Kita
masih membahas didalam Wahyu 1: 13-16,
ini tentang penampilan
Pribadi YESUS dalam empat
keadaan yang sebenarnya:
- Wahyu
1: 13, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Imam Besar.
- Wahyu
1: 14, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Raja diatas segala raja.
- Wahyu
1: 15, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Hakim Yang Adil.
- Wahyu
1: 16, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Mempelai Pria Surga.
Inilah puncak penampilan YESUS. YESUS sebagai Kepala
dan kita sebagai Tubuh
Nya (mempelai wanita). Kepala dengan
tubuh tidak lagi terpisah untuk selama-lamanya.
Kita
masih berada bagian yang kedua.
Wahyu
1: 14,
Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan
mata-Nya bagaikan nyala api.
Ini
penampilan Pribadi YESUS dalam kemuliaan
sebagai Raja diatas segala raja,
dengan
dua tanda:
- ‘Kepala
dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah’
= mahkota kemuliaan = mahkota keindahan. Ini sudah dipelajari dalam
ibadah sebelumnya.
- ‘mata-Nya
bagaikan nyala api’.
Ini yang sedang kita pelajari sekarang
ini.
Rambut
putih itulah mahkota kemuliaan (mahkota keindahan). YESUS memakai
mahkota kemuliaan (YESUS sebagai Raja diatas segala raja),
duduk di takhta kerajaan surga dan mata-Nya bagaikan nyala api.
Mazmur
11: 4,TUHAN
ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga;
mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia.
Ay
4 => ‘
TUHAN,
takhta-Nya di sorga’ =>
Dia duduk di takhta kerajaan surga.
‘
mata-Nya
mengamat-amati’ =>
dalam Wahyu 1: 14 ‘mata-Nya bagaikan nyala api’
Jadi,
mata-Nya bagaikan nyala api artinya TUHAN mengamat-amati
(mengawasi) kehidupan kita = TUHAN menyucikan dan menguji kehidupan
kita, supaya kita tampil menjadi pelayan Tuhan,
hamba TUHAN bagaikan nyala api.
Ibrani
1: 7,
Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: "Yang membuat
malaikat-malaikat-N menjadi badai dan pelayan-pelayan-Nya menjadi
nyala api."
Pelayan
TUHAN bagaikan nyala api artinya pelayan TUHAN yang suci, setia,
berkobar-kobar dan damai sejahtera (ini sudah dipelajari dalam ibadah
sebelumnya). Ini dibandingkan dengan Daniel 7: 9.
Daniel
7: 9,
Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah
Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya
bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan
roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;
Ay
9 => ‘
Yang Lanjut Usianya’
=> Yang Kekal.
‘
rambut-Nya
bersih seperti bulu domba’
=> rambut-Nya putih seperti bulu domba.
‘
kursi-Nya
dari nyala api’ =>
takhta-Nya dari nyala api.
Pelayan
TUHAN yang suci, setia, berkobar-kobar, damai sejahtera = nyala api.
Takhta TUHAN = nyala api.
Jadi,
pelayan TUHAN yang suci, setia, berkobar-kobar dan damai sejahtera
=
takhta-Nya TUHAN.
Inilah yang TUHAN kehendaki! Jadi kita harus menjadi pelayan TUHAN
yang sungguh-sungguh. Jika kita menjadi pelayan TUHAN yang suci,
setia, berkobar-kobar dan damai, maka kita menjadi tahta-Nya TUHAN di
bumi ini,
artinya
di
mana-pun
kita melayani,
maka disitulah ada takhta TUHAN, sampai satu waktu kita akan duduk di
takhta TUHAN didalam kerajaan surga untuk selama-lamanya.
Melayani
TUHAN itu bukan sembarangan, melainkan harus menampilkan takhta
TUHAN. Kalau kita melayani dengan menampilkan takhta TUHAN, itu luar
biasa, sebab jemaat akan tertolong semuanya. Dimana ada takhta TUHAN,
maka semuanya ada. Jangan sampai terbalik! Kalau kita melayani TUHAN
tetapi menampilkan takhta setan, maka semuanya akan ‘bubar’.
Mari kita melayani TUHAN dengan menampilkan takhta TUHAN, dimulai:
- di
dalam
rumah tangga. Kalau ada takhta TUHAN di rumah tangga, itu luar
biasa.
- di
dalam
gereja. Banyak kesaksian-kesaksian bahwa kita sudah tertolong oleh
takhta TUHAN.
- antar
gereja. Nanti malam saya berangkat ke Sorong, doakan supaya
pelayanan kita bukan cuma biasa-biasa, tetapi menampilkan takhta
TUHAN sehingga
banyak anak TUHAN, hamba TUHAN yang tertolong. Pelayan yang suci,
setia, berkobar-kobar dan damai itu menampilkan takhta TUHAN.
Biarlah ini menjadi tanggung jawab kita bersama-sama.
Yesaya
6: 1, ini tentang takhta TUHAN.
Yesaya
6: 1,
Dalam
tahun matinya raja Uzia aku melihat TUHAN duduk di atas takhta yang
tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.
Ay
1 => ‘Bait Suci’ => itulah kehidupan kita. Seperti Firman
TUHAN => ‘
kamu adalah
Bait Allah’
‘
Dalam
tahun matinya raja Uzia aku melihat TUHAN duduk di atas takhta yang
tinggi’ => begitu
raja mati, takhta TUHAN dinyatakan. Jadi itulah syaratnya! Kalau
masih ada takhta raja, berarti takhta TUHAN tidak ditampilkan.
