mau menghukum dunia, buatlah
bahtera’
Suara
bagaikan desau air bah bukan untuk mengakut-nakuti, membuat kita
stres dll, melainkan supaya kita selamat dari hukuman air bah
(hukuman ALLAH).
Oleh sebab itu kita memerlukan Firman yang keras!
Kalau dulu pada jaman
Nuh, mereka mau mendengarkan suara bagaikan desau air bah (Firman
yang keras), maka mereka tidak perlu mendengarkan air bah yang
sesungguhnya. Tetapi, karena mereka menolak, bahkan mengolok-olok
Firman nubuat => ‘tidak ada angin, tidak ada hujan, untuk
apa membuat
bahtera?’
akhirnya mereka mendengarkan desau air bah yang sesungguhnya (hukuman
TUHAN).
Kita
harus memilih
salah satu, mau mendengarkan Firman atau bunyi penghukuman! Kalau
sudah mendengarkan Firman, maka tidak perlu lagi mendengarkan suara
penghukuman. Kalau sekarang ini,
kita hanya
mendengarkan Firman yang lawak-lawak, senang-senang, nanti kita akan
mendengarkan desau air bah yang sesungguhnya (hukuman TUHAN). Kalau
sekarang kita mendengarkan Firman yang
dosa-dosa ditunjukkan’ Inilah yang bagus, maksudnya supaya kita
gentar dan menjaga diri (bertobat). Lebih baik kita mendengar suara
sorak sorai diatas daripada mendengar suara penghukuman TUHAN. Semoga
kita dapat mengerti.
Sekarang
di saat
kita mendengarkan
Firman,
mungkin kita merasa tersiksa
=> ‘datang jauh-jauh, dibilang
anjing babi, keras sekali Firmannya’ Tetapi itulah pertolongan dan
peringatan TUHAN kepada kita.
Lukas
17: 26, 27,
26.
Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya
kelak pada hari-hari Anak Manusia:
27.
mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada
hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan
membinasakan mereka semua.
Ay
26 => ‘
demikian pulalah halnya kelak pada
hari-hari Anak Manusia’ => pada
saat kedatangan YESUS yang ke dua kali.
Ay
27 => ‘
mereka makan dan minum, mereka
kawin dan dikawinkan’ => nanti dunia
akhir zaman akan kembali seperti pada zaman Nuh.
Ini sama persis dengan zaman Nuh, ada yang
naik bahtera dan ada yang tidak naik bahtera, sehingga dihukum.
Pada
akhir zaman keadaan manusia di dunia kembali seperti zaman Nuh yaitu
hidup dalam dosa sampai puncaknya dosa (dosa makan minum dan kawin
mengawinkan), ditambah dengan kekerasan. Contohnya:
- kekerasan
dalam rumah tangga,
- kekerasan
di gereja TUHAN: soal organisasi gereja
saja, sudah berkelahi.
Kekerasan
= kebencian tanpa alasan, pertengkaran, sampai terjadi pembunuhan
seperti kakak-kakak Yusuf terhadap Yusuf. Inilah yang akan terjadi di
akhir zaman.
Akibatnya adalah
TUHAN akan menghukum dunia. Pada zaman Nuh,
TUHAN menghukum dunia dengan air bah, nanti di akhir zaman dunia
dihukum dengan air bah secara rohani itulah api dari langit.
2
Petrus 3: 10,
Tetapi hari TUHAN
akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan
gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala
api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.
Sebenarnya
dunia ini dihukum dengan tiga kali tujuh hukuman (mulai Wahyu 6 ini
nanti akan kita pelajari):
- tujuh
kali hukuman meterai,
- tujuh
kali hukuman sangkakala,
- tujuh
kali hukuman bokor.
Sampai
nanti yang terakhir (puncaknya) dunia ini akan dihukum dengan api
dari langit, sehingga dunia beserta isinya musnah dan binasa
selamanya. Semoga kita dapat
mengerti.
Tetapi
TUHAN memberi tahu terlebih dahulu lewat Firman nubuat. Betapa
mengerikannya kalau api dari langit datang. Nanti kalau dunia dihukum
dengan api dari langit akan terjadi teriakan-teriakan yang dahsyat
(dulu ada teriakan-teriakan yang hebat saat air bah datang pada zaman
Nuh). Sekarang sudah diberikan contoh oleh TUHAN, ada satu bendungan
lepas, sehingga airnya sampai di daerah Jakarta => ‘bagaimana
teriakan-teriakannya’ Ini dahsyat! Saat kejadian tsunami,
bagaimana? Ini baru satu daerah saja, kalau pada zaman Nuh seluruh
dunia, ini bagaimana teriakannya? Nanti juga, kalau api datang dari
langit bagaimana teriakan manusia di dunia? Tetapi di awan-awan
terdengar suara desau air bah, penyembahan kepada TUHAN. Biarlah kita
berada di awan-awan.
Wahyu
19: 6,
7,
6.
Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti
desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya!
Karena TUHAN, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
7.
Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!
Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah
siap sedia.
Ay
6 => ‘
katanya: "Haleluya! Karena
TUHAN, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja’
=> saat kedatangan YESUS ke dua kali di awan-awan,
kita akan
menyambut dengan teriakan atau suara desau air bah ‘Haleluya’
Ay
7 => Dia adalah Raja, Mempelai Pria Surga.
Tadi
dijelaskan dunia akan dihukum, tetapi di awan-awan permai (di langit)
ada suara gegap gempita, suara desau air bah dalam kesukaan, apa
maksudnya? Maksudnya adalah TUHAN memperdengarkan suara-Nya bagaikan
desau air bah (yang keras, menakutkan, menggetarkan orang-orang
berdosa), supaya kita tidak dihakimi/dihukum bersama dunia. Tetapi
sebaliknya, kita dapat
menyambut kedatangan YESUS ke dua kali sebagai Raja segala raja,
Mempelai Pria Surga di awan-awan yang permai, dengan suara
penyembahan ‘Haleluya’ yang bagaikan desau air bah. Jadi nanti
memang ada penghukuman, tetapi sekarang TUHAN sedang menyampaikan
Firman nubuat.
