Kita
masih membaca didalam Kitab Wahyu 1: 13-16,
ini tentang penampilan
Pribadi YESUS dalam empat
keadaan yang sebenarnya:
- Ay
13, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Imam Besar, dengan tanda:
berpakaian jubah panjang sampai di kaki dan dadanya berlilitkan ikat
pinggang.
- Ay
14, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Raja diatas segala raja,
dengan tanda: rambutnya putih bagaikan bulu yang putih metah dan
mata-Nya bagaikan nyala api.
- Ay
15, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Hakim Yang Adil, dengan
kaki yang mengkilat bagaikan tembaga yang membara didalam perapian
dan suaranya bagaikan desau air bah.
- Ay
16, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Mempelai Pria Surga untuk
bersatu dengan kita selama-lamanya.
Kita
masih berada pada ayat yang ke 14, penampilan YESUS yang kedua.
Jangan bosan, sudah beberapa kali kita sudah membaca dan TUHAN akan
memberikan sesuatu yang baru bagi kita.
Wahyu
1: 14,
Kepala
dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya
bagaikan nyala api.
Jadi,
YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Raja di atas segala raja,
dengan tanda:
- ‘Kepala
dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah’
Apa
yang dilihat oleh rasul
Yohanes di pulau
Patmos, pernah dilihat juga oleh Nabi Daniel lewat mimpi.
Daniel
7: 9,
Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah
Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya
bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan
roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;
Ay 9 => ‘Yang
Lanjut Usianya’
=
Yang Kekal.
Yang dilihat oleh rasul
Yohanes di pulau
Patmos (‘kepala
dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah’),
ini juga dilihat Daniel (‘YESUS
dengan rambut-Nya bersih seperti bulu domba’).
Ini
menunjuk,
YESUS Yang
duduk di takhta kerajaan surga sebagai Raja diatas segala raja.
Rambut putih = mahkota keindahan = mahkota kemuliaan (raja memakai
mahkota). Ini semua sudah diterangkan.
- ‘mata-Nya
bagaikan nyala api’
Sekarang
kita membahas tanda yang kedua, ‘
mata-Nya
bagaikan nyala api’.
Mazmur
11: 4,
TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga;
mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia.
‘mata-Nya
bagaikan nyala api’
artinya ‘
mata-Nya
mengamat-amati’
= YESUS sedang menyucikan hamba TUHAN, pelayan TUHAN, dengan nyala
api Firman ALLAH,
Roh Kudus dan kasih ALLAH
supaya menjadi pelayan TUHAN bagaikan nyala api.
Ibrani
1: 7,
Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: "Yang membuat
malaikat-malaikat-N menjadi badai dan pelayan-pelayan-Nya menjadi
nyala api."
Hamba
TUHAN, pelayan TUHAN yang bagaikan nyala api yaitu
hamba TUHAN, pelayan TUHAN yang suci, setia dan berkobar-kobar dalam
ibadah pelayanan kepada TUHAN. Dalam
ibadah
sebelumnya kita sudah mendengarkan pelayan TUHAN bagaikan nyala api =
Biji
Mata
TUHAN. Sekarang
ini
dikaitkan dengan Kitab Daniel, ‘takhta TUHAN bagaikan nyala api’
Daniel
7: 9,
Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah
Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya
bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan
roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;
Ay
9 =>
‘kursi-Nya dari nyala
api’ =
takhta-Nya.
Pelayan
TUHAN yang suci, setia dan berkobar-kobar = nyala api. Takhta TUHAN =
nyala api.
Jadi, pelayan
TUHAN yang suci, setia dan berkobar-kobar
=
takhta-TUHAN
= bersuasana takhta surga sampai satu waktu dapat
duduk di takhta surga untuk selama-lamanya. Semoga kita dapat
mengerti.
Mengapa
harus terjadi penyucian supaya kita menjadi takhta TUHAN (bersuasana
takhta surga sampai dapat
duduk di takhta surga)? Inilah penampilan YESUS dengan Mata
bagaikan nyala api yang dikaitkan dengan takhta. Sebenarnya dulu
manusia diciptakan oleh TUHAN untuk diletakkan di takhta TUHAN,
tetapi karena berbuat dosa, manusia diusir. Nanti kita akan
dikembalikan lagi ke takhta TUHAN.
Kejadian
2: 8-15,
8.
Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur;
disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.
9.
Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang
menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di
tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik
dan yang jahat.
10.
Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan
dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.
11.
Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh
tanah Hawila, tempat emas ada.
12.
Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu
krisopras.
13.
Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi
seluruh tanah Kush.
14.
Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah
timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat.
15.
TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
Ay
8 => ‘
Selanjutnya TUHAN
Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur’
=> Ada Eden, ada taman Eden (membuat taman di Eden). Jadi, Eden
dan taman Eden itu beda. Eden itu tempatnya, kemudian dibuat taman
disana, lalu disebut taman Eden.
‘
disitulah
ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu’
=> manusia yang mempunyai gambar dan teladan seperti TUHAN.
Ay
9 => ‘
Lalu TUHAN
Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi’
=> Jadi, ada bumi, ada Eden dan ada taman Eden. Inilah tiga tempat
yang harus di
mengerti.
Ay
11 => ada sungai mengalir, tempatnya emas. Ini luar biasa.
Dulu
Musa melihat kerajaan surga diatas gunung Sinai, kemudian TUHAN
memerintahkan Musa untuk membuat surga di bumi, itulah tabernakel
(kemah suci). Ini bisa dipelajari mulai Keluaran 25. Jadi surga itu
tidak abstrak (sudah pernah dilihat oleh
Musa dan Musa membuat
di dunia ini, itulah tabernakel), TUHAN kita juga tidak abstrak (ada
YESUS yang datang ke dunia).
Tabernakel
terdiri dari tiga ruangan:
- Halaman,
itu menunjuk bumi (dunia yang kita huni saat ini).
- Ruangan
suci, itu menunjuk Eden.
- Ruangan
maha suci, dimana terdapat tabut perjanjian. Ruangan maha suci itu
menunjuk taman Eden. Didalam taman Eden terdapat pohon kehidupan,
itulah Pribadi
YESUS.
Jadi,
taman Eden adalah takhta TUHAN. Ruangan maha suci (dimana terdapat
tabut perjanjian) itulah takhta TUHAN. Kalau TUHAN berbicara kepada
Musa => ‘diatas tabut perjanjian Dia berfirman’. TUHAN
menciptakan manusia yang memiilki gambar dan teladan TUHAN (sama
dengan TUHAN) dan diletakkan di taman Eden,
ini
berarti manusia
ditempatkan di takhta TUHAN. Jadi, sebenarnya kita berada di takhta
TUHAN (di taman Eden). Tetapi sayang, karena manusia berbuat dosa,
akhirnya diusir dari taman Eden menuju bumi.
