Simpang Borobudur no 27 Malang
0341-496949

Pdt. Jusak Widjaja Hendra - Tentena-Poso

Kita kembali pada tema Markus 13: 29b.
Markus 13: 29b, Demikian juga, jika kamu lihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.

Sekarang ini kita masih membahas tentang ‘waktunya sudah dekat’. Mohon maaf tentang ‘waktunya sudah di ambang pintu’ belum bisa disampaikan, mungkin lain waktu akan disampaikan, sebab ada pengertian yang lain tentang ‘waktunya sudah di ambang pintu’ (kalau hamba TUHAN berdoa akan dibukakan juga oleh TUHAN). waktunya sudah dekat’ artinya waktu kedatangan YESUS ke dua kali dalam kemuliaan sebagai Raja segala raja (Kepala), Mempelai Pria Surga di awan-awan permai sudah dekat (sudah tidak lama lagi), untuk mengangkat sidang jemaat yang sempurna (Tubuh Kristus yang sempurna atau Mempelai Wanita Surga) ke awan yang permai, sehingga kita bertemu dengan YESUS dan masuk:

  • Masuk perjamuan kawin anak domba = nikah yang rohani (Wahyu 19: 9).
  • Sesudah itu, masuk kerajaan seribu tahun damai = firdaus yang akan datang (Wahyu 20). Dulu manusia diciptakan dalam nikah yang mulia di firdaus, nanti kita akan kembali ke firdaus lagi.’


  • Sesudah itu, masuk Yerusalem baru = kerajaan surga yang kekal untuk selama-lamanya (Wahyu 21-22).

Kita harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam waktu yang sudah dekat atau waktu yang singkat agar dapat menyambut kedatangan YESUS ke dua kali di awan-awan yang permai, sehingga kita dapat masuk perjamuan kawin Anak Domba, kerajaan seribu tahun sampai masuk kerajaan surga yang kekal. Waspada, kalau kita tidak dapat menyambut kedatangan YESUS ke dua kali (tidak bisa terangkat ke awan-awan permai dan ketinggalan saat kedatangan YESUS), itu berarti semuanya sia-sia, penderitaan dan kebinasaan untuk selama-lamanya. Kita harus serius, sebab akhir pengikutan kita kepada TUHAN harus sampai kita dapat terangakat di awan-awan permai.

Dalam ibadah sebelumnya kita sudah pelajari, apa yang harus dipersiapkan dalam ‘waktu yang sudah dekat’ ini?

  • Membaca, mendengar dan menuruti Firman nubuat.
  • Menjaga perasaan supaya tidak ada kekuatiran lagi.
  • Menjaga supaya perhatian kita hanya tertuju kepada (1)kemurahan TUHAN dan (2)kepada pelayanan. Kita harus melayani dengan sepenuhnya (ini sudah dipelajari).

Sekarang ini kita pelajari dalam Markus 13: 28 Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.

Ay 28 => ‘bahwa musim panas sudah dekat’ => musim berbuah.

Jadi dalam Markus 13: 28, bagaimana kita menggunakan waktu ‘dalam waktu yang sudah dekat’ ini? Kita belajar kepada pohon ara yang sudah melembut rantingnya dan sudah berbuah, artinya kita harus mengalami pembaharuan atau keubahan hidup. Ini bagaikan pohon ara yang berbuah. Berbuah = berubah (dari ranting yang keras bisa menjadi lembut supaya muncul buah-buah). Kita berlomba dengan waktu kedatangan YESUS yang sudah singkat, kita harus cepat berubah dan jangan menunda waktu. Sebenarnya ini pelajaran gampang (orang pandai dan tidak pandai dapat mengerti semuanya), kita hanya belajar kepada pohon ara atau pohon-pohon yang lainnya, kalau rantingnya sudah melembut dan bertunas, maka kita juga dapat berbunga dan berbuah.

Apa yang harus dibaharui?
Kalau kita belajar pada pohon ara, ada tiga macam pembaharuan:

  1. Pembaharuan nikah.
    Pembaharuan dalam nikah, kita belajar pada pohon ara di taman Eden. Saya kira semuanya sudah mengerti dari sekolah Minggu. Pelajaran apa yang bisa diambil dari pohon ara di taman Eden? Daun pohon ara dipakai untuk menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa. Sewaktu di taman Eden pohon ara tidak disebutkan tentang buahnya (tidak ada buahnya), tetapi masih sampai berdaun, ini berarti masih keras dan harus di berubah. Bagaimana kisahnya Adam dan Hawa menutupi ketelanjangannya dengan daun pohon ara?

    Kejadian 2: 23-25,
    23. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
    24. Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
    25. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.

    TUHAN menciptakan manusia yang mulia ‘telanjang tetapi tidak merasa malu’, sebab ada pakaian kemuliaan. TUHAN juga menciptakan nikah antara Adam dan Hawa, yaitu nikah yang mulia. Tanda nikah yang mulia:


    • ‘telanjang tetapi tidak merasa malu’, ini berarti tidak pernah dipermalukan.
    • ada kesatuan dalam nikah (‘keduanya menjadi satu daging’): tidak ada perceraian (cerai berai), tidak ada pertengkaran, tidak ada percekcokan, tidak ada pisah ranjang dsb.


    • bersuasana firdaus (‘diletakkan di taman Eden’) = suasana bahagia.


    Inilah nikah mula-mula yang diciptakan oleh TUHAN. Kita jangan meniru seperti nikah yang di dunia, misalnya: kalau ada permasalahan malah berpisah => Jangan, sebab itu bukanlah penyelesaian. Penyelesaian permasalahan dalam nikah adalah kalau nikah menjadi satu.

    Tetapi sayang, Adam dan Hawa berbuat dosa, sehingga mereka telanjang = nikahnya ditelanjangi oleh setan. Dulu setelah Adam dan Hawa berbuat dosa, mereka ‘telanjang dan merasa takut dan malu’ (‘saat TUHAN datang mereka lari’). Ini dikarenakan mereka kehilangan pakaian kemuliaan. Lebih celaka lagi, kehidupan manusia (termasuk hamba TUHAN, pelayan TUHAN) yang nikahnya dirusak oleh setan, sampai jatuh bangun seperti anjing babi = jatuh bangun dalam dosa sampai puncaknya dosa. Puncaknya dosa:


    • dosa makan minum: merokok, mabuk, narkoba.
    • dosa kawin mengawinkan: dosa seks dengan berbagai ragamnya, kawin cerai dsb.


    Setelah jatuh bangun dalam dosa sampai puncaknya dosa, manusia sekarang di akhir zaman menjadi ‘telanjang tetapi tidak tahu malu’. Ini yang gawat! ‘telanjang dan tidak tahu malu’ ini seperti (maaf) anjing dan babi. Biarpun ada bapak bupati yang datang, anjing tidak malu untuk naik ke podium. Saya juga diperiksa, pelayan TUHAN (pemain musik, zangkoor), hamba-hamba TUHAN jangan seperti anjing, mengatakan => ‘saudara dahsyat, luar biasa, tetapi sebenarnya anjing yang telanjang dan tidak tahu malu’. Kalau dulu Adam-Hawa ‘telanjang dan malu’, manusia sekarang ‘telanjang tetapi tidak tahu malu’ inilah kerusakan yang sangat dahsyat.

