Kita
melanjutkan dalam Kitab Wahyu 1: 13-16
Wahyu
1: 13-16
13.
Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia,
berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya
berlilitkan ikat pinggang dari emas.
14.
Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan
mata-Nya bagaikan nyala api.
15.
Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian;
suara-Nya bagaikan desau air bah.
16.
Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya
keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar
bagaikan matahari yang terik.
Rasul
Yohanes di pulau Patmos mendengar dan
melihat suara sangkakala yang nyaring,
yang
menjadi dua wujud:
- Kaki
dian emas
(Wahyu 1: 10-12),
- Pribadi
YESUS dalam kemuliaan
(Wahyu 1: 13-16).
Demikian
juga kita semua, biarlah hari-hari ini kita dapat
mendengar dan melihat
suara sangkakala yang nyaring,
yaitu
Firman penggembalaan yang mengandung bobot
Firman pengajaran yang benar (bukan yang
‘guyonan’ dsb), yang keras, yang lebih tajam dari pedang bermata
dua, yang disampaikan dengan berulang-ulang, sehingga sanggup untuk
menyucikan dan mengubahkan kita menjadi wujud nyata tujuh kaki dian
emas yang bercahaya (gereja TUHAN yang sempurna). Kalau sudah ada
kaki dian emas, disitulah kita juga bisa melihat Wujud
Pribadi YESUS dalam kemuliaan.
Mengikut
YESUS itu tidak abstrak, sebab:
- Pribadi
YESUS tidak abstrak (Pribadi
TUHAN sudah nyata di dalam
YESUS).
- kerajaan
surga nyata didalam tabernakel. Musa melihat kerajaan surga,
kemudian Musa diperintahkan oleh TUHAN untuk membuat tabernakel di
bumi ini. Rasul Yohanes juga melihat kerajaan surga, ini nanti kita
bandingkan dengan Musa yang sudah pernah melihat kerajaan surga. Ini
sama persis dan tidak abstrak.
- Firman
TUHAN juga tidak abstrak, bukan
hanya kita dengar saja. Ini merupakan
tanggung jawab seorang gembala untuk memberitakan suara sangkakala
(Firman
penggembalaan yang mengandung bobot Firman
pengajaran yang benar).
Dalam
Wahyu 1: 13-16,
ada empat wujud
penampilan Pribadi
YESUS dalam kemuliaan =
penampilan Pribadi
YESUS dalam empat keadaan-Nya yang sebenarnya:
- YESUS
tampil dalam kemuliaan sebagai Imam Besar
(Wah 1: 13).
- YESUS
tampil dalam kemuliaan sebagai Raja segala raja
(Wah 1: 14).
- YESUS
tampil dalam kemuliaan sebagai Hakim yang Adil
(Wah 1: 15).
- YESUS
tampil dalam kemuliaan sebagai Mempelai Pria Surga
(Wahyu 1: 16).
Setiap
penampilan YESUS ada ciri-ciri tersendiri. Pada Wahyu 1: 16, YESUS
tampil sebagai Mempelai Pria
Surga, cirinya Wajah-Nya
bersinar seperti matahari terik dst. Sekarang
ini kita akan mempelajari satu persatu,
dimulai dari Wahyu 1: 13, yaitu
YESUS
tampil dalam kemuliaan sebagai Imam Besar.
Wahyu
1: 13,
Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia,
berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya
berlilitkan ikat pinggang dari emas.
Penampilan
YESUS dalam kemuliaan sebagai Imam Besar,
ditandai dengan dua hal
yaitu
- ‘jubah
yang panjangnya sampai di kaki’,
- ‘dan
dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas’.
Sekarang
kita mempelajari tentang ‘jubah
yang panjannya sampai di kaki’, artinya:
- Pakaian
kebenaran dan kebajikan yang melimpah-limpah
(jubahnya panjang sampai di ujung kaki). Ini dikaitkan dengan
perbuatan memberi, contohnya: memberi untuk pekerjaan TUHAN dan
memberi untuk sesama yang membutuhkan. Semoga kita dapat
mengerti.
2
Korintus 9: 7,
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan
dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang
yang memberi dengan sukacita.
Syarat
untuk memberi yaitu
- Sukacita.
- Kerelaan
hati = tidak terpaksa dan tidak memaksa. Banyak kali kita memaksa
orang untuk memberi
untuk
pekerjaan TUHAN, istilahnya seperti kita ‘todong’.
- 1
Yohanes 3: 17,18,
17.
Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya
menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap
saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam
dirinya?
18.
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau
dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
Ayat
18 => ‘tetapi
dengan perbuatan’
=> perbuatan
memberi dalam kebenaran dan kasih
(tanpa pamrih).
- Jubah
itu dipakai ditubuh. Jadi YESUS memakai jubah untuk menutupi tubuh
(Tubuh
Kristus). syarat memberi: harus mengarah
kepada pembangunan Tubuh
Kristus, bukan mengarah kepada manusia
supaya dipuji dsbnya.
YESUS
memakai jubah, kita juga harus memakai jubah (dikaitkan dengan
pakaian kebenaran dan kebajikan). Jika kita memberi sesuai dengan
syarat-syarat diatas, maka ada hasilnya.
2
Korintus 9: 7,
8,
7.
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan
dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang
yang memberi dengan sukacita.
8.
Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu,
supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan
malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
Ayat
8 => ‘malah
berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan’
=> seperti jubah yang panjang sampai ke ujung kaki.
Hasilnya
adalah
- ALLAH
mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (ayat 7), kerelaan
hati, kebenaran dan kasih dan yang mengarah kepada pembangunan
Tubuh
Kristus.
- ALLAH
sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kita (ayat 8),
untuk:
- memelihara
kehidupan kita dengan berkecukupan, tidak berkekurangan =
berkelimpahan (selalu mengucap syukur). Berkelimpahan itu bukan
berjuta-juta, tetapi sampai selalu mengucap syukur kepada TUHAN.
- ‘malah
berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan’
= berkelebihan dalam perbuatan kebajikan (perbuatan baik).