Dalam
Yesaya 6: 1, terdapat dua macam takhta.
Kedua takhta ini berlawanan, manakah yang mau
ditampilkan? Kalau takhta raja Uzia ditampilkan (raja dunia), maka
takhta TUHAN tidak ditampilkan. Tetapi kalau rajanya mati dan tidak
ada takhtanya, barulah takhta TUHAN yang ditampilkan. Mari, kita
pelajari satu persatu.
Dua
macam takhta:
- Takhta
manusia (takhta raja Uzia).
Takhta
manusia artinya
kesombongan, tinggi hati, keras hati (‘hatiku
adalah rajaku’).
Contohnya seperti raja herodes,
ia mau mengambil istrinya orang lain dan tidak dapat
dihalangi lagi. Semoga kita dapat
mengerti.
Praktik
kesombongan/tinggi
hati adalah
- 2
Tawarikh 26: 16-18,
16.
Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia
melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN,
Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas
mezbah pembakaran ukupan.
17.
Tetapi imam Azarya mengikutinya dari belakang bersama-sama delapan
puluh imam TUHAN, orang-orang yang tegas;
18.
mereka berdiri di depan raja Uzia dan berkata kepadanya: "Hai,
Uzia, engkau tidak berhak membakar ukupan kepada TUHAN, hanyalah
imam-imam keturunan Harun yang telah dikuduskan yang berhak
membakar ukupan! Keluarlah dari tempat kudus ini, karena engkau
telah berubah setia! Engkau tidak akan memperoleh kehormatan dari
TUHAN Allah karena hal ini."
Ini
perikopnya tentang raja Uzia.
Ay 16 => seorang raja membakar
ukupan diatas mezbah pembakaran ukupan.
Ay 18 => ‘Hai,
Uzia, engkau tidak berhak membakar ukupan kepada TUHAN’
=> Yang berhak membakar ukupan adalah imam, bukanlah seorang
raja (raja memiliki tugas lain).
‘hanyalah
imam-imam keturunan Harun yang telah dikuduskan yang berhak
membakar ukupan!’
=> imam-imam yang suci, setia, berkobar-kobar dan damai (yang
menampilkan takhta TUHAN). Ini berlawanan dengan takhta manusia
(takhta raja).
Praktik pertama: salah
dalam tahbisan (salah dalam ibadah pelayanan).
Ini
beribadah melayani TUHAN tetapi salah. Bayangkan dalam pelayanan
pembangunan Tubuh
Kristus ini salah. Misalnya: tangan yang salah. Mau minum karena
haus, tetapi tangannya mengambil listrik. Hati-hati sebab
banyak
yang salah dalam tahbisan!
Salah
dalam tahbisan artinya
- beribadah
melayani tetapi tidak sesuai dengan jabatan pelayanan. Contohnya:
- jabatannya
sebagai gembala, tetapi tidak pernah kotbah.
- TUHAN
sudah memberikan jabatan sebagai penyanyi, tetapi mau menjadi
gembala => hitung-hitung kalau menyanyi 1000 orang masuk
gereja, lebih baik aku mendirikan gereja saja’ Akhirnya, tidak
dapat
berkothbah
(tidak memberi makan domba-domba). Ini seperti halnya, tangan mau
menjadi kaki dan kaki mau menjadi tangan. Kelihatannya giat,
tetapi rusak , sebab salah tempat (tidak sesuai
jabatanpelayanan).
- melayani
tetapi tidak sesuai dengan Firman pengajaran yang benar. Mungkin
tempatnya sudah benar, sebagai tangan atau kaki, tetapi tidak
sesuai perintah kepala. Misalnya: kepala mengatakan
haus, tetapi tangan malah mengambil listrik.
Salah
tahbisan dua hal ini yang berbahaya. Kalau melayani tetapi tidak
sesuai dengan kepala, ini berarti sudah sakit. Jika salah tahbisan,
akibatnya adalah merusak. Semoga kita dapat
mengerti.
Jadi, pengajaran yang benar tidak dapat
dipisahkan dengan tahbisan yang benar dan penyembahan yang benar.
Kalau pengajarannya benar, maka tahbisannya (pelayanan) benar dan
penyembahannya juga benar. Tetapi kalau pengajarannya salah atau
berbeda, maka semuanya
akan salah.
Pengajaran ini sebagai Kepala
dan kita sebagai anggota tubuh. Tubuh adalah pelayan-pelayan TUHAN
(imam-imam) dengan jabatannya masing-masing. Misalnya: ada tangan,
kaki, perut, usus dll, semuanya ini bekerja sesuai dengan jabatan
masing-masing dan sesuai perintah dari Kepala.
Semoga kita dapat
mengerti.
Jika salah dalam tahbisan, maka bukan membangun
Tubuh
Kristus, tetapi merusak atau menghancurkan Tubuh
Kristus. Tetapi bersyukur, sebab ada imam-imam yang tegas (terus
terang). Kita harus tegas dan terus terang demi menjaga tahbisan
yang benar, baik didalam nikah rumah tangga (tugas suami dan istri
jangan dibalik-balik), penggembalaan (di
dalam
penggembalaan harus tegas, terus terang, tidak boleh
sembunyi-sembunyi), sampai antar penggembalaan (persekutuan tubuh).
Semoga kita dapat
mengerti.