Kalau
ada suara Firman yang menunjukkan dosa-dosa, kita jangan takut,
gentar (ini takut yang negatif), tetapi ini merupakan kesempatan
untuk memperbaikinya. Nanti anak-anak TUHAN dari empat penjuru bumi,
menyembah TUHAN dengan sorak ‘Haleluya’ yang bagaikan desau air
bah. Dari empat penjuru bumi, bahasanya berbeda, suku juga berbeda,
tetapi satu kata yang sama dari seluruh dunia itulah ‘Haleluya’.
Jadi sekarang, suara TUHAN (Firman TUHAN) keras bagaikan desau air
bah, supaya kita bisa menghasilkan suara bagaikan desau air bah di
awan-awan yang permai. Kita tidak berteriak kesakitan di dunia (dalam
penghukuman), tetapi kita menyambut kedatangan TUHAN dengan suara
bagaikan desau air bah.
Inilah
maksud TUHAN. Mari, kita menerima Firman nubuat (suara YESUS bagaikan
desau air bah). Memang keras, menakutkan, menggetarkan, tetapi
tujuannya adalah supaya kita tidak dihukum
bersama dunia, tetapi kita dapat
menyambut kedatangan-Nya di awan-awan yang permai. Semoga kita dapat
mengerti.
Bagaimana
Suara
TUHAN Yang
bagaikan desau air bah membuat kita tidak terhukum, bahkan kita dapat
menyambut kedatangan YESUS yang ke dua kali di awan-awan yang permai
dengan suaran ‘Haleluya’ bagaikan desau air bah?
Prosesnya
adalah:
- 1
Petrus 3: 20,
21,
20.
yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat
kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh
sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu
delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.
21.
Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu
baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani,
melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh
kebangkitan Yesus Kristus,
Ay
20 => ‘ketika Allah tetap menanti dengan
sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya’
=> ALLAH
menanti dengan sabar dengan memperdengarkan Firman. Nuh sebagai
pemberita kebenaran, Nuh menyampaikan => ‘dunia akan
dihukum, air bah mau datang, mari bertobat, mari membuat
bahtera’ Tetapi mereka tetap tidak taat.
‘di
mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air
bah itu’ => Kalau Firmannya lawak-lawak
banyak orang yang senang, tetapi kalau Firmannya keras sekali datang
=> ‘Firmannya terlalu keras, terlalu lama, terlalu ini dll’
Bukan Firmannya yang terlalu, sebenarnya dagingnya lah yang terlalu.
Contohnya: pemberitaan Firman paling lama dua
jam, coba saja kalau bertamu kadang sampai lima
jam. Ini berarti Firmannya tidak terlalu lama, hanya
dagingnya yang terlalu (tidak bisa menerima Firman). Semoga kita
dapat
mengerti.
Ay 21 => ‘Juga kamu
sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan’
=> Dulu Nuh dapat
masuk bahtera lewat Firman nubuat (suara TUHAN bagaikan desau air
bah). Sekarang kita lewat baptisan air.
Jadi,
proses pertama: lewat
baptisan air yang benar.
Zaman
Nuh dibandingkan dengan zaman sekarang. Dulu
pada zaman Nuh, Firman nubuat mendorong Nuh
sekeluarga (delapan
orang) untuk masuk bahtera Nuh sehingga selamat dari hukuman air
bah. Diantara manusia di seluruh dunia, hanya delapan
orang yang tahan mendengar suara desau air bah yang keras. Manusia
yang lainnya malah menghina => ‘apa ini, terlalu keras, terlalu
mengada-ada, setetes hujan saja tidak ada, apalagi air bah’
Sekarang juga begitu => ‘mana, sejak dulu dunia tetap saja’
Inilah banyak yang menghina.
Sekarang
Firman nubuat (suara bagaikan desau air bah)
mendorong kita untuk masuk bahtera Nuh secara rohani (baptisan air
yang benar), supaya kita selamat dari hukuman air bah secara rohani
(api dari langit yang membinasakan dunia).
Baptisan air yang
benar itu melarikan diri dari murka ALLAH
(hukuman ALLAH).
Baptisan air itu bukan sekedar tata cara gereja, sehingga tiap-tiap
gereja bisa berbeda, bukan! Baptisan air yang benar itu hanya satu
(dalam ibadah pada waktu yang
lalu, kita sudah
membahasbahas).
Baptisan
air yang benar adalah:
- tertulis
di alkitab = sesuai dengan kehendak TUHAN,
- kita
dibaptiskan seperti YESUS dibaptis.
Oleh
sebab itu baptisan air tidak boleh berbeda-beda. YESUS sebagai
Kepala
dan kita sebagai tubuh-Nya, sebab itu baptisan air hanya
satu.
Matius
3: 7,
Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang
untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu
keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa
kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?
Ada
yang datang ke Yohanes pembaptis
untuk dibaptis, ada juga yang menolak. Nabi Yohanes pembaptis
menyerukan Firman nubuat yang keras => ‘bertobatlah, beri
dirimu dibaptis, supaya selamat, diampuni dosa-dosa dan tidak
dihukum’ . Yohanes pembaptis
mengatakan
=> ‘kamu melarikan diri dari murka yang
akan datang’ Kalau kita masuk dari
baptisan air yang benar = melarikan diri dari murka/hukuman ALLAH
Yang
akan datang (api dari langit yang membinasakan dunia ini), sampai
hukuman api neraka untuk selamanya. Inilah arti baptisan
air!
Jangan masuk baptisan air supaya menjadi anggota gereja,
jangan!
Tetapi baptisan air demi keselamatan kita, supaya jangan terkena
hukuman Allah. Untuk masuk baptisan air harus mengerti dengan
sungguh-sungguh, bukan hanya => ‘siapa yang mau dibaptis’
tetapi tidak mengerti apa-apa. Semoga kita dapat
mengerti.
Syarat dan pelaksanaan
baptisan air, tadi malam sudah diterangkan, saat ini diulangi
sedikit.
Roma
6: 2,
Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah
kita masih dapat hidup di dalamnya?
