Wahyu
1 mulai ayat 9 merupakan wahyu atau penglihatan kepada Yohanes di
pulau Patmos. Kita masih mempelajari kitab
Wahyu 1: 13-16,
ini tentang penampilan Pribadi
YESUS dalam empat keadaan yang sebenarnya:
- Ay
13 (‘YESUS berpakaian jubah dan dadanya
berlilitkan ikat pinggang’), YESUS tampil
dalam kemuliaan sebagai Imam Besar dan kita menjadi imam-imam.
- Ay
14 (yang sedang kita pelajari), YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai
Raja segala Raja.
- Ay
15, YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai Hakim Yang Adil. Saat
kedatangan-Nya yang ke dua kali Dia akan menghakimi dengan adil.
- Ay
16 (puncak penampilan YESUS), YESUS tampil dalam kemuliaan sebagai
Mempelai Pria Surga (sebagai Kepala).
Kepala itu suami dan tubuh itu istri. Hubungan Kepala
dengan tubuh itu tidak bisa dipisahkan lagi. YESUS sebagai mempelai
pria surga (kepala) dan kita sebagai mempelai wanita surga (tubuh)
merupakan hubungan yang tidak bisa dipisahkan oleh apapun juga dan
kita bersama dengan Dia untuk selamanya.
Inilah
penampilan YESUS dalam empat keadaan yang sebenarnya. Sekarang kita
berada pada penampilan yang kedua (ayat 14), YESUS tampil dalam
kemuliaan sebagai Raja segala raja.
Wahyu
1: 14,
Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan
mata-Nya bagaikan nyala api.
Rasul
Yohanes di pulau Patmos melihat Pribadi
YESUS yang mempunyai ‘
Kepala
dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah’.
Ini juga sudah dilihat oleh Daniel (jauh sebelum
Yohanes lahir, Daniel sudah melihat ini).
Daniel
7: 9,
Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah
Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya
bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan
roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;
Ay
9 => ‘
Yang Lanjut Usianya’
=> Yang kekal.
Inilah
YESUS Yang duduk di takhta surga dengan
rambut bersih, putih seperti bulu domba. Jadi, dari dua saksi ini
jelas, rasul Yohanes memperlihatkan
rambut-Nya putih dan Daniel memperlihatkan
rambut-Nya putih ada di takhta surga (ada
kursi atau takhta).
Jadi, jika digabungkan ‘Yang berambut putih’
adalah YESUS sebagai Raja diatas segala raja
Yang duduk di takhta kerajaan surga. Semoga
kita dapat mengerti.
YESUS
tampil sebagai Raja diatas segala raja
dengan dua tanda (Wahyu 1: 14)
- ‘rambut-Nya
putih bagaikan bulu yang putih metah’.
Rambut putih artinya mahkota kemuliaan (Amsal 16: 31 ). Ini sudah diterangkan beberapa
kali.
- ‘mata-Nya
bagaikan nyala api’.
Sekarang
ini kita mempelajari tanda yang kedua, yaitu ‘
mata-Nya bagaikan
nyala api’. Dia yang
berambut putih duduk di takhta surga, tetapi mata-Nya bagaikan nyala
api menyoroti (mengamat-amati) kita. Mazmur 11: 4, ini tentang Mata
TUHAN.
Mazmur
11: 4,
5,
4.
TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga;
mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia.
5.
TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang
mencintai kekerasan.
Ay
4 => ‘
TUHAN, takhta-Nya di
sorga’ => TUHAN
berada di takhta surga, tetapi mata-Nya mengamat-amati.
Jadi,
‘Mata
TUHAN bagaikan nyala api’ artinya
Mata
TUHAN sedang mengamat-amati kita = menyucikan kita semua (terutama
pelayan TUHAN, hamba TUHAN), dengan nyala api Firman ALLAH,
Roh Kudus dan kasih ALLAH
supaya kita menjadi pelayan TUHAN bagaikan nyala api. Saya
menerangkan Firman dengan ayat-ayat, supaya saudara jelas. Yang tidak
membawa alkitab
dapat
melihat
di layar dan mendengarkan
pembacaannya, supaya nyata bahwa Firman ini berasal dari alkitab
(bukan dari manusia).
Ibrani
1: 7,
Dan
tentang malaikat-malaikat Ia berkata: "Yang membuat
malaikat-malaikat-Nya menjadi badai dan pelayan-pelayan-Nya menjadi
nyala api."
Melayani
TUHAN itu tidak sembarangan. Kalau di dunia saja, tidak akan mudah
untuk diterima, kalau
melamar pekerjaan dengan sembarangan. Seringkali saya menangis, sebab
ada yang berkata =>
oom,
suruh dia melayani main musik di gereja, supaya bisa bertobat’
Bagaimana ini? orang yang
tidak bertobat, tetapi
disuruh melayani TUHAN. Yang dicari oleh TUHAN adalah pelayan TUHAN
yang bagaikan nyala
api, bukan pelayan TUHAN yang pandai, hebat.
Mata
TUHAN bagaikan nyala api. Pelayan TUHAN bagaikan nyala api.
Jadi
pelayan TUHAN adalah Biji
Mata
TUHAN sendiri. Pelayan TUHAN yang bagaikan nyala api (yang mau
disucikan) = Biji
Mata
TUHAN.
Dari
perjanjian lama sampai dengan perjanjian baru TUHAN selalu bekerja
dengan nyala api untuk menampilkan pelayan-pelayan TUHAN yang suci
bagaikan Biji
mata-Nya
sendiri.
(pada kesempatan sekarang
ini saya akan menunjukkan ayat-ayatnya):
- Musa.
Keluaran
3: 2-5,
2.
Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api
yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak
duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.
3.
Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa
penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri
itu?"
4.
Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya,
berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa,
Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah."
5.
Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah
kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu,
adalah tanah yang kudus."
