Kita
kembali pada tema Markus 13: 29b.
Markus
13: 29b,
Demikian juga, jika kamu lihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa
waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.
Sekarang
ini kita masih membahas tentang ‘
waktunya sudah dekat’.
Mohon maaf tentang ‘
waktunya sudah di ambang pintu’ belum
bisa disampaikan, mungkin lain waktu akan disampaikan, sebab ada
pengertian yang lain tentang ‘
waktunya sudah di ambang pintu’
(kalau hamba TUHAN berdoa akan dibukakan juga oleh TUHAN).
‘waktunya
sudah dekat’ artinya waktu kedatangan YESUS ke dua
kali dalam kemuliaan sebagai Raja segala raja
(Kepala), Mempelai
Pria Surga di
awan-awan permai sudah dekat (sudah tidak lama lagi), untuk
mengangkat sidang jemaat yang sempurna (Tubuh
Kristus yang sempurna atau Mempelai Wanita
Surga) ke awan yang
permai, sehingga kita bertemu dengan YESUS dan masuk:
- Masuk
perjamuan kawin anak domba = nikah yang rohani (Wahyu 19: 9).
- Sesudah
itu, masuk kerajaan seribu
tahun damai = firdaus
yang akan datang (Wahyu 20). Dulu manusia diciptakan dalam nikah
yang mulia di firdaus,
nanti kita akan kembali ke firdaus
lagi.’
- Sesudah
itu, masuk Yerusalem baru = kerajaan surga yang kekal untuk
selama-lamanya (Wahyu 21-22).
Kita
harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam waktu yang sudah dekat
atau waktu yang singkat agar dapat
menyambut kedatangan YESUS ke dua kali di awan-awan yang permai,
sehingga kita dapat masuk perjamuan kawin
Anak Domba,
kerajaan seribu tahun sampai masuk kerajaan
surga yang kekal. Waspada, kalau kita tidak dapat
menyambut kedatangan YESUS ke dua kali (tidak bisa terangkat ke
awan-awan permai dan ketinggalan saat kedatangan YESUS), itu berarti
semuanya sia-sia, penderitaan dan kebinasaan untuk selama-lamanya.
Kita harus serius, sebab akhir pengikutan kita kepada TUHAN harus
sampai kita dapat terangakat di awan-awan
permai.
Dalam
ibadah sebelumnya kita sudah pelajari, apa yang harus dipersiapkan
dalam ‘
waktu yang sudah dekat’ ini?
- Membaca,
mendengar dan menuruti Firman
nubuat.
- Menjaga
perasaan supaya tidak ada kekuatiran lagi.
- Menjaga
supaya perhatian kita hanya
tertuju kepada (1)kemurahan
TUHAN dan (2)kepada
pelayanan. Kita harus melayani dengan sepenuhnya (ini
sudah dipelajari).
Sekarang
ini kita pelajari dalam
Markus 13:
28 Tariklah
pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila
ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa
musim panas sudah dekat.
Ay
28 => ‘
bahwa musim
panas sudah dekat’ =>
musim berbuah.
Jadi
dalam Markus 13: 28, bagaimana kita menggunakan waktu ‘
dalam
waktu yang sudah dekat’
ini? Kita belajar kepada pohon ara yang sudah melembut rantingnya dan
sudah berbuah, artinya
kita
harus mengalami pembaharuan atau keubahan hidup.
Ini bagaikan pohon ara yang berbuah. Berbuah = berubah (dari ranting
yang keras bisa menjadi lembut supaya muncul buah-buah). Kita
berlomba dengan waktu kedatangan YESUS yang sudah singkat, kita harus
cepat berubah dan jangan menunda waktu. Sebenarnya ini pelajaran
gampang (orang pandai dan tidak pandai dapat
mengerti semuanya), kita hanya belajar kepada pohon ara atau
pohon-pohon yang lainnya, kalau rantingnya sudah melembut dan
bertunas, maka kita
juga dapat berbunga
dan berbuah.
Apa
yang harus dibaharui?
Kalau
kita belajar pada pohon ara, ada tiga macam pembaharuan:
- Pembaharuan
nikah.
Pembaharuan
dalam nikah, kita belajar pada pohon ara di taman Eden. Saya kira
semuanya sudah mengerti dari sekolah
Minggu. Pelajaran
apa yang bisa diambil dari pohon ara di taman Eden?
Daun pohon ara dipakai untuk menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa.
Sewaktu di taman Eden pohon ara tidak disebutkan tentang buahnya
(tidak ada buahnya), tetapi masih sampai berdaun, ini berarti masih
keras dan harus di
berubah.
Bagaimana
kisahnya Adam dan Hawa menutupi ketelanjangannya dengan daun pohon
ara?
Kejadian
2: 23-25,
23.
Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku
dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia
diambil dari laki-laki."
24.
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
25.
Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka
tidak merasa malu.
TUHAN
menciptakan manusia yang mulia ‘telanjang tetapi tidak merasa
malu’,
sebab ada pakaian kemuliaan. TUHAN juga menciptakan nikah antara
Adam dan Hawa, yaitu nikah yang mulia. Tanda
nikah yang mulia:
- ‘telanjang
tetapi tidak merasa
malu’,
ini berarti tidak pernah dipermalukan.
- ada
kesatuan dalam nikah (‘keduanya
menjadi satu daging’):
tidak ada perceraian (cerai berai), tidak ada pertengkaran, tidak
ada percekcokan, tidak ada pisah ranjang dsb.
- bersuasana
firdaus (‘diletakkan
di taman Eden’)
= suasana bahagia.
Inilah
nikah mula-mula yang diciptakan oleh TUHAN. Kita jangan meniru
seperti nikah yang di dunia, misalnya: kalau ada permasalahan malah
berpisah => Jangan, sebab itu bukanlah penyelesaian. Penyelesaian
permasalahan dalam nikah adalah kalau nikah menjadi satu.
Tetapi
sayang, Adam dan Hawa berbuat dosa, sehingga mereka telanjang =
nikahnya ditelanjangi oleh setan. Dulu setelah Adam dan Hawa berbuat
dosa, mereka ‘telanjang dan merasa takut dan
malu’
(‘saat
TUHAN datang mereka lari’).
Ini dikarenakan mereka kehilangan pakaian kemuliaan. Lebih celaka
lagi, kehidupan manusia (termasuk hamba TUHAN, pelayan TUHAN) yang
nikahnya dirusak oleh setan, sampai jatuh bangun seperti anjing babi
= jatuh bangun dalam dosa sampai puncaknya dosa. Puncaknya
dosa:
- dosa
makan minum: merokok, mabuk, narkoba.
- dosa
kawin mengawinkan: dosa seks dengan berbagai ragamnya, kawin cerai
dsb.
Setelah
jatuh bangun dalam dosa sampai puncaknya dosa, manusia sekarang di
akhir zaman menjadi ‘telanjang tetapi tidak tahu malu’. Ini yang
gawat! ‘telanjang dan tidak tahu malu’ ini seperti (maaf) anjing
dan babi. Biarpun ada bapak
bupati
yang
datang,
anjing tidak malu untuk
naik
ke podium.
Saya juga diperiksa, pelayan TUHAN (pemain musik, zangkoor),
hamba-hamba TUHAN jangan seperti anjing, mengatakan => ‘saudara
dahsyat, luar biasa, tetapi sebenarnya anjing yang telanjang dan
tidak tahu malu’. Kalau dulu Adam-Hawa ‘telanjang dan malu’,
manusia sekarang ‘telanjang tetapi tidak tahu malu’ inilah
kerusakan
yang sangat dahsyat.
Karena ‘telanjang dan malu’, maka
Adam dan Hawa berusaha menutupi ketelanjangannya dengan daun pohon
ara.
Kejadian
3: 7,
Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka
telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat
cawat.
Apa
arti dari
daun
pohon ara yang digunakan menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa?
Yesaya
64: 6,
Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan
kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan
kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh
angin.
Ay
6 => ‘kesalehan’
=> kebenaran ( dalam bahasa Inggris
adalah kesalehan).
Daun
pohon ara artinya
kebenaran tetapi kotor = kebenaran tetapi dosa = kebenaran diri
sendiri. Kebenaran
diri sendiri adalah
kebenaran di
luar
Firman ALLAH
yang menghancurkan nikah. Kalau memakai baju dari daun, saat terkena
panas dan
dingin
akan hancur dan kembali
menjadi telanjang.