Ay
2 => syarat baptisan air yang benar adalah
mati bagi dosa = bertobat = berhenti berbuat dosa dan kembali kepada
TUHAN. Inilah syarat masuk baptisan air. Lewat Firman nubuat yang
menunjukkan dosa-dosa, kita bertobat => ‘ini dosa ya, saya
harus berhenti’, baru setelah itu,
kita dapat
masuk baptisan. Kita berhenti berbuat dosa (bertobat) terutama dari
delapan
dosa. Lawan dari delapan
orang yang masuk bahtera Nuh, yaitu delapan
dosa yang menenggelamkan dalam lautan api dan belerang.
Wahyu
21: 8,
Tetapi (1)orang-orang
penakut, (2)orang-orang
yang tidak percaya, (3)orang-orang
keji,
(4)orang-orang
pembunuh, (5)orang-orang
sundal, (6)tukang-tukang
sihir, (7)penyembah-penyembah
berhala dan (8)semua
pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang
menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang
kedua."
Ay 8 =>
‘mereka akan mendapat bagian mereka di
dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang’
=> inilah hukuman TUHAN itulah hukuman neraka.
Bertobat
dimulai dari delapan
dosa:
- orang-orang
penakut: takut pada sesuatu di dunia sampai tidak takut kepada
TUHAN.
Misalnya:
- takut
kepada atasan (takut di pecat atau di phk),
sehingga kita korupsi. Inilah seorang penakut yang akan masuk
dalam lautan api belerang.
- gembala
juga bisa takut kepada jemaat. Takut ditinggalkan jemaat (takut
diusir dari gereja) => ’nanti jemaat keluar semua dari
gereja’ Jadi jemaat mau minta apa saja (yang salah) dituruti.
- orang-orang
tidak percaya: bimbang. Orang yang bimbang itu berdosa.
- orang-orang
keji: jahat.
- orang-orang
pembunuh: kebencian dll.
- orang-orang
sundal: dosa kenajisan hati-hati!
- tukang-tukang
sihir: ramalan-ramalan, dukun-dukun.
- penyembahan
berhala: termasuk jimat-jimat,
- semua
pendusta: kita tidak boleh lagi berdusta.
Sebelum
masuk baptisan air, harus mati dulu dari delapan
dosa. Setelah itu bagaimana pelaksanaan baptisan air yang benar?
Sesudah mati harus dikuburkan.
Roma
6: 4,
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Pelaksanaan
baptisan air yang benar yaitu orang yang
sudah bertobat (mati terhadap dosa) harus dikuburkan bersama YESUS
di dalam
baptisan air dan keluar dari kuburan air (bangkit bersama YESUS)
untuk mendapatkan hidup baru. Yang namanya dikuburkan dalam air,
berarti dari ujung rambut sampai ujung kaki masuk kedalam air (jika
dikuburkan dalam tanah, harus masuk dalam tanah). Di Matius 3,
setelah YESUS dibaptis, Dia keluar dari air.
Jangan terus
dikubur, tetapi harus diangkat supaya tidak mati. Dalam Nama
Bapa, Anak Laki-laki dan Roh Kudus yaitu TUHAN YESUS Kristus, lalu
dibaptiskan, kemudian diangkat lagi, jangan dibaptiskan terus, nanti
mati dalam air. Jadi, harus keluar dari kuburan air (bangkit bersama
YESUS) untuk mendapatkan hidup baru itulah hidup surgawi (‘langit
terbuka’).
Apa yang
dimaksud dengan hidup baru atau hidup
surgawi? Seperti Nuh. Setelah kita masuk baptisan air, hasilnya
adalah sama dengan kehidupan Nuh. Mengapa Nuh selamat? karena Nuh
memiliki hidup baru. Mengapa kita selamat dari hukuman? karena kita
mengalami hidup baru lewat baptisan air.
Kejadian
6: 9,
Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela
di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan
Allah.
Hidup
baru adalah:
- ‘Nuh
adalah seorang yang benar’
=
hidup
dalam kebenaran, artinya tidak
berbuat dosa, sampai puncaknya dosa (dosa makan minum, dosa kawin
mengawinkan, termasuk juga dosa kekerasan). Hati-hati terhadap dosa
kekerasan: kebencian tanpa alasan, pertengkaran, fitnah, sampai
terjadi pembunuhan (seperti Kain membunuh Habel). Semoga kita dapat
mengerti.
- ‘tidak
bercela di antara orang-orang sezamannya’
=
jujur
(dalam terjemahan lama). Jujur
artinya jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak. Saya selalu
mengatakan kejujuran itu dimulai dari soal TUHAN. Kalau soal TUHAN
tidak jujur, maka soal yang lain juga tidak akan jujur. TUHAN ada
dimana-mana dan pasti ketahuan saat kita tidak jujur. Kalau sudah
berani tidak jujur soal TUHAN, soal yang lain tidak akan jujur;
soal istri, soal suami dianggap ‘enteng’ karena manusia tidak
tahu.
Jujur soal TUHAN adalah soal Firman pengajaran yang
benar (soal kebenaran Firman), Firman ini benar atau tidak! Cara
ibadahnya benar atau tidak! Kalau benar katakan benar, kalau tidak
benar katakan tidak benar. Kalau tidak benar jangan diikuti,
mengapa kita harus datang kepada yang tidak benar? Mengapa harus
menerima yang tidak benar? Sekalipun cuma selisih sedikit, jangan!
Pintu gerbang catnya saja berbeda, berarti sudah berbeda. Cat putih
dan cat coklat sudah lain rumahnya, sudah tidak penah bertemu lagi.
Kalau menerima pengajaran tabernakel harus sama persis. Ini bukan
sok benar sendiri, tidak! Seandainya saya tidak bertemu dengan
pengajaran tabernakel, dulu saya juga setuju-setuju saja? ‘tidak
apa-apa berbeda’ Tetapi dalam pengajaran tabernakel harus sama
persis dan tidak boleh selisih atau beda sedikitpun.
Kita
harus jujur soal TUHAN, baru bisa jujur dalam segala hal. Kalau
belum bisa jujur soal TUHAN, maka soal yang lain tidak bisa jujur,
termasuk soal keuangan.