Wahyu
19: 8
(dibandingkan dengan terjemahan lama).
Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang
berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu
adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)
Ay
8 => ‘lenan’
=> putih.
Terjemahan
lama:
‘Lenan
halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang
kudus’
=> ‘karena
kain kasa halus itulah ibarat segala kebajikan orang-orang kudus’
(dalam terjemahan lama).
Perbuatan kebajikan menjadi jubah
putih berkilau-kilau (pakaian putih berkilau-kilau) = pakaian
Mempelai,
sehingga kita layak untuk menyambut kedatangan YESUS ke dua kali
di awan-awan yang permai.
YESUS sebagai Imam Besar memakai
jubah yang panjang sampai di ujung kaki, sekarang kita juga
memiliki jubah yang panjang sampai di kaki (pakaian Mempelai)
lewat memberi. Semoga kita dapat
mengerti.
- Pakaian
pelayanan Imam Besar yang tampil untuk mengadakan pelayanan
pendamaian
= mengadakan
penyucian bagi sidang jemaat untuk pembangunan Tubuh
Kristus yang sempurna (tidak bercacat cela).
Pelayanan pendamaian itu sampai bangsa
Israel dan bangsa
kafir
menjadi satu tubuh. Dulu satu tahun sekali, imam besar Harun memakai
jubah putih masuk ke ruangan maha suci untuk mengadakan pelayanan
pendamaian.
Imamat
16: 1,
2,
4,
1.
Sesudah kedua anak Harun mati, yang terjadi pada waktu mereka
mendekat ke hadapan TUHAN, berfirmanlah TUHAN kepada Musa.
2.
Firman TUHAN kepadanya: "Katakanlah kepada Harun, kakakmu,
supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di
belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya
jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup
pendamaian.
4.
Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus dan ia harus menutupi
auratnya dengan celana lenan dan ia harus memakai ikat pinggang
lenan dan berlilitkan serban lenan; itulah pakaian kudus yang harus
dikenakannya, sesudah ia membasuh tubuhnya dengan air.
Ay
2 => jangan sembarangan melayani, sebab
nanti akan
mati. Kalau dulu mati secara tubuh,
sekarang lebih lagi, bisa mati secara rohani. Kalau mati tubuh,
tetapi bertobat, dia bisa selamat. Kalau mati rohani, sekalipun
tubuhnya sehat, maka akan
menuju kebinasaan.
Ay 4 => ‘Ia
harus mengenakan kemeja lenan yang kudus’
=> ini salah satu syarat melakukan pelayanan pendamaian. Lenan
itu jubah putih.
‘itulah
pakaian kudus yang harus dikenakannya, sesudah ia membasuh tubuhnya
dengan air’
=> sesudah baptisan air (sudah mandi) jangan telanjang terus,
selanjutnya harus berpakaian (memakai pakaian kudus atau pakaian
imamat). Nanti sesudah baptisan air, akan ada penataran calon
imam-imam. Semoga kita dapat
mengerti.
Jadi, Imamat 16: 1-2, 4
ini tentang pakaian/kemeja lenan (kemeja putih). Ini lebih jelas
lagi dalam Keluaran 28: 39 (pakaian imam besar).
Keluaran
28: 39,
Haruslah engkau menenun kemeja dengan ada raginya, dari lenan halus,
dan membuat serban dari lenan halus dan haruslah kaubuat ikat
pinggang dari tenunan yang berwarna-warna.
Ay
39 => ‘Haruslah
engkau menenun kemeja dengan ada raginya, dari lenan halus’
=> kemeja dari lenan halus, putih dan ada raginya (mata-mata).
Ragi ini bukan ragi
untuk membuat
tape, tetapi ada lubang-lubangnya (mata-matanya).
Dari
dua ayat ini (Imamat 16: 1-2, 4 dan Keluaran 28: 39) disimpulkan:
pakaian
pelayanan imam besar untuk mengadakan pelayanan pendamaian adalah
jubah lenan halus yang bermata-mata = pakaian putih yang
bermata-mata. Inilah istilah jubah yang panjang sampai di kaki yang
dipakai oleh imam besar, sekarang pakaian ini dipakai oleh kita. Tadi
yang pertama, pakaian kebenaran dan kebajikan (pakaian Mempelai)
yang dikaitkan dengan memberi. Jadi memberi berarti kita memiliki
pakaian, jika kikir dan serakah berarti telanjang.
Yang
kedua, pakaian yang dipakai oleh imam besar untuk melayani pelayanan
pendamaian itulah jubah lenan halus yang bermata-mata (pakaian putih
yang bermata-mata),
ini
disebut ‘pakaian kudus’
=
pakaian kesucian dan
kemuliaan dalam urapan Roh Kudus
(ada mata-mata). Jadi pakaian pelayanan = pakaian kesucian. Selalu
Firman
TUHAN mengingatkan kita, syarat untuk melayani bukan kaya atau
miskin, tua atau muda, pandai atau bodoh, tetapi dalam kesucian
(pakaian kesucian).
Jadi tidak sembarangan melayani, salah
satunya harus memakai pakaian, kalau tidak memakai pakaian dapat
mati = melayani tanpa pakaian kudus kerohanian
akan mati
rohani/kerohanian-nya
akan mati
sehingga akan
menuju kematian kedua
(kebinasaan untuk selamanya). Tadi yang pertama, memberi kepada
pekerjaan TUHAN dan sesama, memberi dalam bentuk waktu, tenaga, uang
dsb. Kalau melayani tanpa memberi itu berarti telanjang. Hati-hati
dalam melayani! Kita melayani di kantor pemerintahan, menjadi guru
dsb sekarang ini bertambah susah, sebab akan
terus dimonitor
=> ‘harus begini syarat-syaratnya dsbnya’,
apalagi kita melayani kerajaan surga? Sebab itu kita harus
sungguh-sungguh dan memakai pakaian kesucian dan kemuliaan.