Ay
3 => ‘Mengapakah
tidak terbakar semak duri itu?"
=> semak duri itu dari dunia (kayu-kayuan atau tanaman yang tidak
terlalu besar). Di kaki padang gurun Sinai, kayu itu sangat kering,
kalau terkena api pasti terbakar. Semak duri ini terkena api tetapi
tidak terbakar? sebab apinya berasal dari TUHAN.
Sebelum
Musa mengalami pekerjaan nyala api dari TUHAN, Musa mencoba melayani
TUHAN dengan mengandalkan kepandaiannya (selama
empat puluh tahun Musa
sekolah di Mesir, kalau sekarang sudah
doktor,
profesor),
kekayaannya, kekuasannya, kedudukannya, akhirnya Musa gagal dan
bahkan
menjadi pembunuh. Saat ada orang Israel dan orang Mesir bertengkar,
Musa membunuh orang Mesir dan menyembunyikan mayatnya didalam pasir.
Ini merupakan gambaran untuk sekarang; jika kita sebagai hamba
TUHAN, pelayan TUHAN melayani TUHAN hanya mengandalkan kepandaian,
kekayaan, kedudukan, maka kita akan melayani dengan kebencian,
dendam, iri hati, dosa-dosa. Bagaimana kita melayani TUHAN, padahal
ada dosa-dosa? akhirnya gagal total.
Itu
sebabnya Musa harus mengalami pekerjaan
nyala api Firman pengajaran yang benar. Firman TUHAN itulah nyala
api. Kita bukan mencari Firman yang seperti => ‘saudara hebat,
saudara luar biasa’, bukan seperti
itu! Tetapi mencari Firman yang bagaikan
nyala api yang dapat
menghanguskan dosa-dosa dan menyucikan kehidupan kita.
Yeremia
23: 29,
Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti
palu yang menghancurkan bukit batu?
Jadi,
Firman TUHAN seperti api. Itulah yang penting! Kita berdoa supaya
dalam ibadah selalu mendapatkan Firman pengajaran yang benar
bagaikan nyala api untuk menyucikan kita.
Keluaran
3: 5,
Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah
kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu,
adalah tanah yang kudus."
Musa
harus mengalami penyucian nyala api sampai menanggalkan sepasang
kasut = mengalami penyucian lahir dan batin (kasut itu dua, kiri dan
kanan). Kalau batin atau hati (bagian dalam) disucikan, maka lahir
(bagian luar) juga disucikan, terutama mulut harus suci. Mulut ini
menentukan kita dipakai TUHAN atau tidak?
Mulut ini seperti kemudi, Misalnya: kalau mulutnya berkata A, maka
seluruh hidupnya A. Kalau mulutnya najis, maka seluruh hidupnya
najis. Kalau mulutnya baik, maka seluruh hidupnya juga
baik.
Bagaimana
mulut Musa disucikan? Musa mengakui
kekurangan-kekurangannya dan tidak mengandalkan kepandaiannya,
kehebatannya dsbnya.
Kalau tadi sebelum disucikan => ‘saya pandai, saya hebat main
musik drum, cuma melayani, ini gampang’ Kalau tanpa penyucian,
akhirnya gagal (tidak menampilkan takhta TUHAN atau hadirat TUHAN).
Kalau tanpa penyucian, main musik di gereja, tetapi suasananya
seperti yang di dunia (suasana gereja, bukan suasana hadirat TUHAN).
Kothbah
tanpa penyucian, ini seperti melawak, mungkin tertawa
terbahak-bahak, tetapi tidak ada apa-apa (seperti tukang jamu).
Jadi, harus dalam penyucian, supaya kita tampil seperti pelayan
TUHAN yang bagaikan nyala api, pelayan TUHAN yang bagaikan Biji
Mata
TUHAN.
Keluaran
3: 10,
11,
10.
Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk
membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."
11.
Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku
yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari
Mesir?"
Ay 11 =>
"Siapakah
aku ini’
=> ini tandanya bahwa mulut Musa mengaku segala kekurangan dan
dosa-dosanya = menyadari dan merasa tidak layak untuk melayani
TUHAN. Inilah orang yang mengenal diri sendiri dan tidak lupa diri.
Banyak kali kita melayani TUHAN tetapi lupa diri seperti melayani di
dunia (mengandalkan kepandaian, kekayaan). Tetapi kalau melayani di
dalam
rumah TUHAN harus mengandalkan kesucian.
Mulut
ini bukan digunakan untuk menghakimi atau menembak orang lain,
tetapi untuk mengakui segala dosa-dosa dan kekurangan kepada TUHAN
(vertikal) dan sesama (horisontal). Jika diampuni jangan berbuat
dosa lagi. Inilah penyucian sampai menanggalkan kasut (penyucian
lahir batin sampai ke mulut). Semoga kita dapat
mengerti.
Di sinilah Musa dipakai oleh TUHAN, menjadi pelayan
TUHAN bagaikan nyala api (bagaikan Biji
Mata
TUHAN sendiri).
- Yesaya.
Yesaya
6: 5-8,
5.
Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang
yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis
bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta
alam."
6.
Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di
tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas
mezbah.
7.
Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini
telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu
telah diampuni."
8.
Lalu aku mendengar suara TUHAN berkata: "Siapakah yang akan
Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku:
"Ini aku, utuslah aku!"
Ay
5 => ‘namun
mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.’
=> Raja yang duduk di takhta. Dia lah yang menyucikan Yesaya.
Yesaya ini bibirnya najis dan tinggal di lingkungan yang najis, ini
sulit sekali untuk lepas (merasa tidak bersalah lagi karena semuanya
sama-sama
najis). Kalau bibirnya najis, tetapi lingkungannya baik (berkata
benar semua), mungkin malu untuk berbicara
yang najis dan tidak ditanggapi.
Ay
6 => ‘di
tangannya ada bara’
=> ada
nyala
api.
