Kita
berada dalam Kitab Wahyu 1: 13-16,
ini tentang
penampilan pribadi YESUS dalam empat keadaan yang sebenarnya:
- Wahyu
1: 13, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Imam Besar.
- Wahyu
1: 14, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Raja diatas segala raja.
- Wahyu
1: 15, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Hakim Yang Adil.
- Wahyu
1: 16, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Mempelai Pria Surga.
Inilah puncak penampilan YESUS. YESUS sebagai Kepala
dan kita sebagai Tubuh
Nya (mempelai wanita). Kepala dengan
tubuh tidak lagi terpisah untuk selama-lamanya.
Inilah puncaknya.
Kita
masih berada pada penampilan YESUS yang ketiga (ay 15).
Wahyu
1: 15,
Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian;
suara-Nya bagaikan desau air bah.
YESUS
tampil dalam kemuliaan sebagai Hakim Yang Adil, yang ditandai dengan
dua tanda:
- ‘kaki-Nya
mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian’.
Tembaga
itu menunjuk penghakiman atau penghukuman. Nanti di takhta putih Dia
akan menghakimi semua manusia. Kalau dosa-dosa belum diselesaikan,
maka akan dihakimi/dihukum untuk selama-lamanya. Ini sudah kita
pelajari beberapa kali. Semoga kita mengerti.
- ‘suara-Nya
bagaikan desau air bah’.
Ini menunjuk tentang Firman nubuat.
Firman
nubuat yaitu:
- pembukaan
rahasia Firman ALLAH
yang mengungkapkan dosa-dosa yang tersembunyi dalam sidang jemaat.
Kalau ada dosa yang tersembunyi, maka hadirat TUHAN juga
tersembunyi, sehingga kehidupan kita kering. Oleh sebab itu
dosa-dosa harus diungkapkan dan diselesaikan.
- pembukaan
rahasia Firman ALLAH
yang menunjukkan sesuatu yang belum terjadi, tetapi pasti terjadi di
akhir zaman, terutama tentang kedatangan YESUS ke dua kali di
awan-awan permai dan tentang penghukuman/penghakiman TUHAN atas
dunia.
Firman
nubuat itu bagaikan desau air bah atau singa mengaum.
Amos
3: 7,
8,
7.
Sungguh, TUHAN ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan
keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.
8.
Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? TUHAN ALLAH telah
berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"
Ay
7 => TUHAN tidak berbuat sesuatu sebelum Dia memberi tahu kepada
para nabi-nabi. Firman yang dipercayakan oleh TUHAN kepada seorang
nabi, itulah Firman nubuat.
Jadi,
TUHAN tidak berbuat sesuatu sebelum menyatakan keputusan-Nya
kepada para nabi (sebelum menyampaikan Firman nubuat). Inilah
keadilan TUHAN, Dia memberi tahu terlebih dahulu sebelum berbuat.
Jika Dia langsung berbuat begitu saja, ini tidak adil, sebab kita
semuanya tidak siap.
Demikian
juga sebelum Dia menghukum dunia ini bersama isinya, maka TUHAN
sebagai Hakim Yang Adil terlebih dahulu menyatakan keputusan-Nya
(penghukuman-Nya)
lewat Firman nubuat (pembukaan rahasia Firman) sekaligus memberikan
jalan keluar dan tempat pelindungan, supaya kita tidak binasa bersama
dunia. Inilah keadilan TUHAN! Contohnya adalah sewaktu pada zaman
Nuh. Inilah pentingnya Firman nubuat yang bagaikan singa mengaum
(sebenarnya ada ayatnya sendiri), tetapi juga suara TUHAN bagaikan
desau air bah. Ini ada kaitannya dengan penghukuman air bah.
Kejadian
6: 5-8,
5.
Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa
segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
6.
maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi,
dan hal itu memilukan hati-Nya.
7.
Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah
Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan
binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku
menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."
8.
Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.
Ay
7 => ‘
Aku akan menghapuskan manusia yang
telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan
binatang-binatang melata dan burung-burung di udara’
=> bumi dengan segala isinya.
Mengapa TUHAN menghukum dunia (manusia) dengan air bah?
sebab manusia di dunia memiliki hati yang cenderung jahat, yang
menghasilkan perbuatan dosa kejahatan dan kenajisan (sedikit-pun
tidak ada yang baik). Akibatnya, TUHAN
menghukum manusia (dunia) dengan air bah. Sebelum TUHAN menghukum
dunia atau manusia dengan air bah, TUHAN terlebih dahulu memberitakan
Firman nubuat (‘
suara yang bagaikan desau
air bah’) kepada manusia di dunia ini lewat
nabi Nuh, sekaligus memberikan jalan keluar dan tempat perlindungan
yaitu bahtera Nuh. Tujuannya adalah supaya manusia tidak binasa
karena hukuman air bah. Semoga kita dapat
mengerti.
‘
suara
bagaikan desau air bah’ merupakan suara
yang lebih kuat dari hukuman air bah itu
sendiri, kalau mengikutinya maka akan
selamat. Inilah Firman nubuat yang kuat dan keras untuk melindungi
manusia pada zaman Nuh dari hukuman air bah. Tetapi sayang dari
sekian banyak manusia di dunia hanya Nuh sekeluarga (ay 8) yang mau
menerima Firman nubuat (menerima suara bagaikan desau air bah),
sehingga mereka masuk bahtera Nuh dan diselamatkan. Ini sama dengan
hanya Nuh sekeluarga yang mau menerima kasih karunia, sehingga
selamat dari hukuman air bah.
