Kita
masih membaca didalam Kitab Wahyu 1: 10-12. Sudah beberapa kali kita
sudah mendengarkan ini, biarlah kita tidak menjadi bosan, tetapi kita
tetap menekuninya sesuai kehendak dari TUHAN.
Wahyu
1: 10-12,
10.
Pada hari TUHAN aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari
belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,
11.
katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah
kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke
Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke
Laodikia."
12.
Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan
setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas.
Ay13
=> tampak ditengah kaki dian, seorang anak manusia, itulah pribadi
YESUS.
Rasul
Yohanes mengalami sengsara daging di Pulau Patmos, bukan karena
berbuat jahat, tetapi karena firman Allah dan kesaksian YESUS,
sehingga Rasul Yohanes bisa mendengar dan melihat suara sangkakala
yang nyaring, yang menjadi dua wujud yang nyata. Pulau Patmos itu
merupakan tempat pembuangan orang jahat. Suara yang bisa didengar,
tetapi juga bisa dilihat. Rasul Yohanes bisa mendengar dan melihat
suara sangkakala yang nyaring,
yang
menjadi dua wujud yang nyata:
- ‘tujuh
kaki dian emas’
= gereja TUHAN yang sempurna (angka 7 itu sempurna) = mempelai
wanita = tubuh Kristus yang sempurna (istri).
- ‘penampilan
pribadi YESUS dalam kemuliaan sebagai mempelai pria surga di tengah
sidang jemaat’
(ayat 13-20) = kepala (suami). Semoga kita mengerti.
Jadi
Firman yang kita dengar satu waktu dapat
dilihat wujudnya. Firman ini bukan hanya teori, tetapi ada wujud yang
nyata.
Sekarang bagi kita: jika ibadah pelayanan kita ditandai
dengan sengsara daging karena YESUS (tanda salib/tanda darah), maka
kita juga dapat mendengar dan melihat suara
sangkakala yang nyaring.
Apa
yang dimaksud dengan suara sangkakala yang nyaring? ini sudah
dijelaskan dalam Lukas 2: 20 (‘pengalaman seorang gembala’).
Suara sangkakala yang nyaring artinya Firman
penggembalaan yang:
- mengandung
bobot Firman
pengajaran yang benar,
- yang
keras,
- tajam,
- yang
disampaikan berulang-ulang oleh seorang gembala, sehingga dapat
menyucikan dan mengubahkan sidang jemaat, sampai sidang jemaat
ditampilkan menjadi wujud nyata ‘tujuh kaki dian emas’/pelita
emas yang bercahaya / gereja TUHAN yang sempurna, yang siap untuk
menyambut kedatangan YESUS ke dua kali di awan-awan yang permai.
Firman
pengajaran yang benar, yang keras itu bukan lawak-lawak, yang lucu,
teori, pengetahuan dsb. Seorang gembala meniup sangkakala itu tidak
mungkin hanya satu kali, tetapi diulang-ulang. Setiap kita beribadah,
mari kita mencari suara sangkakala. Memang suara sangkakala ini tidak
ada leluconnya, tidak ada lawakannya, pemberitaan
Firmannya lama dan sakit bagi daging. Seperti yang
dialami oleh rasul Yohanes yang harus
sakit dahulu dagingnya, setelah itu ia
baru dapat mendengar dan melihat
suara sangkakala.
Jika
kita tidak dapat terangkat waktu YESUS
datang kembali ke dua kali, maka segala sesuatu yang kita dapatkan di
dunia ini, dalam hal apa saja (pekerjaan yang bagus, uang, gereja
yang besar, jemaat yang banyak), semua akan menjadi sia-sia, tidak
ada artinya, bahkan binasa bersama dunia. Inilah yang harus kita
pikirkan. Kita datang ke
gereja supaya diberkati => jangan hanya
itu saja, tetapi
sampai kita dapat mendengar dan melihat
suara Firman penggembalaan yang benar,
sehingga kita disucikan dan diubahkan sampai menjadi sempurna,
menjadi kaki dian emas yang bercahaya (sempurna seperti YESUS), kita
menjadi Mempelai Wanita
yang siap menyambut kedatangan YESUS ke dua kali di awan-awan yang
permai dan masuk perjamuan kawin Anak
Domba.
Perjamuan
kawin Anak Domba
adalah pertemuan antara YESUS sebagai Mempelai
Pria dan kita sebagai Mempelai
Wanita (pertemuan antara
Kepala dengan tubuh), sehingga kita bersama dengan Dia untuk
selama-lamanya. Semoga kita dapat mengerti.
Tugas
dari kaki dian emas/pelita emas/gereja TUHAN adalah:
Kalau
kita sudah mengalami penyucian dan keubahan hidup
sedikit demi sedikit, cahaya kesucian dan keubahan yang
semakin besar, maka kita dipakai untuk bersaksi dan mengundang.
Bersaksi dan mengundang merupakan tugas yang terakhir. Dalam ibadah
sebelumnya kita sudah membahas tentang bersaksi, sekarang kita masih
membahas tentang mengundang.
Wahyu
22: 17,
Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan
barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!"
Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang
mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!
Ay17
=> ‘
Roh’ => Pengantin
Laki-laki.
‘
pengantin
perempuan’ => kita
semuanya.
‘
Marilah!’
=> mengundang.
Jadi
tugas terakhir dari kaki dian emas yang bercahaya, yang merupakan
kepercayaan TUHAN (jangan sampai dialihkan kepada yang lain) adalah
mengundang hamba TUHAN, umat TUHAN untuk masuk perjamuan kawin Anak
Domba saat YESUS
datang kembali ke dua kali.
Misalnya:
TUHAN mempercayakan kepada kita, ibadah kunjungan-kunjungan. Bapak
pendeta
Seruban dua kali bersaksi
di Malang, langsung
mengundang kita ke Srilangka untuk memberitakan Firman
pengajaran. Beliau sangat bahagia dan mengatakan => ‘kalau
Firman
pengajaran ini didengar oleh hamba-hamba TUHAN disana, betapa
bahagianya kami dapat
mendengar Firman
pengajaran dan dapat
melayani jemaat dengan baik lewat sistem pengajaran’ Itulah yang
beliau
sampaikan. Bapak
pdt
In Juwono dan bapak
pdt
Pong Dongalemba selalu mengatakan => ‘jaga kepercayaan TUHAN dan
jangan sampai dialihkan kepada yang lain’ Inilah yang saya
takutkan, sebab itu harus dijaga. Semoga kita dapat
mengerti.