- ‘Nuh
itu hidup bergaul dengan Allah’,
artinya
- kita
beribadah melayani TUHAN dan menyembah TUHAN dengan setia dan
benar, setia dan bertanggung jawab, setia dan
berkobar-kobar.Itulah hidup bergaul dengan
ALLAH,
hidup surgawi dan menjadi anak-anak ALLAH.
Dulu kita menjadi anaknya bapak A, bapak B, setelah baptisan air
kita menjadi anak ALLAH.
Anak ALLAH
itu senang berada di rumah ALLAH.
- menjaga
pergaulan yang baik. Bergaul dengan Allah itu berarti menjauhi
pergaulan yang tidak benar dan tidak baik.
Inilah
hidup baru dan tidak akan
dihukum. Dulu pada zaman Nuh dunia
dihukum dengan air bah, tetapi orang yang mendengarkan Firman nubuat
(suara desau air bah) selamat dari air bah (hidupnya seperti Nuh
sekeluarga). Air bah kalau sudah mendorong,
tidak dapat
dihalangi oleh apapun, bahkan tanggul-pun
dapat jebol.
Demikian juga sekarang, kalau kita mendengarkan Firman nubuat (suara
desau air bah), kita didorong untuk masuk baptisan air yang benar,
sehingga menghasilkan hidup baru (hidup benar, jujur, hidup bergaul
dengan ALLAH).
Sekalipun ada api yang turun dari langit, kita terbebas dan
dilindungi. Bahkan api neraka pun tidak bisa menyentuh kita.
Inilah
pentingnya Firman nubuat, Firmannya memang keras tetapi untuk
mendorong kita untuk masuk baptisan air (bukan didorong oleh orang).
Saya tidak mau mendorong orang => ‘kamu harus baptisan, kamu
harus melayani’ Itu suara manusia, jangan diikuti! Biarlah suara
desau air bah (suara Firman) yang mendorong kita, mungkin kita sudah
bertahan (mempertahankan dosa, tidak mau baptisan), tetapi karena
terkena terus/dihantam terus oleh suara desau air bah, lama-lama
akan jebol juga, sehingga bertobat dan mau ikut baptisan air, hidup
benar (bebas dari hukuman).
Inilah proses pertama. Kalau tidak
mau terhukum, sampai naik ke awan-awan, nomor satu harus masuk
baptisan air yang benar. Suara desau air bah atau singa mengaum
memang menakutkan, menggentarkan, mengerikan. Saya kira
saudara-saudara yang pernah menghadapi banjir pasti ketakutan.
Kemarin ada yang bersaksi dari Sitiarjo, kalau sudah banjir
tingginya sampai satu dada lebih, ini menakutkan. Baru mendengar
suara air terjun saja, itu saja sudah takut => ‘hati-hati’.
Firman seperti itulah yang kita cari, yang dapat
mendorong kita untuk
dapat hidup
benar.
Kita menemukan suara desau air bah yang positif dari
Firman, lalu kita masuk desau air bah yang lainnya.
- Wahyu
14: 1-5,
1.
Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan
bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di
dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
2.
Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan
bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu
seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
3.
Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di
depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun yang
dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh
empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
4.
Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan.
Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja
Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban
sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
5.
Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak
bercela.
Ay 3 => ‘Mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru’ =>
desau air bah itulah nyanyian baru.
Ay 5 =>
‘di dalam mulut mereka tidak terdapat
dusta’ => hasil dari desau air bah
adalah tidak ada dusta.
Wahyu 14, ini
tentang inti mempelai wanita TUHAN (gereja yang sempurna) dari
bangsa Israel asli. Bangsa Israel terdiri dari atas
dua belas suku. Satu
suku terdiri dari dua belas ribu. Jadi,
kalau dua belas
suku, berarti ‘seratus empat puluh empat
ribu’ . Ini nanti akan
dipelajari secara detail, kalau sudah sampai pada Wahyu 14. Tetapi
sekarang ini kita pelajari tentang suara
desau air bah.
Ay 4 => ‘Mereka
adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia
pergi’ => mengikut YESUS kemana saja
YESUS pergi. Inilah luar biasanya Firman yang
bagaikan desau air bah. Tadi Firman
bagaikan desau air bah mendorong kita masuk bahtera (masuk baptisan
air) supaya selamat. Sekarang mendorong kita untuk mengikuti YESUS.
Itulah kekuatan Firman, bukan kekuatan manusia.
Proses
kedua: Firman
nubuat (suara bagaikan desau air bah) mendorong kita untuk dapat
mengikuti Anak Domba (YESUS) kemana saja Dia pergi.
Saat YESUS kesana, kita tinggal
mengikuti Dia.
Mengkuti
YESUS kemana saja Dia pergi, artinya
- Kita
menjadi domba-domba yang tergembala dengan benar dan baik
(mengikuti jejak-Nya
TUHAN)
= tekun
dalam kandang penggembalaan.
Mulai dari seorang gembala
harus tergembala. Kalau gembala tidak ada di kandang, itu bukan
gembala! Demikian juga dengan
domba-domba, harus berada di kandang.
Dalam ibadah semacam ini, gembala dan dombanya (dua-duanya) harusa
berada
di dalam kandang.
Kalau gembalanya ada, dombanya tidak ada, itu berarti tidak
tergembala. Begitu juga sebaliknya! Mari kita bersungguh-sungguh
supaya tergembala dengan benar dan baik.
Tekun dalam kandang
penggembalaan = tekunan dalam tiga macam ibadah pokok. Ini menunjuk
ruangan suci. Baptisan air itu menunjuk halaman tabernakel. Musa
dulu melihat kerajaan surga di gunung Sinai, lalu TUHAN perintahkan
Musa untuk membuat kerajaan surga di bumi, itulah tabernakel (kemah
suci). Ini dapat
dibaca mulai Keluaran 25.
Tabernakel
terdiri dari tiga ruangan:
- halaman,
- ruangan
suci,
- ruangan
maha suci.
Baptisan
air itu masih berada di halaman. Sesudah baptisan air; hidup benar,
jujur, hidup bergaul dengan TUHAN, harus masuk dalam ruangan suci
(kandang penggembalaan). Jadi, tergembala dengan benar dan baik =
selalu berada dalam kandang penggembalaan = ketekunan
dalam tiga macam ibadah pokok (tiga alat
dalam ruangan suci):
- pelita
emas: ketekunan dalam ibadah raya (hari Minggu). Ini persekutuan
dengan ALLAH
Roh Kudus didalam karunia-karunia-Nya. Kalau hari minggu, ada
nyanyian, koor, kesaksian. Itulah karunia-karunia.