Jadi
Firman nubuat (suara bagaikan desau air bah) memang keras,
menakutkan,
tetapi ini merupakan kasih karunia TUHAN, supaya kita bebas dari
hukuman TUHAN. Mari kita berdoa, supaya ada pembukaan Firman. Memang
Firman nubuat keras, menggetarkan, tetapi
ini maksudnya untuk kita semua diingatkan.
Pada zaman Nuh saja, Nuh sudah memberitakan Firman nubuat seperti
suara desau air bah, tetapi hanya delapan
orang saja yang diselamatkan dari sekian banyak manusia di dunia.
Bagaimana lagi kalau Firmannya biasa-biasa saja? Kalau Firman hanya
berupa lawakan, dongeng, lalu bagaimana
manusia dapat diselamat?
Inilah
yang perlu dipertimbangkan, suara bagaikan desau air bah saja tidak
dipercaya => ‘tidak ada hujan, tidak ada angin, mengapa harus
membuat
bahtera? Bahkan mereka
mengira Nuh sudah stress
dan mereka mengolok-olok’
Nanti juga demikian, banyak yang mengolok-olok Firman nubuat,
terutama tentang kedatangan TUHAN yang kedua kali dan tentang
penghukuman => ‘mana, semuanya biasa-biasa saja’. Jika
memberitakan Firman yang hanya lawak-lawak, maka akan
sangat jauh dari keselamatan. Biarlah kita
dapat
mengerti dengan
sungguh-sungguh dihari-hari
ini.
Dulu
permulaan zaman,
dunia dihukum dengan air bah. Nanti pada akhir zaman, dunia akan
dihukum dengan api dari langit.
2
Petrus 3: 10,
Tetapi hari TUHAN akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit
akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan
hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan
hilang lenyap.
Pada
kedatangan TUHAN YESUS ke dua kali, TUHAN menghukum dunia beserta
isinya dengan api dari langit sampai semuanya
musnah.
Supaya kita tidak masuk penghukuman TUHAN, kita harus belajar dari
Nuh (Nuh bersama keluarga masuk bahtera Nuh secara jasmani).
Sekarang, dunia akan dihukum lagi dengan api dari langit, dan
supaya kita tidak mengalami penghukuman/
penghakiman dari TUHAN
pada akhir zaman (pada saat kedatangan TUHAN YESUS ke dua kali), maka
kita harus masuk bahtera Nuh secara rohani. Semoga kita mengerti.
Pengertian
bahtera Nuh secara rohani adalah
- Didalam
bahtera Nuh ada delapan
orang, masing-masing berpasangan (ada empat
pasang suami istri). Ini menunjuk
kesatuan nikah. Jadi pengertian pertama: kita
menjaga kesatuan nikah. Bukan
istrinya diluar dan suaminya di
dalam bahtera, sebab
kalau seperti ini, berarti yang satu mati
dan yang satunya
lagi selamat.
Efesus
5: 31,
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Ay
31 => ‘sehingga keduanya itu menjadi
satu daging’ => inilah kesatuan dalam
nikah. Suami istri menjadi satu daging.
Tujuan
menikah adalah untuk menjadi satu daging,
bukan untuk maksud yang lain. Contohnya:
- hamba
TUHAN menikah, supaya ada yang main musik (istrinya bisa memainkan
musik), bukan inilah tujuan menikah! Sebab yang main musik dapat
dilakukan oleh orang lain yang dipakai
oleh TUHAN.
- ada
juga yang menyangkut pekerjaan. Gaji saya sekian, lalu mencari
pasangan dengan gaji sekian. Setelah itu gajinya dikumpulkan untuk
beli rumah dsb. Bukan ini tujuan menikah, tetapi untuk menjadi satu
daging.
Syarat
supaya nikah menjadi satu daging adalah
- nikah
harus benar (nikah harus sah),
yaitu:
- keduanya
harus direstui
oleh orang tua. ‘laki-laki
akan meninggalkan ayahnya dan ibunya‘
ini bukan kawin lari, tetapi ini restu dari
orang tua. Kalau tidak direstui jangan dipaksa. Saya tidak mau
menikahkan kaum muda kalau tidak direstui oleh orang tua. Jika
menikahkan kaum muda yang tidak direstui orang tua = bukan
menyatukan, tetapi menceraikan, sebab nikahnya tidak benar (tidak
sah).
- keduanya
direstui oleh pemerintah. Dicatat di
catatan sipil.
- keduanya
direstui oleh TUHAN, yaitu nikah yang
sesuai dengan alkitab. Baca alkitab, supaya kita tahu bagaimana
menikah itu. Nikah yang sesuai dengan
alkitab yaitu nikah yang diteguhkan dan
diberkati oleh TUHAN lewat seorang hamba TUHAN (gembala). Jadi
nikah harus benar dan suci (bukan nikah yang kaya atau miskin),
setelah itu baru bisa diteguhkan dan diberkati oleh seorang hamba
TUHAN. Semoga kita dapat
mengerti.