Siapa
yang diundang dan bagaimana kita mengundang? sudah saya terangkan
semuanya. Yang diundang adalah orang yang letih lesu, orang yang haus
dsb. Kita mengundang dengan Kabar
Mempelai
untuk masuk perjamuan kawin Anak
Domba
(ini satu-satunya Kabar).
Sekarang
kita kembali kepada Matius 22: 1-2.
Matius
22: 1,
2,
1.
Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka:
2.
"Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan
perjamuan kawin untuk anaknya.
Perjamuan
kawin anak raja dalam Matius 22: 1-2, ini menubuatkan tentang
perjamuan kawin Anak
Domba
di awan-awan yang permai saat YESUS datang kembali ke dua kali. Kita
masih membicarakan sikap terhadap undangan, sebab ini yang penting.
Sementara kita diundang oleh TUHAN, kita juga mengundang yang lain.
Sikap
terhadap undangan adalah:
- ‘tidak
mau datang’
(Matius 22: 3) =
menolak
undangan. Ini sudah diterangkan
dalam ibadah sebelumnya.
- ‘tidak
layak untuk datang’
(Matius 22: 4-8)
= pemberotakan.
Padahal hidangan
sudah disediakan dll, tetapi orang-orang tidak mau datang, karena
ada yang mengurus usahanya, membeli lembu, bahkan sampai membunuh
hamba-hambanya.
Matius
22: 8,
Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah
tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk
itu.
Inilah
pemberontakan-pemberontakan.
- Matius
22: 9-12,
9.
Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah
setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu.
10.
Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang
yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang
baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.
11.
Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat
seorang yang tidak berpakaian pesta.
12.
Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari
dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam
saja.
Yang ketiga ini
sudah kita pelajari, tetapi malam ini kita baca lagi. Sikap terhadap
undangan: ‘mau
datang, tetapi tidak berpakaian pesta’
=
penghinaan.
Datang, tetapi tidak berpakaian pesta, ini merupakan suatu
penghinaan, sebab yang mengadakan pesta atau yang mengundang adalah
seorang raja (anak raja yang mau menikah). Padahal kalau kita
diundang ke pesta orang biasa saja, pakaiannya sudah harus
diperhatikan.
Inilah
sikap-sikap terhadap undangan dan kita harus berhati-hati tentang
sikap terhadap undangan. Pada Matius 22: 14 “
Sebab
banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.
",
memang banyak yang dipanggil (percaya YESUS, sampai melayani), tetapi
sedikit yang dipilih. Orang yang diundang ke perjamuan pesta, ‘mau
datang tetapi tidak berpakaian pesta’, inilah namanya ‘dipanggil
tetapi tidak dipilih’. Akhirnya akan
diusir.
Mau
masuk perjamuan kawin Anak
Domba,
mau masuk pintu firdaus
(pintu surga) jangan digampang-gampangkan. Saya bersaksi (maafkan),
kalau mau mendapatkan visa
ke Amerika, masuk pintunya saja susah sekali. Kami juga pernah
mengurus visa,
waktu itu ke Jerman bersama tigapuluh
lima orang (dengan
jemaat di Jakarta, termasuk oom
Pangaribowo yang sudah tua), sudah panas-panas, disuruh berbaris,
lalu disitu TUHAN bicara kepada saya => ‘mau masuk pintu
kedutaan (belum masuk ke negaranya)
saja susah, belum tentu mendapatkan visanya, sekarang mau
menggampangkan masuk pintu surga’ Tenang saja => ‘yang penting
melayani dsb’ Sekalipun sudah melayani tetapi tidak memakai pakaian
yang benar, nanti akan ditolak juga. Itu
sebabnya kita harus
sungguh-sungguh hari-hari ini dan jangan sok. Semoga kita dapat
mengerti.
Malam
ini kita membahas, pengertian ‘tidak berpakaian pesta’. Datang ke
pesta, tetapi tidak memakai pakaian pesta,
akibatnya
adalah
- Diusir.
Sudah mau datang (sudah melayani dan sudah semuanya), tetapi
akhirnya ‘enyahlah’.
Ini berarti, tidak ada artinya, karena tidak memperhatikan pakaian.
- “Ikatlah
kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan
yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi”
(ay 13) = binasa untuk selamanya.
Inilah
sudah datang ke pesta (sudah melakukan semuanya untuk TUHAN), tetapi
sayang soal pakaiannya salah dan nanti kenyataannya akan dicampakkan
kedalam kegelapan yang paling gelap.
Tadi
seperti kesaksian seorang ibu
(‘banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih’), ada yang
mengatakan => ‘kalau tidak masuk gereja di situ, tidak masuk
surga ya’.
Ini terserah saja, yang penting saya ajarkan sesuai dengan alkitab,
masuk pintu surga itu bagaikan masuk pintu sempit, sebab itu harus
sungguh-sungguh dan tidak bisa main-main. Bahkan karena
gusarnya, gereja di Malang sudah dicap gereja setan, karena hari
Selasa penuh, Kamis penuh, Minggu penuh => ‘masa ibadah seminggu
tiga kali, ini gereja setan’ Biarlah, kita terima dan tenang saja.
Semoga kita dapat
mengerti.
Orang-orang
sekarang justru tidak mau sungguh-sungguh, hanya mau mencari yang
enak-enak, tidak mau seperti rasul
Yohanes yang harus mengalami sengsara daging. Di dunia mencari
pekerjaan sudah susah, mencari uang susah, sekolah susah, di gereja
susah lagi, mengalami salib lagi, inilah banyak yang tidak mau.
Padahal pintu surga itu merupakan pintu sempit (pintu salib). Semoga
kita dapat
mengerti.
Pengertian
tidak berpakaian pesta adalah
- Zefanya
1: 7,
8,
7.