- meja
roti sajian: ketekunan dalam ibadah pendalaman alkitab dan
perjamuan suci. Ini persekutuan dengan Anak
ALLAH
di dalam
pengajaran yang benar dan Kurban
Kristus.
- mezbah
dupa emas: ketekunan dalam ibadah doa penyembahan (hari Rabu). Ini
persekutuan dengan ALLAH
Bapa didalam kasih-Nya.
Mengapa
harus bertekun dalam tiga macam ibadah
pokok (bersekutu kepada ALLAH
Tritunggal)? Sebab kita terdiri dari tubuh, jiwa, roh. Lewat
ketekunan dalam tiga macam ibadah, tubuh, jiwa, roh kita melekat
kepada ALLAH
Tritunggal seperti carang melekat kepada Pokok
anggur yang benar, sehingga tidak ada tempat lagi bagi setan untuk
menjamah dan kita tenang. Kalau saudara sudah masuk dalam tiga
macam ibadah, biarpun dunia bergejolak (ekonomi brgejolak),
kita tetap tenang. Tenang = mantap
(carang sudah melekat pada Pokok).
Kalau sudah tenang, maka cepat atau lambat pasti berbuah
manis.
Kita mengalami ketenangan dan berbuah manis. Inilah
di dalam
kandang penggembalaan. Mungkin persoalan kita belum selesai, tetapi
sudah dapat tenang.
Kalau dulu belum tergembala, saat menghadapi persoalan, kesana
kemari => ‘bagaimana?,
bagaimana?’. Misalnya: ada pohon yang terkena angin terus setiap
hari, kapan mau berbuahnya? baru berbunga kecil saja sudah rontok.
Kalau tidak tenang akan rontok. Tetapi kalau sudah mulai tenang,
maka mulai berbunga, sampai berbuah manis. Ikutilah YESUS! YESUS
yang berada di depan, mau naik gunung, mau lewat mana, sudah tahu
jalannya. Kalau kami berkunjung ke luar kota yang tidak pernah tahu
sebelumnya, saya selalu duduk di depan, kalau ada mobil yang
didepan dan sudah tahu jalannya, tinggal mengikuti saja. YESUS yang
berjalan, kita tinggal mengikuti saja, itulah
tergembala!
Tergembala itu mengikut Anak Domba kemana saja
Dia pergi. Banyak kita mengenal YESUS hanya sebagai Bapa =>
‘Dia, Bapa yang baik, saya diberkati’ boleh saja! Tetapi kalau
hubungan hanya sebagai
anak dengan Bapa, masih ada anak yang terhilang. Kalau mengenal
YESUS sebagai tabib, setelah sembuh,
tidak membutuhkan
YESUS lagi. Kita boleh mengenal YESUS sebagai apa saja (termasuk
YESUS yang memberikan mujizat), tetapi yang paling tinggi supaya
kita tidak terpisah dengan Dia adalah mengenal Dia sebagai Kepala,
sedangkan kita sebagai tubuh. Kemana saja Dia pergi, kita akan
ikut. Tidak mungkin tubuh berkata => ‘kepala kamu kesana, aku
tinggal disini saja’ Kalau ini terjadi,
dapat
berbahaya,
seperti kepala yang dapat
terbang sendiri.
- Kita
masuk pembangunan Tubuh
Kristus yang sempurna (ada
hubungan Kepala
dengan tubuh yang tidak bisa dipisahkan).
Jadi setelah tergembala harus
ditingkatkan lagi, supaya dapat
masuk dalam pembangunan
Tubuh
Kristus. Persekutuan
atau pembangunan Tubuh
Kristus itu merupakan satu
kesatuan.
Pembangunan
tubuh Kristus dimulai dari:
- di
dalam nikah harus menjadi satu.
- dalam
penggembalaan menjadi satu,
jangan tercerai berai.
- antar
penggembalaan: kunjungan-kunjungan mari ikuti. Nanti ke Mojokerto
mari kita bersama-sama. Yang tidak ikut,
harus
tetap berdoa, supaya kita bersama-sama terus dalam kegerakan
pembangunan Tubuh
Kristus. Semoga kita dapat
mengerti.
Suara
desau air bah inilah yang mendorong kita, sampai kita tidak kuat.
Kalau kita mau mendengarkannya terus, kita akan didorong ke arah
yang positif, supaya kita tidak dihakimi / dihukum oleh Hakim Yang
Adil, tetapi kita bertemu dengan Raja segala raja. Masuk dalam
penggembalaan dan masuk pembangunan tubuh Kristus, inilah mengikuti
jejak YESUS.
Jika kita benar-benar mengikuti kemana saja
YESUS pergi (tergembala dan masuk pembangunan Tubuh
Kristus), hasilnya
adalah:
- kita
mengikuti jejak YESUS = jejak dengan tanda darah = jejak kematian
dan kebangkitan.
1
Petrus 2: 21-25
21.
Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah
menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya
kamu mengikuti jejak-Nya.
22.
Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
23.
Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki;
ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya
kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
24.
Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu
salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk
kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.
25.
Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah
kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
Ay
21 => ‘supaya kamu mengikuti jejak-Nya’
=> jejak kematian dan kebangkitan = jejak dengan tanda darah.
Ay 24 => ‘supaya
kita, yang telah mati terhadap dosa’ =>
jejak kematian.
Untuk masuk dalam
penggembalaan memang membutuhkan pengorbanan-pengorbanan. Hari
Senin
datang, Rabu
datang, banyak juga yang dari luar kota datang, termasuk saya dari
Malang. Memang pengorbanan, tetapi inilah mengikut jejak YESUS
(jejak dengan tanda darah).