Kejadian
3: 23,
Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan
tanah dari mana ia diambil.
Ay
23 => ‘
tanah dari
mana ia diambil’ =>
itulah bumi.
Karena
manusia berbuat dosa, maka manusia diusir dari taman Eden (takhta
TUHAN) menuju bumi dalam suasana kutukan (letih lesu, beban berat,
air mata dst), sampai kebinasaan untuk selamanya (‘
dari
debu kembali menjadi debu’).
TUHAN tidak mau manusia yang diciptakannya binasa, itulah sebabnya
Dia menggunakan sorot mata-Nya untuk mengembalikan manusia ke takhta
TUHAN.
Ada
tiga macam dosa yang mengakibatkan manusia diusir dari taman Eden
(takhta TUHAN) menuju bumi
yaitu:
- Tidak
taat dengar-dengaran atau melanggar Firman ALLAH
(manusia
memakan buah yang dilarang oleh TUHAN).
Firman TUHAN kepada
manusia => ‘semua
buah pohon di taman boleh kau makan buahnya dengan bebas, kecuali
satu’.
Justru pohon yang satu (yang dilarang oleh TUHAN), malah dimakan
oleh manusia. Sebenarnya perintah TUHAN itu tidak berat, yang
membuat berat adalah dunia ini (dunia menarik kita). Seandainya
Firman TUHAN waktu itu => ‘semua
buah pohon di taman tidak boleh dimakan, kecuali satu‘
Dari ribuan buah hanya dilihat-lihat, cuma satu buah saja yang
dimakan setiap hari, itu baru berat perintahnya. Jadi, jangan
salahkan TUHAN => ‘perintah TUHAN berat, mana bisa taat’?
perintah TUHAN tidak berat! Semoga kita dapat
mengerti.
Kejadian
3: 1,
Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat
yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan
itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini
jangan kamu makan buahnya, bukan?"
Ay
1 => ular
berkata
‘Semua
pohon dalam taman ini jangan
kamu makan
buahnya, bukan?".
Kalau TUHAN berFirman
‘boleh
dimakan semua buahnya,
kecuali
satu’.
Jadi, suara ular dan suara TUHAN berbeda.
Hawa
yang selama ini sudah berpegang teguh kepada Firman (taat kepada
Firman) ‘makan segala buah dari pohon yang tidak dilarang TUHAN’,
hidupnya enak dan bahagia, lalu mengapa
Hawa mendadak sontak memakan buah yang dilarang oleh TUHAN?
Inilah pelajaran bagi kita. Hawa sekian lama taat, lalu mendadak
tidak taat (berpaling dari Firman pengajaran yang benar). Jawabannya
adalah
- sebab
Hawa mendengarkan suara asing
= pengajaran yang lain, yang berbeda dari yang sudah kita terima.
Inilah bahaya! Jadi, mendengarkan pengajaran yang lain ada efeknya,
kita jangan bilang => ‘ada filternya’, Kita tidak akan kuat
kalau mendengarkan pengajaran yang lain. Sudah terbukti Hawa tidak
kuat, Salomo juga tidak kuat. Salomo mendengarkan Firman pengajaran
yang benar sampai dipermuliakan oleh TUHAN, Salomo sudah tua dan
berpengalaman, tetapi begitu mendengar suara istrinya, Salomo
jatuh. Ini sudah rumus!
- setelah
Hawa mendengarkan suara asing, Hawa
menjadi bimbang
=> ‘mana yang benar ini, TUHAN atau ular’. Karena
sudah mendengar dua suara, maka
Hawa
mulai bimbang.
- kalau
sudah bimbang, pasti
berbalik dari Firman pengajaran yang benar
= tidak taat dengar-dengaran (tidak berpegang teguh) kepada ajaran
yang benar.
Inilah
rumus dari alkitab,
bukan rumus dari saya. Saya hanya
belajar dari alkitab,
saya baca dan saya tekuni. Hawa ini mewakili perempuan, jangan
pernah perempuan berkata => ‘aku ada filternya, kuat’ Jangan!
Salomo juga mewakili laki-laki, jangan pernah laki-laki berkata =>
‘saya ini berpengalaman, saya kuat’ Jangan! Sebab kalau
mendengar ajaran yang lain pasti hatinya bimbang. Inilah hebatnya
antara ular dan TUHAN, setelah bimbang, pasti manusia memilih ular
(pasti memilih yang salah), tidak mungkin tidak! Guru saya pernah
mengatakan => ‘kalau ada orang memilih ajaran yang salah, sulit
untuk dibetulkan, kalau bukan dari kemurahan TUHAN, tidak dapat
dibetulkan’ Sebab dia sudah merasa benar sendiri, jadi susah
dibetulkan. Semoga kita dapat
mengerti.
Ini
juga terjadi dalam perjanjian baru
=> Galatia
1: 6-8,
10,
6.
Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh
kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu
injil lain,
7.
yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu
dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
8.
Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang
memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang
telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
10.
Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau
kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku
masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba
Kristus.
Ay
6 => ‘mengikuti
suatu injil lain’
=> ajaran lain, yang beda dari yang sudah kita terima. Misalnya:
alkitab
mengatakan
‘tidak boleh’, tetapi ajaran lain mengatakan
‘boleh’. Lalu menjadi bimbang, mau mimilih
alkitab
atau ajaran lain. Akhirnya memilih
ajaran lain, sekalipun alkitab
bilang ‘tidak boleh’.
Ay 7 => ‘yang
sebenarnya bukan Injil’
=> pendapat manusia. Kalau Firman TUHAN sudah ditambah dan
dikurangi menjadi pendapat manusia. Contohnya: Firman TUHAN berkata
‘jangan membunuh’, Kalau terpaksa, keadaan terjepit bagaimana?
Akhirnya Firman ditambah. Ini bukan Firman lagi, melainkan perkataan
manusia (ajaran lain).
Ay
8 => Malaikat dari surga pun kalau mengajarkan yang berbeda dari
alkitab,
maka ‘terkutuklah dia’.
Selain dialami oleh Hawa di taman
Eden, ini juga dialami oleh sidang jemaat di Galatia. Sidang jemaat
Galatia begitu cepat berbalik untuk mengikuti injil yang lain
(ajaran yang lain), karena hanya untuk menyenangkan manusia.