Kebenaran sendiri itu hanya untuk
menutup-nutupi,
tetapi
pada akhirnya
akan terbuka juga. Biarpun seribu
orang (pakar-pakar agama) berkata ‘tidak mengapa’,
tetapi kalau Firman
TUHAN
mengatakan
‘tidak boleh’, kita harus tetap mengikuti Firman.
Kebenaran dari TUHAN itulah Firman,
diluar itu hanyalah kebenaran diri sendiri. Sekalipun kita hanya
seorang diri (sendiri), tetapi kalau memakai kebenaran di alkitab,
itulah kebenaran dari TUHAN. Semoga kita dapat
mengerti.
Banyak
nikah-nikah yang hancur, karena memakai kebenaran sendiri (‘memakai
cawat dari daun pohon ara’).
Praktek
kebenaran sendiri adalah
- Kejadian
3: 6,
7,
6.
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan
sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi
pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan
diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan
suaminyapun memakannya.
7.
Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka
telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat
cawat.
Saat
ular datang kepada Hawa dan menyuruh Hawa memakan buah yang
dilarang oleh TUHAN, semestinya Hawa merundingkan hal itu dengan
suaminya (kepala), tetapi Hawa langsung yang menentukan.
Praktik
pertama (kebenaran sendiri dalam nikah): susunan
atau struktur nikah yang salah,
yaitu
istri menjadi kepala dari suami.
Semoga kita dapat
mengerti.
Kalau
istri menjadi kepala dari suami, ini bagaikan ‘memberikan buah
terlarang kepada suami’ dan menelanjangi nikah.
Istri
menjadi kepala artinya:
- istri
yang mengambil keputusan didalam rumah tangga. Seharusnya
kepala
inilah yang memutuskan segala sesuatu.
- istri
memberi perintah dan mengajar laki-laki. Hati-hati juga didalam
ibadah, susunan tidak boleh salah. Misalnya:
karena istrinya lebih pintar, lebih kaya dsb, maka istri dapat
mengambil keputusan dalam rumah tangga, memerintah dan mengajar
laki-laki, mungkin ini bisa diterima oleh manusia, tetapi kalau
kebenaran Firman,
ini tetap salah. Suami harus menjadi kepala dari istri, ini jangan
dibalik!
1
Korintus 11: 2,
3,
2.
Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap
mengingat
akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan
kepadamu.
3.
Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari
tiap-tiap
laki-laki
ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan
Kepala
dari Kristus ialah Allah.
Ay
2 => ini kehidupan yang sudah berpegang teguh dalam Firman
pengajaran
yang benar, ini seperti ‘tujuh perempuan memegang satu laki-laki’
(sudah diterangkan dalam ibadah sebelumnya).
Hati-hati, kalau sudah berpegang teguh dalam pengajaran, tetapi
soal nikah masih sering salah. Susunan
atau struktur nikah yang benar adalah
Kristus => suami (laki-laki) => istri (perempuan) = Kristus
sebagai Kepala
atas suami dan suami sebagai kepala atas istri. Kalau istri yang
menjadi kepala atas suami, maka Kristus tidak menjadi Kepala
dalam rumah tangga dan yang menjadi kepala adalah ular. Demikian
juga didalam ibadah, hati-hati jangan ada wanita yang memerintah
dan mengajar laki-laki. Kalau ular menjadi kepala dalam rumah
tangga, berarti nikah itu ditandai dengan ketelanjangan (nikah
menjadi gelap): ada dusta (ada yang ditutup-tutupi, disembunyikan).
Ular itu pendusta, ada kebencian dsb.
- Kejadian
3: 11-13,
11.
Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa
engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang
Kularang engkau makan itu?"
12.
Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku,
dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka
kumakan."
13.
Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah
yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular
itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."
Ay
12 => semestinya jawabannya ‘Ya TUHAN, saya memakannya,
ampunilah saya’, tetapi jawabannya lain (inilah daun pohon
ara).
‘Perempuan
yang Kautempatkan
di sisiku’
=> menyalahkan TUHAN (‘Kau’) dan menyalahkan perempuan.
Ay
13 => “Jawab
perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan"
=> semestinya
perempuan mengaku kalau ia juga salah, tetapi malah menyalahkan
ular (menyalahkan setan).
Manusia merasa ‘dia sendirilah
yang benar’, sedangkan orang lainlah yang salah, TUHAN salah,
pengajaran yang benar disalahkan, setan juga disalahkan. Inilah
kebenaran sendiri.
Praktik kedua: menutupi
dosa-dosa dengan cara:
- menyalahkan
orang lain.
Misalnya: menyalahkan hamba TUHAN lain, suami, istri. Banyak
sekarang, suami sudah berselingkuh, malah menyalahkan istrinya =>
‘gara-gara istri tidak perhatian dsb’. Dia sendiri
(hamba
TUHAN) tidak bergumul, tidak memberi makan jemaat, kalau ada
jemaat pindah ke gereja lain, malah menyalahkan hamba TUHAN
lainnya => ‘itu pencuri domba’. Orang semacam ini tidak
akan maju, karena hanya menutupi dosa dan sebentar lagi akan
telanjang, berapa
lama daun
itu
dapat
bertahan?
- bahkan
menyalahkan TUHAN
= pengajaran
yang benar disalahkan
(wahyu dari TUHAN disalahkan). Sebenarnya bukan TUHAN yang salah,
melainkan orangnya lah yang salah. Semoga kita dapat
mengerti.
- sampai
yang terakhir, menyalahkan setan.
Kalau sudah menyalahkan setan, maka tidak akan dapat
bertobat lagi (sebab
sudah menjadi
sama seperti setan). Sedikit-sedikit menyalahkan setan. Mengapa
kamu mencuri, berbuat seperti ini? setan itu kurang ajar, setan
itu begini dsbnya.
Kita jangan mengoper-oper dosa, tetapi dosa harus diselesaikan.
Semoga kita dapat
mengerti.
Kejadian
3: 17-19,
17.
Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan
perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah
Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah
tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari
rezekimu dari tanah seumur hidupmu:
18.
semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan
tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;
19.
dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali
lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau
debu dan engkau akan kembali menjadi debu."
Ay
19 => ‘sampai
engkau kembali lagi menjadi tanah’
=> tanah kembali ke tanah, ini berarti tidak berubah.
Akibat
dari kebenaran sendiri adalah
suasana firdaus menjadi suasana kutukan, yaitu
- secara
jasmani:
letih lesu, beban berat, air mata, susah payah, kepedihan,
kepahitan,
- secara
rohani:
sampai debu kembali menjadi debu.
Kejadian
3: 14,
Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau
berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di
antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar
dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
Debu
adalah makanan ular. Jadi
debu kembali menjadi debu artinya
manusia darah daging yang tidak pernah berubah hidupnya (tetap
mempertahankan dosa dengan menyalahkan orang lain, mempertahankan
susunan nikah yang salah). Inilah manusia darah daging yang menjadi
makanan ular (setan) sehingga
akan
binasa
untuk selamanya.
Maaf, kurang ajarnya setan itu menggoda
manusia => ‘Firman
dibolak-balik dll’, setelah manusia jatuh,
mau dimakan sampai habis. Jangan main-main dengan dosa dan ajaran
palsu. Jangan merasa kuat seperti Salomo. Salomo yang sudah hebat,
terkena ajaran palsu dari istrinya, akhirnya jatuh (‘filternya
bocor’). Kalau Salomo yang hebat saja bisa jatuh, apalagi saya?
sebab itu saya tidak mau kalau ada ajaran yang berbeda. Ini bukan
karena saya merasa hebat, tetapi saya merasa tidak mampu dan takut.
Kalau ada yang mau mendengarkan ajaran palsu, itu berarti lebih
hebat dari Salomo. Semoga kita dapat
mengerti.
Sekarang
ini,
nikah yang salah sekarang harus diperbaharui dengan belajar dari
pohon ara di taman Eden.
Pembaharuan
nikah:
- susunan
atau struktur nikah yang benar:
- suami
menjadi kepala dari istri,
artinya suami yang bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupan
jasmani dan rohani dari istri dan anak-anak. Aliran
semuanya
berasal dari kepala:
- sebagai
aliran jasmani: sekalipun gaji istri lebih besar dari suami,
suami tetap yang bertanggung jawab. Inilah nikah yang sehat.
- sebagai
aliran yang rohani: kalau mau beribadah, kepala terlebih dahulu
yang mengajak, jangan malah istrinya yang mengajak. Kalau
istrinya yang mengajak terlebih dulu, kepala akan menjadi ekor
ular. Semoga kita dapat
mengerti.