Bagaimana
kita bisa disucikan dan diurapi (mendapatkan pakaian kesucian dan
kemuliaan dalam urapan Roh Kudus)? jawabannya adalah dalam Imamat 21:
12. Kalau mau melayani,
harus mengikuti
syarat-syaratnya yang
ada didalam alkitab,
bukan mengikuti syarat gereja A, gereja B atau pendeta
A, pendeta
B, sebab ada pendeta
yang berkata => ‘tidak mengapa
melayani dalam
ibadah, sekali-pun
istrinya dua, silahkan
melayani’.
Imamat
21: 12,
Janganlah ia keluar dari tempat kudus, supaya jangan dilanggarnya
kekudusan tempat kudus Allahnya, karena minyak urapan
Allahnya,
yang menandakan bahwa ia telah dikhususkan, ada di atas kepalanya;
Akulah
TUHAN.
Ay
12 => ‘
ia’
=> imam-imam.
‘
supaya
jangan dilanggarnya kekudusan tempat kudus Allahnya, karena minyak
urapan Allahnya’ =>
ada kesucian, maka akan
ada urapan.
Imamat
21: 12, ini tentang ‘kudusnya para imam’.
Jadi
supaya kita dapat
disucikan dan diurapi,
kita harus selalu berada
di ruangan suci. Di
dalam tabernakel
adalah di
dalam ruangan suci.
Ini selalu diulang-ulang, sebab inilah Firman
penggembalaan, tujuannya adalah untuk memberi kesempatan yang belum
berada di ruangan suci (diingatkan lagi, supaya jangan keluar dari
ruangan suci).
Kekhususan
dan keistimewaan Firman
penggembalaan adalah diulang-ulang, apa yang masih belum dilakukan,
supaya dapat
dilakukan dan kita tidak boleh bosan. Contohnya: ‘aku malas datang
ibadah pada
hari Senin dan Rabu’
sebab itu perlu diulangi lagi => ‘mari datang ibadah’. Bagi
yang sudah melakukan, diulang-ulang, supaya mantap (ada juga yang
sudah masuk ruangan suci, tetapi keluar lagi). Contohnya: ‘ibadah
hari Senin dan Rabu sebenarnya capek, kali ini aku mau tidak datang
ibadah’.
Inilah perlu Firman
yang diulangi lagi.
Ruangan
suci sekarang menunjuk kandang penggembalaan. Di
dalam ruangan suci terdapat tiga
macam alat (sudah hancur) = ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok
yaitu:
- Pelita
emas: ketekunan dalam ibadah raya atau kebaktian umum (biasanya hari
Minggu). Pelita emas ini tentang Roh Kudus (kemarin sudah kita
pelajari). Ini bersekutu dengan ALLAH
Roh Kudus di dalam
urapan dan karunia-karunia Nya. Ada karunia untuk menyanyi,
kesaksian-kesaksian, inilah ibadah raya (termasuk juga ibadah
persekutuan).
- Meja
roti sajian: ketekunan didalam ibadah pendalaman alkitab
dan perjamuan suci (hari Senin disini). Ini bersekutu dengan Anak
ALLAH
di dalam
Firman
pengajaran dan Kurban
Kristus. Ini bagaikan makan.
- Medzbah
dupa emas: ketekunan didalam ibadah doa penyembahan (hari Rabu
disini). Ini bersekutu dengan ALLAH
Bapa di dalam
kasih-Nya sehingga kita dapat
merasakan kasih ALLAH.
Supaya
kita dapat mengalami kesucian dan urapan,
yang bagaikan menerima pakaian putih bermata-mata, maka harus berada
di ruangan suci = kandang penggembalaan = kektekunan dalam tiga
macam ibadah pokok. Saya selalu mengatakan, kalau kita bertekun dalam
tiga macam ibadah, maka tubuh, jiwa, roh
kita bersekutu/melekat dengan ALLAH
Tritunggal seperti carang melekat pada Pokok
Anggur Yang
Benar. Kalau carang sudah melekat pada
Pokok Anggur,
maka yang mencari makan adalah Pokoknya
semuanya (dari bawah tanah, memasak di daun, carangnya hanya tinggal
menghisap sari-sari makanan) dan tahu-tahu sudah berbuah. Ini enak
sekali!
Hidup
kita bergantung sepenuhnya kepada YESUS Imam Besar, Gembala Agung
(Pokok Anggur
Yang Benar).
Kalau Pokoknya mati, carangnya juga ikut
mati. Kalau Pokoknya hidup, carangnya juga
hidup terus. YESUS hidup selamanya (memiliki hidup kekal), maka
carangnya juga hidup selamanya (kita juga kekal selamanya). Jangan
ragu-ragu, kita tinggal melekat pada Pokok
Anggur Yang Benar
saja. Semoga kita dapat mengerti.
Jika
kita sudah melekat pada Pokok Anggur
Yang Benar di
ruangan suci, maka kita akan disucikan.
Sesuai dengan namanya ‘ruangan suci’, kita juga akan disucikan
disana. Dengan apa kita disucikan? Dalam Yohanes 15: 3 tentang ‘Pokok
Anggur Yang
Benar’, jika carang-carang sudah melekat
pada Pokok Anggur,
akan dibersihkan/disucikan, supaya nanti buahnya bertambah lebat, dan
bertambah manis.
Yohanes
15: 3,
Kamu
memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
Ay
3 => ‘
firman yang telah
Kukatakan’ => Firman
yang telah YESUS katakan.
Jadi,
kita disucikan dengan Firman yang merupakan
perkataan YESUS Sendiri,
artinya:
- Firman
yang dibukakan rahasianya,
- Firman
yang di wahyukan/diilhamkan
oleh TUHAN, yaitu ayat yang satu menerangkan ayat yang lain di
dalam alkitab.
Salah
satu kesaksian dari tamu kita (dari Srilangka) yang menginap satu
Minggu di Malang. Dia baru tahu ada Firman
yang langsung dari TUHAN. Padahal, dia anak dari
seorang pendeta, dari kecil sudah
melayani TUHAN, juga sudah berpuasa (1 hari, 3 hari, 7 hari, 40
hari), dia benar-benar melayani TUHAN, tetapi dia mengatakan =>
‘baru kali ini aku tahu, wahyu atau Firman
yang langsung dari TUHAN, ayat menerangkan ayat’ Dia baru tahu
kalau perjanjian lama, bisa diterangkan dengan perjanjian baru.