Hati-hati bagi hamba TUHAN, seringkali mau menyenangkan manusia atau
sidang jemaat, sehingga alkitab
ditambah, dikurangi, diputar balikkan, diubah. Semoga kita dapat
mengerti.
Demikian
juga bagi yang mendengarkan. Sudah jelas ada yang mengajarkan ajaran
lain, tetapi masih mendengarkan, supaya untuk menyenangkan saja =>
‘saya sungkan, untuk menyenangkan saja’ Akhirnya mendengarkan
ajaran lain. Jadi, kuncinya hanyalah untuk menyenangkan manusia,
bahkan untuk menyenangkan diri sendiri (bukan untuk menyenangkan
TUHAN). Itulah orang yang tidak taat! Semoga kita dapat
mengerti.
Tidak taat dengar-dengarkan inilah yang membuat
suasana takhta
(suasana taman Eden) menjadi suasana kutukan. Dimana ada ketidak
taatan disitulah ular bercokol dan jika ada ular, maka yang ada
hanyalah suasana kutukan. Dengarkanlah baik-baik, kaum muda di rumah
tangga, kalau tidak taat, ularlah yang ada. Demikian juga kalau
disekolah tidak taat, bahkan dimana saja. Seringkali kita melawan
Firman TUHAN, karena hanya untuk menyenangkan orang lain dan
menyenangkan diri sendiri, akhirnya membuat pilu hati TUHAN,
mengecewakan TUHAN. Biasanya kalau sudah tidak taat, malah mengajak
yang lainnya?
- Salah
dalam tahbisan
= salah
dalam pelayanan.
Kejadian
3: 6,
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan
sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi
pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan
diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan
suaminyapun memakannya.
Ay
6 => ‘Lalu
ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga
kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun
memakannya’
=> kalau sudah melawan ajaran yang benar (tidak taat), akhirnya
mengajak yang lain (bergosip dll). Seperti Hawa mengajak suaminya
untuk memakan buah yang dilarang TUHAN. Inilah salah dalam
tahbisan.
Hawa memerintahkan Adam (suaminya), untuk makan
buah yang dilarang oleh TUHAN, untuk
sekarang berarti
- wanita
mengajar dan memerintah dimana ada laki-laki baik didalam rumah
tangga, maupun di rumah TUHAN. Inilah salah tahbisan.
- wanita
mau menjadi kepala atas laki-laki. Inilah yang berbahaya.
1
Timotius 2: 11-14,
11.
Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan
patuh.
12.
Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak
mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.
13.
Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa.
14.
Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang
tergoda dan jatuh ke dalam dosa.
Ay
12 => ini dikaitkan dengan Adam dan Hawa pada ay 13.
Wanita
mengajar dan memerintah laki-laki, ini dikaitkan dengan kejatuhan
Hawa. Kalau wanita mau menjadi kepala atas laki-laki, ini susunannya
terbalik. Hati-hati, didalam nikah rumah tangga, rumah TUHAN (dalam
ibadah). Semoga kita dapat
mengerti.
TUHAN berkata =>
‘semua buah pohon di taman, boleh kau makan
buahnya dengan bebas, kecuali satu’,
artinya wanita boleh
melayani apa saja kecuali satu, yaitu tidak boleh mengajar dan
memerintah laki-laki (baik didalam rumah tangga atau rumah TUHAN)
atau wanita tidak boleh menjadi kepala atas laki-laki. Ini bukan
berarti wanita tidak boleh melayani. Sebenarnya banyak pelayanan
yang boleh bagi wanita, seperti zangkoor, kolekte dll. Wanita juga
boleh mengajar sesama wanita (ada ayatnya dalam 1 Timotius). Ini
semua sudah digenapkan didalam perjanjian baru. Banyak
pertanyaan-pertanyaan, tetapi sudah dijawab dengan ayat ini didalam
perjanjian baru. Semoga kita dapat
mengerti.
Jika wanita mengajar dan memerintah laki-laki
(wanita menjadi kepala atas laki-laki), maka TUHAN YESUS tidak dapat
menjadi Kepala.
Susunan yang benar dalam 1 Korintus:
- Kristus
sebagai Kepala
dari suami.
- Suami
sebagai kepala dari istri = laki-laki sebagai kepala dari wanita.
Jika
laki-laki (suami) menjadi kepala dari wanita (istri), maka YESUS
yang menjadi Kepala.
Tetapi jika wanita yang menjadi kepala atas laki-laki, maka YESUS
tidak dapat
menjadi kepala di dalam
nikah rumah tangga atau di
dalam ibadah dan yang menjadi kepala
adalah ular (setan). Inilah salah tahbisan yang membuat suasana
takhta menjadi suasana bumi (suasana kutukan dan kebinasaan). Semoga
kita dapat
mengerti.
Di dalam Wahyu 2: 19-20 (nanti akan dipelajari
lagi), ‘ini akan dicela oleh TUHAN’.
Biarpun kelihatan maju, sekalipun dipegang seorang wanita, tetapi
dicela oleh TUHAN. Dicela artinya
tidak dapat menjadi
sempurna.
Wahyu
2: 19,
20,
19.
Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik
pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang
terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.
20.
Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel,
yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan
hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan
persembahan-persembahan berhala.
Ay19
=> ‘Aku
tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang
pertama’
=> berkembang dan luar biasa.
Ay 20 => ‘Tetapi
Aku mencela engkau’
=> mencela itu berarti ada cacat cela.
Sidang
jemaat Tiatira
kelihatan maju, tetapi karena ada wanita yang mengajar dan
memerintah laki-laki, maka TUHAN mencela pelayanannya, artinya
sidang jemaat Tiatira:
- tetap
berada di dalam
cacat cela,
- tidak
dapat menjadi sempurna,
- tidak
dapat
kembali ke takhta (sebab hanya yang sempurna bisa kembali ke taman
Eden) dan binasa untuk selamanya. Semoga kita bisa mengerti.
Jadi,
jika tidak taat, pasti salah dalam tahbisan. Yang menjadi komando
atau Kepala
adalah Firman TUHAN. Misalnya: karena haus, kepala atau komando
memberi perintah untuk mengambil air, lalu yang diambil ‘setrum’.
Akhirnya mati. Inilah ketidak taatan yang membuat salah dalam
tahbisan. Jadi, kalau tidak taat kepada pengajaran yang benar =
melawan ajaran yang benar = berbalik kepada ajaran lain, maka salah
dalam pelayanan (tahbisan) baik dalam rumah tangga maupun
di dalam
rumah TUHAN.