Inilah orang yang najis bibir
dan hidupnya najis, tetapi dapat
dipakai oleh TUHAN. Ini ada syaratnya; harus mengalami sorot Mata
TUHAN yang bagaikan nyala api = harus mengalami penyucian yang
bagaikan nyala api. Jadi, harus mengalami penyucian yang bagaikan
nyala api, baru dapat
dipakai oleh TUHAN. Siapapun juga, sekalipun mulutnya najis,
hidupnya najis, asalkan mau disucikan, maka dapat
dipakai TUHAN.
Yesaya juga mengalami penyucian nyala api dari
mezbah. Dulu Musa melihat kerajaan surga, kemudian TUHAN
memerintahkan Musa untuk membangun kerajaan surga di bumi, itulah
tabernakel (kemah suci). Ini dapat
dipelajari di kitab
Keluaran 25-40.
Sekarang ini semua dalam arti yang rohani. Dalam tabernakel, ada
alat yang namanya mezbah korban bakaran. Kalau bangsa Israel berbuat
dosa, dan untuk
mendapat pengampunan dosa mereka membawa binatang kurban, yaitu
lembu, kambing, domba, dan
bagi yang miskin membawa burung tekukur.
Semuanya harus membawa binatang kurban, baik yang kaya, menengah,
miskin. Lalu binatang kurban disembelih, kemudian dibakar dan mereka
mendapatkan pengampunan dosa.
Sekarang kita tidak perlu lagi
membawa binatang kurban ke gereja, karena ini sudah digenapkan oleh
Kurban
Kristus (Kurban
Anak Domba ALLAH
di kayu salib). Inilah wujud kasih TUHAN kepada kita semua. Dulu,
Yesaya disucikan dengan nyala api dari mezbah, kepada kita adalah
nyala api kasih ALLAH
di dalam
Kurban
Kristus.
Jadi, pengampunan dosa lewat Kurban
Kritus, itulah kasih ALLAH.
Jadi, Yesaya mengalami penyucian nyala api kasih ALLAH
yaitu menyucikan mulutnya yang najis atau yang kotor.
Apa
arti dari
mulut najis atau kotor?
- suka
menjelekkan orang lain,
- memfitnah,
- menceritakan
gosip-gosip yang tidak bisa
dipertanggung jawabkan kebenarannya,
- perkataan
najis, dusta,
- perkataan
yang melemahkan iman dll. Itu semuanya harus disucikan sampai
menjadi perkataan yang benar dan baik, bahkan bisa menjadi berkat
bagi orang lain.
Setelah
mulutnya disucikan, Yesaya baru diutus atau dipakai oleh TUHAN,
menjadi hamba TUHAN, pelayan TUHAN bagaikan Biji
Mata
TUHAN sendiri. Seperti Musa dibela, Yesaya juga dibela oleh TUHAN
bagaikan Biji
Mata
TUHAN sendiri.
Mari, sekarang
ini kita mencontoh:
- Musa
yang sudah mengalami penyucian mulut, sampai bisa berkata =>
‘siapakah aku ini?’ = mengakui kekurangan dan dosa. Seringkali
kita berbuat dosa, tidak mau mengaku dosa, bahkan
menyalahkan orang lain sampai menyalahkan TUHAN.
- Yesaya
yang sudah mengalami penyucian mulut yang najis, sampai menjadi
perkataan yang benar, baik, menjadi berkat bagi orang lain, setelah
itu baru dapat
dipakai oleh TUHAN. Ini semuanya dalam perjanjian lama.
- Murid-murid
YESUS di loteng Yerusalem
(perjanjian baru).
Kisah
rasul
2: 1-4,
1.
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu
tempat.
2.
Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin
keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
3.
dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang
bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
4.
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai
berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh
Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Ay
3 => ‘lidah-lidah
seperti nyala api’
=> nyala api Roh Kudus.
Ay 4 => lagi-lagi mulut lah yang
disucikan oleh nyala api.
Murid-murid
di loteng Yerusalem (rasul-rasul hujan awal atau gereja hujan awal),
salah satunya adalah Petrus. Petrus mengalami
penyucian oleh nyala api Roh Kudus dari
mulut yang menyangkal YESUS sebanyak tiga
kali, menjadi mulut yang dapat
bersaksi tentang YESUS (berani memberitakan Firman ALLAH
tentang YESUS dihadapan tiga ribu orang). Sejak saat itu Petrus
diutus atau dipakai oleh TUHAN dimana-mana, Petrus menjadi hamba
TUHAN, pelayan TUHAN bagaikan Biji
Mata
TUHAN sendiri. Dulu, hanya dihadapan seorang budak kecil dan di
hadapan beberapa orang, Petrus berkata =>
‘aku tidak mengenal Dia’. Semoga
kita dapat mengerti.
Inilah
pengertian YESUS tampil sebagai Raja di takhtanya dengan Mata
bagaikan nyala api. Dia sedang mengamat-amati kita terutama pelayan
TUHAN, sejak dulu (sejak perjanjian lama sampai perjanjian baru).
Dia mau menyucikan pelayan TUHAN, hamba TUHAN dengan nyala api dari
surga (nyala api Firman, Roh Kudus dan kasih ALLAH),
supaya hamba TUHAN, pelayan TUHAN menjadi Biji
Mata
TUHAN (pelayan TUHAN bagaikan nyala api). Semoga kita dapat
mengerti.
- Gereja
hujan akhir (kita semuanya).
Sekarang
kita semuanya, hamba TUHAN, pelayan TUHAN (gereja di akhir zaman),
termasuk rasul-rasul hujan akhir, akan mengalami penyucian nyala api
secara dobel, sebab di akhir zaman ini semuanya memuncak:
- kesulitan
dan pencobaan memuncak.
- dosa-dosa
memuncak (kembali seperti zaman Nuh):
- dosa
makan minum: merokok, mabuk, narkoba.