Inilah berkat TUHAN, kasih karunia TUHAN kepada kita, sehingga kita
dapat menerima perkataan YESUS. Kalau
Firmannya berisi lawakan-lawakan, masakan
YESUS melawak, ini tidak mungkin! Jadi ayat menerangkan ayat dalam
alkitab, kita jangan dibodohi. Semoga kita
dapat mengerti.
Ini
juga disebut sebagai Firman pengajaran
yang benar, yang lebih tajam dari pedang bermata dua. Ayat
menerangkan ayat di dalam alkitab
ini tajam, sehingga dapat untuk menyucikan.
Jika Firman diterangkan dengan lawakan,
pengetahuan, tidak akan ada ketajaman.
Semoga kita dapat mengerti.
Apa
yang harus disucikan?
- Pakaian
putih ini seringkali banyak nodanya.
Jadi yang disucikan adalah
noda-noda
pada pakaian putih (pakaian dalam pelayanan).
Noda apa?
Matius
25: 26, 30,
26.
Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi
kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak
menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
30.
Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan
yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak
gigi."
Ay 26 =>
Noda jahat dan malas.
Ay 30 => kalau jahat dan malas = tidak
berguna.
Noda kejahatan adalah:
- keinginan
akan uang = cinta akan uang= terikat akan
uang, itulah akar kejahatan. Inilah yang membuat kita menjadi:
- kikir
= tidak dapat
memberi.
- serakah
= mencuri atau merampas milik orang lain, yaitu:
- milik
TUHAN = persepuluhan
dan persembahan khusus, ini yang
seringkali dirampas.
- milik
sesama dirampas (hutang tidak membayar
kembali, korupsi dll).
- termasuk
milik sesama yang membutuhkan => ‘ketika Aku lapar, kamu
tidak memberi Aku makan’, ‘ketika Aku haus, kamu tidak
memberi Aku minum’.
Jadi, dari berkat TUHAN yang kita
terima, ada milik TUHAN dan ada juga milik sesama yang
membutuhkan. Kita harus menyerahkan sesuai gerakan TUHAN =
memberi dengan kerelaan hati, kebenaran (tujuannya benar), untuk
pembangunan tubuh Kristus dst. Semoga kita mengerti.
- iri
hati, kebencian tanpa alasan, dendam, sakit hati.
Contohnya:
- seperti
Kain terhadap Habel. Pelayanan Habel berkenan kepada TUHAN
(diterima oleh TUHAN), sedangkan pelayanan Kain belum diterima
oleh TUHAN (belum berhasil), sebenarnya ini masih bisa diperbaiki,
tetapi Kain karena iri
hati. Hati-hati akan iri hati, kebencian tanpa alasan didalam
pelayanan.
- seperti
kakak-kakak Yusuf terhadap Yusuf. Yusuf mendapatkan
karunia-karunia (jubah maha indah), kakak-kakak
Yusuf tambah iri dan benci.
Kalau
mencuci pakaian dikucak satu kali, nodanya belum hilang, sebab itu
Firman
penggembalaan diulang-ulang => ‘maju mundur lagi, maju mundur
lagi, supaya bersih’ kemarin menerangkan Wahyu 1: 10-12, sekarang
Wahyu 1: 13, besok masih menerangkan Wahyu 1: 13 lagi dst. Semoga
kita dapat
mengerti.
Noda malas adalah
tidak setia atau lalai. Dalam Matius 25: 30, jika kita melayani
TUHAN dengan jahat dan malas = ‘hamba yang
tidak berguna’. Salah satu motto
dari Lempin-El adalah ‘lebih berguna seorang pengerja yang setia
(sekalipun mengepel yang tidak dilihat oleh
jemaat), daripada seorang gembala yang
tidak setia (gembala yang tidak berkotbah)’. Coba tangan kita,
biarpun kuat, hebat tetapi tidak mau
mengangkat, maka
tangan itu tidak berguna! Lebih baik
tangan yang tidak terlalu kuat, tetapi mau untuk mengangkat. Semoga
kita dapat mengerti.
Noda
jahat dan malas, ini seringkali tidak kita
sadari, sebab itu harus disucikan. Jika
jahat dan malas atau tidak berguna, maka akan merusak Tubuh
Kristus, bukan membangun. Kalau berguna, berarti membangun sampai
besar dan sehat. Akibatnya adalah
dicampakkan kedalam kegelapan yang paling gelap, dimana terdapat
ratap tangis dan kertak gigi, artinya
masa depannya gelap dan sampai kepada kebinasaan di neraka yang
penuh dengan ratap tangis dan kertak gigi untuk selamanya.
- Penyucian
pakaian
= penyucian
nikah,
supaya nikah mencapai nikah yang sempurna, nikah yang rohani yaitu
perjamuan kawin Anak
Domba.
Waktu Adam dan Hawa berbuat dosa dan telanjang, ini berarti secara
pribadi telanjang, maka
nikahnya juga telanjang.
Matius
19: 1, 3, 4,
5,
1.
Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia
dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai
Yordan.
3.
Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia.
Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan
isterinya dengan alasan apa saja?"
4.
Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan
manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?
5.
Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan
ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi
satu daging.
Banyak
masalah-masalah didalam nikah (keuangan dsb), tetapi masalah
terbesar didalam nikah adalah perceraian (inilah yang ditanyakan
oleh orang Farisi). Kawin cerai adalah ajaran Farisi (ragi Farisi).
‘apa yang disatukan oleh Allah, tidak boleh
diceraikan oleh manusia’, jika bercerai,
ini berarti
sudah melawan TUHAN (masalah terbesar dalam nikah). Semoga kita
mengerti.
Apakah penyebab perceraian? Matius
19: 7,8
7.
Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa
memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan
isterinya?"
8.
Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa
mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah
demikian.
Jadi
penyebab perceraian dalam nikah adalah
karena kekerasan hati (‘ketegaran hatimu’).