Berdiam dirilah di hadapan TUHAN ALLAH! Sebab hari TUHAN sudah
dekat. Sungguh TUHAN telah menyediakan perjamuan korban dan telah
menguduskan para undangan-Nya.
8.
"Pada hari perjamuan korban TUHAN itu Aku akan menghukum para
pemuka, para anak-anak raja dan semua orang yang memakai pakaian
asing.
Pengertian
pertama:
memakai
pakaian asing
=
merasa asing dalam penggembalaan = tidak tergembala. Contohnya:
Yudas merasa terasing (tersisihkan). Yudas sering keluar sendirian
untuk bertemu dengan
imam-imam.
Kita
seharusnya tidak merasa asing, sebab kita bagaikan sekawanan domba
yang harus tergembala dengan baik.
Efesus
2: 19,
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan
kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga
Allah,
Ay 19 =>
‘kawan
sewarga’
= sekawanan domba.
‘anggota-anggota
keluarga Allah’
= anggota Tubuh
Kristus yang sempurna.
Banyak yang berpakaian asing, tidak
tergembala, bahkan sampai gembalanya tidak tergembala. Ini awasan
bagi saya, kalau ada sidang jemaat Surabaya beribadah ke Malang, ini
jauh. Tadi pagi saya berkhotbah
di Malang, tetapi sekarang saya berkhotbah
di Surabaya, ini karena saya seorang gembala dan jangan merasa
asing, sebab itu saya harus datang. Kita tidak boleh asing dalam
penggembalaan, tetapi kita merupakan kawan sewarga (sekawanan domba)
yang tergembala dan anggota Tubuh
Kristus. Semoga kita dapat
mengerti.
Ini
dimulai dari seorang gembala terlebih dahulu, kalau gembalanya asing
(tidak datang-datang, tidak berkotbah), lalu bagaimana dengan
domba-dombanya? Semoga ini menjadi awasan bagi kita
semuanya.
Mengapa
merasa terasing dalam penggembalaan
(mengapa terasing terhadap Firman
pengajaran yang keras)?
- Hosea
8: 12,
Sekalipun
Kutuliskan baginya banyak pengajaran-Ku, itu akan dianggap mereka
sebagai sesuatu yang asing.
Yang
pertama (faktor dari dalam kehidupan kita): tidak
dapat
makan Firman
penggembalaan
dalam
bentuk pengajaran yang keras.
Misalnya:
- Ada
Firman
tentang ‘jangan merokok’, lalu saat datang beribadah lagi,
terkena Firman
tentang ‘jangan merokok’ lagi => ‘wah, saya sudah datang
jauh-jauh, hujan-hujan, terkena lagi Firman
‘jangan merokok’.
- Belum
lagi terkena Firman
yang tajam ‘seperti anjing babi’. Anjing lidahnya menjilat
muntah, babi kembali lagi berkubang => ‘sudah jauh-jauh
datang, kemudian
dikatakan anjing babi’.
Mengapa tidak dapat
makan (tidak dapat
menerima) Firman
penggembalaan dalam bentuk pengajaran yang keras? ini karena
mempertahankan dosa (keras hati). Firman penggembalaan ini selalu
diulang-ulang (terus menegor), dosa najis, dosa merokok dsb akan
terus disebutkan, lama-lama tidak kuat, kalau tetap mempertahankan
dosa. Kalau kita mempertahankan dosa, maka
Firman
yang datang akan lebih keras lagi = lebih keras hati, Firmannya
lebih keras lagi.
Jadi
ada dua
alternatif:
- Bisa
melembut dan meninggalkan dosa, sehingga bisa tergembala.
- Bisa
bertambah keras dan akhirnya terlepas dari penggembalaan (seperti
Yudas yang meninggalkan YESUS). Semoga kita dapat
mengerti.
- Ibrani
13: 7-9a,
7.
Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan
firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan
contohlah iman mereka.
8.
Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai
selama-lamanya.
9a.
Janganlah kamu disesatkan oleh berbagai-bagai ajaran asing.
Ay
7 => tentang gembala.
Tadi, yang pertama ada faktor dari
dalam yaitu ada Firman
pengajaran yang keras yang menyucikan, tetapi menolak
karena bertahan kepada dosa.
Yang kedua (faktor dari luar):
menerima
ajaran lain (ajaran asing, gosip-gosip), yang membuat bimbang
terhadap Firman
penggembalaan (suara gembala),
sehingga
kita tidak tergembala.
Seperti
Yudas yang sudah bimbang, karena Yudas mendengar ajaran imam-imam
yang berbeda dengan ajaran YESUS (yang selalu bertentangan dengan
YESUS sebagai Gembala).
YESUS sebagai gembala
dari
Yudas, YESUS mengajar A, sedangkan imam-imam mengajar B. Ini sudah
jelas berbeda, tetapi Yudas masih tetap mau mendengarkan ajaran
imam-imam, lama-lama Yudas pasti memilih yang salah.
Dari
kitab
Kejadian sampai Wahyu, kalau sudah bimbang (mendengar dua suara:
yang benar dan tidak benar) pasti akan memilih yang tidak benar.
Kita tidak boleh mengatakan
=> ‘saya kuat, saya ada filternya’ Jangan seperti ini!
Contohnya:
- Hawa
mendengarkan suara TUHAN dan suara ular, akhirnya memilih suara
ular. Karena
Hawa
tidak kuat.
- Salomo
yang hebat (memiliki hikmat tertinggi) mendengar suara TUHAN dan
suara istrinya (ajaran-ajaran lain, ilah-ilah lain), akhirnya
Salomo memilih ajaran istrinya. Salomo yang hebat, bisa memilih
ajaran lain, lalu siapa kita? Sebab itu kita jangan mendengarkan
suara lain, tetapi kita harus mendengarkan satu suara saja itulah
Firman
penggembalaan.
Oleh
sebab itu kita harus tergembala dengan benar dan baik (jangan
memakai pakaian asing).
Apa
yang
dimaksud dengan
tergembala dengan benar dan baik?
- Kita
harus tergembala pada Firman
pengajaran yang benar, yang dipercayakan oleh TUHAN kepada seorang
gembala (bukan kepada dua
atau tiga
orang gembala).