Kalau sudah salah, tetapi mengaku benar, itulah
kebenaran sendiri. Inilah yang berbahaya! Contohnya seperti Hawa
tadi, sudah tidak taat, bimbang karena mendengar dua suara (suara
TUHAN dan ular) => ‘mana yang benar?’, akhirnya Hawa tidak
taat dan memilih yang salah, sudah salah pelayanannya, lalu suaminya
dipaksa, diperintah, diajar. Kalau wanita
berdiam diri artinya memberi kesempatan pria
untuk menjadi kepala atas wanita dan memberi kesempatan YESUS
menjadi Kepala
atas rumah tangga dan rumah TUHAN. Inilah Adam dan Hawa yang sudah
salah, tetapi mengaku benar, akhirnya diusir ke dunia dan tidak
dapat
kembali ke firdaus.
Kalau waktu itu Adam dan Hawa mengaku kepada TUHAN => ‘saya
salah TUHAN’, maka mereka
dapat kembali lagi ke firdaus.
- Kebenaran
diri sendiri.
Kejadian
3: 7, 11,
12,
7.
Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka
telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat
cawat.
11.
Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa
engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang
engkau makan itu?"
12.
Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku,
dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
Ay
7 => ‘bahwa
mereka telanjang’
=> mereka sudah tahu kalau telanjang = sudah tahu kalau
bersalah.
‘lalu
mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat’
=> berusaha sendiri dengan menyemat daun pohon ara.
Saat
Adam ditanya oleh TUHAN => “Apakah
engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?",
seharusnya
jawaban Adam => ‘Ya, saya makan’ dan sudah selesai. Tetapi
jawabannya lain => "Perempuan
yang Kautempatkan
di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka
kumakan.",
ini
berarti
perempuan disalahkan dan TUHAN (‘Kau’) juga disalahkan. Bpk pdt
van
Gessel selalu mengatakan
orang yang bersalah tetapi menyalahkan orang lain, posisinya adalah
satu jari kepada orang lain, satu jari kepada TUHAN dan tiga jari
lainnya kepada diri sendiri. Ini harus disadari. Sebenarnya Adam
sudah sadar karena berbuat salah (sudah telanjang), tetapi tidak mau
mengaku => ‘kami benar, dia yang kebenaran sendiri’.
Kebenaran sendiri itu bagaikan menyemat daun pohon ara. Daun memang
bisa menutupi ketelanjangan,
tetapi hanya
sebentar saja, lalu terkena panas, hujan, akhirnya robek dan
telanjang lagi, itulah kebenaran diri sendiri.
Kebenaran
diri sendiri yaitu:
- menutupi
dosa atau kesalahan dengan cara menyalahkan orang lain,
- bahkan
menutupi dosa dengan menyalahkan TUHAN (menyalahkan pengajaran yang
benar). Itu
sebabnya, jangan
gampang-gampang mulut
ini
berbicara
untuk menyalahkan orang lain dan jangan menyalahkan ajaran yang
benar. Kalau ajaran benar kita salahkan itu sama dengan kita
menyalahkan TUHAN.
- menutupi
dosa dengan menyalahkan setan. Kalau sudah menyalahkan setan,
berarti sudah tidak bisa bertobat lagi => ‘memang ini karena
setan, saya sebenarnya tidak mau, tetapi setan yang mendorong’.
Inilah
hanya mengoper-oper dosa dan tidak menyelesaikannya. Akibat
kebenaran diri sendiri adalah
tetap telanjang sehingga
diusir dari taman Eden (dari takhta ALLAH)
menuju bumi dengan suasana kutukan dan kebinasaan. Kita harus
berhati-hati terhadap tiga macam dosa ini yaitu:
- dosa
tidak taat,
- dosa
salah tahbisan,
- kebenaran
sendiri.
Semoga kita dapat
mengerti.
Waktu
manusia berdosa (tiga macam dosa), taman Eden diangkat oleh TUHAN
(suasana takhta TUHAN diangkat), sehingga manusia hidup dalam arus
duniawi atau sungai dunia yang
bersuasanakan kutukan. (Sebelumnya
di taman Eden ada arus sungai yang mengalir, itulah arus takhta
TUHAN)
Arus
dunia yang bersuasana kutukan, antara lain:
- Arus
materialistis (arus sungai Pison).
Dulu
di taman Eden ada sungai yang ada emasnya
=> Ini
dulu dalam arti rohani, karena sudah diangkat oleh TUHAN, maka
sekarang dalam arti yang jasmani
yaitu
yang dicari terus
menerus adalah emas
bukannya melihat emas Firman, emas iman. Contohnya: mencari emas
yang di dunia ini atau mas => ‘siapa namanya itu?’ mas ‘A’,
tetapi memiliki
sepuluh mobil
tetapi
dia berada
diluar
TUHAN, tidak peduli lagi. Inilah arus materialistis.
Kejadian
2: 10-12,
10.
Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan
dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.
11.
Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi
seluruh tanah Hawila, tempat emas ada.
12.
Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu
krisopras.
Arus
materialistis yaitu:
- arus
di dunia yang membuat manusia (hamba TUHAN, anak TUHAN) sibuk untuk
mencari kekayaan dunia, sampai lupa mencari TUHAN = sampai tidak
setia dan meninggalkan ibadah pelayanan, bahkan sampai meninggalkan
TUHAN. Akibatnya adalah gugur dari iman. Inilah arus dunia yang
berlawanan dengan arus di takhta TUHAN. Misalnya: lewat pasangannya
yang tidak seiman, sehingga
mengacaukan kita.
- atau
sebaliknya, beribadah melayani TUHAN, tetapi hanya untuk mencari
dan menonjolkan perkara-perkara jasmani. Ini seperti jemaat
Laodekia yang
hanya
menggembar-gemborkan
hal
yang jasmani.
Wahyu
3: 15-17,
15.
Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas.
Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
16.
Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku
akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
17.
Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku
dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu,
bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,
Ay
17 => ‘Karena
engkau berkata: Aku kaya’
=> yang digembar-gemborkan adalah kekayaan, berkat dunia dll,
tetapi kesucian (kerohaniannya) tidak ada. Soal dosa-dosa, kesucian
tidak pernah dibahas.
‘aku
telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa’
=> secara jasmani memang kaya, tetapi bagaimana
dengan kerohaniannya?
‘karena
engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta
dan telanjang’
=> inilah keadaan rohaninya.