Kalau melayani tetapi tidak sesuai dengan kehendak
TUHAN (Firman), percuma saja, sebab satu waktu TUHAN akan usir dia
=> ‘enyahlah’
Matius
7: 21-23,
21.
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: TUHAN, TUHAN! akan masuk
ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak
Bapa-Ku yang di sorga.
22.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: TUHAN,
TUHAN, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan
demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23.
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan
berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku,
kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Ay
21 => ‘melainkan
dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga’
=> melayani sesuai dengan kehendak Bapa = sesuai Firman
pengajaran dan sesuai jabatan pelayanan.
Ay 22 => ‘Pada
hari terakhir’
=> menjelang hari kedatangan TUHAN kedua kali.
‘TUHAN,
TUHAN, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu’
=> ini pelayanan yang hebat (menyampaikan Firman).
Ay 23
=> ‘Pada
waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka’
=> lebih baik sekarang, Firman yang tegas dan berterus terang
kepada kita => ’hati-hati!!
Dari pada nanti, saat TUHAN datang baru tegas dan terus terang, itu
berarti sudah tidak ada kesempatan lagi.
Jika
pelayanan kita tidak sesuai dengan kehendak TUHAN (tidak sesuai
Firman pengajaran yang benar dan tidak sesuai jabatan pelayanan),
maka TUHAN dengan tegas dan berterus
terang menolak pelayanan kita (mengusir kita ‘enyahlah’). Jika
kita diusir, itu berarti kebinasaan. Kalau saat TUHAN datang ke dua
kali, TUHAN baru menunjukkan kesalahan-kesalahan, kita akan habis,
sudah terlambat dan binasa selamanya. Lebih baik sekarang dalam
ibadah, kita mencari Firman pengajaran yang benar, yang tegas, yang
terus terang untuk menyucikan kita dari kesalahan-kesalahan, supaya
kita mendapat kesempatan untuk bertobat, berubah dan
diselamatkan.
Maksud kita datang beribadah ke gereja adalah
untuk mencari Firman yang tegas dan terus terang untuk menunjukkan
kesalahan-kesalahan kita. Contohnya:
- tadi
seperti imam-imam menegor raja Uzia => ‘hai, raja tidak boleh
engkau’
- Nabi
Yohanes Pembaptis menegor raja herodes
yang ingin mengambil istri saudaranya => ‘tidak halal
engkau’
Firman
yang semacam itulah yang akan menolong kita. Kalau sekarang kita
senang, tertawa-tawa, tetapi nanti saat TUHAN datang kembali
berkata => ‘enyahlah engkau’, Ini berarti tidak ada
kesempatan lagi bagi kita. Semoga kita dapat
mengerti.
Inilah takhta manusia (kesombongan), praktiknya adalah
melayani dengan sembarangan. Coba bayangkan! Di dunia ini kalau
kita mau menjadi apa saja, harus
diseleksi dengan ketat (tidak dapat
sembarangan). Sedangkan kita di rumah TUHAN, berkata
=> ‘pokoknya melayani’, ‘main musik saja, supaya bertobat’
Ini salah besar! Kita melayani TUHAN harus sungguh-sungguh.
- 2
Tawarikh 26: 19,
Tetapi Uzia, dengan bokor ukupan di tangannya untuk dibakar menjadi
marah. Sementara amarahnya meluap terhadap para imam, timbullah
penyakit kusta pada dahinya di hadapan para imam di rumah TUHAN,
dekat mezbah pembakaran ukupan.
Praktik
kedua: menolak
tegoran Firman ALLAH
Yang
tegas dan terus terang (Firman ALLAH
yang lebih tajam dari pedang bermata dua).
Mengapa
harus ada Firman yang tegas, terus terang, keras, lebih tajam dari
pedang bermata dua?
untuk
memperbaiki tahbisan yang salah, nikah yang salah dan supaya kita
tidak binasa. Kalau di gereja ada Firman yang menunjuk dosa-dosa,
kesalahan dalam nikah, dalam pelayanan, dalam pekerjaan, itu bukan
disiksa! Tetapi supaya segala sesuatu bisa diperbaiki, kita bisa
bertobat dan diselamatkan. Itulah maksudnya!
Semoga kita dapat
mengerti.
Raja
Uzia ini menolak tegoran. Kalau menolak tegoran Firman, akibatnya
adalah
kusta.
Kusta
artinya:
- Putih
tapi sakit kusta, itulah Kebenaran diri sendiri.
Putih itu artinya kebenaran. Kebenaran
diri sendiri artinya
- kebenaran
di
luar
alkitab
(di
luar
Firman pengajaran yang benar). Sekali-pun
ada orang mengatakan
‘benar’, tetapi
kalau
alkitab
mengatakan
‘salah’, itu berarti salah. Misalnya: alkitab
mengatakan
‘tidak boleh’, tetapi kata pendeta (seribu
orang)
mengatakan ‘boleh’,
itu tetap kebenaran sendiri. Kebenaran dari TUHAN itulah alkitab
(tidak boleh ditambah dan tidak boleh dikurangi).
- sudah
berbuat dosa, tetapi tidak mau mengaku dosa atau menutupi dosa
dengan menyalahkan orang lain, marah kepada orang lain. Seperti
raja Uzia, marah kepada orang lain. Semoga kita dapat
mengerti.
- dosa
kenajisan.
Orang yang sakit kusta itu mukanya ditutupi, kalau orang sakit
kusta datang, orang-orang berteriak => ‘najis, najis’
Sehingga orang lain yang datang akan lari, sebab tidak boleh
bersekutu dengan orang yang sakit kusta.