Suami
itu kepala, Istri itu tubuh, anak-anak itu anggota tubuh.
Misalnya:
- Kalau
mau makan pasti lewat kepala terlebih dahulu. Kecuali, kalau
nikah yang sakit (suami tidak bertanggung jawab), makannya lewat
tangan dahulu (‘cairan infus’).
- Anggota
tubuh ini untuk meringankan beban orang tua (bukan menjadi
beban). Kalau kita mau minum kesana, kaki pasti berjalan dan
tangan untuk mengambil minum. Anak hamba TUHAN meringankan
pelayanan orang tua, membantu dengan berdoa dan berpuasa.
- suami
yang memutuskan segala sesuatu didalam rumah tangga.
istri boleh berembuk dengan memberikan masukan-masukan, tetapi
yang memutuskan adalah suami.
Kalau
suami menjadi kepala dari istri, maka Kristus menjadi kepala atas
rumah tangga,
sehingga rumah tangga kita menjadi terang dan Kristus bertanggung
jawab penuh atas nikah rumah tangga kita. Mari kita berdoa supaya
terjadi pembaharuan nikah saat ini.
- dimana
antara suami istri (termasuk anak-anak) bisa saling mengaku dan
saling mengampuni
(dikaitkan
dengan kebenaran sendiri, menutupi dosa dengan saling
menyalahkan).
Yang salah, mengaku dengan ikhlas (minta ampun
kepada TUHAN dan kepada suami atau istri), jika diampuni jangan
berbuat dosa lagi. Yang benar, mengampuni dengan ikhlas dan
melupakannya, jangan malah mengungkit-ungkit kesalahan. Jika
diungkit-ungkit, maka
nikah
itu
akan
hancur dan
terus menjadi
telanjang.
Kalau sudah bisa saling mengaku dan saling
mengampuni, maka
darah YESUS (salib Kristus) menyelesaikan dosa-dosa, sehingga:
- rumah
tangga menjadi damai sejahtera, semuanya enak dan ringan.
Yang membuat berat bukanlah karena kurang duit, sakit. Sekalipun
ada yang sakit, tetapi kalau suami istri menjadi satu => ‘sabar
bu, kita harus kuat’, maka tidak akan berat. Kalau ada dosa,
biarpun saling tertawa itu berat.
- nikah
menjadi satu (terjadi kesatuan dalam nikah).
Tadi dalam Kejadian 2 dituliskan, nikah di taman Eden itu
‘keduanya
menjadi satu daging’,
sayangnya nikah sudah ditelanjangi dan tercerai berai. Dosa lah
yang membuat nikah tercerai berai dan membuat nikah menjadi berat.
Syukur kepada TUHAN, setelah YESUS mati di kayu salib untuk
menyelesaikan dosa dalam nikah, maka ayat ini dituliskan lagi di
Efesus 5: 31, ini
berarti
nikah yang sudah tercerai berai disatukan kembali oleh salib
Kristus (korban Kristus).
Efesus
5: 31,
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu
daging.
Ay
31 => ada satu kesatuan nikah oleh Darah
YESUS (kekuatan Darah
YESUS atau salib Kristus yang menyatukan nikah).
‘Sebab
itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga
keduanya’
Kalau menurut matematika dari dunia ini sudah benar (satu laki-laki
+ satu istri = dua). Tetapi kalau kita memakai matematika dari
dunia, nikah akan hancur, sebab ‘sehingga
keduanya itu menjadi satu daging’,
inilah matematika dari TUHAN (satu suami + satu istri = satu).
Diantara suami dan istri, hanya boleh ada tanda salib, tidak boleh
ada pil
(pria
idaman
lain),
wil
(wanita
idaman
lain),
anak, orang tua. Semuanya tidak boleh ikut-ikut, yang boleh hanya
YESUS dengan salib-Nya. Kalau ini terjadi, pasti nikah menjadi satu
daging. Semoga kita dapat
mengerti.
Kalau
sekarang
ini nikah kita sedang telanjang, sudah saling menuduh antara suami
istri => ‘kau ini, kau ini’ akhirnya semakin bertambah jauh,
mungkin masih satu ranjang, satu rumah, tetapi hatinya sudah jauh.
Kalau sudah demikian, kita jangan lari kemana-mana, tetapi harus
kembali ke salib (saling mengaku dan mengampuni).
Matius
18: 19,
Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia
ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan
dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
Ay
19 => ‘Jika
dua orang dari padamu di dunia ini’
=> ini menunjuk nikah (suami istri).
‘sepakat’
=> satu hati, menjadi satu kesatuan, menjadi satu daging.
Jika
nikah yang tercerai berai sudah menjadi satu kembali, maka nikah itu
menjadi rumah
doa
dan doanya dijawab oleh TUHAN. Jika sudah demikian, betapa indahnya
nikah rumah tangga kita dan menjadi ‘home sweet home’. Saat kita
sudah tidak dapat
berbuat
apa-apa => ‘Mari, bu berdoa’ = menjadi rumah doa, ada asap
dupa yang berbau harum yang naik keatas dan TUHAN turun untuk
menyelesaikan masalah-masalah (ada hadirat TUHAN didalam rumah doa).
Semoga kita dapat
mengerti.
Kalau itu terus dilanjutkan (kesatuan dalam nikah
semakin menjadi satu), saling mengaku dan saling mengampuni, saling
berdoa, semakin menjadi satu, maka terjadi seperti didalam Efesus 5:
32 (‘kesatuan yang lebih besar’). Efesus 5: 31 ‘kesatuan di
dunia’, sampai terjadi Efesus 5: 32 ‘kesatuan yang lebih besar
waktu YESUS datang ke dua kali di awan-awan permai’.
Efesus
5: 32,
Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus
dan jemaat.
Ay
32 => ‘hubungan
Kristus dan jemaat’
=> perjamuan kawin anak domba.
Nikah yang sudah menjadi satu
akan siap untuk menyambut kedatangan YESUS yang ke dua kali di
awan-awan yang permai, untuk masuk dalam perjamuan kawin anak domba
(pertemuan antara YESUS dengan sidang jemaat). Semoga kita
mengerti.
Jika nikah kita masih salah, nikah yang belum
menjadi satu (mungkin juga belum satu iman) dll, banyaklah berdoa
kepada TUHAN (hanya itulah yang dapat
kita lakukan) dan biarlah TUHAN yang menyatukan nikah kita, sampai
mencapai nikah yang sempurna. Tidak ada yang mustahil bagi TUHAN dan
TUHAN akan menolong kita semuanya.
- Pembaharuan
didalam ibadah pelayanan.
Nikah
dengan ibadah pelayanan itu satu (inilah dua rahasia besar). Banyak
rahasia didalam alkitab
baik di perjanjian lama dan perjanjian baru, tetapi
rahasia besar (rahasia agung) hanya
dua:
- rahasia
nikah (Efesus 5: 32).
- rahasia
ibadah (2 Timotius 3).
Pembaharuan
dalam ibadah pelayanan kita belajar kepada pohon ara di pinggir
jalan
=> Matius
21: 18,
19,
18.
Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus
merasa lapar.
19.
Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak
mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya
kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi
selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara
itu.
Ay
19 => ‘Dekat
jalan’
=> di pinggir jalan.
Dalam Matius 21: 18-19, pohon ara hanya
memiliki
daun saja. Sejak di taman Eden sampai TUHAN YESUS datang pertama
kali, kira-kira 2000 tahun. Jadi selama 2000 tahun pohon ara belum
berbuah (masih berdaun saja). Jadi
belajar pada pohon ara di pinggir jalan yaitu
pohon ara sudah berdaun lebat, tetapi tidak ada satu-pun
buahnya.
Saya juga tidak terlalu mempelajari tentang pohon ara, tetapi
sepintas saja, kebiasaan pohon ara ini kalau daunnya sudah lebat,
itu berarti tanda musim berbuah. Seharusnya
sudah ada
satu atau dua
buah (buah permulaan), nanti juga ada buah pertengahan, sampai
puncaknya buah
tetap.
Padahal YESUS hanya
membutuhkan
satu
saja untuk mengenyangkan perut YESUS, tetapi dilihat => ‘daunnya
sudah lebat, tetapi satu
saja buahnya tidak ada’.