Semoga kita dapat
mengerti.
- Kita
harus selalu berada didalam kandang penggembalaan. Maaf, jangan
menjadi Kristen jalanan (hamba TUHAN jalanan) bagaikan pohon ara
yang ditanam di tepi jalan, akhirnya dikutuk oleh TUHAN (karena
tidak berbuah). Jangan kuatir saudaraku, saya memang banyak tugas
keluar juga dari TUHAN, tetapi harus segera kembali untuk
menyampaikan Firman
kepada jemaat. Semoga kita dapat
mengerti.
Kandang
penggembalaan = ruangan suci, dulu pada zaman Musa terdapat tiga
macam alat (sudah hancur), ini sekarang menunjuk ketekunan dalam
tiga macam ibadah pokok:
- Pelita
emas:
ketekunan dalam ibadah raya.
Disini kita bersekutu dengan ALLAH
Roh Kudus didalam karunia-karunia Nya, seperti tadi ada
nyanyian-nyanyian, kesaksian. Ini bagaikan domba-domba yang
diberikan minum, sebab Roh Kudus bagaikan air kehidupan (minyak).
Tetapi kalau minum saja, masih belum sehat, sebab itu ada alat
kedua.
- Meja
roti sajian:
ketekunan didalam ibadah pendalaman Alkitab
dan perjamuan suci.
Dalam ibadah pendalaman alkitab,
kita bersekutu dengan Anak
ALLAH
di
dalam
firman
dan Kurban
Kristus. Ini bagaikan domba-domba yang
diberi
makan.
- Medzbah
dupa emas:
ketekunan didalam ibadah doa penyembahan.
Di
dalam
ibadah doa penyembahan, kita bersekutu didalam ALLAH
Bapa dengan kasih-Nya. Doa itu bagaikan bernafas.
Di
dalam
kandang penggembalaan,
domba-domba
dapat
bertumbuh kearah kesempurnaan. Pengajarannya benar (suara Gembala
benar) = Komandonya
benar, kandangnya juga benar, maka kita akan bertumbuh ke arah
kesempurnaan, menjadi satu Tubuh
Kristus yang sempurna (sekawanan domba) dan tidak lagi merasa asing.
Semoga kita dapat
mengerti.
Inilah
yang pertama tentang pakaian asing, sudah datang ke pesta => puji
TUHAN,
sudah melayani TUHAN, bahkan meninggalkan
pekerjaan dan menjadi hamba TUHAN sepenuh, puji
TUHAN,
tetapi kalau pakaiannya salah (tidak tergembala), maka akan habis.
Jadi pakaian asing ini tentang penggembalaan. Semoga dapat
mengerti.
- Zakharia
3: 1-3,
1.
Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di
hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya
untuk mendakwa dia.
2.
Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: "TUHAN kiranya
menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya
menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari
api?"
3.
Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, waktu dia berdiri di
hadapan Malaikat itu,
Pengertian
kedua:
memakai
pakaian kotor.
Yosua
itu sebagai imam besar. Imam besar = imam-imam, ini menunjuk
pelayanan. Perhatikan pakaian pelayanan sebab banyak yang kotor.
Tadi yang pertama, pakaian penggembalaan banyak yang asing
(pengajarannya tidak benar). Pakaian kotor = pakaian pelayanan yang
bernoda. Noda
apa itu?
Yudas
1: 11,
12,
11.
Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain
dan karena mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam
kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti
Korah.
12.
Mereka inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak
malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri; mereka
bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin; mereka
bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasilkan buah,
pohon-pohon yang terbantun dengan akar-akarnya dan yang mati sama
sekali.
Ay
11 => ‘Celakalah
mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain’
=> Kain melayani TUHAN tetapi pakaiannya kotor.
‘menceburkan
diri ke dalam kesesatan Bileam’
=> Bileam pakaiannya kotor
‘mereka
binasa karena kedurhakaan seperti Korah’
=> Korah (imam-imam), pakaiannya juga kotor.
Ay
12 => Kain, Bileam (nabi palsu), Korah ada
noda-nodanya.
Noda-noda
dalam pakaian pelayanan:
- noda
Kain yaitu noda jahat dan malas.
Kalau
jahat pasti malas (Dalam Matius 25 ‘hai
hamba yang jahat dan malas’):
- Noda
jahat.
Persembahan (pelayanan) Habel diterima oleh TUHAN, sedangkan
persembahan
Kain
tidak
diterima oleh TUHAN, sehingga Kain menjadi iri, benci sampai
akhirnya membunuh Habel. Noda jahat = iri hati, dendam, benci
tanpa alasan, membunuh dengan fitnahan. Kain membenci Habel tanpa
alasan (Habel tidak merugikan Kain), Misalnya: sama-sama hamba
TUHAN, gerejanya berjauhan, tetapi jangan sampai menjadi iri dan
benci tanpa alasan. Melayani TUHAN, tetapi iri, dendam, benci ini
sama dengan pakaian kotor. Bayangkan saja kalau berkotbah dengan
pakaian kotor, zangkoor dengan pakaian kotor, ini sama dengan
datang ke undangan pesta kawin Anak
Raja,
tetapi dengan pakaian kotor.
- Noda
malas
= tidak setia dalam ibadah pelayanan. Mulai dari seorang gembala,
gembalanya tidak setia (malas), dengan banyak alasan: karena jauh
dari Malang ke Surabaya, ditambah hujan lagi, sehingga tidak
datang dan sebagainya. Kita juga berdoa, sebab sekarang
ini banyak yang tidak datang. Kalau tidak datang beribadah karena
hujan, saya selalu berdoa => ‘ampunilah mereka’. Hujan itu
berkat TUHAN dan jangan dijadikan halangan. Saya tidak pernah
berdoa untuk mengusir hujan, sekalipun dalam kebaktian KKR di
lapangan. Biarkan saja, sekalipun hujan, tetapi kalau jemaat
datang, Puji TUHAN, sebab itu berkat TUHAN. Hujan itu jangan
diusir-usir, kalau diusir kasihan petani
sebab
nanti
ladang
menjadi
kering semua dan siapa yang bertanggung jawab. Orang Kristen yang
bertanggung jawab, karena hujannya diusir terus. Kalau sampai
kekurangan air minum, nanti bisa dituduh, Mengapa di Surabaya
tidak ada hujan? karena semua gereja berdoa jangan turun hujan.