- dosa
kawin mengawinkan: dosa seks. Kita sampai terkaget-kaget
mendengar di televisi, dimanapun, bagaimana dosa itu bekerja
dihari-hari
ini.
Rasul
hujan akhir (gereja hujan akhir) mulutnya berbahasa Roh yang
diajarkan oleh Roh Kudus (ini salah satu tanda kepenuhan Roh Kudus).
Bahasa Roh itu bukan diajarkan oleh manusia, misalnya: tirukan saya.
Ini seperti kursus bahasa
Inggis, bahasa Jerman dll. Kalau mau kursus
bahasa Roh, jangan! Sebab
berapa yang mau kita
bayar?
Ini langsung
dari TUHAN. Kalau ada hamba TUHAN menyuruh menirukan bahasa Roh
(kursus
bahasa
Roh), hati-hati, ini merupakan pemalsuan. Saat itu Petrus berbahasa
Roh juga (kepenuhan Roh Kudus), disucikan, setelah itu Petrus
berkothbah
dihadapan tiga ribu orang.
Yang negatif memuncak (dosa-dosa,
pencobaan dsb), sebab itu yang positif harus lebih memuncak. Musa
mengalami penyucian nyala api Firman ALLAH
didalam tabernakel,
Firman itu dilambangkan sebagai
meja roti sajian.
Pada meja roti sajian terdapat dua
belas susun roti (6-6), angka 66 menunjuk
alkitab.
Yesaya
mengalami penyucian nyala api kasih ALLAH
didalam tabernakel kasih ALLAH dilambangkan
sebagai
mezbah dupa emas.
Rasul-rasul
hujan awal (Petrus) mengalami penyucian nyala api Roh Kudus,
dalam tabernakel Roh Kudus dilambangkan
pelita emas.
Pelita emas itu baru akan menyala kalau ada
minyak. Ini yang terakhir, sebab
setelah kita, sudah tidak ada zaman
lagi dan tinggal menunggu kedatangan TUHAN YESUS kedua kali.
Itu
sebabnya sekarang gereja hujan akhir, rasul hujan akhir, hamba
TUHAN, pelayan TUHAN hujan akhir harus mengalami penyucian nyala api
secara dobel yaitu:
- Mengalami
penyucian nyala api; Firman
ALLAH,
Roh Kudus dan kasih ALLAH,
lewat kandang penggembalaan (ruangan suci).
Sekarang kita harus
tergembala. Didalam tabernakel terdapat tiga
ruangan:
- Halaman.
Jadi, setelah masuk pintu gerbang, ada halaman.
- Ruangan
suci (ruangan kedua),
- Ruangan
maha suci dimana terdapat tabut perjanjian.
Halaman
menunjuk keselamatan =>
percaya YESUS, bertobat, baptisan air,
baptisan Roh Kudus.
Ruangan maha suci ini menunjuk
kesempurnaan. Kita sudah selamat, tetapi belum sempurna, berarti
kita sekarang (gereja hujan akhir) masih berada didalam ruangan
suci. Ruangan suci = kandang penggembalaan. Didalam kandang
penggembalaan kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan
TUHAN YESUS yang ke dua kali, untuk menjadi sempurna.
Kandang
penggembalaan ini bukan gerejanya atau gedungnya, tetapi secara
rohani inilah ruangan suci. Didalam ruangan suci terdapat tiga macam
alat (semuanya sudah hancur), sekarang dalam arti rohani yaitu
ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok:
- Pelita
emas: ketekunan dalam ibadah raya (seperti
pada malam hari ini). Disini kita bersekutu dengan ALLAH
Roh Kudus dengan karunia-karuniaNya (ada karunia bernyanyi, bermain
musik, bersaksi dll). Disitulah kita mengalami penyucian nyala api
Roh Kudus seperti yang dialami oleh murid-murid di loteng
Yerusalem. Nyala api Roh Kudus menyucikan lahir batin, sampai mulut
berbahasa Roh.
- Meja
roti sajian: ketekunan dalam ibadah
pendalaman alkitab
dan perjamuan suci.
Pada meja roti sajian, terdapat dua
belas roti yang tidak sembarangan,
tetapi roti disusun menjadi dua bagian ; 6-6 (ditulis dalam kitab
Imamat). Angka 66 ini menunjuk alkitab (Firman pengajaran yang
benar). Disini kita bersekutu dengan Anak
ALLAH
itulah YESUS di dalam
Firman pengajaran dan Kurban
Kristus (perjamuan suci). Roti juga menunjuk Tubuh
Kristus. Terdapat juga korban curahan itulah anggur yang menunjuk
Darah
YESUS. Setiap ibadah pendalaman alkitab
dan perjamuan suci kita mengalami penyucian nyala api Firman ALLAH
(Firman pengajaran) seperti yang dialami oleh Musa. Semoga kita
mengerti.
- Mezbah
dupa emas: ketekunan dalam ibadah doa
penyembahan. Ini merupakan persekutuan dengan ALLAH
Bapa didalam kasih-Nya. Setiap kita menyembah TUHAN, kita melihat
Wajah
YESUS yang bagaikan sinar matahari, sehingga kita juga disinari
kasih ALLAH.
Di sini
kita mengalami penyucian nyala api kasih ALLAH.
Sekarang
di akhir zaman, kita harus mengalami penyucian dobel, nomor satu
mengalami penyucian nyala api Firman ALLAH,
Roh Kudus dan kasih ALLAH
di dalam
ruangan suci/kandang penggembalaan/ketekunan dalam tiga macam ibadah
pokok, sehingga:
- tubuh,
jiwa, roh kita melekat atau bergaul dengan Allah Tritunggal dan
tidak bisa dijamah oleh setan. Manusia itu terdiri dari tubuh,
jiwa, roh. Allah Tritunggal = Allah Bapa, anak Allah dan Roh
Kudus.