Jika beribadah melayani hanya
untuk mencari perkara jasmani tanpa kesucian, akibatnya
adalah
suam-suam rohani dan akan
dimuntahkan
oleh TUHAN, sehingga hidupnya menjadi najis dan jijik. Inilah arus
materialistis, bahkan sampai menyangkal TUHAN (gugur dari
iman).
Amsal
30: 8,
9,
8.
Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan
kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan
yang menjadi bagianku.
9.
Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata:
Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan
mencemarkan nama Allahku.
Ay
9 => ‘Supaya,
kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu’
=> jangan menyangkal TUHAN.
Jadi, ini mengejar kekayaan sampai
menyangkal TUHAN (menyangkal iman), akibatnya adalah gugur dari iman
dan binasa untuk selamanya. Inilah arus materialistis yang hari-hari
ini bekerja. Begitu taman Eden diangkat oleh TUHAN (suasana takhta
TUHAN diangkat), maka arus sungai yang tadinya bernilai rohani,
sudah berubah menjadi bernilai duniawi.
- Arus
pemberontakan atau kebrutalan (arus sungai Gihon).
Kejadian
2: 13,
Nama
sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi
seluruh tanah Kush.
Sungai
Gihon, mengairi tanah Kush. Apa
yang
ada
di tanah Kush?
Kejadian
9: 22, 25,
22.
Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu
diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar.
25.
berkatalah ia: "Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba
yang paling hina bagi saudara-saudaranya."
Tanah
Kush itulah tanah Kanaan, tempatnya Ham. Ham melihat ketelanjangan
ayahnya
sebab Nuh
minum anggur
kemudian ia menjadi
telanjang,
lalu diceritakan = Ham membeberkan ketelanjangan ayahnya.
Inilah arus pemberontakan atau kebrutalan, bagaikan arus sungai
Gihon yang melewati tanah Kush.
Pemberontakan itu dimulai
dari gosip-gosip yang tidak baik, sampai memuncak kepada pembunuhan.
Hati-hati di dalam
rumah
tangga, jangan menggosipkan ayah,
ibu
dll, di gereja jangan bergosip. Domba-domba ada beberapa puluh,
beberapa ratus, tetapi gembala hanya satu, itulah yang
menjadi sumber
dari
gosip-gosip. Pemberontakan yang memuncak akan sampai kepada
pembunuhan (kebencian, fitnah dll), bahkan pembunuhan secara jasmani
(penganiayaan dan membunuh secara tubuh), dalam Matius 10 ‘anak
menyerahkan orang tuanya dan orang tua menyerahkan anaknya’
. Itulah yang akan terjadi di
hari-hari
ini.
Hati-hati
terhadap pemberontakan, dimulai dari membeberkan ketelanjangan orang
lain, terutama orang yang seharusnya kita hormati:
- orang
tua di rumah,
- gembala
di gereja,
- Orang
Tua
Surgawi,
itulah TUHAN.
Yang
penting diketahui, pemberontakan itu terjadi berasal dari hati yang
tidak damai. Kalau hati sudah tidak damai (hati tidak enak), cepat
diselesaikan!
Kalau dibiaran,
akan terjadi kebrutalan, mulai gosip-gosip, memfitnah, membenci. Ini
semestinya terjadi di dunia, tetapi dapat
masuk ke
dalam
rumah tangga Kristen, bahkan di rumah TUHAN, sebab itu kita harus
berhati-hati.
Sementara
ada kesempatan bagi
kita
untuk
dapat
berdamai satu dengan yang lainnya, mari kita gunakan untuk berdamai
yaitu saling mengaku dan saling mengampuni. Yang salah, mengaku,
kalau diampuni jangan berbuat dosa lagi. Yang benar, mengampuni dan
melupakannya. Dosa diselesaikan, hati damai sejahtera, berarti ada
ketenangan, bisa saling mengasihi, tidak ada pemberontakan lagi.
Semoga kita dapat
mengerti.
Nanti
satu waktu ada penghukuman TUHAN dalam bentuk kuda merah (kitab
Wahyu), itu berarti damai sejahtera sudah diambil. Kalau itu sudah
terjadi, sudah tidak dapat
berdamai lagi. Hati-hati, kalau sudah materai kedua dibuka
(penghukuman kedua dari ALLAH
Roh Kudus Yang
menimpa bumi ini), kuda merah berjalan dan dia mengambil damai
sejahtera (sudah tidak dapat
berdamai lagi, yang ada hanyalah
pedang
penghukuman).
Wahyu
6: 3,
4,
3.
Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kedua, aku mendengar
makhluk yang kedua berkata: "Mari!"
4.
Dan majulah seekor kuda lain, seekor kuda merah padam dan orang yang
menungganginya dikaruniakan kuasa untuk mengambil damai sejahtera
dari atas bumi, sehingga mereka saling membunuh, dan kepadanya
dikaruniakan sebilah pedang yang besar.
Ay
4 => ‘kepadanya
dikaruniakan sebilah pedang yang besar’
=
sampai pedang penghukuman.
Saat kegerakan kuda merah, maka damai
sejahtera di bumi diambil (seperti taman Eden diambil oleh TUHAN).
Kalau saat itu kita
mau
berdamai, tidak akan dapat!
Yang ada hanyalah saling membenci, saling membunuh, sampai
kebinasaan (‘sebilah
pedang yang besar’).
TUHAN akan menolong kita semuanya.
- Arus
peperangan (arus sungai Tigris dan Efrat).
Semestinya
empat sungai dari surga itu indah, tetapi berubah menjadi arus
duniawi. Sejak manusia jatuh dalam dosa (tiga macam dosa), lalu
manusia diusir ke dunia, maka sungai yang indah menjadi arus dunia
(materialistis, pemberontakan, peperangan).
Kejadian
2: 14,
Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah
timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat.
Inilah
arus peperangan. Kita bandingkan dengan kitab
Wahyu.
Wahyu
9: 14-16,
14.
dan berkata kepada malaikat yang keenam yang memegang sangkakala
itu: "Lepaskanlah keempat malaikat yang terikat dekat sungai
besar Efrat itu."
15.
Maka dilepaskanlah keempat malaikat yang telah disiapkan bagi jam
dan hari, bulan dan tahun untuk membunuh sepertiga dari umat
manusia.
16.
Dan jumlah tentara itu ialah dua puluh ribu laksa pasukan berkuda;
aku mendengar jumlah mereka.