    Karena ‘telanjang dan malu’, maka Adam dan Hawa berusaha menutupi ketelanjangannya dengan daun pohon ara.
    Kejadian 3: 7, Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

    Apa arti dari daun pohon ara yang digunakan menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa? Yesaya 64: 6, Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.

    Ay 6 => ‘kesalehan’ => kebenaran ( dalam bahasa Inggris adalah kesalehan).

    Daun pohon ara artinya kebenaran tetapi kotor = kebenaran tetapi dosa = kebenaran diri sendiri. Kebenaran diri sendiri adalah kebenaran di luar Firman ALLAH yang menghancurkan nikah. Kalau memakai baju dari daun, saat terkena panas dan dingin akan hancur dan kembali menjadi telanjang. Kebenaran sendiri itu hanya untuk menutup-nutupi, tetapi pada akhirnya akan terbuka juga. Biarpun seribu orang (pakar-pakar agama) berkata ‘tidak mengapa’, tetapi kalau Firman TUHAN mengatakan ‘tidak boleh’, kita harus tetap mengikuti Firman. Kebenaran dari TUHAN itulah Firman, diluar itu hanyalah kebenaran diri sendiri. Sekalipun kita hanya seorang diri (sendiri), tetapi kalau memakai kebenaran di alkitab, itulah kebenaran dari TUHAN. Semoga kita dapat mengerti.

    Banyak nikah-nikah yang hancur, karena memakai kebenaran sendiri (‘memakai cawat dari daun pohon ara’).

    Praktek kebenaran sendiri adalah


    • Kejadian 3: 6, 7,
      6. Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
      7. Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

      Saat ular datang kepada Hawa dan menyuruh Hawa memakan buah yang dilarang oleh TUHAN, semestinya Hawa merundingkan hal itu dengan suaminya (kepala), tetapi Hawa langsung yang menentukan.

      Praktik pertama (kebenaran sendiri dalam nikah): susunan atau struktur nikah yang salah, yaitu istri menjadi kepala dari suami. Semoga kita dapat mengerti.

      Kalau istri menjadi kepala dari suami, ini bagaikan ‘memberikan buah terlarang kepada suami’ dan menelanjangi nikah.

      Istri menjadi kepala artinya:


      1. istri yang mengambil keputusan didalam rumah tangga. Seharusnya kepala inilah yang memutuskan segala sesuatu.
      2. istri memberi perintah dan mengajar laki-laki. Hati-hati juga didalam ibadah, susunan tidak boleh salah. Misalnya: karena istrinya lebih pintar, lebih kaya dsb, maka istri dapat mengambil keputusan dalam rumah tangga, memerintah dan mengajar laki-laki, mungkin ini bisa diterima oleh manusia, tetapi kalau kebenaran Firman, ini tetap salah. Suami harus menjadi kepala dari istri, ini jangan dibalik!


      1 Korintus 11: 2, 3,
      2. Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan kepadamu.
      3. Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.

      Ay 2 => ini kehidupan yang sudah berpegang teguh dalam Firman pengajaran yang benar, ini seperti ‘tujuh perempuan memegang satu laki-laki’ (sudah diterangkan dalam ibadah sebelumnya). Hati-hati, kalau sudah berpegang teguh dalam pengajaran, tetapi soal nikah masih sering salah. Susunan atau struktur nikah yang benar adalah Kristus => suami (laki-laki) => istri (perempuan) = Kristus sebagai Kepala atas suami dan suami sebagai kepala atas istri. Kalau istri yang menjadi kepala atas suami, maka Kristus tidak menjadi Kepala dalam rumah tangga dan yang menjadi kepala adalah ular. Demikian juga didalam ibadah, hati-hati jangan ada wanita yang memerintah dan mengajar laki-laki. Kalau ular menjadi kepala dalam rumah tangga, berarti nikah itu ditandai dengan ketelanjangan (nikah menjadi gelap): ada dusta (ada yang ditutup-tutupi, disembunyikan). Ular itu pendusta, ada kebencian dsb.


    • Kejadian 3: 11-13,
      11. Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?"
      12. Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
      13. Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."

      Ay 12 => semestinya jawabannya ‘Ya TUHAN, saya memakannya, ampunilah saya’, tetapi jawabannya lain (inilah daun pohon ara).
      Perempuan yang Kautempatkan di sisiku’ => menyalahkan TUHAN (‘Kau’) dan menyalahkan perempuan.

      Ay 13 => “Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan" => semestinya perempuan mengaku kalau ia juga salah, tetapi malah menyalahkan ular (menyalahkan setan).

      Manusia merasa ‘dia sendirilah yang benar’, sedangkan orang lainlah yang salah, TUHAN salah, pengajaran yang benar disalahkan, setan juga disalahkan. Inilah kebenaran sendiri.

      Praktik kedua: menutupi dosa-dosa dengan cara:


      1. menyalahkan orang lain. Misalnya: menyalahkan hamba TUHAN lain, suami, istri. Banyak sekarang, suami sudah berselingkuh, malah menyalahkan istrinya => ‘gara-gara istri tidak perhatian dsb’. Dia sendiri (hamba TUHAN) tidak bergumul, tidak memberi makan jemaat, kalau ada jemaat pindah ke gereja lain, malah menyalahkan hamba TUHAN lainnya => ‘itu pencuri domba’. Orang semacam ini tidak akan maju, karena hanya menutupi dosa dan sebentar lagi akan telanjang, berapa lama daun itu dapat bertahan?


      2. bahkan menyalahkan TUHAN = pengajaran yang benar disalahkan (wahyu dari TUHAN disalahkan). Sebenarnya bukan TUHAN yang salah, melainkan orangnya lah yang salah. Semoga kita dapat mengerti.


      3. sampai yang terakhir, menyalahkan setan. Kalau sudah menyalahkan setan, maka tidak akan dapat bertobat lagi (sebab sudah menjadi sama seperti setan). Sedikit-sedikit menyalahkan setan. Mengapa kamu mencuri, berbuat seperti ini? setan itu kurang ajar, setan itu begini dsbnya. Kita jangan mengoper-oper dosa, tetapi dosa harus diselesaikan. Semoga kita dapat mengerti.


    Kejadian 3: 17-19,
    17. Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:
    18. semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;
    19. dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."

    Ay 19 => ‘sampai engkau kembali lagi menjadi tanah’ => tanah kembali ke tanah, ini berarti tidak berubah.
    Akibat dari kebenaran sendiri adalah suasana firdaus menjadi suasana kutukan, yaitu


    • secara jasmani: letih lesu, beban berat, air mata, susah payah, kepedihan, kepahitan,
    • secara rohani: sampai debu kembali menjadi debu.


    Kejadian 3: 14, Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.

    Debu adalah makanan ular. Jadi debu kembali menjadi debu artinya manusia darah daging yang tidak pernah berubah hidupnya (tetap mempertahankan dosa dengan menyalahkan orang lain, mempertahankan susunan nikah yang salah). Inilah manusia darah daging yang menjadi makanan ular (setan) sehingga akan binasa untuk selamanya.