- tubuh,
jiwa, roh kita mengalami penyucian nyala api Firman, Roh Kudus dan
kasih Allah, sehingga mulut tidak bersalah dalam perkataan =
sempurna. Inilah penyucian mulut! Dulu Musa mulutnya bisa mengaku
dosa, Yesaya mulutnya yang najis disucikan menjadi benar dan baik,
Petrus mulutnya menyangkal TUHAN (berdusta) disucikan sehingga
berbahasa Roh dan bersaksi tentang YESUS (memberitakan Firman
tentang YESUS) dihadapan tiga ribu orang.
- Tubuh,
jiwa, roh kita disucikan oleh nyala api Firman, Roh Kudus dan kasih
Allah, sehingga bukan cuma seperti Petrus, Yesaya, Musa, tetapi
kita terus disucikan sampai tidak salah lagi dalam perkataan =
menjadi sempurna seperti YESUS.
Yakobus
3: 2,
Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak
bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat
juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
Inilah
di akhir zaman, sebab itu penyucian harus melebihi
dari Musa, Yesaya, rasul hujan awal. Sebab
kita mengalami penyucian langsung lewat
kandang penggembalaan, tubuh, jiwa, roh kita bergaul dengan ALLAH
Tritunggal sehingga
setan tidak dapat
menjamah. Gosyen dengan Mesir berbeda, Mesir terkenan hukuman dari
TUHAN, tetapi Gosyen (penggembalaan) tenang saja (setan dan hukuman
ALLAH
tidak dapat
menjamah), bahkan kita mengalami penyucian tubuh, jiwa, roh sampai
mulut tidak salah dalam perkataan (sempurna).
Mulut tidak
salah dalam perkataan itu bukan bisu atau tidak perlu
berbicara,
tetapi mulut
tidak salah dalam perkataan artinya kita
dapat
menyeru ‘Haleluya’ = menyembah TUHAN. Nanti semua yang mengalami
penyucian dalam kandang penggembalaan dari bangsa atau dari
suku apa saja di bumi (dari empat penjuru
bumi) mulutnya berkata hanya
dengan satu suara yaitu hanya menyeru
‘Haleluya’ untuk menyambut kedatangan YESUS yang ke dua
kali.
Wahyu
19: 6,
7,
6.
Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak,
seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya:
"Haleluya! Karena TUHAN, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah
menjadi raja.
7.
Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!
Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia.
Ay 6
=> "Haleluya!
Karena TUHAN, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja’
=> menyambut YESUS sebagai Raja.
Ay
7 => Tetapi juga menyambut YESUS sebagai Mempelai
Pria
Surga.
Dia
sebagai Raja, tetapi juga sebagai Mempelai
Pria
Surga
(Kepala)
dan kita sebagai raja-raja = Tubuh
Kristus yang sempurna = Mempelai
Wanita
(dari empat penjuru bumi) yang siap untuk menyambut Dia, dengan kata
‘Haleluya’ di awan-awan permai. Kalau tidak mau menyeru
‘Haleluya’ kita tidak akan dapat
terangkat. Hanya yang berseru ‘Haleluya’ (mulut tidak salah
dalam perkataan) yang dapat
terangkat ke atas. Bukan main-main saat menyeru ‘Haleluya’,
tetapi ini yang menentukan, apakah kita dapat
terangkat atau tidak di awan-awan permai! Semoga kita bisa
mengerti.
Inilah penyucian yang pertama kepada gereja akhir
zaman.
- Mengalami
penyucian nyala api siksaan.
Kita
akan menghadapi siksaan yang bermacam-macam (halangan, rintangan,
aniaya karena YESUS), lebih hari akan lebih sulit untuk melayani
TUHAN. Ini semua harus dihadapi. Nyala api siksaan = ujian. Dalam
Mazmur 11 ‘selain mata TUHAN menyoroti atau
mengamat-amati kita, mata TUHAN juga menguji kita’.
Jadi, mata TUHAN yang bagaikan nyala api (Dia yang duduk di takhta)
sedang melihat saudara dan saya untuk:
- menyucikan
dengan nyala api Firman, Roh Kudus dan kasih ALLAH,
- tetapi
juga untuk menguji kita.
Mazmur
11: 4,
TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga;
mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak
manusia.
Ay 4 =>
‘mata-Nya
mengamat-amati’
=> ini menyucikan dengan nyala api.
‘sorot
mata-Nya menguji anak-anak manusia’
=> ujian adalah penyucian dengan nyala api siksaan.
Inilah
mengapa ditampilkan ‘Mata-Nya bagaikan
nyala api’ ini bukan untuk menakut-nakuti, bukan! Tetapi Dia sedang
memandang untuk menyucikan kita dengan nyala api Firman, Roh Kudus
dan kasih. Ini semua sudah dialami oleh Musa, Yesaya, dan
juga oleh gereja hujan awal. Sekarang adalah kita (gereja
hujan akhir) akan lebih disucikan dengan nyala api sampai mulut tidak
bersalah lagi (tidak ada cacat cela lagi) dan sempurna seperti Dia.
Tetapi ini belum cukup! Sebab tubuh kita masih daging, belum dapat
terangkat. YESUS itu sempurna dan tidak bersalah (kata-kataNya tidak
salah). Tetapi belum dapat naik ke surga,
sebelum Dia diuji (disalibkan). Sesudah YESUS mengalami nyala api
siksaan ; disalibkan, mati dan bangkit, baru setelah itu Dia dapat
naik ke surga.
Begitu
juga dengan kita. Mungkin kita sudah disucikan, sebab
ibadah hari Minggu, Senin dan Rabu kita
sudah datang. Ini belum cukup dan harus mengalami ujian. Sebab
tubuh kita masih daging dan harus diubahkan lewat ujian, sehingga
menjadi tubuh rohani seperti YESUS. Kadang-kadang kita berdoa =>
‘TUHAN berikan kesabaran’, saat keluar dari tempat ibadah, sepeda
motornya ‘disenggol’ oleh becak, kita sudah
marah-marah. Ini tandanya kita belum sabar. Kalau saat
‘disenggol’ becak kita berkata => ‘terima kasih TUHAN, tidak
apa-apa pak’, ini sudah dapat kesabaran.