- terjadi
praktik kasih didalam nikah
= nikah
yang berdasarkan kasih.
Kalau tidak ada kasih, maka
nikah itu
tidak dapat
menjadi satu.
Praktik
kasih dalam nikah:
- Kolose
3: 18,
Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana
seharusnya di dalam TUHAN.
Praktik
kasih seorang istri adalah istri
tunduk kepada suami sebagaimana seharusnya dalam TUHAN.
Jika istri tunduk kepada suami, itu baru memiliki kasih. Kalau
hanya
memasak, memperhatikan suami dll, ini belum tentu kasih. Ini
jangan dibalik, seringkali kasih itu disamakan dengan
‘kasih-kasih’/memberi
ini dan itu => ‘kalau dapat
kasih/memberi
ini, kasih/memberi
itu, maka ....’ bukan seperti
ini!
- Kolose
3: 19,
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar
terhadap dia.
Praktik kasih
seorang suami adalah suami
mengasihi istri seperti diri sendiri (dalam kitab
Efesus) dan jangan berlaku kasar terhadap istri baik perkataan
ataupun perbuatan.
Jaga perkataan dan perbuatan! Saya selalu mengatakan
=> ‘istri itu bagaikan bejana yang lemah’ Seharusnya istri
itu sudah tunduk dan tidak perlu
bingung. Kalau istri mengakui sebagai bejana tanah liat yang
lemah, maka istri akan tunduk kepada suami dan tidak akan melawan.
Kalau istri merasa hebat, maka akan melawan. Kalau istri mengaku
sebagai bejana tanah liat yang lemah, maka suami akan membawa
bejana tanah liat dengan perlahan-lahan,
supaya tidak hancur. Tidak ada orang yang membawa bejana tanah
liat dengan sembarangan, sebab dapat
hancur.
Jangan saling menyalahkan, tetapi yang ditulis
dahulu adalah istri (maaf istri), ini karena istri yang terlebih
dahulu bersalah.
Kalau istri melawan suami, maka suami tahu kalau bejananya terbuat
dari tembaga, sehingga bisa dibanting, ditendang. Kalau istri
tunduk kepada suami, maka suami tahu => ‘ini bejana tanah
liat’ Sehingga suami pasti akan
berhati-hati ; pasti mengasihi istri
dan tidak berlaku kasar.
Kesalahan yang banyak terjadi
yaitu istri mau menjadi tembaga, sehingga akan
betul-betul dihukum.
Istri mau merasa kuat => ‘mau apa suami? penghasilanku lebih
besar’ Namanya tembaga, maka suami tidak perlu
bingung => ‘tembaga kalau dibanting tidak apa-apa’ Suami
tidak akan berlaku halus, tetapi kasar. Mari saling menjaga supaya
bisa terjadi praktik kasih dalam nikah.
- Kolose
3: 20,
Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena
itulah yang indah di dalam TUHAN.
Praktik
kasih dari anak-anak
adalah anak taat
kepada orang tua
= memiliki
masa depan yang indah (terjadi
keindahan dalam rumah tangga). Kalau anak pandai, bodoh dll, belum
tentu memiliki masa depan yang indah.
- Kolose
3: 21,
Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar
hatinya.
Praktik kasih orang
tua adalah jangan
menyakiti hati anak-anak (jangan membuat tawar hati anak-anak).
Tawar hati = sakit hati, kecewa, dll.
Kapan
anak menjadi tawar hatinya?
-
kalau orang tua memaksakan kehendaknya kepada anak.
Misalnya: kehendak orang tua yang ‘ngawur’, membagi buta,
seperti diktaktor => ‘pokoknya harus
begini’!
orang tua jangan
melakukan seperti ini,
sebaiknya,
kita mendoakan anak-anak, supaya TUHAN yang menolong.
-
kalau orang tua tidak menegur/menasehati
saat anak-anak berbuat salah atau berbuat dosa. Kalau ada anak
yang berbuat salah, jangan dibiarkan,
sebab di dalam alkitab
mengajarkan, kalau anak kecil yang berbuat salah dipukul dengan
rotan. Kalau anak sudah besar, ditegur
dan dinasehati. Kalau dibiarkan saja, nanti satu waktu akan sakit
hati, kecewa => ‘mengapa dulu aku dibiarkan saja’ dan
hidupnya akan membabi buta juga. Semoga kita dapat
mengerti.
Kolose
3: 14,
Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang
mempersatukan dan menyempurnakan.
Kalau
sudah terjadi praktik kasih dalam nikah, maka kasih TUHAN yang
menyatukan dan menyempurnakan, sehingga terjadi kesatuan dalam nikah
(suami istri menjadi satu daging, orang tua menjadi satu dengan
anak-anak).
Efesus
5: 32,
Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus
dan jemaat.
Kalau nikah secara
jasmani sudah
menjadi satu daging/terjadi kesatuan
dalam nikah (Efesus 5: 31), maka akan mencapai kesatuan nikah yang
lebih besar yaitu kesatuan nikah antara Kristus (Kepala)
dengan jemaat (tubuh) = nikah yang rohani (nikah yang sempurna)
antara Kristus sebagai Mempelai
Pria
dengan jemaat sebagai Mempelai
Wanita
di awan-awan yang permai saat YESUS datang kembali ke dua kali dan
kita tidak akan binasa bersama dunia.