Praktik
mengikuti jejak kematian (pengalaman kematian) adalah
- tidak
berbuat dosa (ay
22). Saudara dan saya bisa mengoreksi, apakah kita mengikuti YESUS
atau mengikuti setan? Kalau kita berbuat dosa, berarti mengikuti
setan. Kalau mengikuti jejak YESUS, tidak akan berbuat dosa. Jadi,
harus sama persis. Misalnya: saya sudah tidak berbuat dosa, tetapi
cuma satu saja; naik sepeda motor, tetapi tidak punya SIM, tidak
memakai helm. Ini bukan mengikuti jejak YESUS. Dari yang
kecil-kecil harus dipelajari.
- tipu
tidak ada pada mulutnya (ay 22) = tidak ada dusta.
- ‘Ketika
Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki’
(ayat 23) = tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi
membalas kejahatan dengan kebaikan. YESUS dimusuhi dll, tetapi Dia
balas dengan; membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit.
Sampai Dia disalibkan, Dia masih membalas dengan kebaikan =>
‘Bapa ampunilah, mereka’
Praktik
mengikuti jejak kebangkitan (pengalaman kebangkitan) adalah
- hidup
dalam kebenaran (ay 24).
- tidak
mau disesatkan oleh ajaran sesat (ay 25), tetapi berpegang teguh
pada pengajaran
yang benar. Ajaran sesat,
ajaran palsu, ajaran lain, termasuk gosip-gosip,
jangan mau
lagi!
Kalau
kita sudah berada pada jejak kematian dan kebangkitan, maka:
- kita
mengalami kuasa bilurnya TUHAN (ay 24) untuk menyembuhkan segala
penyakit; menyehatkan jasmani dan rohani (tidak berbuat dosa dan
hidup benar), nikah sehat, ekonomi sehat. Inilah kuasa bilur-Nya.
- TUHAN
memelihara tubuh, jiwa, roh kita (ay 25) = TUHAN sanggup
memelihara kehidupan kita ditengah kesulitan dunia. Secara jasmani
hidup di dunia ini sulit (ekonomi sulit). Secara rohani juga
sulit, sekarang mau hidup benar sulit. Contohnya:
-
baru di rambu lalu lintas, mau benar sudah sulit.
Apalagi sesudah pulang dari sini masih besuk dll, sampai malam
hari (sekitar jam dua
belas) lalu disana ada lampu merah,
kadang-kadang tinggal mobil kami sendiri (mobil lainnya langsung
lewat saja sekalipun lampunya merah).
-
mau hidup benar di kantor juga sulit.
-
sampai dimana-mana juga sulit untuk hidup
benar.Tetapi Gembala Agung mampu memelihara tubuh, jiwa, roh kita
ditengah kesulitan dunia
baik jasmani dan rohani, sampai kita
menjadi sempurnaseperti Dia (sampai ‘takkan
kekurangan aku’).
Jadi
Firman nubuat (suara bagaikan desau air bah) mendorong kita untuk
terus mengikuti
YESUS; jangan
mengikuti setan atau melenceng sedikitpun,
sebab pengalaman
kematian dan kebangkitan bersama YESUS (mengikuti jejak YESUS dalam
kematian dan kebangkitan) = nyanyian baru yang seperti desau air
bah.
Jadi masing-masing jejak memiliki nyanyian baru.
Mungkin dalam penderitaan, nanti bangkit (menikmati berkat TUHAN)
dll. Nyanyian baru seperti desau air bah, ini harus dimiliki oleh
anak-anak TUHAN. Nyanyian baru seperti desau air bah ini tidak bisa
dipelajari oleh orang lain (masing-masing pribadi berbeda), tetapi
semuanya mengalami pengalaman kematian dan kebangkitan.
Pengalaman
kematiannya bisa berbeda-beda, misalnya:
- ada
seorang kaya, pengalaman
kematiannya berupa sakit (dalam penderitaan) tetapi
tidak berbuat dosa.
- mungkin
ada yang mengalami pengalaman kematian tidak dapat
makan, tetapi tidak berbuat dosa.
Bentuk
pengalaman kematian berbeda-beda, tetapi hasilnya sama yaitu tidak
berbuat dosa, hidup benar. Ini merupakan nyanyian baru seperti
desau air bah. Setiap kita menyanyi mungkin lagunya lama, tetapi
kedengarannya nyanyian baru dan menjadi berkat bagi orang lain.
Khotbah
diulang-ulang, tetapi menjadi nyanyian baru, kalau yang berkhotbah
tergembala dan mengikuti jejak YESUS. Semoga kita dapat
mengerti.
Mari, biarlah sekarang kita menampilkan nyanyian
baru lewat kotbah, menyanyi, lewat apa saja ada nyanyian baru dalam
kehidupan kita. Semoga kita mengerti.
- Kita
mengalami penyucian.
Kita
disucikan seperti perawan suci, bahkan sampai sempurna.
Wahyu
14: 4,
5,
4.
Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan.
Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana
saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai
korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
5.
Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak
bercela.
Kita mengalami kuasa
penyucian oleh Firman nubuat (suara bagaikan desau air bah), sampai
tidak terdapat dusta, tidak bercela, sampai sempurna. Semoga kita
mengerti.
Sekarang kita perdengarkan nyanyian baru,
lewat pelayanan kita memiliki
nyanyian baru dan menjadi berkat bagi orang lain, sampai nanti di
takhta kita bersama-sama menyanyi nyanyian baru. Seperti Musa dulu
waktu di tepi laut Kolsom dikejar oleh
firaun, Musa ketakutan => ‘bagaimana
Musa’, Tetapi setelah menyeberang ada nyanyian Musa. Demikian
juga nanti di takhta TUHAN, diseberang lautan kaca kita juga akan
menyanyi nyanyian baru bersama-sama.
- Wahyu
19: 6,
7,
6.
Lalu
aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti
desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya!
Karena TUHAN, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
7.
Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!
Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia.
Proses
ketiga: Firman
nubuat (suara bagaikan desau air bah) membaharui kita sampai tidak
salah lagi dalam perkataan.
Itulah manusia baru.
Kalau
bayi tidak salah dalam perkataan, hanya
terus menangis.