Dosa
kenajisan:
- jatuh
dalam dosa makan minum: merokok, mabuk, narkoba.
- jatuh
dalam dosa kawin mengawinkan: (maaf) dosa percabulan/dosa seks
dengan berbagai ragamnya, nikah yang salah. Kalau ini
dipertahankan,
akan
menjadi kusta.
Kalau
menolak Firman yang tegas, terus terang, yang keras, lebih tajam
dari pedang bermata dua, pasti jatuh dalam dosa kenajisan. Dosa
kenajisan ini membawa kepada kebinasaan.
Jika
ada takhta manusia (salah dalam tahbisan, menolak Firman yang benar
sampai menjadi kusta), maka kita tidak bisa merasakan takhta TUHAN.
Harus memilih salah satu, kalau raja Uzia mati, baru takhta TUHAN
dinyatakan. Jika takhta manusia dihancurkan (raja Uzia mati), maka
takhta TUHAN akan dinyatakan (dapat
kita rasakan).
TUHAN jauh, duduk di takhta surga, tetapi
kalau kita hancur hati (hati remuk) = merendahkan diri untuk mengaku
kesalahan dan dosa kita, maka takhta TUHAN dapat
dirasakan (TUHAN hadir bersama dengan kita).
Yesaya
57: 15,
Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang
bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku
bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga
bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan
semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati
orang-orang yang remuk.
Ay
15 => ‘"Aku
bersemayam di tempat tinggi”
=
di takhta surga.
TUHAN ada di takhta-Nya (di surga), tetapi Dia
juga bersama orang yang remuk hati, rendah hati. Remuk
hati (hancur hati, rendah hati) artinya
mengaku segala kesalahan, dosa-dosa kepada TUHAN dan sesama. Jika
diampuni jangan berbuat dosa lagi. Kalau setelah mengaku dosa, lalu
berbuat dosa lagi, maka bertambah keras hati. Bedakan ini! Sebab ada
orang yang sekedar mengaku-mengaku dosa saja, tetapi nanti melakukan
dosa lagi, akhirnya hati
menjadi lebih
keras lagi sehingga
kita
tidak akan
pernah
merasakan takhta TUHAN. Kalau orang yang rendah hati, remuk hati
dengan dorongan Firman yang tegas (yang keras, yang terus terang),
maka kehidupan
itu dapat
menyadari dosa, menyesali dosa dan mengakui dosa kepada TUHAN dan
sesama.
Jadi, maksudnya mengaku dosa adalah supaya diampuni
dan tidak berbuat dosa lagi (lepas dari dosa), bukan supaya kita
diberikan uang, diperbolehkan
bekerja
lagi, diperbolehkan
melayani lagi. Inilah yang salah! Masalah nanti boleh melayani atau
tidak boleh melayani, itu urusan lain, yang penting kita sudah bebas
dari dosa dan bisa merasakan takhta TUHAN. Saya juga banyak salah,
seringkali siswa-siswi Lempinel mengaku dosa => ‘oom,
saya pecahkan gelas’ Saya jawab => ‘Ya, sudah’ Ini salah,
akhirnya banyak kali mereka hanya
sekedar
mengaku dosa. Tetapi sekarang, setelah mereka mengaku dosa, saya
berikan hukuman => ‘Ya, saya ampuni, besok puasa (saya tidak
perlu marah-marah lagi)’ Ini saya mendapatkan hikmat dari TUHAN.
Kalau mereka tidak dilatih begini, nanti gawat ,
sebab mereka hanya
sekedar mengaku dosa) => ‘oom
nya baik,
tidak apa-apa’.
Mungkin saudara yang melihat hal ini berkata => ‘kasihan mereka
ya’, Tidak seperti ini, sebab justru mereka dapat
bertobat, berubah dan dipakai oleh TUHAN. Kalau kesalahan mereka
agak berat, puasanya ditambah dua hari. Semoga kita dapat
mengerti.
Jadi,
hancur hati itu mengaku dosa bukan untuk yang lain-lain, tetapi
untuk => ‘saya ini salah, berdosa dan masuk neraka. Saya mau
minta ampun dan supaya dilepaskan dari dosa. setelah diampuni, saya
dapat
masuk surga’ Itulah maksudnya! Banyak kita mengaku dosa, supaya
istri tidak marah dll, akhirnya nanti berbuat dosa lagi. Ini salah!
Oleh dorongan Firman yang tegas (yang terus terang, yang keras, yang
tajam, yang menunjuk dosa), sehingga kita sadar => ‘aduh, saya
salah, ini bahaya sebab dapat
menjadi kusta dan binasa’ dan menyesali dosa. Ada juga yang sadar
akan dosa-dosa, lalu tertawa-tawa, nanti akhirnya tertawa didalam
neraka (kalau tertawa dalam dosa, nanti tertawa dalam neraka).
Jika
sudah menyadari dosa, menyesali dosa, mengakui dosa kepada TUHAN dan
sesama (jika diampuni tidak berbuat dosa lagi), maka kita akan
merasakan
takhta TUHAN. Setelah takhta manusia dihancurkan, maka takhta TUHAN
ditampilkan.
- Takhta
TUHAN (takhta surga).
Di
dalam
takhta TUHAN ada ujung jubah.
Yesaya
6: 1,
Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat TUHAN duduk di atas takhta
yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait
Suci.