Pada jaman
Nuh banyak nikah-nikah yang hancur (suami istri, anak-anak mati
semuanya), tetapi nikah Nuh bersama anak-anaknya terjaga oleh TUHAN.
Begitu juga di akhir zaman, banyak nikah dan buah nikah yang hancur
bersama dunia, tetapi nikah kita berada di awan-awan yang permai,
kita akan bersama
dengan TUHAN untuk selama-lamanya.
Inilah masuk dalam bahtera Nuh, sekarang artinya kita harus
menjaga kesatuan nikah dengan syarat ; nikah yang benar / nikah yang
sah (direstui tiga pihak) dan ada praktik kasih dalam nikah. Nikah
yang sudah benar, mari ditambah praktik kasih dalam nikah! Pasti
nikah menjadi satu, sempurna dan kita tidak akan binasa bersama
dunia. Semoga kita bisa mengerti.
- Masuk
dalam kesatuan baptisan air.
1 Petrus
3: 20,
21,
20.
yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat
kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh
sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu
delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.
21.
Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu
baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani,
melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh
kebangkitan Yesus Kristus,
Ay
20 => waktu Nuh mempersiapkan bahtera Nuh sambil memberitakan
Firman nubuat yang mengungkapkan apa yang akan terjadi (suara
bagaikan desau air bah) => ‘dunia akan dihukum dengan air bah’,
Tetapi mereka mengolok-olok => ‘apa itu, tidak ada angin, tidak
ada ombak’ Inilah banyak orang yang tidak mau masuk bahtera Nuh
(tidak taat).
Ay 21 => ‘Juga kamu
sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan’
=> baptisan air.
‘maksudnya bukan
untuk membersihkan kenajisan jasmani’ =>
kalau membersihkan kenajisan jasmani seperti kita mandi. Tetapi
baptisan air ini lain,
kita
semua tahu bahwa dunia ini diliputi oleh lautan, maka banyak yang
membuat rakit dll. Waktu itu banyak bahtera pada zaman Nuh, tetapi
hanya satu bahtera (bahtera Nuh) saja yang menyelamatkan, sebab itu
jangan salah masuk dalam bahtera. Jika salah masuk dalam bahtera,
nanti bisa salah arah dan tidak selamat. Sekarang ini juga, banyak
baptisan air yang diciptakan oleh manusia (pendeta, organisasi
gereja, menurut logika manusia), tetapi hanya satu saja baptisan air
yang benar.
Apa yang
di maksud dengan baptisan air yang
benar?
- baptisan
air yang sesuai dengan alkitab (kehendak TUHAN). Sebab itu baca
alkitab! Bukan sesuai dengan organisasi gereja (GPT, GPDI, GKJW),
bukan juga sesuai dengan pendeta, profesor,
- kita
dibaptis seperti YESUS dibaptis. YESUS sebagai Kepala
dan kita sebagai tubuh-Nya,
harus satu baptisan. Inilah kesatuan dalam baptisan. Mari kita
menjaga kesatuan dalam baptisan.
Markus
1: 4,
demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan
menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah
akan mengampuni dosamu."
Syarat
baptisan air yang benar adalah bertobat =
berhenti berbuat dosa dan kembali kepada TUHAN (mati terhadap dosa).
Didalam 1 Petrus 2: 1, bertobat ini istilahnya sama dengan ‘buanglah
dosa-dosa‘ Semoga kita dapat
mengerti.
1
Petrus 2: 1,
Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan
segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.
Bertobat
dimulai dengan mati terhadap lima
dosa:
- dosa
kejahatan, termasuk juga berhala:
- akar
kejahatan adalah cinta akan uang, yang membuat kikir dan serakah.
Kikir dan serakah itu penyembahan berhala.
- termasuk
ramalan-ramalan, dukun-dukun, jimat-jimat dsb, ini sudah harus
dilepaskan, sehingga bisa bertobat dan masuk dalam baptisan air.
- termasuk
juga adat istiadat yang tidak sesuai dengan Firman. Bukannya semua
adat istiadat tidak boleh dilakukan, nanti kita menjadi tidak tahu
adat. Masing-masing suku mempunyai adat, saya tidak mengerti dan
saudara yang tahu, mari ditimbang dengan Firman. Misalnya: ada
adat, mau menikah, hamil, supaya bisa selamat harus melakukan ini
(disiram beras dll). Ini jangan dilakukan sebab adat yang seperti
ini tidak sesuai Firman! Sebab penyelamat hanya ada satu itulah
YESUS.
- tipu
muslihat, termasuk dusta.
- segala
macam kemunafikan,
- kedengkian,
- fitnah.
Roma
6: 4,
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Pelaksanaan
baptisan air yang benar adalah orang yang
sudah bertobat (mati terhadap dosa) harus dikuburkan bersama YESUS
didalam baptisan air dan bangkit bersama YESUS (keluar dari air)
untuk mendapatkan hidup baru. YESUS juga dibaptiskan dan keluar dari
kuburan air. Kalau dikubur dalam air itu berarti dari ujung rambut
sampai ujung kaki masuk dalam air. Inilah menurut alkitab (kita
dibaptis seperti YESUS dibaptiskan). Saudara cek di Matius 3 waktu
YESUS dibaptis keluar dari air dan keluar dari kuburan air menurut
Roma 6: 4. Inilah baptisan air yang benar.