Biarlah hujan, asalkan jemaat datang, daripada tidak ada hujan,
tetapi jemaat tidak datang.
Kalau
kita mencari cari alasan untuk tidak datang beribadah, misalnya:
saudara mencari satu alasan, maka setan sudah sediakan sekeranjang
alasan dan pasti cocok. Apalagi saya, jauh dari Malang, besok jam
enam
pagi langsung ke Medan => ‘ini banyak alasan, ya sekarang
diganti lah’ Tidak setia, itu merupakan pakaian kotor. Semoga
kita dapat
mengerti.
- noda
Bileam yaitu mengejar upah.
2
Petrus 2: 15,
Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka
tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang
suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat.
Mengejar
upah = beribadah dan melayani TUHAN hanya untuk mencari perkara
jasmani. Nomor satu yang diperiksa adalah saya, saya ke Surabaya
untuk mencari apa? mencari perkara jasmani atau sungguh-sungguh
mencari jiwa-jiwa untuk dibawa kepada kesempurnaan (pembangunan
tubuh). Kalau hanya untuk mencari perkara jasmani, mungkin saat
pertama datang saya sudah tidak kuat, sebab ibadah disini hanya
dimulai dengan
beberapa orang
saja.
Waktu itu terbentur dengan Porong yang meluap dan terasa susah,
berangkat siang hari dan pulangnya pagi hari untuk melayani dan
yang datang hanya beberapa jiwa.
Dulu Lempin-El (empat
puluh
orang) saya bawa semua, sehingga kelihatan penuh. Itulah hiburan
saya, sambil mengajar Lempin-El, tetapi sekarang TUHAN sudah
memberkati. Kalau hanya mencari uang, saya sudah KO. Membawa
Lempin-EL kesini
berapa
ongkosnya?
Akhirnya TUHAN lah yang menolong semuanya, untuk mencari jiwa-jiwa
dan dibawa kepada kesatuan tubuh yang sempurna. Sekarang sudah
tidak bisa lagi kalau membawa Lempin-EL semuanya, hanya sedikit
saja yang dibawa (maksimal ada empat
orang Lempin-El).
Jangan
mencari upah yang jasmani, sebab itu salah, tetapi harus mencari
upah yang rohani. Kalau mencari yang jasmani mungkin dapat, tetapi
upah yang rohani akan hilang.
Semoga kita dapat mengerti.
- noda
Korah yaitu durhaka.
Korah
bersungut-sungut untuk menuntut hak, itulah durhaka = melayani
tetapi bersungut-sungut, tidak mengucap syukur, tidak menyembah
TUHAN. Hak
yang dituntut biasanya adalah
- menuntut
makan minum (secara jasmani) => ‘saya sudah melayani, apa
ini?’
- menuntut
kedudukan
dan juga
- menuntut
penghormatan.
Akibatnya
adalah bumi membuka mulutnya dan menelan Korah. Inilah pakaian
kotor atau pakaian pelayanan yang bernoda, sebab itu kita harus
hati-hati! Semoga kita dapat
mengerti.
Jadi
kita harus melayani TUHAN dengan pakaian bersih = kesucian. Syarat
untuk melayani TUHAN adalah kesucian, bukan kepandaian, kebodohan,
kekayaan, kemiskinan. Melayani sebagai apa saja, baik sebagai
gembala, pemain musik, zangkoor, syaratnya sama yaitu dalam
kesucian. Kalau sudah suci, maka TUHAN lah yang memberikan pakaian
yang bersih dan indah (jubah yang bersih dan indah).
Efesus
4: 11,
12,
11.
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan
pengajar-pengajar,
12.
untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan,
bagi pembangunan tubuh Kristus,
Ay
11 => terdapat lima jabatan pokok. Lima jabatan pokok ini bisa
dijabarkan menjadi jabatan yang lainnya: ada pemain musik, pembersih
gereja dan sebagainya.
Ay 12 => ‘untuk
memperlengkapi orang-orang kudus’
=> untuk memperlengkapi orang suci, itulah syaratnya.
Jadi
harus berada di ruangan suci, supaya kita dapat
menjadi
suci. Kita harus menerima pekerjaan pedang (Firman
penggembalaan yang lebih tajam dari pedang, yang benar
dan keras), supaya pakaian kita bersih dan indah. TUHAN
memperlengkapi orang yang suci dengan pakaian pelayanan yang bersih
dan indah, ini seperti jubah
milik
Yusuf (jubah yang indah). Jika melayani dalam kesucian, pasti hidup
kita ditata rapi oleh TUHAN dan dijadikan indah pada waktu Nya. Jika
kita melayani dengan pakaian kotor, kita akan celaka, dicampakkan
kedalam kegelapan yang paling gelap/gelap gulita/masa depan menjadi
gelap sehingga
sama sekali menjadi tidak
indah.
Yang
kuliah, sekolah harus dengan sungguh-sungguh, yang bekerja juga
harus sungguh-sungguh (pedagang boleh berusaha dengan menambah modal
dsb), itu semuanya merupakan usaha kita, tetapi yang menentukan
adalah jubah indah dan bersih dari TUHAN. Jika kita sudah diberikan
jubah indah dan bersih, baik yang sekolah, yang tidak sekolah
ataupun mau apa saja, itu terserah (sesuai dengan rencana TUHAN) dan
TUHAN akan memberikan yang indah dalam kehidupan kita. Semoga kita
dapat
mengerti.
- Markus
2: 21,
22,
21.
Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju
yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya,
yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya.
22.
Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam
kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan
mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya
dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan
dalam kantong yang baru pula."
Pengertian
ketiga:
memakai
pakaian tua (‘tambal sulam’).
Ini menyangkut dengan nikah. Jadi kita diundang ke pesta, harus
memperhatikan: penggembalaan (jangan memakai pakaian asing, tetapi
harus tergembala dengan benar dan baik), pelayanan (jangan memakai
pakaian kotor, tetapi memakai pakaian bersih dan indah), nikah juga
harus diperhatikan.