Daun itu menunjuk aktivitas, kalau
pohon yang daunnya banyak itu berarti ada aktivitas yang besar. Coba
saja saudara duduk atau berdiri dibawah pohon yang berdaun lebat,
pasti terasa sejuk. Jadi pohon itu sedang menyerap makanan dari
bawah dsb, nanti airnya yang
diuapkan,
sehingga terasa begitu sejuk. Pohon
ara sudah berdaun lebat, tetapi tidak berbuah secara rohani artinya
kehidupan yang sudah beribadah melayani tetapi tidak memuaskan TUHAN
(‘tidak bisa memberi makan TUHAN dan TUHAN tetap lapar’) =
pelayanan yang tidak sepenuhnya atau tidak sungguh-sungguh
(pelayanan asal-asalan). Kalau pelayanan kita tidak sunguh-sungguh,
asal-asalan, ini bagaikan ‘memberi makan YESUS dengan daun’.
Contohnya:
- mau
kotbah tetapi tanpa persiapan, tidak ada doa, nanti kotbahnya
tentang lawakan, cerita-cerita, senang-senang, tetapi ayat-ayatnya
dalam alkitab
hanya
satu. Jika demikian, ini seperti ‘memberi makan TUHAN dan jemaat
dengan daun’, sehingga tidak ada kepuasan (kalau TUHAN tidak
puas, maka kita semuanya juga
tidak
akan puas).
- mau
main musik asal main saja, tidak usah berdoa dsbnya.
Kita
harus serius, sebab TUHAN mau membaharui kita (bukan menghukum).
Nikah yang salah dan hancur akan dibaharui, pelayanan yang salah
juga akan dibaharui oleh TUHAN. TUHAN tidak menghukum, itu
sebabnya
kita masih diberi waktu oleh TUHAN (sekalipun waktu kedatangan TUHAN
sudah dekat). Semoga setelah pulang dari tempat ini, nikah dan
ibadah pelayanan kita semuanya dibaharui. Semoga kita
dapat mengerti.
Jika
pelayanan kita tidak sepenuhnya, tidak sungguh-sungguh (tidak
memuaskan TUHAN), akibatnya
adalah
dikutuk oleh TUHAN, sehingga menjadi kering rohani, mati rohani
(dulu pohon ara dikutuk sehingga menjadi kering).
Pelayan
TUHAN, hamba TUHAN yang kering rohani dan mati rohani, artinya
- tidak
puas, selalu bersungut-sungut (mengomel), menyalahkan orang lain
(menyalahkan jemaat, hamba TUHAN lain).
- lebih
celaka lagi, mencari kepuasan di dunia. Karena kering rohani,
banyak hamba TUHAN, pelayan TUHAN yang mencari kepuasan di dunia
(merokok, mabuk dll). Biasanya sore-sore main musik di gereja,
malam-malam sudah berada di tempat karaoke, di diskotik. Saya baru
mendengar bukan dari orangnya sendiri, tetapi dari kesaksian hamba
TUHAN (orang ini bersaksi kepada hamba TUHAN dan hamba TUHAN
bersaksi kepada saya). Ada seorang anak muda yang pandai (jenius)
dapat bea siswa dsb di Jakarta.
Kalau Ayahnya menelepon
=> ‘dimana kau?’, selalu dijawab => ‘di mall’.
Setelah dia ikut kebaktian di Kartika Graha, dia pindah di Surabaya
(sekolah S2 di Surabaya). Sekarang saat Ayahnya menelepon
=> ‘dimana kau?’, selalu dijawab => ‘di rumah’.
Ayahnya menjadi
bingung => ‘ aneh kau’, anaknya berkata => ‘Ya, saya
tidak mau ke mall-mall
lagi, sekarang saya di rumah saja’ Ini karena puas. Kalau ibadah
puas, maka semuanya menjadi
puas
(nikah puas dsb). Jadi dalam ibadah ini sebagai penentuan. Semoga
kita dapat
mengerti.
- tidak
menyesal saat berbuat dosa, bahkan
tertawa-tawa. Kalau naik sepeda motor tidak pakai helm, tetapi saat
diingatkan malah tertawa-tawa => ‘tidak ada polisi’.
Sekalipun tidak ada polisi,
tetapi masih ada TUHAN. Semoga kita dapat
mengerti.
- tidak
merasakan apa-apa saat ibadah (tidak merasakan jamahan tangan
TUHAN), merasa biasa saja, malah mengantuk, malas-malasan.
Inilah
gejala-gejala dari kering rohani dan mati rohani yang membawa kepada
kematian kedua (kebinasaan kekal di neraka). Semoga kita dapat
mengerti.
Mengapa
sudah beribadah melayani, tetapi masih
dikutuk
oleh TUHAN? Sudah menggunakan waktu, tenaga (jalan kaki ke gereja),
uang (naik motor beli bensin) dsb, tetapi masih
dikutuk?
Hamba TUHAN sepenuhnya (termasuk saya), sudah serahkan hidup
sepenuhnya kepada TUHAN, berhenti bekerja, tetapi masih
dikutuk?
Ini ada alasannya.
Yeremia
48: 10,
Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai,
dan terkutuklah orang yang menghambat pedang-Nya dari penumpahan
darah
Terdapat
dua kutukan:
- ‘Terkutuklah
orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai’
=
beribadah
melayani TUHAN tetapi lalai.
Lalai
artinya
tidak setia dalam ibadah pelayanan kepada TUHAN, bahkan sampai
tinggalkan ibadah pelayanan. Seringkali sidang jemaat disorot,
tetapi hamba TUHAN tidak mau disorot, hamba TUHAN mengajarkan =>
‘mari datang, setia dalam ibadah pelayanan’, tetapi dia
sendiri,
tidak datang. Kita jangan berpikir => ‘gereja saya sudah besar
(daunnya sudah lebat), sudah cukup’, bukan itu yang dinilai! Yang
dinilai adalah kesetiaan. Kalau manusia melihat pohon ara dari jauh
=> ‘daunnya lebat, dahsyat, luar biasa’ tetapi setelah TUHAN
yang periksa => ‘tidak ada buahnya’. Sebaliknya, mungkin
kita kecil, tidak ada jemaat, tetapi kita setia, maka TUHAN akan
melihat kesetiaan kita.
Kita sering menghimbau jemaat untuk
datang beribadah, bagaimana
dengan kita
sendiri? Setelah ibadah persekutuan dari sini, hari Jumat
saya langsung pulang, hari Sabtu
melayani ibadah kaum
muda
dan hari Minggu pagi-sore melayani ibadah raya. Jadi tidak ada
alasan => ‘saya capek, karena dari kkr’.
Jika saya memakai alasan seperti itu supaya tidak melayani jemaat,
lebih baik saya tidak ikut kkr,
sebab tugas saya sebagai gembala. Kalau ada kelebihan (kelimpahan)
dalam penggembalaan, baru bisa kkr.
Kalau di gereja sendiri tidak ada kelimpahan (tidak mau berkothbah
dsb), lalu mengadakan kkr
=> ‘mau kkr
apa?, sebab dia sendiri kering’. Kita jangan sampai
ditipu.
Bapak pdt
In Juwono selalu mengatakan => ‘kalau gelas terus
diisi
dengan air sampai meluber, pasti kita akan keluar (ingat
kandang-kandang yang lain)’. Mohon ampun kalau dianggap sombong,
saya melayani dua jemaat ditambah dengan Lempin-El Kristus Ajaib,
satu hari dua kali kothbah
sekalipun jarak Malang ke Surabaya 2-3 jam, ini sudah cukup. Kalau
air sudah melimpah, harus ingat kandang yang lain (harus ingat
Tentena, Malitu dsb). Rekan-rekan hamba TUHAN,
melayani
di
dalam
penggembalaan terlebih
dahulu,
setelah itu baru kita bisa keluar. Semoga kita dapat
mengerti.
Kita jangan sampai dikutuk oleh karena lalai
(tidak setia dalam ibadah pelayanan). Contohnya: Yudas Iskariot
berhenti ditengah jalan dan dikutuk oleh TUHAN. Sewaktu Yudas pergi
keluar setelah makan perjamuan suci, untungnya murid-murid lainnya
tidak mengikut
Yudas. Hanya
murid-murid lainnya tidak tahu dan belum terbuka hatinya (masih
mengagungkan Yudas) => ‘Yudas dipakai oleh TUHAN, untuk
membeli
sesuatu’.
Kalau murid-murid lainnya ikut pergi bersama
dengan
Yudas, maka
mereka
juga akan
habis(‘terkutuklah’).
Hati-hati, kita jangan berdaun saja, tetapi yang dicari TUHAN
adalah buahnya sekalipun hanya satu. Biarlah kita melayani TUHAN
sampai memuaskan TUHAN. Semoga kita dapat
mengerti.