Ay
1 => ‘ujung
jubah-Nya memenuhi Bait Suci’
=> ujung jubahnya melingkupi kita semuanya (bait
suci).
Jadi,
takhta TUHAN (takhta surga) menampilkan ujung jubah TUHAN yang
menaungi kita semuanya. Kita sebagai gereja TUHAN atau bait
suci.
Apa
arti dari
ujung jubah? Dalam penglihatan nabi
Yesaya, setelah raja Uzia mati, takhta manusia atau keras hati
hancur, maka takhta TUHAN ditampilkan dan dari takhta itu ada ujung
jubah yang memenuhi bait
suci.
Dulu ini penglihatan secara jasmani, hanya untuk satu orang. Banyak
kali kita menuntut penglihatan-penglihatan, ini memang boleh, tetapi
hanya untuk satu orang. Kalau sekarang kita butuh penglihatan yang
rohani itulah pembukaan Firman untuk semua orang. Inilah yang harus
didoakan. Sekarang banyak yang ‘dihurufiahkan
semuanya => ‘ini ujung jubah, ini nanti apa, doakan untuk ini
dll’ Itu dulu, sekarang sudah digenapkan dalam perjanjian
baru di dalam nubuat atau
arti rohani. Apa itu arti rohani dari
ujung
jubah?
Wahyu
19: 13, 16,
13.
Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya
ialah: "Firman Allah."
16.
Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "Raja
segala raja dan Tuan di atas segala tuan."
Ay
13 => jubah itu Firman. Kalau dibaca pada ayat 11 ‘seorang yang
menunggang kuda “Yang Setia dan Yang Benar”, Itulah YESUS
memakai jubah yang dicelup dalam darah, yang disebut Firman
ALLAH.
Ay
16 => dibandingkan ayat 6 dan 7, Raja diatas segala raja dan Tuan
diatas segala tuan itu menunjuk Mempelai
Pria
Surga.
Wahyu
19: 6,
7,
6.
Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak,
seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya:
"Haleluya! Karena TUHAN, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah
menjadi raja.
7.
Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!
Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia.
Dia
sebagai Raja, tetapi juga sebagai Pengantin,
itulah Mempelai
Pria
Surga
(kita sebagai Mempelai
Wanita).
Jadi jubah-Nya ditulisi ‘Raja segala raja dan Mempelai
Pria
Surga’
. Jubah itu Firman ALLAH
yang ditulis ‘Raja segala raja dan Mempelai
Pria
Surga’.
Jadi
jubah-Nya TUHAN yaitu
Firman Mempelai
= Kabar
Mempelai.
Pemberitaan
Firman ada dua yaitu
- Kabar
Baik
(Amsal 25: 25 ‘air
sejuk dari surga’)
= Injil keselamatan (Efesus 1: 13) = susu = Firman penginjilan
untuk membawa orang-orang berdosa supaya percaya YESUS dan
diselamatkan. Sesudah selamat mau kemana? Untuk ke takhta TUHAN
harus ada jubah, itulah Firman mempelai (kabar mempelai).Kabar baik
ini memberitakan kedatangan YESUS pertama kali sebagai Manusia
Yang
tidak berdosa, mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia
berdosa.
- Kabar
Mempelai
= makanan keras = Firman pengajaran yang memberitakan kedatangan
YESUS ke dua kali sebagai Raja segala raja untuk menyucikan dan
menyempurnakan kehidupan yang sudah selamat. Inilah yang keluar
dari takhta TUHAN. Kabar Mempelai
ini disebut juga cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus (2 Korintus
4: 3-4) = Firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua.
2
Korintus 4: 3,
4,
3.
Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia
tertutup untuk mereka, yang akan binasa,
4.
yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah
dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya
Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
Ay
4 => ‘cahaya
Injil tentang kemuliaan Kristus’
=> memberitakan kedatangan YESUS yang ke dua kali dalam
kemuliaan (tidak lagi kena mengena dengan dosa) untuk menyucikan
dan menyempurnakan kita semuanya.
Kehidupan
yang sudah selamat disucikan dan disempurnakan sampai menjadi
seperti YESUS dan kita menjadi Mempelai
Wanita
TUHAN yang siap menyambut kedatangan-Nya yang ke dua kali.
Inilah
yang harus kita terima. Penginjilan sudah kita terima (percaya
YESUS, bertobat, dibaptis dan selamat), tetapi setelah selamat mau
kemana? Mau ke takhta TUHAN. Dari taktha keluar ujung jubah, itulah
Kabar
Mempelai.
Jika kita dapat
menerima Kabar
Mempelai,
maka kita dapat merasakan
suasana takhta surga di bumi. Diluar ujung jubah, manusia akan
menderita. Perempuan yang pendarahan selama dua
belas tahun ini merupakan orang Israel
(umat pilihan TUHAN). Sekarang ini adalah gambaran anak TUHAN yang
sudah selamat, tetapi sebelum dia menemukan ujung jubah (Kabar
Mempelai),
dia dalam keadaan menderita (jauh dari takhta TUHAN). Nanti, setelah
menjamah ujung jubah, perempuan ini menemukan takhta
surga.
Penginjilan itu penting! Kalau tidak ada penginjilan,
tidak ada saya. Saya dulu di kuburan untuk mencari keselamatan dan
minum air kembang. Tetapi
karena ada Firman penginjilan =>
‘hanya YESUS, percaya YESUS, diampuni dan saya dapat
diselamatkan’ Sesudah itu mau ke takhta, maka harus ada ujung
jubah. Jadi, Kabar
Baik
harus dilanjutkan ke Kabar
Mempelai.