Jadi, lewat ujian kita diubahkan dari manusia daging menjadi manusia
rohani seperti YESUS.
1
Petrus 4: 12-14,
12.
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api
siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu
yang luar biasa terjadi atas kamu.
13.
Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat
dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan
bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.
14.
Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh
kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.
Ay
12 => ‘
janganlah kamu heran
akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian’
=> untuk
dapat datang beribadah
Hari Minggu, Senin, Rabu ini merupakan nyala api siksaan. Saya
berangkat dari Malang dan berusaha untuk datang, sudah melewati hujan
lebat dll. Ada juga yang dari Tuban dll. Yang dari Surabaya pun =>
‘ ini hari libur, sudah enam
hari bekerja,
sekarang masih ke gereja. Setelah masuk ke gereja, ibadah dan
kotbahnya lama sekali.
Inilah salah satu bentuk nyala api siksaan (ujian), sampai daging
terasa sakit.
Ay
13 => ‘
pada waktu Ia
menyatakan kemuliaan-Nya’
=> pada waktu Dia datang kembali ke dua kali.
Jadi,
kita harus mengalami penyucian yang kedua.
Penyucian
nyala api siksaan =
ujian =
percikan darah, yaitu
- sengsara
daging tanpa dosa (bukan karena dosa),
- mengalami
salib,
- sengsara
daging karena YESUS. Contohnya: sengsara daging karena Firman,
karena beribadah, karena berpuasa, karena doa semalam suntuk.
Mata
TUHAN mengamati kita untuk menguji kita, bagaimana kita saat
menghadapi salib? Kalau saat beribadah kita sudah merasakan tidak
enak bagi daging, itu sudah benar, jangan mencari ibadah yang enak
bagi daging. Sebab ibadah yang enak bagi daging itu tidak teruji
(semua orang, termasuk orang najis dll, banyak yang mau datang).
Kalau ada ibadah yang tidak enak bagi daging, kita tetap datang
beribadah, itu berarti sudah teruji (hanya orang pilihan TUHAN yang
datang). Semoga kita dapat mengerti.
Mengapa
kita diijinkan TUHAN mengalami nyala api siksaan (ujian)? Supaya
Roh Kemuliaan turun atas kehidupan kita = Shekinah Glory ada dalam
kehidupan kita. Dulu, Harun satu tahun sekali masuk ke ruangan maha
suci, membawa dupa dan darah, kalau darah dipercikkan dua kali tujuh,
maka terjadi Shekinah Glory (sinar kemuliaan). Sekarang menunjuk, Roh
Kemuliaan.
Mengapa
harus ada Shekinah
Glory (Roh Kemuliaan) bagi gereja hujan akhir?
- Roh
Kemuliaan mendorong kita, supaya tetap setia berkobar-kobar dalam
ibadah pelayanan kepada TUHAN, sekalipun kita mengalami
penderitaan.
Kalau
daging, semakin hari akan semakin lemah. Contohnya: dari sekolah TK,
SD, SMP, SMU, S1, S2, S3, Profesor, mungkin kita akan bertambah
pandai, tetapi setelah Profesor akan ‘linglung’. Ini
berarti sudah ada penurunan. Tetapi kalau
ada Roh Kemuliaan, usia semakin tinggi, kita semakin
berkobar-kobar.
Jadi dapat
dilihat, apakah saudara dan saya melayani TUHAN karena emosi daging
atau karena Roh Kemuliaan?
- bisa
dilihat dari usia; kalau karena daging, semakin tua, semakin lemah.
Ini berarti dulu melayani karena emosi daging.
- waktu
ibadah; kalau karena daging, dari datang semangat menyanyi, tetapi
saat Firman sudah tidak semangat lagi. Ini berarti karena emosi
daging dan bukan karena Roh Kemuliaan. Jika karena Roh Kemuliaan,
semakin lama, akan
semakin segar.
Tadi,
suci itulah nyala api. Sekarang, setia dan berkobar-kobar itulah
pelayan TUHAN bagaikan nyala api (menjadi biji mata TUHAN).
- Roh
Kemuliaan mengubahkan kehidupan kita dari manusia daging menjadi
manusia rohani seperti YESUS.
Dulu,
YESUS harus mati di kayu salib, supaya Roh Kemuliaan membangkitkan
Dia dalam Tubuh
kemuliaan agar
dapat
naik ke surga. Sekarang Roh Kemuliaan mengubahkan kita dari manusia
daging (tubuh daging) menjadi manusia rohani seperti YESUS.
Apa
yang dimaksud dengan manusia rohani?
1
Petrus 4: 14,
Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh
kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.
Ay
14 => ‘
Berbahagialah kamu,
jika kamu dinista karena nama Kristus’
=> coba cari dimana-mana, dihina malah bahagia. Biasanya, kalau
dipuji, kita bahagia. Misalnya: kamu pintar, pasti naik kelas.
Sebaliknya, kalau guru mengatakan => ‘kamu bodoh, tidak naik
kelas’ Pasti tidak bahagia => ‘setelah pulang, tidak dapat
makan, tidak dapat
tidur’.
Tetapi
di
ayat 14 ‘dinista karena Nama
YESUS, dihina, dimaki-maki’ tetapi merasa bahagia. Inilah manusia
rohani. Misalnya: kalau sepeda motor yang baru ditabrak becak, tetapi
kita tidak marah (cuma memberi nasehat kepada yang menabrak) dan
tidak menuntut, itulah manusia rohani (sudah diubahkan oleh Roh
Kemuliaan).