Ay
16 => inilah arus peperangan. Satu laksa = sepuluh
ribu
tentara. Kalau dua
puluh ribu
laksa berarti dua
puluh ribu
dikalikan
dengan
sepuluh
ribu
= dua
ratus
juta tentara. Sekarang kalau perang berapa tentara yang dikirimkan?
tidak sampai ratusan ribu. Ini nanti dua
ratus
juta, perang apa ini? Itulah
perang
dunia.
Wahyu
16: 12-14,
12.
Dan malaikat yang keenam menumpahkan cawannya ke atas sungai yang
besar, sungai Efrat, lalu keringlah airnya, supaya siaplah jalan
bagi raja-raja yang datang dari sebelah timur.
13.
Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari
mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis yang menyerupai
katak.
14.
Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan
mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk
mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari
Allah Yang Mahakuasa.
Ay
14 => ‘untuk
mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar’
=> nanti akan terjadi perang yang besar (perang dunia) dengan
tiga senjata ; api, asap, belerang. Senjata api sudah ada sekarang.
Senjata asap itu bom. Senjata belerang itu senjata kimia yang sangat
dilarang. Inilah yang akan dilancarkan pada perang besar. Jangan
lupa, ini juga ditambah dengan roh najis (perang rohani).
Katak-katak keluar itulah roh najis. Arus di dunia ini sangatlah
dahsyat!
Setelah
taman Eden (takhta
TUHAN) diangkat oleh TUHAN, karena tiga dosa (tidak taat, salah
tahbisan, kebenaran sendiri), maka arus dunia benar-benar dahsyat
(arus materialistis, pemberontakan sampai arus peperangan). Akan
terjadi peperangan lewat senjata api, asap, belerang ditambah dengan
senjata kenajisan yang menghantam hamba TUHAN dan anak-anak TUHAN.
Semoga kita dapat
mengerti.
Dengan
adanya tiga macam arus di dunia ini, maka manusia hidup di dunia ini
bagaikan minum air anggur asam yang bercampur empedu (pahit getir),
hidup dalam suasana kutukan, sampai binasa untuk selama-lamanya.
Inilah keadaan manusia! Oleh sebab itu YESUS tampil sebagai Raja
diatas segala raja
dengan Mata
bagaikan nyala api, untuk mengembalikan manusia dari suasana kutukan
kepada suasana takhta TUHAN (hidup seperti di taman Eden). Saya
berbahagia karena mempelajari empat penampilan YESUS, sebab ini
semuanya berguna untuk kita, bukan untuk menakut-nakuti.
Saya
dulu mendengarkan cerita, tidak mengetahui sendiri, tetapi saya
mengetahuinya
dari bpk pdt In
Juwono. Kalau bpk pdt van
Gessel saya tidak tahu, orang mengatakan
=> ‘siapa berani memandang matanya?’
Kalau beliau
duduk, semua
sudah tunduk-tunduk.
Kalau bpk pdt In Juwono saja, saya sudah tidak berani. Tetapi Mata
TUHAN lebih dahsyat, bagaikan nyala api, ini bukan untuk
menakut-nakuti, tetapi untuk mengangkat (mengembalikan) kita dari
suasana kutukan dunia (anggur asam bercampur empedu, pahit getir,
susah payah, air mata) menjadi suasana taman Eden (suasana takhta
TUHAN).
Ada
dua pengertian mata TUHAN bagaikan nyala api:
- Mata
TUHAN bagaikan nyala api
= penyucian
dengan nyala api Firman, Roh Kudus dan kasih ALLAH
terhadap:
- tiga
macam dosa yang membuat manusia kehilangan suasana takhta TUHAN
(tidak taat, salah tahbisan, kebenaran diri sendiri) dan berada
dalam suasana kutukan.
- tiga
macam arus dunia (arus materialistis, pemberontakan, peperangan).
Jangan berada dalam arus dunia! TUHAN akan menolong kita semuanya.
Semoga kita dapat
mengerti.
- Mata
TUHAN bagaikan nyala api (mengamat-amati kita di dunia ini)
=
perhatian TUHAN yang besar kepada manusia (hamba TUHAN, pelayan
TUHAN) yang dalam suasana kutukan (suasana anggur asam bercampur
empedu),
dengan cara meminum anggur asam di kayu salib, supaya TUHAN bisa
mencurahkan anggur baru dari surga (sungai air kehidupan dari takhta
surga).
Sungai
air kehidupan dari takhta surga, dulu bagaikan sungai Pison, sungai
Gihon, sungai Tigris dan sungai Efrat yang masih berada di taman
Eden. Tetapi begitu taman Eden diangkat, sekarang ini sungai Tigris
yang ada
di Timur Tengah
sebagai pusat peperangan (disana tidak pernah berhenti perang).
Sebelum YESUS mati, Dia menanggung semua kutukan, setelah itu Dia
menyerahkan Nyawa-Nya
dan mati di kayu salib = TUHAN meminum anggur asam bercampur empedu
di kayu salib, untuk mencurahkan anggur baru dari surga (mencurahkan
Roh Kudus). Semoga kita dapat
mengerti.
Yohanes
19: 28-30,
28.
Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai,
berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab
Suci--:"Aku haus!"
29.
Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan
bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang
hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.
30.
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah
selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan
nyawa-Nya.
Ay
29 => anggur asam bercampur empedu (tertulis dalam Injil yang
lain).
Sekarang
ini juga, suasana
kutukan (anggur asam) sudah selesai. Perjamuan suci (Kurban
Kristus) merupakan bukti bahwa YESUS meminum anggur asam bercampur
empedu. Kalau saya dan saudara datang beribadah sekarang
ini dalam suasana kutukan (masalah, tidak damai dsb) semuanya sudah
selesai! Yang pahit, getir, menakutkan, air mata, suasana apa saja,
sudah selesai dan TUHAN menggantinya dengan mencurahkan anggur baru
dari takhta surga (sungai air kehidupan dari takhta-Nya). Arus-arus
di dunia (sungai materialistis,
pemberontakan,
peperangan) semuanya diganti dengan sungai air kehidupan dari takhta
TUHAN.
Wahyu
22: 1,
Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih
bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta
Anak Domba itu.
Mari,
sekarang
ini biarlah kita menerima anggur baru = sungai air kehidupan. Jangan
ikut sungai-sungai yang ada
di dunia, sebab sungai
di dunia ini dikuasai oleh firaun.