- ‘terkutuklah
orang yang menghambat pedang-Nya dari penumpahan darah!’
=
menghambat
pedang Firman
(Firman
yang lebih tajam dari pedang bermata dua) dari penumpahan
darah.
Kalau
ada pedang yang tajam, memotong tangan yang mencuri, pasti akan
berdarah (‘terasa sakit’). Sudah datang ibadah dari jauh-jauh,
bahkan
dikatakan => ‘anjing babi’ (ini terasa sakit). Coba saja
kalau datang ibadah dari jauh-jauh => ‘saudara dahsyat, hebat,
luar biasa’ Pulang ibadah sudah merasa hebat, padahal cuma ada
daun saja (tidak ada buahnya). Lebih baik dikatakan => ‘saudara
anjing babi’, setelah pulang ibadah kita menjadi tunduk =>
‘tolong saya TUHAN’ (siap sedia selalu).
Orang yang
tidak pernah memuji saya adalah istri saya. Kalau dalam kotbah ada
yang aneh sedikit, setelah ibadah istri saya malah berkata =>
‘tadi tertawa-tawa, seperti orang lucu saja, ini tidak lucu’
(ditulis dicatatannya). Saya juga bersyukur, kalau dipuji-puji saya
sekarang tidak akan berada di Tentena, tidak tahu sudah berada di
jurang mana. Istri hamba TUHAN jangan memuji-muji suami, baru turun
ibadah => ‘bapak
hebat’, sebentar lagi => ‘bapak
di jurang’. Biarlah TUHAN sendiri lah yang memuji kita. Kita
harus serius, sebab banyak kesalahan akan hal ini, banyak hamba
TUHAN yang dipakai oleh TUHAN, tetapi istri memuji muji, akhirnya
hancur. Semoga kita dapat
mengerti.
Menghambat
pedang-Nya dari penumpahan darah artinya
- menolak
untuk mendengarkan Firman
pengajaran yang lebih tajam dari pedang bermata dua. Mendengarkan
Firman
pengajaran yang benar tidak mau, kalau mendengarkan yang salah
malah mau.
- mendengarkan
Firman
pengajaran yang benar, tetapi tidak taat dengar-dengaran (tidak
melakukannya).
Seringkali
kita mengajarkan => ‘mari kita setia’ tetapi kita sendiri
tidak setia dan meninggalkan pelayanan, inilah menghambat pedang
dari penumpahan darah. Kalau tidak mau mendengarkan Firman
pengajaran yang benar atau tidak mau taat dengar-dengaran, maka
tidak
mengalami penyucian (tidak ada tanda darah) dan tidak mengalami
pembaharuan.
Kalau tidak disucikan, maka tidak akan mengalami pembaharuan.
Semoga kita dapat
mengerti.
Jadi
mengapa dikutuk? karena tidak setia dan tidak suci. Jika kita
beribadah melayani TUHAN dengan tidak setia dan tidak suci ini
bagaikan ‘carang kering yang terlepas dari Pokok
Anggur
yang benar’. Jika carang terlepas dari pokoknya, ini tidak akan
mungkin berbuah. Hati-hati, carang yang kering ini akan dikumpulkan
di tempat sampah, sebenarnya ini bukan persekutuan, tetapi
persekongkolan. Bapak ibu
yang memiliki pohon-pohon di halaman, kalau ada ranting yang kering
lalu jatuh di tanah, nanti pasti di sapu dan dimasukkan ke
dalam
tong
sampah.
Kalau ranting masih berada di pohon memang kelihatan tidak erat.
Kalau ranting-ranting sudah berada di sampah nampak erat sekali,
tetapi ini untuk dibakar.
Yohanes
15: 6,
Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti
ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan
dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
Kita
jangan terkecoh, dalam persekutuan itu harus ada pokok yang benar
(pengajaran yang benar) dan kehidupan yang setia dan suci. Jika
tidak ada pengajaran yang benar, tidak setia dan tidak suci, itu
merupakan persekongkolan di tempat sampah (yang dibicarakan sampah
semuanya). Cara mendeteksi orang yang kering rohaninya adalah
lidahnya mulai kering (perkataan sia-sia, menggosip berdusta dll).
Contohnya: hanya
membicarakan
orang terus, orang tidak datang dalam ibadah persekutuan semacam
ini, sudah menjadi bahan pembicaraan, sampai menyalahkan
orang.
Persekutuan ini dalam kewajaran bagaikan ‘makan
bersama’, kalau orang kenyang jangan dipaksa untuk makan, nanti
bisa muntah-muntah (maaf). Saya sebagai sekretaris
II, tetapi tidak pernah mengurus => ‘mana yang tidak datang di
Tentena, nanti akan
saya
kirimkan
surat’, jangan seperti itu (malu)! Persekutuan itu bukan
organisasi, melainkan organisme. Semoga kita dapat
mengerti.
Yohanes
15: 3,
Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan
kepadamu.
Ay
3 => ‘bersih’
=> suci.
‘karena
firman yang telah Kukatakan kepadamu’
=> ‘Firman
yang dikatakan YESUS’ = pokok anggur yang benar (Firman
pengajaran).
Apa
yang disucikan?
- Yohanes
13: 10,
11,
10.
Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah
membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih
seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."
11.
Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia
berkata: "Tidak semua kamu bersih."
Ay
10 => ‘hanya
tidak semua’
=> ada satu yang tidak bersih.
Ay 11 => Yudas Iskariot
tidak bersih.
Penyucian pertama: kita
disucikan dari dosanya Yudas.
Yudas ini memiliki
kaki
yang
paling kotor. Sebenarnya pemberita kabar baik, betapa indahnya
tapak kakinya, terlebih lagi tapak kaki pemberita Kabar
Mempelai.
Kaki
kotor artinya:
- Pencuri.
Yudas ini mencuri milik TUHAN (persepuluhan
dan persembahan khusus). Rekan-rekan hamba TUHAN jangan mencuri
milik TUHAN. Kalau kita di GPT (Gereja Pantekosta Tabernakel)
persepuluhan
di
berikan ke
kas pusat. Kalau kita mau mengadakan sesuatu => ‘tidak perlu
memberikan
persepuluhan,
pakai ini saja’ Ini mencuri juga.
Demikian juga sidang
jemaat, jangan mencuri milik TUHAN, persepuluhan
dan persembahan khusus harus
kembalikanlah
kepada TUHAN, bukan kepada pendeta
=> ‘nanti pendetanya
menjadi kaya’.
Saudara jangan sombong, kami sebagai hamba TUHAN tidak hidup dari
sidang jemaat (maaf), tetapi kami hidup dari TUHAN. Ada juga yang
bilang => ‘aduh sedikit, nanti malu’ Kita jangan malu, yang
penting benar. Contohnya: sepersepuluh dari seratus
ribu adalah sepuluh
ribu, kalau sepersepuluh dari seratus
tiga puluh tiga
milyar
sudah
berapa?
‘tidak bisa
dihitung sebab
kalkulatornya mati, pendetanya
kaya’. Termasuk kami sebagai pendeta,
lebih baik digunakan untuk membangun gereja daripada untuk
memberikan
persepuluhan,
ini salah besar! Semoga kita dapat
mengerti.
Coba
bayangkan, kalau ada pencuri yang berkotbah, jemaat mau jadi apa?
mungkin sudah berkotbah
dimana-mana, tetapi menjadi pencuri (berdaun tetapi tidak ada satu
pun
buahnya).
Inilah yang harus disucikan.
- Pendusta.
Saat YESUS berkata => ’siapa yang mencelupkan roti bersama
Aku, dialah itu’ tetapi Yudas menjawab => ‘bukan aku’.
Kalau sudah menjadi pendusta, pasti pendakwa.
- Pendakwa.
Karena Yudas menjawab ‘bukan aku’ ini
berarti
Yudas mendakwa kesebelas
murid yang
lain,
termasuk juga YESUS. Pendusta dan pendakwa ini sudah seperti
setan.
- Pura-pura.
Di taman Getsemani
murid-murid lainnya lari (mungkin juga kaget), tetapi Yudas
mencium YESUS => ‘aku mengasihi’ (menyerahkan hidupnya
kepada TUHAN, sampai rela ditangkap juga bersama TUHAN). Andaikan
saya waktu itu berada di taman Getsemani
dan melihat Yudas => ‘iman dan kasih Yudas luar biasa’.
Kita jangan melihat hamba TUHAN (termasuk saya) dari luarnya saja,
sebab kita dapat
habis-habisan
terkecoh.
Kita jangan melihat orangnya, tetapi lihatlah Firman
pengajaran.