    Maaf, kurang ajarnya setan itu menggoda manusia => ‘Firman dibolak-balik dll’, setelah manusia jatuh, mau dimakan sampai habis. Jangan main-main dengan dosa dan ajaran palsu. Jangan merasa kuat seperti Salomo. Salomo yang sudah hebat, terkena ajaran palsu dari istrinya, akhirnya jatuh (‘filternya bocor’). Kalau Salomo yang hebat saja bisa jatuh, apalagi saya? sebab itu saya tidak mau kalau ada ajaran yang berbeda. Ini bukan karena saya merasa hebat, tetapi saya merasa tidak mampu dan takut. Kalau ada yang mau mendengarkan ajaran palsu, itu berarti lebih hebat dari Salomo. Semoga kita dapat mengerti.

    Sekarang ini, nikah yang salah sekarang harus diperbaharui dengan belajar dari pohon ara di taman Eden.

    Pembaharuan nikah:


    • susunan atau struktur nikah yang benar:


      1. suami menjadi kepala dari istri, artinya suami yang bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupan jasmani dan rohani dari istri dan anak-anak. Aliran semuanya berasal dari kepala:


        1. sebagai aliran jasmani: sekalipun gaji istri lebih besar dari suami, suami tetap yang bertanggung jawab. Inilah nikah yang sehat.
        2. sebagai aliran yang rohani: kalau mau beribadah, kepala terlebih dahulu yang mengajak, jangan malah istrinya yang mengajak. Kalau istrinya yang mengajak terlebih dulu, kepala akan menjadi ekor ular. Semoga kita dapat mengerti.

          Suami itu kepala, Istri itu tubuh, anak-anak itu anggota tubuh. Misalnya:


          • Kalau mau makan pasti lewat kepala terlebih dahulu. Kecuali, kalau nikah yang sakit (suami tidak bertanggung jawab), makannya lewat tangan dahulu (‘cairan infus’).


          • Anggota tubuh ini untuk meringankan beban orang tua (bukan menjadi beban). Kalau kita mau minum kesana, kaki pasti berjalan dan tangan untuk mengambil minum. Anak hamba TUHAN meringankan pelayanan orang tua, membantu dengan berdoa dan berpuasa.


        3. suami yang memutuskan segala sesuatu didalam rumah tangga. istri boleh berembuk dengan memberikan masukan-masukan, tetapi yang memutuskan adalah suami.


      Kalau suami menjadi kepala dari istri, maka Kristus menjadi kepala atas rumah tangga, sehingga rumah tangga kita menjadi terang dan Kristus bertanggung jawab penuh atas nikah rumah tangga kita. Mari kita berdoa supaya terjadi pembaharuan nikah saat ini.


    • dimana antara suami istri (termasuk anak-anak) bisa saling mengaku dan saling mengampuni (dikaitkan dengan kebenaran sendiri, menutupi dosa dengan saling menyalahkan).
      Yang salah, mengaku dengan ikhlas (minta ampun kepada TUHAN dan kepada suami atau istri), jika diampuni jangan berbuat dosa lagi. Yang benar, mengampuni dengan ikhlas dan melupakannya, jangan malah mengungkit-ungkit kesalahan. Jika diungkit-ungkit, maka nikah itu akan hancur dan terus menjadi telanjang.

      Kalau sudah bisa saling mengaku dan saling mengampuni, maka darah YESUS (salib Kristus) menyelesaikan dosa-dosa, sehingga:


      1. rumah tangga menjadi damai sejahtera, semuanya enak dan ringan. Yang membuat berat bukanlah karena kurang duit, sakit. Sekalipun ada yang sakit, tetapi kalau suami istri menjadi satu => ‘sabar bu, kita harus kuat’, maka tidak akan berat. Kalau ada dosa, biarpun saling tertawa itu berat.


      2. nikah menjadi satu (terjadi kesatuan dalam nikah). Tadi dalam Kejadian 2 dituliskan, nikah di taman Eden itu ‘keduanya menjadi satu daging’, sayangnya nikah sudah ditelanjangi dan tercerai berai. Dosa lah yang membuat nikah tercerai berai dan membuat nikah menjadi berat. Syukur kepada TUHAN, setelah YESUS mati di kayu salib untuk menyelesaikan dosa dalam nikah, maka ayat ini dituliskan lagi di Efesus 5: 31, ini berarti nikah yang sudah tercerai berai disatukan kembali oleh salib Kristus (korban Kristus).


      Efesus 5: 31, Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

      Ay 31 => ada satu kesatuan nikah oleh Darah YESUS (kekuatan Darah YESUS atau salib Kristus yang menyatukan nikah).

      Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya’ Kalau menurut matematika dari dunia ini sudah benar (satu laki-laki + satu istri = dua). Tetapi kalau kita memakai matematika dari dunia, nikah akan hancur, sebab ‘sehingga keduanya itu menjadi satu daging, inilah matematika dari TUHAN (satu suami + satu istri = satu). Diantara suami dan istri, hanya boleh ada tanda salib, tidak boleh ada pil (pria idaman lain), wil (wanita idaman lain), anak, orang tua. Semuanya tidak boleh ikut-ikut, yang boleh hanya YESUS dengan salib-Nya. Kalau ini terjadi, pasti nikah menjadi satu daging. Semoga kita dapat mengerti.


    Kalau sekarang ini nikah kita sedang telanjang, sudah saling menuduh antara suami istri => ‘kau ini, kau ini’ akhirnya semakin bertambah jauh, mungkin masih satu ranjang, satu rumah, tetapi hatinya sudah jauh. Kalau sudah demikian, kita jangan lari kemana-mana, tetapi harus kembali ke salib (saling mengaku dan mengampuni).

    Matius 18: 19, Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.

    Ay 19 => ‘Jika dua orang dari padamu di dunia ini’ => ini menunjuk nikah (suami istri).
    sepakat’ => satu hati, menjadi satu kesatuan, menjadi satu daging.

    Jika nikah yang tercerai berai sudah menjadi satu kembali, maka nikah itu menjadi rumah doa dan doanya dijawab oleh TUHAN. Jika sudah demikian, betapa indahnya nikah rumah tangga kita dan menjadi ‘home sweet home’. Saat kita sudah tidak dapat berbuat apa-apa => ‘Mari, bu berdoa’ = menjadi rumah doa, ada asap dupa yang berbau harum yang naik keatas dan TUHAN turun untuk menyelesaikan masalah-masalah (ada hadirat TUHAN didalam rumah doa). Semoga kita dapat mengerti.

    Kalau itu terus dilanjutkan (kesatuan dalam nikah semakin menjadi satu), saling mengaku dan saling mengampuni, saling berdoa, semakin menjadi satu, maka terjadi seperti didalam Efesus 5: 32 (‘kesatuan yang lebih besar’). Efesus 5: 31 ‘kesatuan di dunia’, sampai terjadi Efesus 5: 32 ‘kesatuan yang lebih besar waktu YESUS datang ke dua kali di awan-awan permai’.