Ay 21 => ‘lalu
makin besarlah koyaknya’
=> jika semakin bertambah besar koyaknya, maka akan menjadi
telanjang.
Ay
22 => jadi pakaian ini ada kaitannya dengan anggur. Anggur
berkaitan dengan nikah.
Kita seringkali memakai pakaian tua
(‘tambal sulam’).
Pakaian
tua (kain tua)
=
kain lara adalah
- kebenaran
diri sendiri:
- kebenaran
diluar alkitab
(diluar pengajaran yang benar). Alkitab mengatakan
tidak boleh, tetapi dibilang boleh, itulah kain tua. Jika melayani
tetapi memakai kain tua (kebenaran sendiri), maka akan robek dan
telanjang. Masakan
kita datang ke pesta Raja,
memakai pakaian yang robek-robek sampai telanjang? Dulu saat
pestanya Wijaya, ada yang di stop (tidak boleh masuk) oleh oom
Donald;
kami menikah di Delta. Karena saya dulu mengajar di SMA Petra di
Surabaya, jadi waktu itu ada murid Petra yang ke Mall
dan melihat ada pesta nikah => ‘siapa itu yang menikah? Pak
Wijaya, itu guru saya, saya mau masuk’. Pakaiannya mungkin
lumayan, tetapi pakai sandal. Kemudian
oom
Donald
mengatakan
=> ‘tidak boleh’. Akhirnya oom
Donald
mengatakan
kepada saya
kalau
ada
murid-murid mau masuk’. Lalu saya bertanya
=> ‘Mana? Ya,
itu
murid-murid saya, sudah suruh masuk
saja’.
Itu pestanya Wijaya, apalagi pesta Raja,
tentu akan dijaga. Semoga kita dapat
mengerti.
- Kita
berbuat dosa, tetapi tidak mengaku, bahkan
menyalahkan orang lain. Ini bagaikan
memakai pakaian tua saat ditutupi dengan
pakaian baru, bahkan
bertambah robek. Contohnya seperti Yudas: saat murid bertanya =>
‘siapa TUHAN yang menyerahkan Engkau’
TUHAN menjawab => ‘siapa yang
mencelupkan roti dalam pinggan bersama Aku, dialah itu’.
Lalu
Yudas berkata => ‘bukan aku, TUHAN’,
ini berarti Yudas menyalahkan (menuding) kesebelas
murid yang lainnya. Kebenaran diri sendiri ini dimulai di rumah
tangga antara suami istri. Menikah tetapi tidak sesuai Firman,
itu sudah termasuk kebenaran sendiri. Hati-hati kaum muda,
permulaan menikah jangan sampai tidak sesuai Firman.
Contohnya:
- alkitab
bilang => ‘masuk dalam nikah yang suci’, tetapi nikahnya
sudah tidak suci dan ternoda. Itulah pakaian tua.
- alkitab
bilang => ‘tidak
boleh menikah antara terang dengan
gelap’ tetapi dilanggar. Itulah pakaian tua (kebenaran
sendiri).
- alkitab
bilang => ‘kawin cerai tidak boleh’, tetapi dibolehkan,
karena masih muda dan bermacam-macam alasannya. Itulah pakaian
tua (kebenaran sendiri).
- Sampai,
menutupi dosa dengan cara menyalahkan TUHAN
(menyalahkan pengajaran yang benar). Semakin ditutupi, semakin
telanjang. Kain yang tua, jika ditambal
dengan kain
yang baru, akan semakin robek, sampai telanjang. Semoga kita dapat
mengerti.
Inilah
‘banyak yang dipanggil (banyak yang diundang), tetapi sedikit
yang dipilih’. Kita sudah mendengar Kabar
Mempelai,
puji
TUHAN, kita sudah diundang: mulai dari bisa percaya, baptisan air,
baptisan Roh Kudus, melayani. Ini sudah memenuhi undangan, tetapi
sayang, seringkali sembarangan pakaiannya: memakai pakaian asing
(tidak tergembala), pakaian kotor (jahat dan malas, mengejar upah,
durhaka dll), pakaian tua (kebenaran sendiri dan kenajisan).
- Kenajisan
(dosa makan minum dan kawing mengawinkan) juga termasuk dalam
pakaian tua.
- Dosa
makan minum: merokok, mabuk, narkoba.
- Dosa
kawin mengawinkan: dosa percabulan, dosa seks dengan berbagai
ragamnya, penyimpangan seks (homoseks, lebian, seks pada diri
sendiri), nikah yang salah atau tidak memenuhi persyaratan dalam
Alkitab (kawin cerai, kawin mengawinkan). Itulah pakaian tua
(Kebenaran sendiri dan kenajisan), yang akan dicampakan oleh
TUHAN. Semoga kita mengerti.
Kita
masih bersyukur, sudah memakai pakaian asing, pakaian kotor, pakaian
tua, sebenarnya kita tidak langsung dicampakkan kedalam kegelapan
(tidak langsung dihukum), tetapi masih diberikan kesempatan oleh
TUHAN (ditanya oleh TUHAN).
Matius
22: 11,
12,
11.
Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat
seorang yang tidak berpakaian pesta.
12.
Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari
dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.
Ay
12 => ‘
Tetapi orang itu diam
saja’ => inilah
kesalahannya.
Jadi
raja bertanya (tidak langsung menangkap dan melempar orang yang tidak
berpakaian pesta) => ‘mengapa kamu masuk ke pesta dengan tidak
berpakaian pesta?’ = mengapa pakaianmu kotor, pakaianmu tua,
pakaianmu asing?
Ini
sekarang menunjuk pekerjaan Firman
penggembalaan (Firman
pengajaran yang benar, yang diulang-ulang, yang menunjukkan keadaan
kita, kesalahan kita, dosa-dosa kita). Ini merupakan kemurahan TUHAN.
Coba, kalau satu kali ditanya tetapi diam saja, maka habis sudah.
Inilah perbedaannya dengan penggembalaan, kalau didalam penggembalaan
masih diulang-ulang. Kita jangan berkata => ‘mengapa Firman
selalu
diulang-ulang lagi, Wahyu 1: 10-12’.