Hasil baptisan air
yang benar adalah hidup baru = hidup surgawi, yaitu mengalami
pembaharuan dari hati nurani yang cenderung jahat menjadi hati
nurani yang baik (1 Petrus 3: 21). Apa itu hati nurani yang baik
(taat)? cenderung berbuat yang benar dan cenderung berbuat baik.
Kalau hati nurani jahat, maka cenderung berbuat jahat, najis.
1
Tawarikh 29: 17,18,
17.
Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan
kepada keikhlasan, maka akupun mempersembahkan semuanya itu dengan
sukarela dan tulus ikhlas. Dan sekarang, umat-Mu yang hadir di sini
telah kulihat memberikan persembahan sukarela kepada-Mu dengan
sukacita.
18.
Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, bapa-bapa kami,
peliharalah untuk selama-lamanya kecenderungan hati umat-Mu yang
demikian ini dan tetaplah tujukan hati mereka kepada-Mu.
Cenderung
berbuat benar, juga cenderung berbuat baik ; berbuat baik untuk
pekerjaan TUHAN dan berbuat baik untuk sesama yang membutuhkan. Kita
berbuat benar, berbuat baik, berpegang kepada pengajaran yang benar,
sampai kita benar seperti YESUS benar. Itulah selamat dan kita tidak
akan dihukum.
1
Yohanes 3: 7,
Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu.
Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti
Kristus adalah benar;
Ay 7 =>
‘janganlah membiarkan seorangpun
menyesatkan kamu’ => sudah berbuat
benar dan baik (sudah tidak lagi berbuat dosa), hati-hati terhadap
penyesatan, sebab itu, kita
harus berpegang teguh terhadap penyesatan.
Itu
sebabnya kita harus
- menjaga
kesatuan dalam nikah, supaya nikah kita selamat, tidak hancur
bersama dunia, tetapi nikah kita diangkat diawan-awan.
- menjaga
kesatuan dalam baptisan, supaya kita
masuk dalam baptisan air yang benar
Baptisan air itu bukan tata cara gereja, tetapi ini menentukan kita
selamat atau tidak! Baptisan air ini juga
menentukan apakah kita dapat
benar seperti YESUS benar atau tidak! Kalau baptisannya tidak
benar, maka kita tidak akan dapat
menjadi benar seperti YESUS benar. Jadi,
harus sampai benar seperti YESUS benar dan kita diselamatkan dari
hukuman.
- Kita
menjaga kesatuan dalam penggembalaan.
Waktu
Musa naik ke gunung Sinai dan melihat surga, kemudian TUHAN
memerintahkan
Musa untuk membuat surga di bumi, itulah tabernakel atau kemah suci
(Keluaran 25). Bahtera Nuh = tabernakel (kemah suci).
Kejadian
6: 14-16,
14.
Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus
kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan
dari dalam.
15.
Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta
panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta
tingginya.
16.
Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai
sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah
bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas.
Ay
14 => ‘bahtera itu harus kaubuat
berpetak-petak’ => ‘hendaklah
kaubuat’ (dalam terjemahan lama). TUHAN
memerintahkan untuk membuat tabernakel ‘hendaklah kaubuat,
hendaklah kaubuat’
Bahtera
Nuh = tabernakel:
- Bahtera
Nuh terdiri dari tiga tingkat ; bawah, tengah, atas. Tabernakel
juga terdiri dari tiga ruangan ; halaman, ruangan suci dan ruangan
maha suci.
- Pembuatan
bahtera Nuh merupakan kehendak TUHAN/sesuai kehendak TUHAN
(‘hendaklah kaubuat’).
Demikian juga tabernakel, pembuatannya sesuai dengan kehendak
TUHAN.
Dari
dua hal ini sudah bisa membuktikan bahwa bahtera Nuh =
tabernakel.
Bahtera Nuh = tabernakel ini menunjuk penggembalaan.
Semoga kita dapat mengerti.
Ukuran
tabernakel yaitu
- panjang
100 hasta,
- lebar
50 hasta.
Jadi
luasnya = 100 x 50 = 5000 hasta persegi. Angka 5000 ini mengingatkan
kita kepada 5000 orang laki-laki yang duduk di rumput. Inilah mantap
dalam penggembalaan. Laki-laki ini menunjuk:
- gembala
terlebih dahulu mantap dalam penggembalaan.
- suami
terlebih dahulu mantap dalam penggembalaan, lalu istri dan
anak-anak akan mengikutinya.
Markus
6: 34, 39-41,
44,
34.
Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka
tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka
seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia
mengajarkan banyak hal kepada mereka.
39.
Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk
berkelompok-kelompok di atas rumput hijau.
40.
Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada
yang lima puluh orang.
41.
Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah
ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan
memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada
orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya
kepada semua mereka.
44.
Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.
Ay
34 => ‘karena mereka seperti domba yang
tidak mempunyai gembala’ => seperti
domba yang tidak tergembala, sehingga cerai berai.
Ay
41 => ‘lalu memecah-mecahkan roti itu
dan memberikannya kepada murid-murid-Nya’
=> sampai berkelimpahan, sisa 12 bakul.