Dulu di Mesir, sebelum firaun
turun ke sungai, orang lain tidak boleh turun ke sungai. Firaun itu
gambaran setan (maaf). Dulu di sungai, firaun
membuang
kotoran besar dan kotoran kecil, mandi-mandi dan sudah semuanya,
setelah itu orang lain boleh turun
ke sungai. Semuanya
sudah tercemar, itulah sungai di dunia. Arus dunia ini sudah dikuasai
oleh setan, tetapi TUHAN sudah menanggung semuanya di kayu salib dan
menggantikannya dengan sungai air kehidupan dari takhta yang dikuasai
oleh TUHAN (Roh Kudus dicurahkan ditengah-tengah kita). Jika menerima
sungai kehidupan dari takhta, maka
hidup kita
bersuasanakan
takhta (kita menjadi
takhta-Nya TUHAN), sampai nanti satu waktu kembali ke takhta TUHAN.
Semoga kita dapat
mengerti.
Praktik
kita menerima sungai air kehidupan (Roh Kudus) dari takhta TUHAN,
antara lain:
- Roh
Kudus
= aliran
sungai air kehidupan, artinya sanggup memelihara kehidupan baik
secara jasmani maupun secara rohani.
Roma
8: 13,
Sebab,
jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh
kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
Jadi
Roh Kudus mematikan perbuatan-perbuatan daging (perbuatan dosa),
sehingga kita dapat
hidup benar, hidup suci, sampai dengan hidup kekal (kerohanian
akan hidup). Kalau mengikuti perbuatan
daging, dosa, kerohanian
akan mati. Kalau yang rohani hidup, maka yang jasmani juga
hidup.
Roma
8: 11,
Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang
mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus
Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang
fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
Ay
11 => ‘Dan
jika Roh Dia’
=
Roh Kudus.
Roh Kudus juga mampu memelihara kehidupan kita secara
jasmani. YESUS yang sudah mati secara jasmani, Roh Kudus mampu
membangkitkan, apalagi kalau hanya untuk memelihara kehidupan
jasmani kita? Roh Kudus pasti mampu memelihara kita. Inilah aliran
sungai air kehidupan (Roh Kudus dari takhta TUHAN) yang harus kita
terima pada
hari ini.
Perjamuan suci, inilah sumbernya Roh Kudus. YESUS
sudah meminum anggur asam, Dia sudah menanggung semua kutukan, untuk
memberikan anggur baru (sungai air kehidupan yang mengalir dari
takhta TUHAN). Semoga kita dapat
mengerti.
- Sungai
air kehidupan (Roh Kudus) jernih bagaikan kristal, artinya aliran
kesucian.
Wahyu
22: 1,
Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih
bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta
Anak Domba itu.
Ay
1 => ‘yang
jernih’
=
putih.
Jika ada aliran kesucian, maka kita dapat
hidup suci = taat dengar-dengaran. Kalau tidak taat berarti tidak
suci.
1
Petrus 1: 22,
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran,
sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus
ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan
segenap hatimu.
Ay
22 => ‘Karena
kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran’
=> kalau kita taat kepada kebenaran (Firman pengajaran yang
benar), maka kita dapat
hidup suci dan dapat
mengasihi sesama seperti diri sendiri (‘mengamalkan
kasih persaudaraan yang tulus ikhlas’).
Jadi,
harus suci terlebih dahulu, baru dapat
mengasihi. Kalau tidak suci, lalu berkata mengasihi, itu ‘gombal’
(bukan kasih). Apalagi jika
kaum
muda
berkata => ‘kita saling mengasihi’, lalu minta yang
najis-najis. Itu bukan kasih, tetapi hanya emosi daging (keinginan
daging). Tetapi kalau sudah suci, maka dapat
mengasihi satu dengan yang lainnya. Inilah Roh Kudus yang ada di
dalam
kehidupan kita.
- Roh
Kudus adalah aliran kasih Allah, artinya Roh Kudus membuat kita kuat
dan teguh hati
=> Roma
5: 5,
Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah
dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan
kepada kita.
Roh
Kudus membuat kita kuat dan teguh hati,
artinya
- tidak
kecewa,
- tidak
putus asa,
- tidak
meninggalkan TUHAN dalam menghadapi apapun juga, tetapi tetap
percaya berharap kepada TUHAN, tetap setia berkobar-kobar melayani
TUHAN.
Kalau
sudah kuat dan teguh hati, maka mujizat akan terjadi. Aliran kasih
ALLAH
akan mengadakan mujizat dalam kehidupan kita:
- mujizat
secara rohani
(mujizat terbesar).
Zefanya
3: 17,
TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi
kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia
membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau
dengan sorak-sorai,
Kasih
ALLAH
sanggup membaharui kehidupan kita dari manusia daging menjadi
manusia rohani seperti YESUS, yaitu taat dengar-dengaran sampai
daging tak bersuara lagi (kita kembali kepada ketaatan). Takhta
TUHAN = ketaatan. Jika kita taat sampai daging tak bersuara lagi,
itulah manusia rohani (manusia takhta). Seperti YESUS taat sampai
mati di kayu salib, maka TUHAN mengaruniakan Nama
diatas segala nama, sehingga YESUS ditinggikan dari segala-galanya
(ditinggikan sampai di takhta).
Mari,
sekarang
ini kita kembali kepada ketaatan, kesucian dan kebenaran. Roh Kudus
merupakan aliran sungai kehidupan yang memberikan kehidupan,
sehingga kita dapat
hidup benar, sampai hidup kekal, bahkan hidup jasmani juga dijamin
oleh TUHAN. Roh Kudus
jernih
seperti kristal, itulah aliran kesucian. Biarlah kita taat kepada
Firman dan disucikan, sehingga kita dapat
mengamalkan kasih persaudaraan (bisa saling mengasihi satu dengan
yang lain).
Roh
Kudus adalah aliran kasih ALAH
yang membuat kita:
- kuat
dan teguh hati,
- tidak
mundur,
- tidak
putus asa,
- tidak
kecewa apapun yang terjadi,
- tetap
percaya berharap kepada TUHAN,
- tetap
setia berkobar-kobar melayani TUHAN. Kalau sudah kuat dan teguh
hati, maka terjadi mujizat.
Kalau
YESUS taat sampai mati di kayu salib. Kita taat dengar-dengaran
sampai daging tak bersuara lagi, itulah takhta TUHAN. Taat
dengar-dengaran sampai daging tak bersuara lagi, contohnya: Abraham
taat kepada TUHAN untuk menyembelih anaknya. Kalau dagingnya masih
bersuara, Abraham tidak akan mau untuk menyembelih anaknya =>
‘itu bodoh sekali, gila, masa anak disembelih’ Tetapi karena
Abraham taat sampai daging tidak bersuara, dia rela menyembelih
anaknya. Setelah itu, Abraham bersuasana takhta, begitu mau
disembelih, lalu Abraham mendengar
suara TUHAN => ‘jangan Abraham, disitu ada domba’ Itulah
suasana takhta surga, yaitu dari tidak ada menjadi ada.