Kekerasan hati inilah yang harus disucikan. Praktik
dari keras hati sampai bisa bercerai adalah
- tidak
taat dengar-dengaran kepada firman TUHAN.
Firman mengatakan ‘tidak boleh bercerai’, tetapi malah
bercerai. Semuanya kalau tentang nikah, didalam Alkitab ditulis
istri terlebih dahulu, sebab yang bersalah adalah istri dahulu.
Jadi istri harus memperbaiki dahulu. Contohnya tidak taat
dengar-dengaran:
- di
alkitab
istri dituliskan ‘tunduk kepada suami’. Jika keras hati, istri
tidak tunduk kepada suami = melawan atau menanduk suami dan istri
mau menjadi kepala atas suami. Seperti Hawa mau menjadi kepala
dari suami, saat Hawa dalam masalah dengan ular (berdialog dengan
ular), lalu Hawa mengambil keputusan sendiri => ‘makan saja
buah yang dilarang oleh TUHAN’ dan Hawa lupa akan suaminya.
Akhirnya, nikahnya hancur dan menjadi telanjang.
- Firman
TUHAN mengatakan ‘suami mengasihi istri seperti diri sendiri dan
jangan berlaku kasar’. Seringkali suami juga tidak taat yaitu
tidak mengasihi istri dan berlaku kasar terhadap istri baik lewat
perkataan dan perbuatan.
- Anak-anak
tidak taat kepada orang tua.Inilah penyebab perceraian, karena
kekerasan hati (tidak taat dengar-dengaran), sehingga nikah tidak
lagi menjadi satu.
- kebenaran
diri sendiri. Dulu Adam dan Hawa memakai
daun ara. Kebenaran diri sendiri artinya
- sudah
berbuat dosa, tidak mau mengaku dosa, malah menutupi dosa dengan
cara menyalahkan orang lain. Misalnya:
- suami
sudah berbuat dosa (selingkuh), malah menyalahkan istri =>
‘karena istri kurang perhatian’
- istri
sudah berbuat dosa, malah menyalahkan suaminya.
- Anak
yang berdosa menyalahkan orang tua dan sebaliknya.
- sudah
berbuat dosa, tidak mau mengaku dosa, malah menyalahkan TUHAN =
menyalahkan pengajaran yang benar. Kebenaran diri sendiri itu
diluar alkitab.
Jika sudah menyalahkan pengajaran yang benar, berarti berada
di
luar alkitab
= tidak sesuai dengan kebenaran alkitab.
Biarpun sudah diakui oleh semua gereja (pertimbangan pendeta
siapapun juga), tetapi jika tidak sesuai dengan alkitab,
itulah kebenaran sendiri.
- sudah
berbuat dosa, tidak mau mengaku dosa, malah menyalahkan setan.
Seperti Hawa menyalahkan ular. Jika sudah menyalahkan setan,
berarti sudah tidak mau bertobat dan tidak bisa bertobat lagi.
Semoga kita dapat
mengerti.
Kalau sudah
menyalahkan sesama, TUHAN dan setan, sampai tidak mau bertobat dan
tidak bisa bertobat lagi = dosanya permanen untuk selamanya dan
membawa kepada kebinasaan. Kita jangan seperti itu! Sebagai suami
atau istri, mari kita mendengarkan Firman,
jika tidak cocok dengan Firman
itu berarti salah. Jika ada kesalahan dalam nikah apapun
bentuknya, mari kita mengaku dosa. Setelah diampuni maka selesai.
Semoga kita dapat
mengerti.
Jika
kita mau disucikan bagaikan pakaian sudah suci/bersih (hidup kita
suci), maka pasti diberi mata-mata (lubang-lubang), itulah urapan Roh
Kudus. Jadi kesucian dan urapan Roh Kudus itu satu. Semakin suci,
kita semakin diurapi. Jika kesucian menurun, maka urapan juga
menurun, bahkan sampai menjadi kering. Semoga kita dapat
mengerti.
Jika
pakaian putih diberikan mata-mata = mata terbuka. Dimulai dari
gembala terlebih dahulu, jika gembala hidup suci, diurapi Roh Kudus
bagaikan memiliki pakaian putih bermata-mata, maka:
- gembala
memiliki mata terbuka untuk melihat pembukaan Firman
ALLAH
sehingga ada makanan bagi sidang jemaat sehingga
jemaat dapat
bersyukur. Firman penggembalaan ini tidak bisa dipelajari dimanapun
juga, sebab ini hanya kasih karunia dari TUHAN. Jadi hanya dalam
kesucian dan urapan, ada pembukaan Firman.
- gembala
memiliki mata terbuka untuk memperhatikan seluruh sidang jemaat,
bukan hanya yang kaya atau yang miskin saja yang diperhatikan,
tidak! Mungkin dia butuh doa, atau
harus ditolong secara ekonomi dsbnya.
Jika hanya memperhatikan yang kaya atau yang miskin saja
= tidak suci!
Sebaliknya
juga, jika sedang jemaat hidup suci dan diurapi Roh Kudus bagaikan
memiliki pakaian putih bermata-mata, maka:
- sidang
jemaat memiliki mata terbuka agar
dapat mengerti pembukaan Firman
= jemaat dapat
makan Firman
penggembalaan. Jika domba sudah bisa makan Firman,
itu berarti sudah mendapatkan
semuanya. Tugas dari
domba hanyalah makan Firman.
Lain halnya dengan kambing, domba yang tidak tergembala, mencari
makanan dulu, berjalan dulu. Kalau waktu musim kemarau, harus
berjalan jauh untuk
mencari rumput, sudah dapat rumputnya
bisa pingsan duluan. Kalau domba yang tergembala, mau musim kemarau
atau tidak, gembalanya lah yang bertanggung jawab. Jika sudah dapat
makan Firman
penggembalaan, maka sudah mendapatkan segala-galanya, sebab di
dalam Firman
penggembalaan sudah tercakup semua kebutuhan kita. Tinggal kita
dapat
makan atau tidak!