Jadi
lewat pengajaran tabernakel dan pengajaran
Mempelai (Kabar
Mempelai)
kita dipimpin untuk masuk penggembalaan yang benar, yang dimulai
dari laki-laki duduk di rumput. Gembala dan suami harus mantap dalam
penggembalaan, maka istri dan anak-anak juga akan mantap dalam
penggembalaan.
Kalau
dulu zaman Israel, penggembalaan = Gosyen (bebas dari hukuman TUHAN).
Mesir yang hebat (firaun
dengan kerajaannya yang hebat) terkena sepuluh
tulah, tetapi Gosyen tempatnya Israel benar-benar dilindungi dari
hukuman. Kita berdoa supaya terjadi kesatuan dalam penggembalaan
antara suami dan istri (empat pasang nikah). Semuanya ini hanya kasih
karunia TUHAN.
Kalau
kita dapat
masuk:
- di
dalam kesatuan nikah,
maka itu merupakan kasih karunia (seperti
Nuh mendapatkan kasih karunia),
- di
dalam baptisan air yang benar (kesatuan
dalam baptisan) itu merupakan kasih karunia,
- di
dalam kesatuan dalam penggembalaan yang
benar itu merupakan kasih karunia. Semoga kita dapat
mengerti.
Syarat
masuk penggembalaan yang benar (mantap dalam penggembalaan yang
benar):
- Harus
masuk kandang penggembalaan.
Sesudah
baptisan, masuklah dalam penggembalaan (harus mantap dalam
penggembalaan).
Kisah
rasul
2: 41,
42,
41.
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan
pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
42.
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
Ay
41 => dibaptiskan air sebanyak tiga
ribu jiwa, sesudah itu mau kemana?
Ay
42 => jaman
gereja hujan awal (dua ribu
tahun yang lalu), sesudah baptisan, mereka bertekun.
Jaman
gereja hujan awal memiliki tiga
macam ketekunan yaitu:
persekutuan/
ketekunan dalam pengajaran rasul dan pemecahan roti (perjamuan
suci), ketekunan dalam berdoa. Sekarang kepada kita (gereja hujan
akhir), ‘tiga macam ketekunan’ ini menunjuk ketekunan dalam tiga
macam ibadah pokok.
Ruangan suci dalam tabernakel = kandang
penggembalaan.
Tiga macam alat dalam ruangan suci (zaman Musa) =
3 macam ketekunan (zaman hujan awal) = ketekunan dalam tiga macam
ibadah pokok (zaman hujan akhir):
- pelita
emas (zaman Musa) = ketekunan dalam persekutuan (zaman hujan awal)
= ketekunan dalam ibadah raya pada hari Minggu (zaman hujan akhir).
- meja
roti sajian (zaman Musa) = ketekunan dalam pengajaran dan pemecahan
roti (zaman hujan awal) = ketekunan dalam ibadah pendalaman alkitab
dan perjamuan suci pada hari Senin disini (zaman hujan akhir).
- mezbah
dupa emas (zaman Musa) = ketekunan dalam berdoa (zaman hujan awal)
= ketekunan dalam ibadah doa penyembahan pada hari Rabu disini
(zaman hujan akhir).
Inilah
kandang penggembalaan. Jika kita berada di
dalam kandang penggembalaan bagaikan
duduk diatas rumput(mantap dalam penggembalaan). Perhatikanlah
kandang penggembalaan! Tadi lima
roti dan dua
ikan untuk lima ribu
orang. Tidak perlu
kuatir kalau kita duduk diatas rumput. Kalau kita yang jalan-jalan,
TUHAN yang duduk, sehingga lima
roti dua
ikan habis.
Lima
roti dua
ikan dijilat saja oleh
lima ribu
orang bisa habis. Tetapi kalau kita
mantap/duduk, hasilnya adalah:
- Tangan
kemurahan kebaikan Gembala Agung memeluk kita = memberikan
ketenangan, damai sejahtera, sehingga semuanya enak dan ringan.
Kalau orang sudah dapat
duduk, itu berarti tenang. Kalau tidak tenang, dapat
berlari-lari karena dikejar sesuatu (seperti Musa berlari saat
dikejar Firaun). Setelah Musa sampai di tepi sumur, Musa
duduk-duduk dan datanglah gadis-gadis disitu. Demikian juga soal
perjodohan, harus mantap tergembala dulu dan biarlah TUHAN yang
mengirim. Jangan kita yang berlari-lari seperti sistem berburu.
Duduk saja di tepi sumur (penggembalaan), nanti TUHAN lah yang
mengirim semuanya. Saat Adam tidur, TUHAN yang mengirim. Semuanya
berada di dalam
Tangan
TUHAN. Namanya orang sudah duduk, berarti sudah enak sekalipun
berjam-jam. Kalau berdiri sambil mengobrol, lama-lama sakit
kakinya.
- Tangan
kemurahan kebaikan TUHAN memecahkan roti = sanggup memelihara
kehidupan kita, sampai berkelimpahan (sampai mengucap syukur kepada
TUHAN). Dia yang bekerja dan kita yang duduk. Lima
roti dua
ikan untuk lima ribu
orang, sisa dua belas
bakul, inilah berkelimpahan. Kelimpahan itu bukanlah berapa juta,
bukan! Tetapi selalu mengucap syukur kepada TUHAN (tidak ada omelan
lagi).