Markus
5: 25-29,
25.
Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya
menderita pendarahan.
26.
Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah
dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada
faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.
27.
Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di
tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan
menjamah jubah-Nya.
28.
Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan
sembuh."
29.
Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa
badannya sudah sembuh dari penyakitnya.
Ay
27 => ‘menjamah
jubah-Nya’
=> menjamah ujung jubah-Nya (dalam ayat yang lain).
Jadi
perempuan yang pendarahan
selama dua belas
tahun gambaran dari anak TUHAN (kehidupan yang sudah selamat),
tetapi dalam keadaan menderita (jauh dari takhta surga). Sekarang
perhatikan! Di luar ujung jubah (di
luar Kabar
Mempelai),
keadaan gereja TUHAN akhir zaman, banyak yang seperti ‘perempuan
pendarahan dua
belas
tahun’, artinya sudah selamat, tetapi:
- Hidup
dalam kejahatan dan kenajisan, sampai busuk.
Contohnya:
- sudah
baptisan air, tetapi masih
berbuat
najis, berbuat jahat.
- dalam
pekerjaan,
berbuat
busuk; melakukan korupsi, menipu orang,
- dalam
nikah, nikahnya
najis, nikahnya salah.
Perhatikan!
Yang berada diluar ujung jubah, jangan tunggu sampai habis-habisan,
sebab itu terimalah ujung jubah.
- Terjadi
perpecahan-perpecahan dalam nikah (terjadi preceraian), dalam
gereja, dan
juga antar
gereja. Terjadi perpecahan =
tidak ada yang menyatukan, sehingga tidak ada damai sejahtera
(saling menggosipkan dll). Di rumah tangga, saling menggosipkan dan
saling menyalahkan, ini karena tidak ada ujung jubah (tidak ada
jubah yang melingkupi bait
suci).
Kalau
ada ujung jubah, maka bait
suci
dapat
menjadi satu. Ujung jubah inilah yang
nanti akan
menyatukan! Yang melingkupi bait
suci
itu bukan nyanyian, dll, tetapi ujung jubah (hanya ujung jubah yang
menyatukan). Kabar Mempelai
ini bukan untuk satu gereja, bukan! Kabar Mempelai
ini ada di dalam alkitab
(Matius 25: 6 ‘lihat mempelai datang,
songsonglah Dia’). Jadi, di dalam
alkitab ada Kabar
Baik
dan harus ditingkatkan ke Kabar
Mempelai
(Kabar Mempelai
juga merupakan istilah dari
dalam alkitab).
Mari perlahan-lahan
kita mohon kepada TUHAN, supaya pengajaran ini
dapat disebarkan. Semoga kita dapat
mengerti.
- Dalam
penderitaan (sakit
pendarahan
selama
dua belas
tahun)
= kesusahan,
ketakutan, stress,
kelemahan.
- Semakin
buruk =
dalam
kemustahilan
= sampai
binasa untuk
selamanya.
Inilah
keadaan gereja TUHAN tanpa takhta TUHAN (tanpa ujung jubah TUHAN
atau tanpa Kabar
Mempelai).
Kabar Mempelai
itu alkitab,
dari kitab
Kejadian sampai Wahyu. Alkitab dibuka dengan nikah Adam dan Hawa
(mempelai), sampai akhirnya dalam Wahyu 19 ‘berbahagialah
yang diundang ke perjamuan kawin’ (ini
juga Mempelai).
Kabar Mempelai
bukan milik satu gereja, apalagi milik Widjaja,
tidak! Kabar Mempelai
atau Pengajaran
Mempelai
milik seluruh gereja, karena alkitab
adalah milik seluruh gereja. Kita tinggal mau dibukakan (diungkap)
atau tidak! Dari Kabar
Baik
(keselamatan) diungkap, ditingkatkan untuk kesempurnaan. Kalau tidak
ada ujung jubah (takhta TUHAN), maka keadaan gereja itu parah
(selamat tetapi parah) seperti perempuan yang
sakit pendarahan selama
dua belas tahun. Semoga kita dapat
mengerti.
Banyak
usaha yang dilakukan oleh perempuan yang sakit
pendarahan selama dua belas tahun,
tetapi keadaannya semakin memburuk dan habis-habisan (semuanya
habis). Namanya orang masih hidup di dunia, boleh saja kalau ada
usaha secara manusia, asalkan halal (tidak melawan Firman).
Misalnya:
- kalau
sakit, kita berobat ke dokter (jangan ke dukun dll). Kalau usaha
yang sesuai dengan Firman, itu boleh.
- ada
usaha untuk menanggulangi ekonomi ; mungkin menambah modal.
- supaya
mendapatkan penghasilan lebih, sekolah lagi ke S2, silahkan saja!
Tetapi
kenyataannya, keadaannya semakin buruk dan habis-habisan. Kalau kita
hanya mengandalkan sesuatu yang dari dunia untuk menyelesaikan
masalah-masalah, maka keadaan kita akan semakin buruk dan
habis-habisan. Jangan putus asa, mungkin sekarang
ini keadaan rohani semakin buruk, keadaan ekonomi, pelayanan (jemaat
banyak yang keluar), kesehatan semakin memburuk
dan busuk, tetapi masih ada kesempatan
untuk menjamah ujung jubah YESUS, sehingga kita mengalami suasana
takhta surga. Menjamah jubah YESUS = mendengar (menerima) dan
dengar-dengaran kepada Kabar Mempelai.