    Efesus 5: 32, Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.

    Ay 32 => ‘hubungan Kristus dan jemaat’ => perjamuan kawin anak domba.
    Nikah yang sudah menjadi satu akan siap untuk menyambut kedatangan YESUS yang ke dua kali di awan-awan yang permai, untuk masuk dalam perjamuan kawin anak domba (pertemuan antara YESUS dengan sidang jemaat). Semoga kita mengerti.

    Jika nikah kita masih salah, nikah yang belum menjadi satu (mungkin juga belum satu iman) dll, banyaklah berdoa kepada TUHAN (hanya itulah yang dapat kita lakukan) dan biarlah TUHAN yang menyatukan nikah kita, sampai mencapai nikah yang sempurna. Tidak ada yang mustahil bagi TUHAN dan TUHAN akan menolong kita semuanya.


  2. Pembaharuan didalam ibadah pelayanan.
    Nikah dengan ibadah pelayanan itu satu (inilah dua rahasia besar). Banyak rahasia didalam alkitab baik di perjanjian lama dan perjanjian baru, tetapi rahasia besar (rahasia agung) hanya dua:


    • rahasia nikah (Efesus 5: 32).
    • rahasia ibadah (2 Timotius 3).


    Pembaharuan dalam ibadah pelayanan kita belajar kepada pohon ara di pinggir jalan => Matius 21: 18, 19,
    18. Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar.
    19. Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu.

    Ay 19 => ‘Dekat jalan’ => di pinggir jalan.
    Dalam Matius 21: 18-19, pohon ara hanya memiliki daun saja. Sejak di taman Eden sampai TUHAN YESUS datang pertama kali, kira-kira 2000 tahun. Jadi selama 2000 tahun pohon ara belum berbuah (masih berdaun saja). Jadi belajar pada pohon ara di pinggir jalan yaitu pohon ara sudah berdaun lebat, tetapi tidak ada satu-pun buahnya. Saya juga tidak terlalu mempelajari tentang pohon ara, tetapi sepintas saja, kebiasaan pohon ara ini kalau daunnya sudah lebat, itu berarti tanda musim berbuah. Seharusnya sudah ada satu atau dua buah (buah permulaan), nanti juga ada buah pertengahan, sampai puncaknya buah tetap. Padahal YESUS hanya membutuhkan satu saja untuk mengenyangkan perut YESUS, tetapi dilihat => ‘daunnya sudah lebat, tetapi satu saja buahnya tidak ada’.

    Daun itu menunjuk aktivitas, kalau pohon yang daunnya banyak itu berarti ada aktivitas yang besar. Coba saja saudara duduk atau berdiri dibawah pohon yang berdaun lebat, pasti terasa sejuk. Jadi pohon itu sedang menyerap makanan dari bawah dsb, nanti airnya yang diuapkan, sehingga terasa begitu sejuk. Pohon ara sudah berdaun lebat, tetapi tidak berbuah secara rohani artinya kehidupan yang sudah beribadah melayani tetapi tidak memuaskan TUHAN (‘tidak bisa memberi makan TUHAN dan TUHAN tetap lapar’) = pelayanan yang tidak sepenuhnya atau tidak sungguh-sungguh (pelayanan asal-asalan). Kalau pelayanan kita tidak sunguh-sungguh, asal-asalan, ini bagaikan ‘memberi makan YESUS dengan daun’. Contohnya:


    • mau kotbah tetapi tanpa persiapan, tidak ada doa, nanti kotbahnya tentang lawakan, cerita-cerita, senang-senang, tetapi ayat-ayatnya dalam alkitab hanya satu. Jika demikian, ini seperti ‘memberi makan TUHAN dan jemaat dengan daun’, sehingga tidak ada kepuasan (kalau TUHAN tidak puas, maka kita semuanya juga tidak akan puas).


    • mau main musik asal main saja, tidak usah berdoa dsbnya.


    Kita harus serius, sebab TUHAN mau membaharui kita (bukan menghukum). Nikah yang salah dan hancur akan dibaharui, pelayanan yang salah juga akan dibaharui oleh TUHAN. TUHAN tidak menghukum, itu sebabnya kita masih diberi waktu oleh TUHAN (sekalipun waktu kedatangan TUHAN sudah dekat). Semoga setelah pulang dari tempat ini, nikah dan ibadah pelayanan kita semuanya dibaharui. Semoga kita dapat mengerti.

    Jika pelayanan kita tidak sepenuhnya, tidak sungguh-sungguh (tidak memuaskan TUHAN), akibatnya adalah dikutuk oleh TUHAN, sehingga menjadi kering rohani, mati rohani (dulu pohon ara dikutuk sehingga menjadi kering).

    Pelayan TUHAN, hamba TUHAN yang kering rohani dan mati rohani, artinya


    • tidak puas, selalu bersungut-sungut (mengomel), menyalahkan orang lain (menyalahkan jemaat, hamba TUHAN lain).
    • lebih celaka lagi, mencari kepuasan di dunia. Karena kering rohani, banyak hamba TUHAN, pelayan TUHAN yang mencari kepuasan di dunia (merokok, mabuk dll). Biasanya sore-sore main musik di gereja, malam-malam sudah berada di tempat karaoke, di diskotik. Saya baru mendengar bukan dari orangnya sendiri, tetapi dari kesaksian hamba TUHAN (orang ini bersaksi kepada hamba TUHAN dan hamba TUHAN bersaksi kepada saya). Ada seorang anak muda yang pandai (jenius) dapat bea siswa dsb di Jakarta. Kalau Ayahnya menelepon => ‘dimana kau?’, selalu dijawab => ‘di mall’. Setelah dia ikut kebaktian di Kartika Graha, dia pindah di Surabaya (sekolah S2 di Surabaya). Sekarang saat Ayahnya menelepon => ‘dimana kau?’, selalu dijawab => ‘di rumah’. Ayahnya menjadi bingung => ‘ aneh kau’, anaknya berkata => ‘Ya, saya tidak mau ke mall-mall lagi, sekarang saya di rumah saja’ Ini karena puas. Kalau ibadah puas, maka semuanya menjadi puas (nikah puas dsb). Jadi dalam ibadah ini sebagai penentuan. Semoga kita dapat mengerti.


    • tidak menyesal saat berbuat dosa, bahkan tertawa-tawa. Kalau naik sepeda motor tidak pakai helm, tetapi saat diingatkan malah tertawa-tawa => ‘tidak ada polisi’. Sekalipun tidak ada polisi, tetapi masih ada TUHAN. Semoga kita dapat mengerti.


    • tidak merasakan apa-apa saat ibadah (tidak merasakan jamahan tangan TUHAN), merasa biasa saja, malah mengantuk, malas-malasan.


    Inilah gejala-gejala dari kering rohani dan mati rohani yang membawa kepada kematian kedua (kebinasaan kekal di neraka). Semoga kita dapat mengerti.
    Mengapa sudah beribadah melayani, tetapi masih dikutuk oleh TUHAN? Sudah menggunakan waktu, tenaga (jalan kaki ke gereja), uang (naik motor beli bensin) dsb, tetapi masih dikutuk? Hamba TUHAN sepenuhnya (termasuk saya), sudah serahkan hidup sepenuhnya kepada TUHAN, berhenti bekerja, tetapi masih dikutuk? Ini ada alasannya.