Ada hamba TUHAN yang memberikan uang dsb =>
‘luar biasa’ Ini belum tentu, sebab ia
dapat berpura-pura
baik untuk menutupi dosa dan kesalahannya dalam pelayanan, dalam
nikah.
Kita jangan mengukur yang dari luarnya, ukuran yang paling tepat
adalah pengajarannya dan kita tidak akan tekecoh. Semoga kita
dapat
mengerti.
- Pengkhianat
= Yudas tidak setia sampai meninggalkan
jabatan pelayanan dan diganti dengan Matias. Kalau sudah
digantikan dengan Matias, ini berarti Yudas sudah tidak dipakai
lagi. Mungkin sepertinya dia dipakai, padahal sudah tidak dipakai
lagi oleh TUHAN. Akhirnya Yudas binasa untuk selamanya. Semoga
kita dapat
mengerti.
Dosa-dosa Yudas inilah yang harus disucikan.
- Yesaya
27: 1,
Pada waktu itu TUHAN akan melaksanakan hukuman dengan pedang-Nya
yang keras, besar dan kuat atas Lewiatan, ular yang meluncur, atas
Lewiatan, ular yang melingkar, dan Ia akan membunuh ular naga yang
di laut.
Penyucian
kedua:
pedang
Firman
menyucikan kita dari Lewiatan yang menguasai laut.
Siapakah
Lewiatan yang menguasai lautan? dulu dalam bentuk Lewiatan (ular)
yang menguasai laut. Sekarang dalam Wahyu 17: 15, siapakah yang
menguasai laut (bangsa-bangsa
kafir)?
Wahyu
17: 15,
Lalu ia berkata kepadaku: "Semua air yang telah kaulihat, di
mana wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa dan rakyat
banyak dan kaum dan bahasa.
Ay
15 => ‘di
mana wanita pelacur itu duduk’
=> berkuasa diatas air laut.
‘adalah
bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa’ => Air
laut itulah bangsa
kafir.
Penyucian
terhadap Lewiatan yang menguasai laut = penyucian
terhadap
perempuan
babel yang menguasai bangsa
kafir.
Dosa
babel adalah
- Dosa
makan minum:
merokok, mabuk, narkoba, termasuk juga judi. Mabuk dan judi ini
menjadi satu.
- Dosa
kawin mengawinkan:
dosa seks dengan berbagai ragamnya, penyimpangan seks, nikah yang
salah.
Jika
kita terkena pedang Firman,
sekalipun terasa sakit, kita pasti disucikan.
Dosa-dosa babel
sudah tidak boleh ada lagi. Kalau ada dosa babel, kita tidak akan
berbuah dan menjadi kering.
- 1
Tawarikh 21: 1,
2,
12, 14
1.
Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk
menghitung orang Israel.
2.
Lalu berkatalah Daud kepada Yoab dan kepada para pemuka rakyat:
"Pergilah, hitunglah orang Israel dari Bersyeba sampai Dan,
dan bawalah hasilnya kepadaku, supaya aku tahu jumlah mereka."
12.
tiga tahun kelaparan atau tiga bulan lamanya melarikan diri dari
hadapan lawanmu, sedang pedang musuhmu menyusul engkau, atau tiga
hari pedang TUHAN, yakni penyakit sampar, ada di negeri ini, dan
malaikat TUHAN mendatangkan kemusnahan di seluruh daerah orang
Israel. Maka sekarang, timbanglah jawab apa yang harus kusampaikan
kepada Yang mengutus aku."
14.
Jadi TUHAN mendatangkan penyakit sampar kepada orang Israel, maka
tewaslah dari orang Israel tujuh puluh ribu orang.
Ay
2 => ‘supaya
aku tahu jumlah mereka’
=> inilah kebanggaan atau kesombongan. Kita harus berhati-hati,
sebab ada yang membanggakan gereja besar, mobil, jemaat yang
banyak,
gaji besar dll, Kita jangan berbangga-bangga,
sebab semuanya karena kemurahan TUHAN. Kita boleh kaya (jemaat
didoakan supaya kaya), tetapi tidak boleh bangga dan bergantung
kepada kekayaan. Bangga = bergantung.
Ay 12-14 => kalau
pedang penyucian ditolak, maka akan datang pedang penghukuman
(terkena penyakit sampar).
Penyucian ketiga: penyucian
terhadap kebanggaan (kesombongan).
Kebanggaan
atau kesombongan artinya
mengandalkan segala sesuatu di dunia ini lebih dari pada TUHAN.
Carang
atau ranting itu kecil sekali. Sekalipun seperti ranting, tetapi
kalau kita beribadah melayani TUHAN dengan suci dan setia
berkobar-kobar, maka kita bagaikan ‘ranting yang melekat pada
Pokok
anggur yang benar’ dan ‘cepat atau lambat pasti berbuah manis’.
Yang masih kecil (gaji kecil, jemaat kecil, semuanya kecil) jangan
pesimis, yang penting setia dan suci. Kalau tidak setia, maka carang
sudah lepas dari Pokok
anggur dan berada di tempat sampah. Motto
Lempin-El Kristus Ajaib => ‘lebih baik pengerja yang setia,
daripada gembala yang tidak setia’ biarpun pengerja cuma mengepel,
tetapi dia setia dan suci, maka akan berbuah manis. Semoga kita
dapat
mengerti.
Kalau
sudah berbuah manis, maka kita diakui => ‘Akulah pokok anggur
yang benar, Bapaku lah pemeliharanya’ artinya
kita berada didalam tanggung jawab TUHAN. Urusan kita adalah suci
setia, berbuah manis dan bahagia, sedangkan urusan makan minum
(urusan pemeliharaan), urusan masa depan dan semuanya menjadi
urusan TUHAN. Namanya sebagai hamba TUHAN, berarti TUHAN lah yang
memberi gaji (TUHAN yang memberikan semuanya). Semoga kita dapat
mengerti.
Maafkan,
saya tidak setuju, kalau ada yang mengatakan
=> ‘ini tulang punggung gereja kami’ Jangan-jangan nanti
malah bungkuk dan ini terlalu merendahkan TUHAN. Yang menjadi tiang
penopang hanyalah YESUS, bukan jemaat yang kaya dsb. Semoga kita
dapat
mengerti.
‘buah
manis’ ini dimakan = makan buah. Manusia tidak makan daging dsb,
tetapi makan buah saja, dimana manusia makan buah? di taman
Eden (dalam suasana firdaus). Mau makan buah? kita jangan marah
kalau ada orang yang memberikan
persepuluhan
dalam
bentuk jagung,
ubi (buah-buah). Seharusnya kita merasa
senang kalau ada buah, sebab di taman Eden tidak ada uang. Kita
menjadi hamba TUHAN seringkali terlalu melankolis, nanti ada orang
yang kirim ubi => ‘kok ubi’, lalu ada yang kirim uang =>
‘kok uang kecil’ Ini macam-macam. Biarlah kita bergantung hanya
kepada TUHAN. Semoga kita berbuah dan memuaskan TUHAN, sehingga kita
bersuasana firadaus.
- Pembaharuan
karakter.
Pembaharuan
karakter, kita belajar pada pohon ara yang sudah melembut dan sudah
berbuah.
Inilah pelajaran yang terakhir, tinggal kita mau atau tidak!
Markus
13: 28,
Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila
ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa
musim panas sudah dekat.
Pohon
ara di taman Eden itu pada zaman ALLAH
Bapa (2000 tahun), pohon ara di pinggir jalan itu pada zaman Anak
ALLAH
atau zaman TUHAN YESUS (2000 tahun), pohon ara yang sudah melembut
itu pada zaman akhir (2000 tahun). Sekarang kita berada di tahun
2014, ini merupakan ‘injury time’ (masa perpanjangan waktu dari
TUHAN) = waktu Nya sudah dekat.
Belajar
pada pohon ara yang sudah melembut dan sudah berbuah
= kesempatan
terakhir di akhir zaman, mau tidak mau kita harus melembut dan
jangan keras.
Kalau keras, maka akan kering dan telanjang.
Sekarang
ini,
siapa tahu kita dapat
melembut. Kalau nikah bagaikan terkutuk di neraka, kalau ibadah
sudah kering, semuanya sudah kering, maka kita harus melembut. Kita
harus melembut
= berubah (mengalami pembaharuan karakter).
Contohnya adalah
Ayub. Ayub ini merupakan kehidupan yang keras, sudah hancur-hancuran
masih memakai kebenaran sendiri (masih daun pohon ara).