Banyak usaha yang dilakukan, tetapi jika semakin memburuk, jangan
kecewa dan putus asa, sebab masih ada satu yang ditunggu oleh TUHAN,
yaitu kita harus menjamah jubah YESUS.
Mari
kita dahulukan Dia, jangan membuat Dia menjadi
cemburu. Hubungan suami istri
(hubungan Kepala dan tubuh) itu tidak boleh
diotak-atik. Ini harus diutamakan! Soal ibadah, harus taat
dengar-dengaran, soal apapun juga, tetap taat saja, itulah menjamah
ujung jubah. Kita tinggal menjamah ujung jubah dan Dia yang melakukan
semuanya untuk kita. Untuk menjamah ujung jubah, memang ada
prosesnya. Dari sekian banyak (bisa ribuan orang) mengikuti YESUS,
coba bagaimana kalau disuruh menjamah ujung jubah YESUS? Disamping
itu, perempuan ini sakit pendarahan.
Perempuan yang sehat saja kalah kalau dengan laki-laki, apalagi kalau
perempuan yang sakit pendarahan.
Proses
menjamah ujung jubah:
- Tidak
berharap lagi kepada apapun yang di dunia dan hanya berharap kepada
YESUS.
Kalau masih ada harapan untuk pergi
ke dokter (dunia), perempuan yang pendarahan ini tidak akan datang
kepada YESUS. Karena semuanya sudah tidak bisa, tidak ada harapan
lagi pada dunia, baru berharap kepada YESUS. Itulah yang mendorong
kita untuk menjamah ujung jubah.
- Tidak
putus asa saat menghadapi halangan, rintangan, tetapi tekun berusaha
untuk bisa mendekati YESUS (menjamah ujung jubah).
Tadi saya sudah katakan, mau
mendekati untuk menjamah YESUS, ditabrak sana sini, mungkin sampai
jatuh, tetapi tidak kecewa.
Hari-hari ini kita harus bertekun
untuk mendengarkan Firman. ‘Saya belum ditolong, percuma saya
datang’ Teruskan saja dan tetap berusaha untuk mendengarkan
Firman. Tadi proses pertama ‘hanya berharap kepada YESUS’ =
hanya berharap kepada Firman. Kita mendengarkan Firman, supaya ada
harapan.
- Merendahkan
diri (hancur hati), artinya
- merasa
tidak layak = tidak menuntut, malah mengaku banyak kesalahan,
kekurangan, dosa-dosa. Sebenarnya kita tidak boleh menuntut,
supaya ditolong oleh TUHAN, semestinya => ‘saya berdosa dan
saya tidak patut ditolong’. Kemarin saya bersaksi di Malang, di
saat-saat TUHAN memberkati saya, saya seringkali menangis =>
‘saya tidak patut menerima berkat, masih banyak yang kurang dalam
pelayanan’.
- merasa
tidak berdaya, tidak mampu, tidak bisa berbuat apa-apa. Seperti
perempuan yang sakit
pendarahan sudah kesana kemari, tetapi
tidak tertolong (tidak bisa apa-apa) dan sudah angkat tangan =>
‘saya sudah tidak bisa TUHAN’.
Saat
sudah tidak layak, tidak mampu berbuat apa-apa,
masih ada usaha terakhir yaitu menjamah ujung jubah TUHAN = mendengar
dan taat dengar-dengaran kepada Firman pengajaran yang benar (Kabar
Mempelai). Disitulah kita dapat
mengulurkan tangan (mengangkat tangan) kepada TUHAN dan TUHAN akan
mengulurkan Tangan kepada kita semuanya,
sehingga mujizat akan terjadi.
Hasilnya
adalah
- Mazmur
62: 12,
13,
12.
Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa (1)
kuasa dari Allah asalnya,
13.
dan dari pada-Mu juga (2)
kasih
setia, ya TUHAN; sebab Engkau membalas setiap orang menurut
perbuatannya
Hasil
pertama: kita
mengalami belas kasih dan kuasa TUHAN yang bagaikan uluran Dua
Tangan
TUHAN =
Tangan
belas kasih dan kuasa TUHAN diulurkan untuk menolong kita,
menyelesaikan semua masalah yang mustahil tepat pada waktu-Nya,
menyembuhkan penyakit tepat pada waktu-Nya (selesai pendarahan).
Perempuan yang sakit
pendarahan dua
belas tahun = kanker rahim.
Saat
kita menjamah ujung jubah TUHAN/mau mendengar dan dengar-dengaran
kepada Firman pengajaran yang benar apapun resikonya (sekalipun
tidak masuk akal, jamah saja!) dan tidak ragu sedikitpun, maka saat
itu kita mengalami belas kasih dan kuasa TUHAN. Banyak usaha kita,
tetapi satu yang ditunggu oleh TUHAN yaitu menjamah ujung jubah-Nya
dan jangan ragu sedikitpun.
- ujung
jubah memenuhi/melingkupi Bait Suci’.
Jadi,
hasil kedua adalah
Tangan
belas kasih dan kuasa TUHAN diulurkan untuk:
- memelihara
kita ditengah kemustahilan. Sekarang semuanya sulit, tetapi ujung
jubah TUHAN dapat
menolong kita.
- melindungi
kita dari celaka, marabahaya dalam bentuk apapun di dunia ini,
penghukuman TUHAN, neraka, bahkan dari antikrist.
Semoga kita dapat
mengerti.