    Yeremia 48: 10, Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedang-Nya dari penumpahan darah

    Terdapat dua kutukan:


    • Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai’ = beribadah melayani TUHAN tetapi lalai.

      Lalai artinya tidak setia dalam ibadah pelayanan kepada TUHAN, bahkan sampai tinggalkan ibadah pelayanan. Seringkali sidang jemaat disorot, tetapi hamba TUHAN tidak mau disorot, hamba TUHAN mengajarkan => ‘mari datang, setia dalam ibadah pelayanan’, tetapi dia sendiri, tidak datang. Kita jangan berpikir => ‘gereja saya sudah besar (daunnya sudah lebat), sudah cukup’, bukan itu yang dinilai! Yang dinilai adalah kesetiaan. Kalau manusia melihat pohon ara dari jauh => ‘daunnya lebat, dahsyat, luar biasa’ tetapi setelah TUHAN yang periksa => ‘tidak ada buahnya’. Sebaliknya, mungkin kita kecil, tidak ada jemaat, tetapi kita setia, maka TUHAN akan melihat kesetiaan kita.

      Kita sering menghimbau jemaat untuk datang beribadah, bagaimana dengan kita sendiri? Setelah ibadah persekutuan dari sini, hari Jumat saya langsung pulang, hari Sabtu melayani ibadah kaum muda dan hari Minggu pagi-sore melayani ibadah raya. Jadi tidak ada alasan => ‘saya capek, karena dari kkr’. Jika saya memakai alasan seperti itu supaya tidak melayani jemaat, lebih baik saya tidak ikut kkr, sebab tugas saya sebagai gembala. Kalau ada kelebihan (kelimpahan) dalam penggembalaan, baru bisa kkr. Kalau di gereja sendiri tidak ada kelimpahan (tidak mau berkothbah dsb), lalu mengadakan kkr => ‘mau kkr apa?, sebab dia sendiri kering’. Kita jangan sampai ditipu.

      Bapak pdt In Juwono selalu mengatakan => ‘kalau gelas terus diisi dengan air sampai meluber, pasti kita akan keluar (ingat kandang-kandang yang lain)’. Mohon ampun kalau dianggap sombong, saya melayani dua jemaat ditambah dengan Lempin-El Kristus Ajaib, satu hari dua kali kothbah sekalipun jarak Malang ke Surabaya 2-3 jam, ini sudah cukup. Kalau air sudah melimpah, harus ingat kandang yang lain (harus ingat Tentena, Malitu dsb). Rekan-rekan hamba TUHAN, melayani di dalam penggembalaan terlebih dahulu, setelah itu baru kita bisa keluar. Semoga kita dapat mengerti.

      Kita jangan sampai dikutuk oleh karena lalai (tidak setia dalam ibadah pelayanan). Contohnya: Yudas Iskariot berhenti ditengah jalan dan dikutuk oleh TUHAN. Sewaktu Yudas pergi keluar setelah makan perjamuan suci, untungnya murid-murid lainnya tidak mengikut Yudas. Hanya murid-murid lainnya tidak tahu dan belum terbuka hatinya (masih mengagungkan Yudas) => ‘Yudas dipakai oleh TUHAN, untuk membeli sesuatu’. Kalau murid-murid lainnya ikut pergi bersama dengan Yudas, maka mereka juga akan habis(‘terkutuklah’). Hati-hati, kita jangan berdaun saja, tetapi yang dicari TUHAN adalah buahnya sekalipun hanya satu. Biarlah kita melayani TUHAN sampai memuaskan TUHAN. Semoga kita dapat mengerti.


    • terkutuklah orang yang menghambat pedang-Nya dari penumpahan darah!’ = menghambat pedang Firman (Firman yang lebih tajam dari pedang bermata dua) dari penumpahan darah.

      Kalau ada pedang yang tajam, memotong tangan yang mencuri, pasti akan berdarah (‘terasa sakit’). Sudah datang ibadah dari jauh-jauh, bahkan dikatakan => ‘anjing babi’ (ini terasa sakit). Coba saja kalau datang ibadah dari jauh-jauh => ‘saudara dahsyat, hebat, luar biasa’ Pulang ibadah sudah merasa hebat, padahal cuma ada daun saja (tidak ada buahnya). Lebih baik dikatakan => ‘saudara anjing babi’, setelah pulang ibadah kita menjadi tunduk => ‘tolong saya TUHAN’ (siap sedia selalu).

      Orang yang tidak pernah memuji saya adalah istri saya. Kalau dalam kotbah ada yang aneh sedikit, setelah ibadah istri saya malah berkata => ‘tadi tertawa-tawa, seperti orang lucu saja, ini tidak lucu’ (ditulis dicatatannya). Saya juga bersyukur, kalau dipuji-puji saya sekarang tidak akan berada di Tentena, tidak tahu sudah berada di jurang mana. Istri hamba TUHAN jangan memuji-muji suami, baru turun ibadah => ‘bapak hebat’, sebentar lagi => ‘bapak di jurang’. Biarlah TUHAN sendiri lah yang memuji kita. Kita harus serius, sebab banyak kesalahan akan hal ini, banyak hamba TUHAN yang dipakai oleh TUHAN, tetapi istri memuji muji, akhirnya hancur. Semoga kita dapat mengerti.

      Menghambat pedang-Nya dari penumpahan darah artinya


      1. menolak untuk mendengarkan Firman pengajaran yang lebih tajam dari pedang bermata dua. Mendengarkan Firman pengajaran yang benar tidak mau, kalau mendengarkan yang salah malah mau.


      2. mendengarkan Firman pengajaran yang benar, tetapi tidak taat dengar-dengaran (tidak melakukannya).


      Seringkali kita mengajarkan => ‘mari kita setia’ tetapi kita sendiri tidak setia dan meninggalkan pelayanan, inilah menghambat pedang dari penumpahan darah. Kalau tidak mau mendengarkan Firman pengajaran yang benar atau tidak mau taat dengar-dengaran, maka tidak mengalami penyucian (tidak ada tanda darah) dan tidak mengalami pembaharuan. Kalau tidak disucikan, maka tidak akan mengalami pembaharuan. Semoga kita dapat mengerti.


    Jadi mengapa dikutuk? karena tidak setia dan tidak suci. Jika kita beribadah melayani TUHAN dengan tidak setia dan tidak suci ini bagaikan ‘carang kering yang terlepas dari Pokok Anggur yang benar’. Jika carang terlepas dari pokoknya, ini tidak akan mungkin berbuah. Hati-hati, carang yang kering ini akan dikumpulkan di tempat sampah, sebenarnya ini bukan persekutuan, tetapi persekongkolan. Bapak ibu yang memiliki pohon-pohon di halaman, kalau ada ranting yang kering lalu jatuh di tanah, nanti pasti di sapu dan dimasukkan ke dalam tong sampah. Kalau ranting masih berada di pohon memang kelihatan tidak erat. Kalau ranting-ranting sudah berada di sampah nampak erat sekali, tetapi ini untuk dibakar.