Saya sudah bersaksi beberapa kali, tetapi
ini terkesan sekali. Saat saya masih pengerja tahun 93, saya
mendapat kemurahan dari TUHAN, mendapatkan
bangku ekstra (10 gratis 1), lalu saya diajak ke New Zealand, tetapi
kursinya dekat dengan sopir. Secara tidak sengaja, saat menoleh ke
arah gunung, ada domba-domba berjajar seperti Kidung Agung
‘rambutnya bagaikan kawanan domba’, tetapi yang saya lihat dan
aneh, tidak ada domba yang bergoyang-goyang, semuanya makan. Saat
itulah
TUHAN berbicara
=> ‘inilah domba, tugas domba hanyalah
menunduk saja, makan saja’ jika dapat
makan, domba akan
bertumbuh,
dan mendapatkan
semuanya.
- sidang
jemaat memiliki mata terbuka untuk memperhatikan gembala. Gembalanya
tidak usah bingung => ‘tidak perlu menagih-nagih, saya tidak
ada yang memperhatikan, tidak perlu menyindir-nyindir, sudah enak
naik mobil dsb’, tidak perlu seperti itu! Jadi gembala dan jemaat
saling memperhatikan. Semoga kita
dapat mengerti.
Jika
gembala dan jemaat, sama-sama hidup suci dan diurapi, sama-sama
memiliki pakaian putih yang berjala-jala, maka:
- Saling
memperhatikan.
- Ada
pembukaan Firman,
sehingga ada jalan keluar dari segala masalah, bahkan pintu surga
terbuka.
Inilah
penampilan Pribadi YESUS dalam kemuliaan
sebagai Imam Besar, mari kita teladani! Dia memakai jubah yang
panjangnya sampai di kaki, sekarang bagi kita dalam arti yang rohani.
Kita tidak perlu ke gereja memakai
jubah => ‘ini seperti YESUS’. Dulu ada yang tanya kepada bpk
pdt In Juwono => ‘oom,
saya mau berrambut gondrong seperti YESUS’
(ini memang nakal rupanya), lalu dijawab => ‘kamu boleh meniru
rambut YESUS, asalkan kamu meniru puasa-Nya
YESUS selama empat puluh hari’ YESUS
berpuasa selama empat puluh hari, tidak
makan dan tidak minum. Padahal bagi kita, arti puasa itu secara
rohani, angka empat puluh = perobekan
daging. Kita mau berpuasa berapa hari, itu terserah saja, yang
penting adalah mengalami perobekan daging. Biarpun kita berpuasa
selama empat puluh hari, tetapi jika
daging tidak robek = hanya
menunda makan saja. Yang penting adalah arti rohaninya, tetapi sering
di jasmanikan. Semoga kita dapat
mengerti.
Jika
tanpa kesucian dan urapan Roh Kudus (tanpa pakaian putih
bermata-mata), maka mata tidak
akan terbuka = buta.
Praktik
mata buta adalah:
- seperti
Barthemeus yang buta dan duduk di pinggir jalan, (maaf) sehingga
menjadi Kristen jalanan
= tidak tergembala.
Sekarang ini banyak sistem jalanan, sekalipun tetap di gereja.
Contohnya: yang kotbah beredar-edar dan bukan gembalanya. Kalau yang
memberi makan sidang jemaat bukan gembala, itu berarti bukan
penggembalaan (sistem pinggir jalan). Apa yang dicari? Barthemeus
ini mengemis, hanya memintaminta (mencari uang) = beribadah
melayani hanya mencari perkara-perkara jasmani
(mencari keuntungan jasmani) dan tidak memperdulikan
makanan rohani => ‘yang penting uang yang datang’. Ini hanya
puas sampai disini, tidak memperdulikan
apa yang dimakan (racun dsb), tidak memperdulikan
jiwanya yang hampir mati (merana). Inilah cirinya buta.
- Matius
6: 31-37
31.
Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan
kami
makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
32.
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan
tetapi
Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
33.
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya
itu akan ditambahkan kepadamu.
Dalam
ay 26 => “Pandanglah
burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan
tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh
Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
“ ini menunjuk pandangan. Kalau buta berarti tidak dapat
memandang.
Kalau buta, berarti selalu
kuatir akan kebutuhan hidup sehari-hari,
kuatir
akan masa depan
(ay 34). Kalau
kuatir akibatnya adalah
- tidak
mengutamakan (tidak mendahulukan) ibadah pelayanan = tidak setia
dalam ibadah pelayanan.
- tidak
dapat
hidup benar (‘carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya’).
Contohnya: satu kelas menyontek semuanya, nanti kalau saya tidak
menyontek, maka
saya
seorang
diri
yang
tidak lulus,
akhirnya ikut menyontek (tidak benar).
- tidak
dapat
menerima pengajaran yang benar. Contohnya: dahulukan ibadah (masuk
ibadah hari Minggu, Senin, Rabu) nanti kalau aku ikuti ibadah,
maka
penghasilanku akan
turun
= menerima pengajaran yang tidak benar.
Kalau
gembala dan jemaatnya buta, maka keduanya jatuh kedalam lubang yang
dalam. Buta + buta = lubang yang dalam = lubang jurang maut, bergaul
dengan belalang dan kalajengking (roh jahat dan roh najis) dalam
Wahyu 9. Gembala dan jemaat yang buta ini secara daging memang
sama-sama enak (gembala dan jemaat tidak masuk, tidak melayani, hidup
tidak benar), tetapi nanti sama-sama masuk lubang yang dalam
(yang tak terduga kedalamannya).
Wahyu
9: 2,
3,
2.
Maka dibukanyalah pintu lobang jurang maut itu, lalu naiklah asap
dari
lobang
itu bagaikan asap tanur besar, dan matahari dan angkasa menjadi gelap
oleh asap lobang itu.
3.
Dan dari asap itu berkeluaranlah belalang-belalang ke atas bumi dan
kepada mereka diberikan kuasa sama seperti kuasa
kalajengking-kalajengking di bumi.