Tidak ada bayi yang perkataannya salah (tidak ada dusta). Kalau kita
tidak salah dalam perkataan yaitu hanya menyeru ‘Haleluya’. Jika
kita dimaki-maki (dimarahi) => ‘kamu begini’, hanya menyeru
‘Haleluya’ (itulah tidak salah dalam perkataan). Kalau membalas
=> ‘kamu mau apa?’,
nanti kita akan salah
dalam perkataan. Kalau sudah tidak salah dalam perkataan itulah
sempurna. Firman nubuat (suara bagaikan desau air bah) membaharui
kita terus menerus sampai tidak salah dalam perkataan, hanya menyeru
‘Haleluya’
Yakobus
3: 2,
Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak
bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat
juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
Ay
2 => ‘
Sebab kita semua bersalah dalam
banyak hal’ => terutama dalam perkataan
kita banyak salah, sampai tidurpun kita salah dalam perkataan.
Misalnya: kalau tidur mimpinya tidak enak, kita memaki-maki orang.
Nanti nomor satu, ulat banyak keluar dari mulut.
Kalau
mulut sudah tidak salah dalam perkataan (mulutnya sempurna), hanya
berseru ‘Haleluya’, maka seluruh hidupnya sempurna, sama mulia
dengan YESUS. Tubuh kita, bukanlah tubuh daging lagi, tetapi tubuh
kemuliaan seperti waktu YESUS mati dan bangkit. Tubuh daging tetapi
mulia = tubuh kemuliaan.
Tadi
setelah tergembala (masuk ruangan suci), masih harus mendengarkan
Firman nubuat lagi supaya dapat
masuk ke dalam ruangan
maha suci. Kita dibaharui terus sampai tidak salah lagi dalam
perkataan. Kalau YESUS tidak mati di kayu salib dan tidak bangkit
dalam Tubuh
kemuliaan, maka Dia tidak akan
dapat terangkat. Sekalipun YESUS tidak
berdosa, sempurna, tetapi waktu itu Tubuhnya
tidak mulia (Tubuh
daging seperti kita). Tetapi begitu Dia mati, bangkit dalam Tubuh
kemuliaan, baru Dia dapat
terangkat.
Begitu
juga dengan kita, tadi kita sudah disucikan dan tidak berbuat dosa,
tetapi tidak dapat
terangkat, sebab tubuh kita
belum mulia. Firman nubuat terus membaharui kita dari manusia daging
menjadi manusia rohani seperti YESUS sampai tidak salah lagi dalam
perkataan yaitu hanya berkata ‘Haleluya’. Ini berarti kita sudah
sempurna, seluruh tubuh atau kehidupan
kita juga sempurna, sama mulia dengan YESUS, sehingga kita dapat
terangkat di awan-awan yang permai dan layak untuk menyambut
kedatangan YESUS ke dua kali sebagai Raja, Mempelai Pria Surga di
awan-awan yang permai dengan suara ‘Haleluya’ bagaikan desau air
bah.
Firman
itu menjadi kenyataan. Kalau Firman yang kita terima berupa
lawak-lawak, jangan-jangan nanti kita melawak. Ini gawat! Tetapi
kalau Firman yang kita terima seperti
suara desau air bah (keras), nanti suara
kita juga seperti desau air bah, menyeru ‘Haleluya’ dari empat
penjuru bumi. Apa yang di
dengar akan menjadi kenyataan, sekarang
ini apa yang kita mau dengar?
Kita menyambut kedatangan YESUS dengan suara ‘Haleluya’ bagaikan
desau air bah di awan-awan permai, kita bersama Dia selamanya, kita
terlepas dari hukuman atas dunia ini sampai hukuman neraka. Mulai
sekarang harus banyak menyeru ‘Haleluya’ .
‘
Haleluya’
adalah penyembahan terhadap YESUS sebagai
Raja, Mempelai Pria Surga (Kepala).
Keadaan dunia sekarang ini kering, semuanya sulit, sebab itu kita
memerlukan hujan. Kalau kita mau menyembah TUHAN ‘Haleluya’,
hujan akan turun dan tidak kering lagi. Mari, yang banyak kekeringan
(kering jasmani, kering rohani), banyaklah menyembah TUHAN. Kalau
kita menyembah YESUS Sang Raja, Mempelai Pria Surga dengan
‘Haleluya’, maka TUHAN akan memberikan hujan berkat, hujan Roh
Kudus ditengah-tengah kita. Tetapi kalau kita tidak menyembah TUHAN,
maka tulah
(hukuman) yang akan turun.
Zakharia
14: 17,
18,
17.
Tetapi bila mereka dari kaum-kaum di bumi tidak datang ke Yerusalem
untuk sujud menyembah kepada Raja, TUHAN semesta alam, maka kepada
mereka tidak akan turun hujan.
18.
Dan jika kaum Mesir tidak datang dan tidak masuk menghadap, maka
kepada mereka akan turun tulah yang ditimpakan TUHAN kepada
bangsa-bangsa yang tidak datang untuk merayakan hari raya Pondok
Daun.
Ay
18 => ‘
hari raya Pondok Daun’
=> ini menunjuk kedatangan TUHAN YESUS.
Biarlah
kita memilih hujan Roh Kudus turun ditengah-tengah kita. Saat ada
kesulitan, kekeringan, sebut ‘Haleluya YESUS’, maka hujan Roh
Kudus turun ditengah kita dan tulah dijauhkan dari kita.
Hasilnya
adalah
- Yesaya
44: 3,
Sebab
Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke
atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas
keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu.
Hasil
pertama: Hujan Roh
Kudus sanggup untuk memberkati dan memelihara kita sampai ke anak
cucu ditengah kekeringan dunia dan kita bersama anak cucu menjadi
berkat bagi orang lain.
Kalau
ada kesulitan, kekeringan jasmani dan rohani jangan berputus asa!
Banyaklah menyembah TUHAN. Saudara berusaha,
silahkan saja asalkan halal, tetapi yang menentukan adalah TUHAN.
Contohnya: saat toko sepi, usaha kita dengan menambah modal dll, ini
silahkan saja, tetapi yang paling penting adalah banyak menyembah
TUHAN. Jangan banyak berbicara
yang salah, banyak bergosip, tetapi
gunakan waktu untuk banyak menyembah
TUHAN, kalau perlu ditambah berpuasa. Roh Kudus mampu menolong kita
semuanya.