    Yohanes 15: 6, Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

    Kita jangan terkecoh, dalam persekutuan itu harus ada pokok yang benar (pengajaran yang benar) dan kehidupan yang setia dan suci. Jika tidak ada pengajaran yang benar, tidak setia dan tidak suci, itu merupakan persekongkolan di tempat sampah (yang dibicarakan sampah semuanya). Cara mendeteksi orang yang kering rohaninya adalah lidahnya mulai kering (perkataan sia-sia, menggosip berdusta dll). Contohnya: hanya membicarakan orang terus, orang tidak datang dalam ibadah persekutuan semacam ini, sudah menjadi bahan pembicaraan, sampai menyalahkan orang.

    Persekutuan ini dalam kewajaran bagaikan ‘makan bersama’, kalau orang kenyang jangan dipaksa untuk makan, nanti bisa muntah-muntah (maaf). Saya sebagai sekretaris II, tetapi tidak pernah mengurus => ‘mana yang tidak datang di Tentena, nanti akan saya kirimkan surat’, jangan seperti itu (malu)! Persekutuan itu bukan organisasi, melainkan organisme. Semoga kita dapat mengerti.

    Yohanes 15: 3, Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

    Ay 3 => ‘bersih’ => suci.
    karena firman yang telah Kukatakan kepadamu’ => ‘Firman yang dikatakan YESUS’ = pokok anggur yang benar (Firman pengajaran).

    Apa yang disucikan?


    • Yohanes 13: 10, 11,
      10. Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."
      11. Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih."

      Ay 10 => ‘hanya tidak semua’ => ada satu yang tidak bersih.
      Ay 11 => Yudas Iskariot tidak bersih.

      Penyucian pertama: kita disucikan dari dosanya Yudas. Yudas ini memiliki kaki yang paling kotor. Sebenarnya pemberita kabar baik, betapa indahnya tapak kakinya, terlebih lagi tapak kaki pemberita Kabar Mempelai.

      Kaki kotor artinya:


      1. Pencuri. Yudas ini mencuri milik TUHAN (persepuluhan dan persembahan khusus). Rekan-rekan hamba TUHAN jangan mencuri milik TUHAN. Kalau kita di GPT (Gereja Pantekosta Tabernakel) persepuluhan di berikan ke kas pusat. Kalau kita mau mengadakan sesuatu => ‘tidak perlu memberikan persepuluhan, pakai ini saja’ Ini mencuri juga.

        Demikian juga sidang jemaat, jangan mencuri milik TUHAN, persepuluhan dan persembahan khusus harus kembalikanlah kepada TUHAN, bukan kepada pendeta => ‘nanti pendetanya menjadi kaya’. Saudara jangan sombong, kami sebagai hamba TUHAN tidak hidup dari sidang jemaat (maaf), tetapi kami hidup dari TUHAN. Ada juga yang bilang => ‘aduh sedikit, nanti malu’ Kita jangan malu, yang penting benar. Contohnya: sepersepuluh dari seratus ribu adalah sepuluh ribu, kalau sepersepuluh dari seratus tiga puluh tiga milyar sudah berapa? ‘tidak bisa dihitung sebab kalkulatornya mati, pendetanya kaya’. Termasuk kami sebagai pendeta, lebih baik digunakan untuk membangun gereja daripada untuk memberikan persepuluhan, ini salah besar! Semoga kita dapat mengerti.

        Coba bayangkan, kalau ada pencuri yang berkotbah, jemaat mau jadi apa? mungkin sudah berkotbah dimana-mana, tetapi menjadi pencuri (berdaun tetapi tidak ada satu pun buahnya). Inilah yang harus disucikan.


      2. Pendusta. Saat YESUS berkata => ’siapa yang mencelupkan roti bersama Aku, dialah itu’ tetapi Yudas menjawab => ‘bukan aku’. Kalau sudah menjadi pendusta, pasti pendakwa.


      3. Pendakwa. Karena Yudas menjawab ‘bukan aku’ ini berarti Yudas mendakwa kesebelas murid yang lain, termasuk juga YESUS. Pendusta dan pendakwa ini sudah seperti setan.


      4. Pura-pura. Di taman Getsemani murid-murid lainnya lari (mungkin juga kaget), tetapi Yudas mencium YESUS => ‘aku mengasihi’ (menyerahkan hidupnya kepada TUHAN, sampai rela ditangkap juga bersama TUHAN). Andaikan saya waktu itu berada di taman Getsemani dan melihat Yudas => ‘iman dan kasih Yudas luar biasa’. Kita jangan melihat hamba TUHAN (termasuk saya) dari luarnya saja, sebab kita dapat habis-habisan terkecoh. Kita jangan melihat orangnya, tetapi lihatlah Firman pengajaran.

        Ada hamba TUHAN yang memberikan uang dsb => ‘luar biasa’ Ini belum tentu, sebab ia dapat berpura-pura baik untuk menutupi dosa dan kesalahannya dalam pelayanan, dalam nikah. Kita jangan mengukur yang dari luarnya, ukuran yang paling tepat adalah pengajarannya dan kita tidak akan tekecoh. Semoga kita dapat mengerti.


      5. Pengkhianat = Yudas tidak setia sampai meninggalkan jabatan pelayanan dan diganti dengan Matias. Kalau sudah digantikan dengan Matias, ini berarti Yudas sudah tidak dipakai lagi. Mungkin sepertinya dia dipakai, padahal sudah tidak dipakai lagi oleh TUHAN. Akhirnya Yudas binasa untuk selamanya. Semoga kita dapat mengerti. Dosa-dosa Yudas inilah yang harus disucikan.


    • Yesaya 27: 1, Pada waktu itu TUHAN akan melaksanakan hukuman dengan pedang-Nya yang keras, besar dan kuat atas Lewiatan, ular yang meluncur, atas Lewiatan, ular yang melingkar, dan Ia akan membunuh ular naga yang di laut.

      Penyucian kedua: pedang Firman menyucikan kita dari Lewiatan yang menguasai laut.
      Siapakah Lewiatan yang menguasai lautan? dulu dalam bentuk Lewiatan (ular) yang menguasai laut. Sekarang dalam Wahyu 17: 15, siapakah yang menguasai laut (bangsa-bangsa kafir)?

      Wahyu 17: 15, Lalu ia berkata kepadaku: "Semua air yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa.

      Ay 15 => ‘di mana wanita pelacur itu duduk’ => berkuasa diatas air laut.
      ‘adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa’ => Air laut itulah bangsa kafir.

      Penyucian terhadap Lewiatan yang menguasai laut = penyucian terhadap perempuan babel yang menguasai bangsa kafir.

      Dosa babel adalah


      1. Dosa makan minum: merokok, mabuk, narkoba, termasuk juga judi. Mabuk dan judi ini menjadi satu.
      2. Dosa kawin mengawinkan: dosa seks dengan berbagai ragamnya, penyimpangan seks, nikah yang salah.