Ay
2 => jika mengeluarkan asap, maka
matahari menjadi gelap, lalu bagaimana gelapnya didalam lubang itu?
pasti sangat gelap. Jika tanpa kesucian dan urapan, pasti ‘ngawur’
=> “gembala dan jemaat mau kemana?” Ini awasan bagi saya
sebagai seorang gembala dan doakan supaya jangan ‘ngawur’ =>
‘sekarang enak-enak, tahu-tahu masuk dalam lubang’
Ay
3 => bergaul dengan belalang dan kalajengking = bergaul dengan roh
jahat dan roh najis, menuju pembangunan Babel
yang akan dibinasakan untuk selamanya.
Ini
sungguh mengerikan! Mari kita bersungguh-sungguh, yang jasmani
bersungguh-sungguh (bekerja dan sekolah) silahkan saja dan saya
doakan, tetapi yang rohani juga harus bersungguh-sungguh, sebab itu
perhatikanlah jubah. YESUS tampil sebagai Imam Besar ditengah-tengah
kaki dian untuk melayani kita, supaya kita tidak buta, dan
kita juga akan tampil dengan memakai jubah:
pakaian kebenaran kebajikan (memberi) dan pakaian putih bermata-mata
(kesucian dan urapan Roh Kudus). Semoga kita dapat
mengerti.
Kalau mata terbuka, keadaannya akan terbalik.
Jika kita hidup suci dan dalam urapan Roh Kudus (memiliki pakaian
putih bermata-mata),
sehingga mata kita terbuka, maka:
- kita
akan mengutamakan ibadah pelayanan (tahbisan
yang benar) lebih dari semua perkara di bumi. Kalau mata sudah
terbuka, maka kita akan percaya kepada TUHAN => ‘burung yang
tidak bekerja dipelihara oleh TUHAN, apalagi kita yang masuk bekerja
di ladang TUHAN’. Masuk di ladang TUHAN = kegiatan menabur dan
menuai = beribadah melayani TUHAN. ALLAH
itu benar dan adil, jika kita bekerja di ladang TUHAN, tidak mungkin
kita tidak akan dipelihara
oleh TUHAN. Kalau hamba TUHAN sampai tidak dipelihara oleh TUHAN,
maka harus diperbaiki => ‘mata sudah melihat atau buta?’
Semoga kita dapat
mengerti.
- kita
dapat
hidup dalam kebenaran (bekerja dengan benar,
sampai semuanya benar).
Jika
mata terbuka (mengutamakan ibadah pelayanan dan hidup benar),
hasilnya adalah ‘
maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu´=
kebutuhan sehari-hari dan masa depan akan ditambahkan (ada bonus).
Tanda tambah = kayu salib, semuanya akan diberikan oleh TUHAN lewat
Kurban-Nya
diatas kayu salib. Tambah itu tidak akan pernah minus, melainkan
surplus terus.
Roma
8: 32,
Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang
menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak
mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
Ay
32 => ‘
Ia,
yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya
bagi kita semua’ =>
YESUS harus mati di kayu salib bagi kita.
‘
bagaimanakah
mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita
bersama-sama dengan Dia?’
=> bersama dengan YESUS yang disalib (YESUS yang diserahkan),
pasti akan diberikan semuanya oleh TUHAN, asalkan mata kita terbuka.
Inilah
yang penting, yaitu memiliki jubah putih sampai di kaki
(berkelimpahan). Biarlah kita memiliki mata terbuka, ‘
carilah
kerajaan surga dan kebenarannya’
(utamakan ibadah pelayanan dan hidup benar), maka TUHAN akan
menambahkan semuanya
kepada kita. Semoga kita dapat
mengerti.
Mata
terbuka = mata hanya memandang kepada YESUS sebagai Imam Besar yang
duduk di sebelah kanan Tahta
ALLAH
Bapa. Jangan memandang yang lain! Tadi, memandang jemaat dan gembala,
itu bukan berarti saling mengharapkan, melainkan saling
memperhatikan. Banyak kali mata kita itu (maaf) ‘jelalatan’ =
memandang yang lain (memandang manusia dll). Sekarang
ini dengan pakaian
putih bermata-mata, biarlah fokus hanya memandang YESUS sebagai Imam
Besar. Supaya mata kita fokus memandang YESUS Imam Besar, maka TUHAN
ijinkan kita mengalami ujian dalam segala bidang = jubah dicelup
dalam darah = percikan darah.
Ini
seperti yang sudah dialami Daud. Daud matanya belum fokus kepada
TUHAN, matanya masih memandang Betsyeba (istri orang), sehingga
diijinkan oleh TUHAN mengalami ujian supaya matanya fokus.
Mazmur
26: 2-3,
2.
Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan
hatiku.
3.
Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam
kebenaran-Mu.
Ay
2 => jika sudah mengalami ujian atau percikan darah = penyucian
sampai kedalam hati. Hati ini sebagai pusat kehidupan kita.
Seringkali yang disucikan hanya pakaiannya saja, tetapi hatinya
tidak.
Ay
3 => ‘
Sebab mataku tertuju
pada kasih setia-Mu’ =>
kalau hati sudah disucikan, maka mata pasti tertuju kepada TUHAN.
Jadi
ujian ini merupakan penyucian terakhir yang menyucikan hati dan
batin.
Batin
= ginjal (bagian yang terdalam) dalam bahasa aslinya. Kalau jemaat
Tiatira, mengenai wanita Izebel,
maka ginjal yang disucikan. Jika hati dan ginjal disucikan sampai
bersih, maka mata hanya memandang/memperhatikan Imam Besar yang duduk
di tahta. Ini tidak hanya satu pihak saja, kalau dalam ujian kita
hanya memandang Dia, maka Dia juga akan
memperhatikan kita
dari tahta.
Itu
sebabnya kita jangan
takut, kita memang diijinkan menghadapi ujian dalam segala hal/dalam
segala bidang: dibidang kesehatan, ekonomi, sekolah, pelayanan dan
sebagainya, tujuan ujian ini bukan supaya kita
hancur, putus asa,
kecewa, bukan! tetapi supaya mata hanya tertuju kepada TUHAN.
Mazmur
11: 4,
TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga;
mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia.