Kalau
hanya satu kali ditanya (tidak diulang), seperti pohon ara yang
dipinggir jalan (orang Kristen yang tidak tergembala), sehingga
tidak berbuah dan TUHAN berkata
=> ‘terkutuklah’. Tetapi pohon ara yang ditanam di kebun
anggur (tergembala), sekalipun sudah tiga tahun tidak berbuah, lalu
saat mau dipotong => ‘jangan TUHAN, berikanlah kesempatan TUHAN,
supaya dapat
berbuah’ (ada penjaganya). Dalam penggembalaan, itu diulang-ulang
untuk diberikan kesempatan,
Misalnya:
saat ada Firman
yang diulang-ulang tentang jangan merokok, biasanya mengamuk, lalu
diulang lagi (ditanya lagi), sampai akhirnya dapat
melembut. Kalau sudah bisa menjawab => ‘ampunilah saya’ Ini
berarti sudah selamat.
Hanya
seorang gembala yang dapat
mengulang-ulang Firman,
orang lain tidak akan bisa. Saat Firman
diulangi, bertambah maju dsb, itulah karunia seorang gembala. Dalam
Wahyu 1: 10-12, sudah berapa kali kita membaca, Firman
diulangi lagi itu seperti ayam berkokok
tetapi tidak pernah bosan dan tidak ada yang protes => ‘mengapa
tidak berbunyi
yang lain saja, tetap bunyi kukuruyuk’. Jadi Firman
penggembalaan itu penuh kemurahan dan belas kasihan TUHAN. Semoga
kita dapat
mengerti.
Sekeras
dan setajam apapun Firman
penggembalaan yang diulang-ulang, yang menunjukkan dosa, kenajisan,
kesalahan kita itu merupakan kemurahan TUHAN untuk menolong kehidupan
kita. Firman penggembalaan itu
menunjukkan kesalahan dan keadaan kita => ‘mengapa tidak
berpakaian pesta? Mengapa berbuat dosa? dsb’, lalu berupa tegoran
=> ‘berhenti’ dan ini
berupa nasihat
dari TUHAN.
2
Timotius 4: 2,
Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,
nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran.
Jadi
isi dari Firman
penggembalaan (Firman
pengajaran yang diulang-ulang) adalah:
- Menyatakan
dosa,
kesalahan dan keadaan kita, supaya kita bisa menyadari dan mengakui,
sehingga diampuni.
- Sesudah
itu, menegor,
supaya berhenti atau bertobat. Seringkali kita sudah mengaku dosa,
besok masih berbuat dosa lagi. Kalau sudah mau menerima tegoran,
maka firman menjadi nasehat. Jika tidak mau ditegor, tetap bertahan
pada dosa (setelah mengaku, berbuat dosa lagi), maka tegoran akan
bertambah keras.
- Firman
menjadi nasihat
(menjadi lembut):
- Nasihat
supaya kita tetap hidup benar dan suci.
- Nasihat
yang
juga
merupakan jalan keluar dari segala masalah. Ada yang mengatakan =>
‘didalam Firman
pengajaran, tidak ada mujizat’, Siapa yang
mengatakan
didalam Firman
pengajaran tidak ada mujizat?
orang sakit kanker disembuhkan dsb, banyak terjadi mujizat, tetapi
kita tidak pernah
menggembar-gemborkan
hal itu.
Mengapa
tidak terjadi mujizat? karena Firman
berupa tegoran tetapi
dosa terus disimpan dan diulangi lagi.
Kalau dosa sudah diselesaikan, pasti ada nasihat.
Jadi di
dalam penggembalaan
masih ada kesempatan.
Semestinya,
jawaban (sikap) atas pertanyaan raja adalah
mengaku dan jangan ‘
diam
saja’. Jika salah
kepada TUHAN, mengaku kepada TUHAN. Jika salah kepada sesama (istri,
suami, sesama hamba TUHAN, sesama zangkoor), mengaku kepada sesama.
Kita mengaku sejujur-jujurnya kepada TUHAN (vertikal) dan sesama
(horisontal). Jika diampuni jangan berbuat dosa lagi, sehingga kita
merasakan kemurahan, belas kasihan, anugerah TUHAN.
Jika
diam saja artinya:
- Tidak
mau mengaku dosa, menyimpan dosa, bahkan menyalahkan orang lain.
- Marah,
tersinggung karena Firman
menunjukkan dosanya.
Tidak
mengaku dosa, marah, ini sama dengan menolak kemurahan TUHAN
dan kalau
sudah menolak kemurahan TUHAN, maka tidak ada jalan lain dan harus
dicampakkan kedalam kegelapan yang paling gelap (masa depan yang
gelap di dunia, susah, sampai kebinasaan untuk selamanya). Kaum muda
jangan sampai menyimpan dosa! Kalau menyimpan dosa, biarpun saudara
pandai, hebat, cepat atau lambat maka akan menuju kearah kegelapan.
Dalam
sistem penggembalaan, TUHAN tampil sebagai Gembala Agung, Raja segala
raja, untuk memberi kesempatan kepada kita,
sehingga kita dapat mengakui dosa-dosa,
sampai titik darah penghabisan. Selama kita mau mendengarkan Firman
penggembalaan, kita akan terus diberikan kesempatan oleh TUHAN untuk
mengakui dosa. Sebagai Contohnya orang yang disalibkan bersama TUHAN
YESUS. Dua orang yang disalibkan bersama YESUS, tadinya mereka
sama-sama mencela YESUS (‘
katanya Juruselamat, ayo selamatkan’)
= keras hati, tidak mau mengaku dosa, menyalahkan YESUS dst. Tetapi
untunglah, dengan sedikit waktu lagi, mungkin nafasnya sudah
tersengal-sengal, salah satu orang yang disalibkan bersama YESUS,
bisa mengakui => ‘Engkau tidak salah’ dan disitulah dia
berhadapan dengan Sang Raja.
Lukas
23: 40-43,
40.
Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau
takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang
sama?
41.
Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang
setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat
sesuatu yang salah."
42.
Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau
datang sebagai Raja."
43.
Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari
ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Ay
41 => ‘
Kita memang
selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan
perbuatan kita’ =>
mengaku bahwa kita yang salah.