- Duduk
diatas rumput (masuk dalam penggembalaan) ini ada aturannya,
duduknya tidak sembarangan. Aturannya adalah
duduknya berkelompok 100 dan berkelompok 50. Tidak boleh kalau
berkelompok 105 atau 51. Tadi tabernakel ukurannya, 100 x
50.
Syarat kedua:
harus
memiliki ukuran
100 dan 50 (5000 = 100 x 50).
Angka
100 = 10x10 (angka 10 menunjuk 10 hukum):
- Angka
10 pertama: mendengarkan Firman,
- Angka
10 kedua: dengar-dengaran.
Jadi
100 = 10x10 = mendengar Firman dan
dengar-dengaran = taat. Kalau ada pengajaran yang benar, kita cuma
mendengar dan berkata => ‘ini hebat, luar biasa, dahsyat’
Tetapi kita tidak mempraktikannya
(tidak melakukan), berarti 10x0 = 0 (nol besar). Ini tidak ada
artinya atau sia-sia. Kalau melawan Firman pengajaran yang benar;
melawan satu kali, berarti -1 (turun satu kali), melawan dua kali,
berarti -2. Kalau melawan 10 kali, berarti -100, itulah tempatnya
setan-setan dan turun ke lubang yang dalam.
Tetapi kalau
taat; taat satu kali, berarti 10x1 = 10 (naik 10), taat dua kali,
berarti 10x2 = 20, sampai 100, itulah tempatnya TUHAN. Jadi 10x10 =
taat dengar-dengaran, itulah ukuran tergembala.
Angka
50 adalah pentakosta, artinya
Roh Kudus membuat kita setia dan berkobar-kobar dalam ibadah
pelayanan. Sekali lagi usia bisa tua, daging bisa rapuh, tetapi
kalau ada urapan Roh Kudus, kita bisa tetap setia dan
berkobar-kobar.
Jadi, ukuran 100 dan
50 adalah
- taat
dan setia berkobar-kobar. Itulah orang yang
tergembala. Mari kita tekun dalam tiga macam ibadah, sehingga kita
tenang, damai (tidak berlari
kesana kemari) sampai enak ringan dan kita terpelihara. Ada
pemecahan roti yang ajaib. Mungkin gaji kita seperti lima
roti dua
ikan, tetapi tidak akan habis-habis. Inilah keajaiban
dan TUHAN akan menolong
kita.
- Syarat
kedua adalah taat dan setia
(angka 100 dan 50). Sekarang kelompok-kelompok ini ditafsirkan ada
kelompok sana, kelompok sana, akhirnya tidak masuk gereja lagi. Ini
bukan begitu! Kalau berkelompok harus 100 dan 50. Kalau
kelompok-kelompok ada 15, 5, 20, bukan seperti
itu! Angka 100 dan 50, merupakan ukuran
surga, itulah taat dan setia. Semoga kita dapat
mengerti.
Kalau kita taat dan
setia bagaikan mengulurkan dua tangan kepada TUHAN, Gembala Agung
dan TUHAN juga akan
mengulurkan Tangan
kemurahan, kebajikannya kepada kita semuanya, sehingga kita hidup
di dalam
Tangan
TUHAN dan kita menerima kunci Daud. Kemurahan dan kebajikan TUHAN
itulah kunci Daud. Semuanya hanya karena kemurahan dan kebajikan
TUHAN.
Kakak-kakak
Daud hebat, sudah belajar perang dsbnya,
tetapi mereka
tidak dipilih menjadi raja,
Daud lah yang terpilih
menjadi raja.
Begitu
juga dengan jemaat
Filadelfia yang tidak punya apa-apa, kekuatannya kecil. Mungkin
kekuatan kita
kecil bagaikan lima
roti dua
ikan, untuk diri sendiri saja cukup.
Jangankan memberi makan lima
ribu orang, untuk dua
orang dewasa saja tidak cukup. Mungkin gaji kecil, ijasah kecil,
jemaat kecil, semuanya kecil, yang penting adalah taat dan setia.
Seperti Daud yang kecil, tetapi dia taat dan setia, maka dia hidup
dalam Tangan
kemurahan kebajikan Gembala Agung, ada kunci Daud yang dapat
menutup pintu dan juga dapat
membuka pintu. Seperti bahtera Nuh,
pintunya ditutup oleh TUHAN, sehingga air bah tidak dapat
masuk. Kalau bukan TUHAN yang menutup pintu, air bah dapat
masuk. Itulah kunci Daud.
Wahyu
3: 7,
8,
7.
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: Inilah
firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila
Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak
ada yang dapat membuka.
8.
Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu
bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa
kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau
tidak menyangkal nama-Ku.
Ay
8 => ‘
Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak
seberapa’ => kecil.
‘
namun
engkau menuruti firman-Ku’ => taat.
‘
engkau
tidak menyangkal nama-Ku’ => setia.
Sekali-pun
kecil, jika taat dan setia, maka akan hidup di
dalam Tangan
TUHAN yang besar = Tangan
TUHAN yang mengandung kemurahan dan kebajikan yang besar, yang tiada
henti-hentinya dan tidak ada habis-habisnya. Mari masuk dalam kandang
penggembalaan, lalu taat dan setia, itu sudah cukup! Biarlah Tangan
TUHAN yang bekerja.