      Jika kita terkena pedang Firman, sekalipun terasa sakit, kita pasti disucikan.
      Dosa-dosa babel sudah tidak boleh ada lagi. Kalau ada dosa babel, kita tidak akan berbuah dan menjadi kering.


    • 1 Tawarikh 21: 1, 2, 12, 14
      1. Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel.
      2. Lalu berkatalah Daud kepada Yoab dan kepada para pemuka rakyat: "Pergilah, hitunglah orang Israel dari Bersyeba sampai Dan, dan bawalah hasilnya kepadaku, supaya aku tahu jumlah mereka."
      12. tiga tahun kelaparan atau tiga bulan lamanya melarikan diri dari hadapan lawanmu, sedang pedang musuhmu menyusul engkau, atau tiga hari pedang TUHAN, yakni penyakit sampar, ada di negeri ini, dan malaikat TUHAN mendatangkan kemusnahan di seluruh daerah orang Israel. Maka sekarang, timbanglah jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku."
      14. Jadi TUHAN mendatangkan penyakit sampar kepada orang Israel, maka tewaslah dari orang Israel tujuh puluh ribu orang.

      Ay 2 => ‘supaya aku tahu jumlah mereka’ => inilah kebanggaan atau kesombongan. Kita harus berhati-hati, sebab ada yang membanggakan gereja besar, mobil, jemaat yang banyak, gaji besar dll, Kita jangan berbangga-bangga, sebab semuanya karena kemurahan TUHAN. Kita boleh kaya (jemaat didoakan supaya kaya), tetapi tidak boleh bangga dan bergantung kepada kekayaan. Bangga = bergantung.
      Ay 12-14 => kalau pedang penyucian ditolak, maka akan datang pedang penghukuman (terkena penyakit sampar).

      Penyucian ketiga: penyucian terhadap kebanggaan (kesombongan). Kebanggaan atau kesombongan artinya mengandalkan segala sesuatu di dunia ini lebih dari pada TUHAN.


    Carang atau ranting itu kecil sekali. Sekalipun seperti ranting, tetapi kalau kita beribadah melayani TUHAN dengan suci dan setia berkobar-kobar, maka kita bagaikan ‘ranting yang melekat pada Pokok anggur yang benar’ dan ‘cepat atau lambat pasti berbuah manis’. Yang masih kecil (gaji kecil, jemaat kecil, semuanya kecil) jangan pesimis, yang penting setia dan suci. Kalau tidak setia, maka carang sudah lepas dari Pokok anggur dan berada di tempat sampah. Motto Lempin-El Kristus Ajaib => ‘lebih baik pengerja yang setia, daripada gembala yang tidak setia’ biarpun pengerja cuma mengepel, tetapi dia setia dan suci, maka akan berbuah manis. Semoga kita dapat mengerti.

    Kalau sudah berbuah manis, maka kita diakui => ‘Akulah pokok anggur yang benar, Bapaku lah pemeliharanya’ artinya kita berada didalam tanggung jawab TUHAN. Urusan kita adalah suci setia, berbuah manis dan bahagia, sedangkan urusan makan minum (urusan pemeliharaan), urusan masa depan dan semuanya menjadi urusan TUHAN. Namanya sebagai hamba TUHAN, berarti TUHAN lah yang memberi gaji (TUHAN yang memberikan semuanya). Semoga kita dapat mengerti.

    Maafkan, saya tidak setuju, kalau ada yang mengatakan => ‘ini tulang punggung gereja kami’ Jangan-jangan nanti malah bungkuk dan ini terlalu merendahkan TUHAN. Yang menjadi tiang penopang hanyalah YESUS, bukan jemaat yang kaya dsb. Semoga kita dapat mengerti.

    ‘buah manis’ ini dimakan = makan buah. Manusia tidak makan daging dsb, tetapi makan buah saja, dimana manusia makan buah? di taman Eden (dalam suasana firdaus). Mau makan buah? kita jangan marah kalau ada orang yang memberikan persepuluhan dalam bentuk jagung, ubi (buah-buah). Seharusnya kita merasa senang kalau ada buah, sebab di taman Eden tidak ada uang. Kita menjadi hamba TUHAN seringkali terlalu melankolis, nanti ada orang yang kirim ubi => ‘kok ubi’, lalu ada yang kirim uang => ‘kok uang kecil’ Ini macam-macam. Biarlah kita bergantung hanya kepada TUHAN. Semoga kita berbuah dan memuaskan TUHAN, sehingga kita bersuasana firadaus.


  3. Pembaharuan karakter.
    Pembaharuan karakter, kita belajar pada pohon ara yang sudah melembut dan sudah berbuah. Inilah pelajaran yang terakhir, tinggal kita mau atau tidak!

    Markus 13: 28, Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.

    Pohon ara di taman Eden itu pada zaman ALLAH Bapa (2000 tahun), pohon ara di pinggir jalan itu pada zaman Anak ALLAH atau zaman TUHAN YESUS (2000 tahun), pohon ara yang sudah melembut itu pada zaman akhir (2000 tahun). Sekarang kita berada di tahun 2014, ini merupakan ‘injury time’ (masa perpanjangan waktu dari TUHAN) = waktu Nya sudah dekat.

    Belajar pada pohon ara yang sudah melembut dan sudah berbuah = kesempatan terakhir di akhir zaman, mau tidak mau kita harus melembut dan jangan keras. Kalau keras, maka akan kering dan telanjang. Sekarang ini, siapa tahu kita dapat melembut. Kalau nikah bagaikan terkutuk di neraka, kalau ibadah sudah kering, semuanya sudah kering, maka kita harus melembut. Kita harus melembut = berubah (mengalami pembaharuan karakter).

    Contohnya adalah Ayub. Ayub ini merupakan kehidupan yang keras, sudah hancur-hancuran masih memakai kebenaran sendiri (masih daun pohon ara).

    Ayub 32: 1, 2,
    1. Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar.
    2. Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,

    Ayub memakai cawat daun pohon ara artinya memakai kebenaran sendiri bagaikan ranting yang keras, merasa lebih benar dari orang lain, merasa lebih benar dari TUHAN (pengajaran yang benar), sampai berani menyalahkan pengajaran yang benar. Hati-hati, saat dalam penderitaan, ranting dapat menjadi keras seperti Ayub. Kita jangan menyentuh orang yang menderita, kita mau menolong, dia malah marah-marah. Sebaliknya, saat diberkati, ranting juga dapat menjadi keras seperti Adam dan Hawa (mempertahankan daun ara atau kebenaran sendiri).

    Sebenarnya kita diubahkan cukup lewat Firman yang keras. Kalau tidak mau lewat Firman, maka TUHAN ijinkan lewat ujian habis-habisan seperti Ayub (ini karena TUHAN masih baik). Tujuannya adalah supaya kita dapat melembut. Kalau tidak melembut, kita akan hancur dan binasa.

    Ayub 42: 5, 6,
    5. Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
    6. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

    Ay 6 => ‘Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku’ => Ayub terlalu banyak mengomel dan membenarkan diri sendiri.
    dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu’ => ini melembut.
    Akhirnya Ayub melembut = mengaku hanya debu tanah liat. Sekarang ini saya dan saudara juga harus melembut seperti Ayub.