Ayub
32: 1,
2,
1.
Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub,
karena ia menganggap dirinya benar.
2.
Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia
marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari
pada Allah,
Ayub
memakai cawat daun pohon ara artinya
memakai kebenaran sendiri bagaikan ranting yang keras, merasa lebih
benar dari orang lain, merasa lebih benar dari TUHAN (pengajaran
yang benar), sampai berani menyalahkan pengajaran yang benar.
Hati-hati, saat dalam penderitaan,
ranting dapat
menjadi
keras seperti Ayub. Kita jangan menyentuh orang yang menderita, kita
mau menolong, dia malah marah-marah. Sebaliknya, saat diberkati,
ranting
juga dapat
menjadi
keras
seperti Adam dan Hawa (mempertahankan daun ara atau kebenaran
sendiri).
Sebenarnya kita diubahkan cukup lewat Firman
yang keras. Kalau tidak mau lewat Firman,
maka TUHAN ijinkan lewat ujian habis-habisan seperti Ayub
(ini karena TUHAN masih baik). Tujuannya adalah supaya kita dapat
melembut. Kalau tidak melembut, kita akan hancur dan binasa.
Ayub
42: 5,
6,
5.
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi
sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
6.
Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku
duduk dalam debu dan abu."
Ay
6 => ‘Oleh
sebab itu aku mencabut perkataanku’
=> Ayub terlalu banyak mengomel dan membenarkan diri
sendiri.
‘dengan
menyesal aku duduk dalam debu dan abu’
=> ini melembut.
Akhirnya Ayub melembut = mengaku hanya debu
tanah liat. Sekarang
ini
saya dan saudara juga harus melembut seperti Ayub.
Debu
tanah liat artinya
- merasa
tidak layak.
- mengaku
banyak kekurangan dan kelemahan terutama perkataan => ‘aku
mencabut perkataanku’.
Kalau kita sudah terlanjur berkata-kata (fitnah, gosip dll) tentang
hamba TUHAN lainnya, jemaat, maka ini harus dicabut (diakui). Bapak
pdt
Totaijs
memberikan contoh => ‘‘ambil bantal yang terbuat dari kapuk,
bawa ke lantai tujuh, lalu robek bantalnya dengan pisau, sebarkan
kapuknya lewat jendela, lalu turunlah untuk memilih dan memasukkan
kapuk dalam bantal itu
lagi’’.
Seperti itulah orang yang mencabut perkataannya yang salah. Betapa
sulitnya kalau melakukan ini, sebab itu jangan main-main dengan
perkataan. Kalau kita sudah terlanjur berkata-kata yang salah
kepada orang lain, kita harus minta ampun kepada orang tersebut
(lewat telepon
dll).
- mengakui
kegagalan, jangan malah menyalahkan orang => ‘itu pencuri
domba’. Ini kasihan, gembala yang benar dan baik dikatakan
sebagai pencuri domba, lalu dirinya sendiri apa? rajanya pencuri
domba. Pohon ara dalam kegagalan hampir
enam ribu
tahun. Saudara dan saya gagal sudah berapa tahun? Kalau yang
enam
ribu
tahun
saja
masih
dapat
ditolong TUHAN, apalagi kita yang gagal sepuluh
tahun. Bagi
rekan
hamba TUHAN yang masih muda => ‘saya merintis selama 5-6
tahun, tetapi masih 1 jiwa’ Kita pasti ditolong asalkan melembut.
Kegagalan dalam rumah tangga, dalam hal apa saja sekalipun sudah
bertahun-tahun, pasti ditolong oleh TUHAN, sebab kuasa TUHAN itu
tetap. Sekarang
ini
tidak ada yang berputus asa, asalkan mengaku (‘duduk dalam
debu’).
- merasa
tidak mampu
=
tidak dapat
berbuat
apa-apa,
tidak berdaya apa-apa.
- merasa
tidak berharga (‘hanya untuk diinjak-injak’). Mau merasa hebat
seperti apapun, debu tanah liat hanya untuk diinjak-injak.
Misalnya: sudah terhormat menjadi genting
dari
rumah bapak
bupati
atau presiden,
kalau bocor akan diinjak-injak lagi oleh orang.
Seringkali
kita menginjak-injak harga diri orang lain => ‘pendeta
itu seperti ini dsbnya’.
Jika saat diinjak, dan
kita
melawan =
ular. Jika tanah liat diinjak, maka semakin kebawah (diam). Kalau
terjadi sesuatu, seringkali saya tidak tahan (sekalipun sudah
diingatkan istri) => ‘mana orangnya’?
biar siapapun saya hadapi, saya tidak takut, aku tidak berbuat
seperti itu’. Akhirnya orangnya sampai malu dan terjadi
pertengkaran. Saya dulu banyak melawan, tetapi sekarang saya belajar
untuk diam => ‘sudah dibicarakan
apa
saja,
biar saja’. Kita harus belajar menjadi tanah liat, supaya tidak
gagal dan tidak terus
menjadi keras.
Saya
juga pernah mengeluh kepada istri => ‘saya ini pendeta
atau penjahat, sebab
sampai sejauh itu gosipnya?’.
Tidak apa-apa, tanah lihat harus rela untuk diinjak-injak.
Pesan
dari bpk
pdt
Pong Dongalemba, beliau
asli dari Poso => ‘kalau
kita mau menolong orang, maka harus rela digantung’
(bukan untuk diberikan pujian dll). Yang sering terjadi, saya
menolong orang, lalu saya digantung. Contohnya: YESUS untuk menolong
kita, Dia harus digantung di kayu salib. Ini terutama menolong kaum
muda
dalam jodoh dan pernikahan, saya menasehati, bahkan
digosipkan kemana-mana.
Kalau
sudah mengaku tidak layak, tidak berharga, mengaku banyak kegagalan
dsb, maka kita dapat
menyerah sepenuhnya kepada TUHAN (‘hanya memandang TUHAN’). Jika
tanah sudah menyerah sepenuhnya, maka
berada di
dam
Tangan
Sang Pencipta.
Ingat tentang penciptaan,
kalau sudah menjadi tanah liat, baru dapat
berada di
dalam
Tangan
TUHAN. Kalau menjadi emas dll, tidak berada di
dalam
Tangan
TUHAN. Kalau sudah didalam Tangan
TUHAN, apa yang TUHAN lakukan? Dia membentuk kita dan Dia
menghembusi kita dengan Roh Kudus.
Kejadian
2: 7,
ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan
menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia
itu menjadi makhluk yang hidup.
Ay
7 => ‘nafas
hidup’
=> Roh Kudus.
Tanpa Roh Kudus kita ini bagaikan tanah liat
yang tidak dapat
berbuat
apa-apa. Sebaliknya, kalau kita mengaku tanah liat, TUHAN akan
memungut
kita dimanapun juga => ‘’mungkin tanah liat sudah di selokan,
TUHAN akan mengambil
itu’’ dan TUHAN akan hembusi kita kembali.
Kalau
kita mengaku tanah liat, hasilnya adalah
- Hasil
pertama:
Roh
Kudus dihembuskan, sehingga kita menjadi makhluk hidup,
artinya:
- Roh
Kudus mampu memberikan atau memelihara kehidupan jasmani kita
ditengah kesulitan, kemustahilan. Roh Kudus itu adalah Roh TUHAN.
Kalau Roh TUHAN ada didalam diri kita, mana
mungkin
kita tidak dapat
hidup? Kita pasti dapat
hidup.
Sesulit
apapun pekerjaan, toko, ladang kita dll, kalau Roh Kudus sudah
dihembuskan, maka Dia mampu memelihara kehidupan jasmani kita
secara ajaib.
- Roh
Kudus mampu memberikan atau memelihara kehidupan rohani kita,
supaya tanah liat jangan berbuat dosa lagi, jangan keras lagi,
melainkan tanah liat dapat
hidup benar dan suci.
- Karena
hembusan nafas TUHAN, Ayub dipulihkan dua kali lipat, artinya
Roh Kudus mampu memulihkan kehidupan yang sudah hancur (gagal) dua
kali lipat = yang hancur (gagal) menjadi baik (berhasil) secara
double yaitu:
- secara
jasmani:
perdagangan, nikah dll akan dipulihkan oleh Roh Kudus.
- secara
rohani:
pelayanan akan dipulihkan oleh Roh Kudus.