- Kisah
Para Rasul 14: 17,
namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai
kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan
memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan
makanan dan kegembiraan."
Ayat
17 => ‘berbagai-bagai kebajikan’
=> kebaikan (perbuatan baik).
Hasil kedua:
hujan Roh
Kudus =
hujan
kebaikan TUHAN, artinya:
- Roh
Kudus mampu menjadikan semua baik, berhasil dan indah pada
waktu-Nya. Kebajikan TUHAN itu keuntungan.
- Roh
Kudus mampu menjadikan semuanya merasa
berbahagia (puas) pada waktu-Nya = kita
semua merasakan kebahagian surga ditengah penderitaan di dunia.
- Yesaya
44: 3,
4,
3.
Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan
lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke
atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu.
4.
Mereka akan tumbuh seperti rumput di tengah-tengah air, seperti
pohon-pohon gandarusa di tepi sungai.
Ay
4 => ‘pohon-pohon gandarusa’
=> pohon gandarusa itu pohon semak-semak yang tidak terlalu
besar. Pohon gandarusa menunjuk tentang hamba TUHAN, pelayan TUHAN
yang hidup hanya untuk kepentingan daging (dunia), sehingga dia
sangat lemah, kering dan diseret babel. Kayu menunjuk daging. Banyak
orang yang melayani, tahu-tahu sudah tidak melayani lagi, sebab
diseret oleh Babel.
Diseret oleh Babel
artinya berbuat dosa-dosa, sampai puncaknya
dosa dll.
Mazmur
137: 1-4,
1.
Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis,
apabila kita mengingat Sion.
2.
Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi
kita.
3.
Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita
memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta
nyanyian sukacita: "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari
Sion!"
4.
Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?
Ay
2 => ‘kita menggantungkan kecapi kita’
=> kalau petinju menggantungkan sarung tinju, berarti sudah
berhenti. Kalau hamba TUHAN menggantungkan kecapi, berarti sudah
berhenti melayani.
Kalau hamba TUHAN, pelayan TUHAN beribadah
melayani hanya untuk mencari perkara jasmani/perkara daging, maka ia
sangat lemah, sangat kering, sehingga diseret oleh Babel,
diseret oleh ajaran palsu, diseret oleh kesukaan dunia, diseret oleh
pencobaan-pencobaan. Akhirnya pohon gandarusa
(hamba TUHAN, pelayan TUHAN) menjadi tempat untuk menggantungkan
kecapi, artinya tidak setia sampai
meninggalkan ibadah pelayanan. Kecuali dimutasi, kalau mutasi
(dipindahkan) oleh TUHAN, nanti pelayanannya akan lebih meningkat.
Semoga kita dapat
mengerti.
Saat pohon gandarusa
menjadi tempat menggantungkan kecapi, disitulah kita masuk dalam
pembangunan Babel/gereja
palsu/mempelai wanita setan yang najis dan kita akan menderita,
tersiksa untuk selamanya.
Hasil ketiga:
hujan Roh
Kudus mengadakan mujizat ditengah-tengah kita:
- mujizat
rohani: Roh Kudus mengubahkan kita dari
manusia daging menjadi manusia rohani, yaitu kuat dan teguh hati.
Kuat dan teguh hati artinya
- kita
tetap setia dan berkobar-kobar beribadah melayani TUHAN sampai
TUHAN YESUS datang kembali,
- tetap
menyembah TUHAN apapun yang kita hadapi,
- tetap
percaya dan berharap kepada TUHAN dan jangan berharap yang lain.
- mujizat
jasmani: Roh Kudus mampu mengadakan mujizat
secara jasmani.
Dulu laut Kolsom dibelah oleh angin timur yang
berhembus (gambaran dari Roh Kudus). Waktu itu Musa dan bangsa
Israel sudah lemah, kedepan tidak bisa,
ke belakang tidak bisa, kekiri kanan
juga tidak bisa, jawabannya hanya satu yaitu mati. Tetapi waktu
Musa mengulurkan tangan kepada TUHAN (tetap setia berkobar melayani
TUHAN dan tetap menyembah TUHAN), maka Roh Kudus akan mengadakan
mujizat secara jasmani, yaitu laut Kolsom terbelah.
Keluaran
14: 21,
Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman
itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang
keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air
itu.
Ay 21 => ‘maka
terbelahlah air itu’ => Israel bisa
berjalan ditanah yang kering.
Laut
Kolsom terbelah artinya:
- ada
jalan keluar dari segala masalah,
- yang
mustahil menjadi tidak mustahil bagi kita,
- semuanya
diselesaikan oleh TUHAN.
- sampai
mujizat terakhir terjadi. Jika YESUS datang
kembali ke dua kali terjadi mujizat yang terakhir yaitu kita
diubahkan menjadi sama mulia dengan Dia. Kita terangkat di
awan-awan yang permai dengan suara desau air bah ‘Haleluya’
dari empat penjuru bumi. Kita bersama dengan TUHAN untuk
selama-lamanya. Semoga kita dapat
mengerti.
Jangan
gentar, jangan bosan, jangan takut untuk mendengar suara bagaikan
desau air bah (Firman nubuat), sebab inilah yang mendorong kita
- masuk
baptisan air seperti Nuh, sehingga tidak dihukum tetapi bisa hidup
benar.
- mendorong
kita untuk tergembala; kita mengikut TUHAN sampai ada nyanyian baru
dan ada jaminan dari Gembala.
- mendorong
kita dibaharui sampai sama mulia Dengan Dia, mulut tidak salah lagi,
hanya menyeru/menyembah TUHAN dengan ‘Haleluya’. Hujan Roh Kudus
turun ditengah kita dan mujizat-mujizat terjadi ditengah-tengah
kita.
Kuatkanlah
hati! Roh Kudus turun ditengah kita untuk
memberikan kekuatan
dan teguh hati bagi kita semuanya. Tetap setia, tetap menyembah Dia,
tetap percaya dan berharap kepada Dia, jangan sampai kita kecewa,
putus asa, tetapi tunggu waktu TUHAN untuk mengadakan mujizat
ditengah kita.
TUHAN memberkati kita semuanya.1