Tadi
pagi ada kesaksian, saya juga berdoa bagi kehidupan
seseorang yang
sudah dililit hutang sampai
hancur-hancuran, dia menghadap saya, lalu berkata => ‘saya sadar
oom,
saya salah dalam pelayanan, tidak bertekun dalam tiga macam ibadah’
Saya katakan
=> ‘perbaiki itu sambil usaha kecil-kecilan’ Kalau melihat
usaha yang kecil-kecil, seringkali kita bilang => ‘kapan dapat
yang banyak’ Itu juga menjadi pikiran saya. Saya berdoa terus =>
‘TUHAN tolong’
Satu
waktu dia menghadap => oom,
ada pekerjaan besar’ Akhirnya kami berdoa terus sampai tembus.
Sebentar lagi dia menghadap lagi => ‘aduh, saya
tidak dibayar oom’
Lalu kami berdoa lagi di parkiran waktu itu, akhirnya besok sudah gol
dan bisa menyelesaikan sebagian yang berat. Hanya dalam sekejap,
Tangan
kemurahan kebajikan TUHAN yang besar melakukan apa yang tidak dapat
kita pikirkan.
Biarpun
kecil, tetapi jika taat dan setia, maka hidup dalam tangan kemurahan
kebajikan TUHAN yang besar, hasilnya adalah
- Tangan
kemurahan kebajikan TUHAN menutup pintu yang tidak dapat
dibuka oleh apapun.
Dalam
Kejadian 7, saat pintu bahtera Nuh ditutup oleh TUHAN, maka air bah
setetespun tidak dapat
masuk. Ini luar biasa! Sedangkan yang lainnya menjerit, tenggelam
dalam air bah. Semakin kita taat dan setia, semakin erat pelukan
Tangan
TUHAN, dan semakin rapat pintu tertutup (satu titik air pun tidak
dapat
masuk). Inilah jaminan dari TUHAN!
Kejadian
7: 16,
Dan yang masuk itu adalah jantan dan betina dari segala yang hidup,
seperti yang diperintahkan Allah kepada Nuh; lalu TUHAN menutup
pintu bahtera itu di belakang Nuh.
Pintu
bahtera yang ditutup rapat (bagaikan dipeluk erat oleh TUHAN),
sampai setetes air bah pun tidak bisa masuk, artinya
Tangan
kemurahan kebaikan TUHAN memelihara dan melindungi kita dari:
- celaka,
marabahaya, pencobaan-pencobaan, dosa-dosa,
- sampai
zaman antikrist,
kita akan dilindungi oleh TUHAN,
- bahkan
kita dilindungi dari hukuman TUHAN ; hukuman di dunia ini, sampai
hukuman neraka. Setetes api neraka tidak akan dapat
masuk. Kita benar-benar dipeluk erat oleh Tangan
kemurahan kebajikan TUHAN.
- Tangan
kemurahan dan kebajikan TUHAN membuka pintu-pintu bagi kita,
artinya:
- memberikan
jalan keluar bagi kita = memberikan kemenangan bagi kita. Seperti
Daud menang atas Goliat yang hebat. Ini semua hanya kemurahan
kebajikan TUHAN. Pintu kemenangan terbuka = semua masalah
diselesaikan, bahkan sampai masalah yang mustahil diselesaikan
tepat pada waktu-Nya = ada jalan keluar dari segala masalah. Kita
tinggal menunggu waktu TUHAN, kita duduk, biar TUHAN yang bekerja
(memecahkan roti untuk memberkati kita, memberi ketenangan, menutup
pintu, membuka pintu bagi kita). ‘duduk’ ini bukan berarti
sudah tidak bekerja lagi, bukan! Kita tetap bekerja (tetap sekolah,
belajar), tetapi kita tidak bergantung lagi pada kekuatan kita yang
kecil. Sekalipun kekuatan kita besar, tetapi tetap kecil jika
dibandingkan dengan dunia.
- memberikan
pintu masa depan yang berhasil dan indah. Seperti
Daud yang
dapat diangkat menjadi raja.
- pintu
pengampunan dan pemulihan terbuka bagi kita. Daud sempat jatuh
dengan Betsyeba, tetapi diangkat oleh TUHAN. Sekarang
ini, kalau ada dosa-dosa, kesalahan,
biarlah kita dipulihkan oleh TUHAN.
- pintu
surga terbuka bagi kita, artinya kita disucikan diubahkan sampai
sempurna seperti YESUS dan kita terangkat bersama dengan Dia,
sampai masuk kerajaan surga untuk selama-lamanya.
Kita
jangan terhukum bersama dunia, tetapi dapat
masuk kerajaan surga. Oleh sebab itu dengarlah suara desau air bah
(Firman nubuat). Firmannya memang keras tetapi untuk menyelamatkan
kita dari air bah (dari hukuman TUHAN sekarang, api dari langit,
sampai api neraka).
Mari
kita masuk dalam:
- bahtera
Nuh secara rohani (dulu dalam arti yang jasmani);
- kesatuan
nikah,
- kesatuan
dalam baptisan air,
- kesatuan
dalam penggembalaan, sehingga kita hidup di
dalam Tangan
kemurahan dan kebajikan TUHAN.
TUHAN
memberkati kita semua. 1