Berbahagia
saat menderita (‘
Berbahagialah
kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus’)
= kuat dan teguh hati. Orang yang kuat dan teguh hati, situasi apa
saja, tetap merasa bahagia. Misalnya: tetap bahagia dalam TUHAN,
ketika penghasilan turun, ketika diijinkan sakit. Semoga kita dapat
mengerti.
Kita
diijinkan untuk memikul salib/ujian/nyala api siksaan/percikan darah,
supaya ada Roh Kemuliaan yang:
- mendorong
kita agar
kita
tetap setia dan berkobar-kobar,
- Roh
Kemuliaan juga mengubahkan kita dari tubuh jasmani (manusia daging)
menjadi manusia rohani seperti YESUS, salah
satunya adalah
berbahagia ditengah penderitaan = kuat dan teguh hati. Ketika
diberkati, kita berkata => ‘YESUS baik, luar biasa, dahsyat’.
Ketika diijinkan dalam penderitaan, mulai tawar hati.
Tetapi jika ada Roh Kemuliaan, mau diijinkan apapun oleh TUHAN
(penderitaan, kekurangan dll), kita akan tetap kuat dan teguh hati,
berbahagia ditengah penderitaan, tidak kecewa, tidak putus asa,
tidak meninggalkan TUHAN dan tetap berbahagia bersama dengan TUHAN.
Semoga kita dapat
mengerti.
Menjadi
kuat dan teguh hati, inilah Biji
Mata
TUHAN.
Jika ditelusuri
dari depan, jadi pelayan bagaikan nyala api (bagaikan Biji
Mata
TUHAN) adalah
- pelayan
yang suci (terutama mulut disucikan),
- pelayan
setia berkobar-kobar,
- pelayan
yang kuat dan teguh hati (tidak mundur setapakpun apapun yang
terjadi),
- pelayan
yang matanya hanya memandang kepada TUHAN (tidak memandang
siapapun),
- pelayan
yang hanya berharap belas kasih TUHAN (sampai TUHAN berbelas kasih
kepada dia).
Sekarang
ini mungkin banyak persoalan kita, tetapi biarlah kita
disucikan terlebih dahulu lewat kandang penggembalan (Firman TUHAN,
Roh Kudus dan kasih Allah menyucikan kita menjadi pelayan yang suci),
kemudian ditambah percikan darah, supaya Roh Kemuliaan turun untuk
mendorong kita agar kita tetap setia dan
berkobar-kobar, Roh Kemuliaan juga mengubahkan kita dari manusia
daging menjadi manusia rohani, salah satunya adalah kuat teguh hati.
Saat difitnah, diijinkan TUHAN di phk,
diijinkan gaji turun (penghasilan turun), diijinkan sakit, tetap kuat
teguh hati. Inilah Biji Mata
TUHAN.
Pelayan
yang bagaikan Biji Mata
TUHAN (suci, setia berkobar-kobar, kuat teguh hati, hanya memandang
TUHAN, hanya berharap belas kasih setia TUHAN), maka dia mendapat
naungan sayap dari TUHAN. Semoga kita dapat
mengerti.
Kita
jangan sembarangan melayani TUHAN. Di dunia saja, kita mau menjadi
apa sudah sulit sebab ada syarat-syaratnya,
lalu mengapa di gereja dijadikan seperti pasar (gampang, murah) =>
‘siapa saja boleh berkothbah’,
jangan! Biarlah kita menjadi pelayan bagaikan nyala api. Pendeta
mungkin tidak tahu (termasuk saya nomor satu), tetapi Mata
TUHAN tahu, Mata TUHAN menyorot untuk
menyucikan, menguji kita, supaya kita benar-benar menjadi pelayan
TUHAN yang suci dan teruji. Saat kita diberkati jangan sombong,
saat-saat diijinkan memikul salib, tetap kuat dan teguh hati, tetap
memandang TUHAN, supaya naungan sayap-Nya
dapat kita rasakan.
Mazmur
17: 8,
Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan
sayap-Mu
Kalau
kita dapat menjadi pelayan TUHAN bagaikan
Biji Mata TUHAN,
yaitu suci, setia berkobar-kobar, kuat
teguh hati, maka kita mengalami naungan sayap TUHAN. Itu
sebabnya kita jangan merasa takut!
Jika
ada naungan sayap TUHAN, hasilnya adalah
- Naungan
sayap itu seperti pada ayam, burung nasar (di dalam
alkitab). Yang dinaungi adalah ayam atau
burung nasar yang kecil (yang baru menetas) = tidak berdaya,
makanpun sulit. Biarpun banyak jagung, beras, kalau masih kecil,
tidak dapat
makan sendiri, itu sebabnya
harus dari induknya.
Hasil pertama:
naungan
sayap TUHAN (pelukan Tangan
TUHAN) sanggup memelihara dan melindungi kita, sekalipun kita kecil
dan tidak memiliki
daya
apa-apa.
Mungkin
ijasah kita tidak terlalu tinggi, toko tidak terlalu besar, gaji
tidak terlalu besar, bagaikan lima
roti dan dua
ikan untuk memberi makan lima
ribu orang, tetapi kalau ada bukti bahwa
kita pelayan bagaikan Biji
Mata
TUHAN, maka ada naungan sayap TUHAN yang ajaib. Kalau ada serangan
dari udara atau dari manapun, induknya siap melindungi. Sarang
burung nasar berada diatas gunung, kalau ada serangan, maka
anak-anaknya siap dinaungi.
Lima
roti dan dua
ikan, kalau berada
di dalam
naungan sayap TUHAN (Tangan
belas kasih TUHAN) bisa untuk lima
ribu orang
makan bahkan sampai berkelimpahan. Jangan
putus asa, kita harus sabar sampai menjadi Biji
Mata
TUHAN dan pasti ada naungan sayap TUHAN
Yang akan menolong
kita.