Inilah
yang harus kita yakini dengan sungguh-sungguh. Manusia mengatakan
=> ‘tidak semudah
membalik telapak tangan’, Tetapi kalau
TUHAN bekerja itu ‘semudah
membalik telapak tangan’. Saat menghadapi Lazarus mati, tetapi
TUHAN mengatakan
=> ‘dia sedang tidur dan kita akan bangunkan’ Bayangkan saja,
menghadapi orang mati seperti membangunkan orang tidur. Begitu mudah
kalau TUHAN Yang
bekerja. Kita hanya menjamah ujung jubah dan Dia yang bekerja.
- Keluaran
28: 33,
Pada ujung gamis itu haruslah kaubuat buah delima dari kain ungu
tua, kain ungu muda dan kain kirmizi, pada sekeliling ujung gamis
itu, dan di antaranya berselang-seling giring-giring emas,
Ayat
33 => ‘ujung
gamis’
=> ujung jubah.
Pada ujung jubah,
ada giring-giring emas (lonceng emas) yang merdu bunyinya dan ada
buah delima dari kain yang berwarna-warni. Begitu indah ujung jubah
TUHAN.
Hasil ketiga: tangan
belas kasih dan kuasa TUHAN diulurkan untuk memberikan masa depan
yang berhasil, indah dan bahagia.
Dari sakit
pendarahan
selama dua
belas tahun yang tidak indah, busuk,
tetapi kalau dapat
menjamah ujung jubah TUHAN, maka benar-benar menjadi indah pada
waktunya.
Mungkin
anak kita, suami kita dll, busuk (dalam kenajisan), doakan supaya
mereka dapat
menjamah ujung jubah TUHAN. Sekalipun orang Kristen, sudah percaya
YESUS, sudah dibaptis, ataupun yang belum, biarlah kita bawa mereka
kepada TUHAN supaya mereka
dapat menjamah ujung jubah. Yang busuk,
tidak ada harapan, bawalah kepada TUHAN. Kalau tetap tidak mau ke
gereja, doakan, berikan majalah manna, dvd,
lewat internet. Sudah berpuluh-puluh negara yang sudah membuka
internet, yang saya kaget Israel juga banyak yang membuka internet.
Mari kita doakan supaya
Kabar
Mempelai
itu secepat kilat (‘seperti kilat dari
timur ke barat’). Ini sering diterangkan
secara hurufiah
=> ‘dari sana ke sana’ Saya diam saja, tetapi yang benar
‘dari timur ke barat’ ini tentang Kabar
Mempelai
(Firman pengajaran yang benar, yang menyatukan bait
suci).
Yang
indah adalah kalau bel itu berbunyi
(giring-giring emas berbunyi). Bel emas
berbunyi artinya penyembahan dalam urapan
Roh Kudus, dapat
disertai dengan bahasa
Roh, hancur hati. Jika kita dapat
menyembah TUHAN, itulah hidup kita yang paling indah. Semoga kita
dapat mengerti.
Sampai
yang terindah, nanti jika TUHAN datang
kembali ke dua kali, kita akan disucikan, diubahkan sampai sempurna
seperti Dia dan kita bertemu dengan Dia di awan-awan yang permai.
Kita bersama dengan Dia untuk selama-lamanya. Menderita secara
jasmani, bagi saya adalah saat tidak bisa tidur. Dulu saya tidak
bisa tidur selama tiga
hari karena stress,
itulah yang paling menderita.Kalau puasa tidak makan, ini sudah
biasa, tetapi kalau tidak bisa tidur ini menderita (mau membaca
Firman, mau diam terasa tidak enak). Menderita secara rohani adalah
saat-saat kita tidak
dapat
berdoa. Kalau doa kita tidak menyambung
dengan TUHAN (kering), itulah penderitaan. Saat kita bisa berdoa
dengan urapan Roh Kudus, disertai bahasa Roh, hancur hati, tetesan
air mata maka
kita akan merasakan
takhta TUHAN, itulah yang paling indah. Biarpun saat itu kita berada
didalam kondisi seperti perempuan yang
sakit pendarahan selama
dua belas tahun, tetapi itulah yang
paling indah.
Mari
sekarang ini, mungkin sudah banyak usaha
kita untuk menanggulangi kehidupan kita di dunia ini (secara
jasmani), jangan putus asa kalau usaha kita tidak berhasil, yang
TUHAN tunggu hanya satu yaitu jamah ujung
jubah TUHAN. Terima Kabar Mempelai,
mendengar dan dengar-dengaran (taati) sungguh-sungguh, maka Tangan
belas kasih dan kuasa TUHAN bagaikan ujung jubah akan melingkupi kita
sekalian:
- bisa
menolong kita,
- memelihara
kita,
- melindungi
kita,
- sampai
menjadikan semuanya indah pada waktunya
yaitu:
- jasmani
indah, ada masa depan yang indah.
- rohani
indah, kita dapat
menyembah TUHAN (menyerah kepada Dia).
- sampai
yang terindah, saat Dia datang kembali ke dua kali, kita diubahkan
menjadi sama mulia dengan Dia, yaitu kita menjadi Mempelai
Wanita
yang akan terangkat
di awan-awan, sampai terangkat di Takhta
TUHAN (kita duduk bersanding di Takhta
dengan Dia untuk selama-lamanya). Mari jamah ujung jubah-Nya dan
semuanya akan indah pada waktu-Nya.
TUHAN
memberkati kita semuanya.1