Mengaku
dosa dengan sejujur-jujurnya dan bertobat (meninggalkan dosa) =
menyembah YESUS Sang Raja (Raja segala raja,
Mempelai Pria Surga)
dengan ‘Haleluya’. Kalau kita tidak mengaku dosa, kita tidak akan
dapat menyembah.
Jika
kita bisa mengaku dosa (menyembah YESUS Sang Raja, Mempelai pria
surga), apa yang kita terima?
- Lukas
23: 34,
Yesus
berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu
apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk
membagi pakaian-Nya.
Ay
34 => Pakaian-Nya diberikan.
Yang pertama:
Sang Raja
memberikan pengampunan dosa dan pakaian pesta, sehingga kita dapat
masuk perjamuan kawin Anak
Domba,
kita kembali ke Firdaus dan Raja membuka pintu Firdaus bagi kita
(‘hari ini
juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam
Firdaus’).
Dan
kita dapat
menyambut kedatangan YESUS ke dua kali di awan-awan permai, masuk
perjamuan kawin Anak
Domba
ALLAH,
dengan suara sorak sorai ‘Haleluya’ (Wahyu 19: 6-7) dan pintu
Firdaus terbuka bagi kita semuanya. Sekarang
ini kita
memang belum masuk ke Firdaus, tetapi saat
ini kita dapat
mengalami suasana Firdaus.
Mungkin
kita seperti penjahat dalam penderitaan, dosa, kegagalan, tangisan,
kekuatian, ketakutan, tetapi
kalau kita
dapat mengakui segala dosa-dosa
(menyembah TUHAN), maka kita pulang dengan suasana Firdaus (suasana
kebahagiaan dari TUHAN). Biasanya kalau orang mau meninggal itu
dalam kekuatiran dan ketakutan. Orang yang masih jauh dari kematian
saja bisa ketakutan dan kekuatiran. Dulu saya pernah cerita, cuma
sakit tenggorokan saja, terasa dingin, nafas sudah berat =>
‘TUHAN, berikanlah saya usia 15 tahun lagi, seperti Raja Hizkia’
Saya berdoa, tetapi tidak tenang karena dalam ketakutan. Akhirnya
saya telepon oom
Pong ( beliau
masih ada) => ‘Pak, malam ini rasanya saya mau mati’ Beliau
menjawab => ‘tenang dulu dan berdoa’. Ternyata setelah besok
periksa ke dokter
cuma sakit infeksi tenggorokan, bukan sakit jantung. Seperti itulah
orang yang berada dalam ketakutan, sengsara.
- Yesaya
43: 15,
16,
15.
Akulah TUHAN, Yang Mahakudus, Allahmu, Rajamu, yang menciptakan
Israel."
16.
Beginilah firman TUHAN, yang telah membuat jalan melalui laut dan
melalui air yang hebat,
Bangsa
Israel dalam keadaan terjepit, maju dan mundur tidak bisa,
ke kiri
dan kanan juga tidak bisa, tetapi
saat Musa mengulurkan tongkatnya/
mengulurkan tangan (menyembah Sang Raja), maka Sang Raja membuka
pintu di tengah lautan dan firaun
binasa.
Yang kedua:
Sang Raja
bisa membuka pintu ditengah lautan.
Artinya:
- Sang
Raja memberikan jalan keluar dari segala masalah (yang mustahil
menjadi tidak mustahil).Mungkin di dunia ini kita menghadapi jalan
buntu, mengaku dosa (menyembah sang Raja) adalah jalan tersingkat
untuk ditolong oleh TUHAN dan Sang Raja memberikan jalan keluar
dari segala masalah = menyelesaikan segala masalah kita, sampai
masalah yang mustahil.
- Sang
Raja memberikan masa depan yang indah dan berhasil. Bangsa Israel
dapat
berangkat ke Kanaan.
- Sang
Raja memakai kehidupan kita dalam kegerakan yang besar yaitu
kegerakan Roh Kudus hujan akhir (pembangunan Tubuh
Kristus yang sempurna).
Jika
YESUS datang kembali ke dua kali, kita diubahkan menjadi sama mulia
dengan Dia dan kita terangkat di awan-awan permai dengan suara sorak
sorai ‘Haleluya’ dan kita bertemu dengan Sang Raja, Mempelai
Pria
Surga
Muka
dengan muka. Kita masuk perjamuan kawin Anak
Domba,
kita kembali ke firdaus
dan masuk ke Yerusalem baru (disana tidak ada lagi air mata).
Wahyu
19: 6,
7,
6.
Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak,
seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya:
"Haleluya! Karena TUHAN, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah
menjadi raja.
7.
Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!
Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia.
Ay
6 => ‘Lalu
aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak’?
dari empat penjuru bumi (dari suku bangsa, bahasa yang
berbeda-beda), tetapi hanya ada satu suara yang sama yaitu
‘Haleluya’ . Mempelai (Tubuh
Kristus) itu satu suara ‘Haleluya’. Semuanya pasti tahu dan bisa
menyebutkan ‘Haleluya’. Waktu saya dan oom
Pong di India pada tahun 1993, tidak mengerti
bahasanya, tetapi begitu oom
Pong bilang => ‘mari kita menyembah dengan ‘Haleluya’.
Semuanya (dimana-mana) dapat
menyembah dengan ‘Haleluya’.
Ay 7 => masuk perjamuan
kawin Anak
Domba,
setelah itu masuk firdaus
dan Yerusalem Baru untuk selama-lamanya.
Hanya dengan mengaku
dosa (menyembah Sang Raja), maka semuanya bisa
seperti
jalan di laut bisa dibukakan, jalan ke firdaus
bisa dibuka, semuanya bisa dibuka dan tidak ada yang tertutup (tidak
ada yang mustahil). Ini semua hanya karena kuasa, kemurahan dan
anugerah Sang Raja. Perhatikanlah pakaian kita sekarang
ini, kalau pakaian masih asing, masih kotor, masih tua, mari mengaku
kepada TUHAN dan menyembah TUHAN, supaya semuanya bisa dibukakan
oleh TUHAN dan kita ditolong oleh TUHAN.
TUHAN
memberkati kita semuanya.1