- Roh
Kudus tidak cukup hanya dihembuskan di dalam
kitab
Kejadian saja. Waktu YESUS sudah mati, lalu bangkit tetapi
murid-murid tidak mengetahui,
mereka ketakutan mengunci pintu-pintu bagaikan tanah liat yang
lemah, tak berdaya. Tiba-tiba
YESUS masuk dan berkata => ‘damai sejahtera’ dan Dia
menghembusi mereka dengan Roh Kudus.
Yohanes
20: 21,
22,
21.
Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama
seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus
kamu."
22.
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata:
"Terimalah Roh Kudus.
Hasil
kedua: TUHAN
menghembusi kita dengan Roh Kudus untuk diutus oleh TUHAN.
Kita
jangan puas kalau sudah dibenarkan, disucikan, diberkati,
dipelihara, dipulihkan, tetapi TUHAN juga mau mengutus kita. Kita
jangan egois! Jadi TUHAN menghembusi kita dengan Roh Kudus sebanyak
dua kali: hembusan pertama
untuk berkat dan pemulihan, sedangkan
hembusan
kedua
untuk pengutusan.
Saat TUHAN
menghembusi murid-murid dengan Roh Kudus, murid-murid mengalami
damai sejahtera dan tidak ada ketakutan lagi. Sekarang
ini mungkin ada kekuatiran, ketakutan,
tetapi kalau
Roh Kudus sudah dihembuskan, kita semuanya akan mengalami damai
sejahtera. Damai sejahtera artinya
tidak merasa apa-apa lagi yang daging rasakan.
Contohnya:
- Kita
merasakan sedih dalam hal apa saja (saat ditinggal oleh orang yang
dikasihi dll), kalau sudah dihembusi oleh Roh Kudus, kita tidak
merasakan sedih lagi (merasa damai).
- Kita
merasakan pahit (pahit karena sudah ditipu suami dll), kalau sudah
dihembusi Roh Kudus, kita tidak merasakan
pahit lagi (merasa damai).
Kalau
sudah merasa damai
sejahtera, kita hanya merasa => ’aku mengasihi TUHAN’
(tidak merasa sedih, susah, najis). Orang semacam inilah yang akan
diutus oleh TUHAN bagaikan ‘angin yang membawa kesejukan (damai
sejahtera) kemanapun dia diutus oleh TUHAN’. Banyak
tempat-tempat yang panas, pengap (secara rohani) dan membutuhkan
angin yang segar. Jadi kalau kita sudah damai sejahtera, kita
dapat
diutus oleh TUHAN untuk membawa angin segar, membawa bau harum
YESUS:
- lewat
Kabar
Baik
untuk kehidupan yang belum percaya YESUS.
- lewat
Kabar
Mempelai
untuk kehidupan yang sudah percaya YESUS.
Sekali-
pun pintu sudah dikunci, kalau kita
bagaikan angin, maka akan tetap dapat
masuk.
- Roh
Kudus bukan hanya dihembuskan saja, kalau hanya
dihembuskan, kita masih tidak kuat. Contohnya:
- Yohanes
20 => Petrus sudah diutus untuk menjadi penjala manusia (sudah
dihembusi).
- Yohanes
21 => akhirnya Petrus kembali menjadi penjala ikan (‘aku
mau menangkap ikan’).
Dulu
waktu YESUS masih hidup,
lima
roti untuk lima ribu
orang, saat YESUS mati => ‘masakan
mau menangkap manusia?’ Akhirnya Petrus kembali menangkap ikan
untuk dimakan dsb. Ini pikiran logis tetapi salah. Jadi manusia
tanah liat kalau hanya
dihembusi, masih tidak mampu. Petrus sudah meninggalkan pelayanan
(hamba TUHAN senior yang hebat), lebih celakanya lagi murid lainnya
(hamba TUHAN muda) mengikuti Petrus sekalipun sudah tahu itu salah,
akhirnya semuanya mengalami
kegagalan.
Kalau tidak ada patokan Firman
yang benar (tidak ada Pokoknya),
pasti ikut-ikutan. Hati-hati, hamba TUHAN yang muda dapat
diberikan
uang, supaya dapat
mengikuti
hamba TUHAN yang senior.
Hasil ketiga: Roh Kudus bukan hanya
dihembuskan, tetapi ditiupkan dengan keras di loteng Yerusalem
(‘seperti
tiupan angin keras’)
= Roh Kudus
dicurahkan dengan deras.
Kisah
Para Rasul 2: 1-3,
1.
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu
tempat.
2.
Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin
keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
3.
dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang
bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
Ay
2 => ‘seperti
tiupan angin keras’
=> Kalau hanya
dihembuskan masih tidak kuat, dalam pengutusan banyak yang tidak
kuat, dalam pelayanan banyak yang gugur seperti Petrus (Petrus juga
pernah menyangkal YESUS), banyak yang ikut-ikutan. Sekarang
ini
supaya tidak ikut-ikutan,
maka
Roh
Kudus ditiup dengan kuat.
Roh
Kudus ditiup dengan keras oleh TUHAN di loteng Yerusalem (kegerakan
Roh Kudus hujan awal), sehingga Petrus dan murid lainnya dipenuhi
oleh Roh Kudus dan mereka
dapat berbahasa Roh seperti yang
diajarkan oleh Roh. Dalam ibadah
waktu yang lalu sudah saya terangkan,
Roh Kudus bagaikan api yang membersihkan perut, kalau sudah bersih,
lalu akan menuju ke lidah.
Kisah
rasul
2: 4,
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai
berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh
Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Bahasa
Roh itu bukan seperti yang diajarkan oleh manusia (dengan menirukan
orang lain). Kalau diajarkan oleh manusia ini salah dan palsu. Dulu
kalau mau diurapi, memang membuat minyak urapan, sekarang tidak
perlu
membuat minyak urapan lagi, tetapi langsung dari TUHAN (Pembaptis
Roh dari surga). Kita jangan ditipu dengan membeli minyak urapan.
Saya senang sekali kalau tidak perlu
berpuasa
dsb, dengan membeli minyak urapan, sudah diurapi, ini
tidak bisa! Yang benar, minyak urapan
langsung ditiupkan dari surga. Setelah murid-murid ditiup oleh
TUHAN, murid-murid menjadi
kuat, melayani TUHAN sampai garis akhir
(mati), sampai namanya tertulis di Yerusalem Baru.
Dalam
kegerakan Roh Kudus hujan akhir (kegerakan dalam Firman
pengajaran), maka TUHAN berjanji akan meniupkan Roh Nya dengan
keras secara double di akhir zaman ini, supaya kita tahan
dan dapat melayani TUHAN dengan
sepenuhnya sampai garis akhir (sampai meninggal dunia atau sampai
dengan kedatangan TUHAN). Jika YESUS datang kembali ke dua kali,
kita terangkat di awan-awan permai dan kita bersama dengan Dia di
Yerusalem Baru.
Dimanapun
tanah liat berada, yang
penting kita mengaku tidak layak, mengaku dalam kegagalan, banyak
kesalahan, tidak ada artinya. Biarlah tanah liat dipegang oleh Tangan
TUHAN, sehingga
(1)mulai dihembusi (dipulihkan
semuanya),
(2)dihembusi lagi (dipakai oleh TUHAN),
(3)ditiup: kita bergerak dalam kegerakan hujan
akhir dan tidak akan berhenti ditengah jalan, sampai garis akhir.
Sampai dengan TUHAN YESUS datang kembali, terjadi mujizat yang
terakhir, yaitu kita diubahkan seperti Dia dan terangkat di awan-awan
permai.
Saya
percaya mujizat jasmani juga terjadi. Kalau saudara cek di kebaktian
pertama dalam Keluaran 14, waktu Musa menghadapi Laut Kolsom di
depan, di belakang Firaun, dikiri-kanan tidak bisa lagi (seperti
tanah liat), TUHAN ber Firman kepada Musa
=> ‘ulurkanlah tanganmu’, maka
tiupan angin keras
membelah lautan. Inilah gambaran Roh Kudus di akhir zaman ini.
Perjalanan
Musa ke Kanaan, itu bagaikan ‘perjalanan kita dalam kegerakan hujan
akhir’, kita akan menghadapi seperti yang dialami oleh Musa,
mungkin sulit dalam ekonomi dsb, tetapi tiupan angin keras mampu
mengadakan mujizat untuk menolong kita. Sampai kita di awan-awan dan
sampai di Yerusalem Baru bersama dengan
Dia. Ayub dan murid-murid YESUS sudah hebat, tetapi tanpa Roh Kudus
mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Lalu
siapa kita bangsa kafir?
Itu sebabnya kita membutuhkan Roh
Kudus.
TUHAN memberkati.1