Jadi,
saat kita menghadapi ujian, mata-Nya mengamat-amati/memperhatikan
kita. Saat saya dan saudara menghadapi percikan darah di bidang apa
saja, tetapi tidak ada yang memperhatikan, kita jangan mengamuk
?’gembala tidak memperhatikan, jemaat tidak memperhatikan, kakak
saya juga tidak memperhatikan, aku dibiarkan saja’,
sebab ini
justru kesempatan bagi kita untuk memandang Imam Besar (mata hanya
tertuju pada Imam Besar yang duduk disebelah kanan Tahta
ALLAH
Bapa). Maka YESUS Imam Besar yang duduk disebelah kanan tahta ALLAH
Bapa sedang mengamat-amati/ memperhatikan kita dengan pandangan belas
kasih anugerah. YESUS Imam Besar tidak akan menipu kita. Semoga kita
dapat
mengerti.
Jika
dalam ujian kita memandang Dia, menyembah Dia, dan Dia juga memandang
kita dengan pandangan belas kasihan,
hasilnya
adalah
- Keluaran
3:7,
8,
7.
Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh
kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan
mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku
mengetahui penderitaan mereka.
8.
Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang
Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri
yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan
madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang
Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
Ay
8 => ‘Aku
telah turun untuk melepaskan mereka’
=> turun dari tahta ke bumi ini.
Hasil pertama: TUHAN
memperhatikan (memandang dengan belas kasih) segala kesengsaraan
kita di segala bidang.
Sekarang
ini
mungkin
kita
sengsara dalam penyakit, pekerjaan, ekonomi, studi, pelayanan,
nikah, tidak akan dibiarkan oleh TUHAN, asalkan kita memperhatikan
pakaian atau jubah yaitu
pakaian kebenaran (memberi) dan pakaian putih bermata-mata (mata
terbuka).
TUHAN
akan melepaskan kita dari segala kesengsaraan, segala masalah,
sampai masalah yang mustahil tepat pada waktu-Nya
(ayat 8). Tahun 2014 merupakan tahun Yobel bagi kita (tahun
pembebasan). Kalau kita mau dibebaskan, kita harus memakai jubah
sampai mata terbuka, jangan telanjang terus. Mungkin ada
kesengsaraan yang terpendam di hati, TUHAN akan menolong
kita.
TUHAN
menuntun ke negeri yang berlimpah susu dan madu, ke tempat Kanaan
= TUHAN memelihara kita dengan berkelimpahan sampai mengucap syukur
kepada TUHAN, bahkan sampai hidup kekal di surga (Kanaan Samawi).
- Ayub
31: 4,
Bukankah Allah yang mengamat-amati jalanku dan menghitung segala
langkahku?
Setiap
langkah kita diperhatikan oleh TUHAN, sebab maut itu
hanya satu
langkah jaraknya
dari kita.
Inilah perlindungan dari TUHAN.
Hasil kedua: TUHAN
mengamati setiap langkah hidup kita
= setiap denyut jantung diperhatikan/dipedulikan oleh TUHAN, supaya
tidak dihancurkan oleh maut. Raja Daud mengatakan ‘aku satu
langkah jaraknya dengan maut’ .
Bagaimana caranya?
Ayub
14: 16,
17,
16.
Sungguhpun Engkau menghitung langkahku, Engkau tidak akan
memperhatikan dosaku;
17.
pelanggaranku akan dimasukkan di dalam pundi-pundi yang
dimeteraikan, dan kesalahanku akan Kaututup dengan lepa.
Ay
16
dan 17
=> ‘Engkau
tidak akan memperhatikan dosaku’ => Sekalipun
sudah berdosa, bukan berarti tidak mengapa
berbuat dosa, ini salah!
Jadi, TUHAN
memperhatikan setiap langkah (setiap denyut nadi kita) supaya tidak
dibinasakan maut yaitu
TUHAN menjaga langkah hidup kita dengan langkah pengampunan dan
langkah penyucian, sehingga maut tidak dapat
menyusup. Jika ada dosa, cepat lah minta ampun, dan jangan berbuat
dosa lagi. jika berbuat dosa lagi, maka
pengampunan
akan
batal.
Biarlah langkah-langkah kita bukanlah langkah-langkah berbuat dosa,
tetapi langkah pengampunan => ‘aku banyak salah TUHAN, ampuni’.
Langkah pengampunan dan langkah penyucian itulah langkah-langkah
yang indah. Dosa itulah yang membuat tidak indah, bahkan sampai
hancur-hancuran, tetapi YESUS diatas kayu salib sampai Wajah-Nya
menjadi buruk, bukan seperti manusia lagi, hancur-hancuran, supaya
kita dapat
menjadi indah seperti Dia. Jika dosa dihapuskan, kita semakin suci
dan kita menjadi semakin indah.
- Mazmur
8: 5,
6,
5.
apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia,
sehingga Engkau mengindahkannya?
6.
Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah
memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.
Ay
5 => ‘Engkau
mengindahkannya?’
=> memperhatikannya.
Ay 6 => ‘Namun
Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah’
=> sama mulia dengan ALLAH.
Tadi,
Ayub mengalami ujian. Daud juga mengalami ujian dan perhatian TUHAN
ada padanya. Daud bertanya kepada TUHAN ‘mengapa
Engkau memperhatikan manusia yang seperti angin berlalu, seperti
bayang-bayang maut yang tidak ada artinya’
tetapi manusia diperhatikan oleh TUHAN, sampai diubahkan menjadi
sama seperti Dia.
Hasil ketiga: perhatian
TUHAN kepada manusia darah daging yang hina dan akan diubahkan
sedikit demi sedikit sampai menjadi sama mulia dengan Dia.
Jika YESUS datang kembali ke dua kali, kita menjadi Mempelai
Wanita
yang siap terangkat bersama dengan Dia di awan-awan yang
permai,
Mata
memandang mata (kita memandang Dia Muka
dengan muka) sampai di tahta. Siang dan malam kita memandang Dia
untuk selama-lamanya.
Apapun
keadaan kita, TUHAN melihat jubah. Kalau sekarang
ini ada jubah, maka ada perhatian TUHAN dalam kehidupan kita. Apapun
itu serahkan kepada TUHAN.
TUHAN memberkati.1