- Kalau
sudah taat sampai daging tidak bersuara (terjadi mujizat rohani),
maka
mujizat jasmani juga terjadi.
Contohnya:
- Tadi
seperti Abraham yang taat kepada TUHAN untuk menyembelih anaknya
dan terjadi mujizat
=> dari
tidak ada menjadi ada. Contoh lainnya: saat kuliah atau sekolah,
yang lain menyontek, tetapi kita taat sampai daging tak bersuara
=> ‘sekalipun tidak dapat
mengerjakan,
aku tidak mau menyontek, terserah TUHAN, tidak lulus sendiri,
tidak apa-apa’ Nanti TUHAN lah yang akan bekerja, dari tidak ada
menjadi ada.
- Petrus
semalam-malaman mengangkap ikan, dengan kepandaiannya, tetapi
gagal. Lalu siang hari TUHAN datang dan memberi perintah =>
‘tebarkanlah jalamu’ Kalau memakai logika => ‘tidak bisa
ini, masa menebarkan jalan siang hari, di tepi pantai lagi’
Karena Petrus taat sampai daging tak bersuara, maka ada takhta
TUHAN:
- dari
tidak ada ikan, menjadi banyak ikan,
- dari
gagal menjadi berhasil,
- dari
buruk menjadi indah.
- masalah
yang mustahil, menjadi tidak mustahil (tambahan).
Mari,
kita mendekat ke takhta TUHAN. Biar sorot Mata
TUHAN, menyoroti mata kita masing-masing untuk menyucikan kita dari
dosa-dosa (tidak taat, salah tahbisan, kebenaran sendiri) yang
membuat kita
terusir dari takhta
TUHAN dan dari arus-arus di dunia ini. Hindari arus pergaulan yang
tidak baik dan kita mendekat kepada takhta TUHAN. Ingatlah!!
perhatian TUHAN masih ada. Suasana dunia yang pahit getir sudah
diminum oleh TUHAN dan TUHAN berkata => ‘sudah selesai’
Taat
sampai daging tak bersuara, dalam tabernakel itu menunjuk tirai
terobek dan kita masuk dalam ruangan maha suci (suasana takhta).
Waktu YESUS taat sampai mati di kayu salib, saat itu tirai terobek
dan Dia berada dalam suasana ruangan maha suci (takhta TUHAN). Kalau
sudah taat, maka mujizat jasmani juga terjadi. Tidak perlu
merasa takut, ini
sudah dibuktikan oleh Abraham yang taat kepada TUHAN untuk
menyembelih anaknya (dari tidak ada domba menjadi ada domba) dan
Petrus yang taat untuk menebarkan jalanya. Biarpun, Petrus dianggap
orang bodoh => ‘Petrus, stress,
sudah gila. Masa nelayan siang-siang menerbarkan jala di tepi pantai’
Biarkan saja, yang penting adalah seturut dengan Firman, maka kita
akan merasakan suasana takhta.
Sementara
nanti yang menghina kita, tetap berada dalam suasana
kutukan, air mata,
tetapi kita mengalami suasana takhta ; dari tidak ada menjadi ada,
dari gagal menjadi berhasil, buruk menjadi indah pada waktu-Nya, air
mata dihapuskan oleh TUHAN. Mujizat rohani dan jasmani akan terjadi,
sampai satu waktu jika YESUS datang kembali ke dua kali kita
diubahkan menjadi sama mulia dengan Dia:
- kita
terangkat di awan-awan dan masuk perjamuan kawin Anak
Domba.
- kita
kembali ke Firdaus = kerajaan seribu
tahun damai = suasana takhta TUHAN.
- sampai
nanti, kita duduk di takhta kerajaan surga (Yerusalem Baru)
bersama dengan Dia untuk selamanya.
Manusia
ini sebenarnya sudah berada di takhta, tetapi karena dosa-dosa, maka
manusia dibuang ke dunia. Setelah di dunia, manusia terkena arus
duniawi sampai merasakan pahitnya empedu (baik kaya, miskin mengalami
letih lesu, beban berat, banyak air mata dsb). Sorot mata TUHAN yang
bagaikan nyala api sedang memperhatikan kita dari takhta-Nya, untuk
apa? untuk menyucikan kita (buanglah dosa dan buang arus aliran
dunia), supaya ada aliran sungai kehidupan (aliran Roh Kudus) dalam
kehidupan kita dan mujizat terjadi, (masalah yang mustahil menjadi
tidak mustahil). Semuanya ‘sudah selesai’
Kita
tinggal menunggu waktu-Nya TUHAN. Mari semuanya bersuasanakan
suasana takhta TUHAN
sehingga ada aliran
air kehidupan. Matikan perbuatan daging, hidup benar, hidup kekal dan
yang jasmani mulai dipelihara oleh TUHAN. “Tadi, saya berbahagia
juga. Ada seseorang yang sangat berat hidupnya karena melakukan
kesalahan (salah dalam perpuluhan, tidak taat perpuluhannya, salah
dalam tahbisan, tinggalkan pelayanan). Tetapi dengan adanya Firman
(lewat kekuatan Firman), dia memperbaikinya dan saya akan
terus
berdoa.
“Orang tersebut mengatakan
=> ‘oom,
saya mau kembali’, saya menjawab
=> baik’.
Saya
merasa berbahagia,
sebab
orang
ini sudah hancur-hancuran, tidak dapat
berbuat apa-apa dan
harus kuat teguh hati, sampai mujizat terjadi”.
Mari
kembali ke takhta TUHAN, kembali kepada Roh Kudus. Aliran Roh Kudus
akan mengadakan mujizat ditengah-tengah kita. Nomor satu adalah kuat
dan teguh hati. Terutama
mujizat yang rohani
itulah taat dengar-dengaran. Kalau sudah taat sampai daging tak
bersuara, mujizat yang jasmani sudah tinggal mengikuti (dari tidak
ada menjadi ada, gagal jadi berhasil, sedih jadi senang, air mata
dihapuskan) sampai semuanya ‘sudah selesai’ pada waktu-Nya,
sampai sempurna seperti Dia. Jika YESUS datang ‘sudah selesai’,
kita menjadi sempurna seperti Dia dan kita terangkat bersama Dia
selama-lamanya.
TUHAN memberkati kita. 1