- Jika
burung nasar kecil sudah terus
diberi makan
dan dinaungi,
maka akan menjadi besar (sayapnya juga menjadi besar). Satu waktu
kalau sudah besar, sarangnya digoyang oleh induknya, terkadang akan
terjatuh dari sarangnya. Kita dipelihara, dilindungi, tetapi juga
diuji.
Hasil kedua: kita
diuji supaya mempunyai sayap yang besar.
Sayap semakin besar, semakin terasa pelukan Tangan
kasih TUHAN dalam kehidupan kita (semakin tidak tergantung kepada
dunia):
- untuk
menerbangkan kita, melintasi badai di lautan dunia artinya
memberikan ketenangan dan memberikan kemenangan (sampai badai
reda). Semua masalah bisa diselesaikan oleh TUHAN, bahkan sampai
masalah yang mustahil. Kita semakin tidak tergantung lagi pada
dunia. Misalnya: dulu mengandalkan gaji, tahu-tahu sakit, gajinya
tidak cukup, tetapi ada yang menolong => ‘ini karena TUHAN’,
Bertambah besar sayapnya, bertambah
merasakan pelukan Tangan
TUHAN (merasakan besarnya kasih TUHAN) sehingga
kita dapat
melintasi badai, lautan dunia.
- sampai
kita disingkirkan ke padang gurun jauh dari mata antikrist
yang berkuasa selama tiga
setengah tahun di dunia.
Saat antikrist
berkuasa di dunia, semua
ijasah tidak berguna,
tetapi kalau menyembah antikrist,
barulah
ijasah itu ada gunanya.
Tetapi kita semuanya yang menjadi Biji
mata TUHAN disingkirkan ke padang gurun selama tiga
setengah tahun.
Dua
sayap burung nasar menyingkirkan kita ke padang gurun selama tiga
setengah tahun (Wahyu 12: 14). Dulu,
bangsa Israel selama empat
puluh tahun di padang gurun dipelihara
langsung oleh TUHAN. Nanti kita juga
akan dipelihara
di padang
gurun secara
langsung oleh TUHAN lewat Firman dan perjamuan suci. Burung nasar
itu memakan bangkai, itulah Firman dan perjamuan suci. Semoga kita
dapat mengerti.
- Jika
TUHAN YESUS datang kembali ke dua kali, kita diubahkan menjadi sama
mulia dengan Dia.
Tubuh yang jasmani sedikit demi
sedikit diubahkan menjadi tubuh yang rohani.
Tadi,
Roh Kemuliaan mengubahkan kita, sehingga kita
mulai menjadi kuat dan teguh hati, menjadi sabar, jujur, kita
diubahkan terus menerus, sayap semakin besar, sampai satu waktu jika
YESUS datang kembali ke dua kali, kita diubahkan menjadi sama mulia
(tubuh yang jasmani menjadi tubuh yang mulia) seperti YESUS. Setelah
itu, dua sayap burung nasar mengangkat kita ke awan-awan yang permai
dan kita akan bertemu dengan YESUS.
Filipi
3: 20,
21,
20.
Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita
menantikan TUHAN Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
21.
yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan
tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala
sesuatu kepada diri-Nya.
Ay
20 => ‘
kita menantikan TUHAN
YESUS Kristus sebagai Juruselamat’
=> sebagai Raja, sebagai Mempelai
Pria
Surga.
Ketika
YESUS bangkit dari antara orang mati, Tubuh-Nya
sudah lain sebab sudah menjadi Tubuh
rohani. Demikian juga kita, semoga kita tidak
mati, tetapi kita hidup sampai dengan TUHAN datang (kita berdoa),
kita akan langsung diubahkan dalam tubuh kemuliaan yang sama seperti
Dia. Dua sayap burung nasar (kekuatan naungan sayap TUHAN) mengangkat
kita ke awan-awan permai dan kita bertemu Dia di awan-awan yang
permai, dengan sorak ‘Haleluya’. Sesudah itu kita masuk kerajaan
seribu tahun damai (firdaus
yang akan datang). Sesudah itu kita masuk Yerusalem baru (kerajaan
surga) dan kita duduk bersanding dengan Dia di takhta kerajaan surga.
Sekarang
Mata TUHAN memandang dari takhta, untuk
membawa kita ke takta. Sekarang kita juga harus memandang Dia, dengan
tetap kuat teguh hati. Saat menghadapi apa saja, pandanglah
Dia. Saat kita sudah tidak dapat berbuat
apa-apa, dan orang mengatakan
=> ‘kamu sudah tidak bisa, kamu mati’
Tinggal memandang Dia, tetap kuat teguh
hati. Jangan putus asa => ‘sampai Engkau berbelas kasih’,
‘sampai Engkau menaungi aku dengan sayap Mu’, ‘memeluk aku
dengan pelukan Mu’.
Sekalipun
kita tidak berdaya, Dia dapat memelihara
dan melindungi. Biarpun kita tidak berdaya, Dia dapat
membawa kita melintasi badai, pencobaan apapun di dunia, sampai
antikrist pun tidak dapat
menjamah kita. Satu waktu Dia membawa kita di takhta-Nya, kita juga
duduk di takhta-Nya bersama dengan Dia untuk selama-lamanya. Inilah
artinya Mata TUHAN bagaikan nyala api. Ini
bukan untuk menakut-nakuti, tetapi Dia sedang mengamat-amati.
Pengertian Mata TUHAN mengamat-amati selain
untuk menyucikan, tetapi
juga memperhatikan. Kalau kita mau disucikan, kita mau diuji
oleh TUHAN menjadi pelayan bagaikan Biji
Mata TUHAN, maka Dia sedang memandang kita
dengan belas kasihan. Saat kita memohon kepada Dia => ‘TUHAN,
saya tidak mampu lagi’, maka Dia akan memeluk kita, menaungi dengan
sayap-Nya.
TUHAN memberkati kita semuanya. 1