    Debu tanah liat artinya


    • merasa tidak layak.
    • mengaku banyak kekurangan dan kelemahan terutama perkataan => ‘aku mencabut perkataanku’. Kalau kita sudah terlanjur berkata-kata (fitnah, gosip dll) tentang hamba TUHAN lainnya, jemaat, maka ini harus dicabut (diakui). Bapak pdt Totaijs memberikan contoh => ‘‘ambil bantal yang terbuat dari kapuk, bawa ke lantai tujuh, lalu robek bantalnya dengan pisau, sebarkan kapuknya lewat jendela, lalu turunlah untuk memilih dan memasukkan kapuk dalam bantal itu lagi’’. Seperti itulah orang yang mencabut perkataannya yang salah. Betapa sulitnya kalau melakukan ini, sebab itu jangan main-main dengan perkataan. Kalau kita sudah terlanjur berkata-kata yang salah kepada orang lain, kita harus minta ampun kepada orang tersebut (lewat telepon dll).


    • mengakui kegagalan, jangan malah menyalahkan orang => ‘itu pencuri domba’. Ini kasihan, gembala yang benar dan baik dikatakan sebagai pencuri domba, lalu dirinya sendiri apa? rajanya pencuri domba. Pohon ara dalam kegagalan hampir enam ribu tahun. Saudara dan saya gagal sudah berapa tahun? Kalau yang enam ribu tahun saja masih dapat ditolong TUHAN, apalagi kita yang gagal sepuluh tahun. Bagi rekan hamba TUHAN yang masih muda => ‘saya merintis selama 5-6 tahun, tetapi masih 1 jiwa’ Kita pasti ditolong asalkan melembut. Kegagalan dalam rumah tangga, dalam hal apa saja sekalipun sudah bertahun-tahun, pasti ditolong oleh TUHAN, sebab kuasa TUHAN itu tetap. Sekarang ini tidak ada yang berputus asa, asalkan mengaku (‘duduk dalam debu’).


    • merasa tidak mampu = tidak dapat berbuat apa-apa, tidak berdaya apa-apa.
    • merasa tidak berharga (‘hanya untuk diinjak-injak’). Mau merasa hebat seperti apapun, debu tanah liat hanya untuk diinjak-injak. Misalnya: sudah terhormat menjadi genting dari rumah bapak bupati atau presiden, kalau bocor akan diinjak-injak lagi oleh orang.


    Seringkali kita menginjak-injak harga diri orang lain => ‘pendeta itu seperti ini dsbnya’. Jika saat diinjak, dan kita melawan = ular. Jika tanah liat diinjak, maka semakin kebawah (diam). Kalau terjadi sesuatu, seringkali saya tidak tahan (sekalipun sudah diingatkan istri) => ‘mana orangnya’? biar siapapun saya hadapi, saya tidak takut, aku tidak berbuat seperti itu’. Akhirnya orangnya sampai malu dan terjadi pertengkaran. Saya dulu banyak melawan, tetapi sekarang saya belajar untuk diam => ‘sudah dibicarakan apa saja, biar saja’. Kita harus belajar menjadi tanah liat, supaya tidak gagal dan tidak terus menjadi keras.

    Saya juga pernah mengeluh kepada istri => ‘saya ini pendeta atau penjahat, sebab sampai sejauh itu gosipnya?’. Tidak apa-apa, tanah lihat harus rela untuk diinjak-injak.

    Pesan dari bpk pdt Pong Dongalemba, beliau asli dari Poso => ‘kalau kita mau menolong orang, maka harus rela digantung’ (bukan untuk diberikan pujian dll). Yang sering terjadi, saya menolong orang, lalu saya digantung. Contohnya: YESUS untuk menolong kita, Dia harus digantung di kayu salib. Ini terutama menolong kaum muda dalam jodoh dan pernikahan, saya menasehati, bahkan digosipkan kemana-mana.

    Kalau sudah mengaku tidak layak, tidak berharga, mengaku banyak kegagalan dsb, maka kita dapat menyerah sepenuhnya kepada TUHAN (‘hanya memandang TUHAN’). Jika tanah sudah menyerah sepenuhnya, maka berada di dam Tangan Sang Pencipta. Ingat tentang penciptaan, kalau sudah menjadi tanah liat, baru dapat berada di dalam Tangan TUHAN. Kalau menjadi emas dll, tidak berada di dalam Tangan TUHAN. Kalau sudah didalam Tangan TUHAN, apa yang TUHAN lakukan? Dia membentuk kita dan Dia menghembusi kita dengan Roh Kudus.

    Kejadian 2: 7, ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

    Ay 7 => ‘nafas hidup’ => Roh Kudus.
    Tanpa Roh Kudus kita ini bagaikan tanah liat yang tidak dapat berbuat apa-apa. Sebaliknya, kalau kita mengaku tanah liat, TUHAN akan memungut kita dimanapun juga => ‘’mungkin tanah liat sudah di selokan, TUHAN akan mengambil itu’’ dan TUHAN akan hembusi kita kembali.

    Kalau kita mengaku tanah liat, hasilnya adalah


    • Hasil pertama: Roh Kudus dihembuskan, sehingga kita menjadi makhluk hidup, artinya:


      1. Roh Kudus mampu memberikan atau memelihara kehidupan jasmani kita ditengah kesulitan, kemustahilan. Roh Kudus itu adalah Roh TUHAN. Kalau Roh TUHAN ada didalam diri kita, mana mungkin kita tidak dapat hidup? Kita pasti dapat hidup. Sesulit apapun pekerjaan, toko, ladang kita dll, kalau Roh Kudus sudah dihembuskan, maka Dia mampu memelihara kehidupan jasmani kita secara ajaib.


      2. Roh Kudus mampu memberikan atau memelihara kehidupan rohani kita, supaya tanah liat jangan berbuat dosa lagi, jangan keras lagi, melainkan tanah liat dapat hidup benar dan suci.


      3. Karena hembusan nafas TUHAN, Ayub dipulihkan dua kali lipat, artinya Roh Kudus mampu memulihkan kehidupan yang sudah hancur (gagal) dua kali lipat = yang hancur (gagal) menjadi baik (berhasil) secara double yaitu:


        1. secara jasmani: perdagangan, nikah dll akan dipulihkan oleh Roh Kudus.
        2. secara rohani: pelayanan akan dipulihkan oleh Roh Kudus.


    • Roh Kudus tidak cukup hanya dihembuskan di dalam kitab Kejadian saja. Waktu YESUS sudah mati, lalu bangkit tetapi murid-murid tidak mengetahui, mereka ketakutan mengunci pintu-pintu bagaikan tanah liat yang lemah, tak berdaya. Tiba-tiba YESUS masuk dan berkata => ‘damai sejahtera’ dan Dia menghembusi mereka dengan Roh Kudus.

      Yohanes 20: 21, 22,
      21. Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."
      22. Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus.

      Hasil kedua: TUHAN menghembusi kita dengan Roh Kudus untuk diutus oleh TUHAN.
      Kita jangan puas kalau sudah dibenarkan, disucikan, diberkati, dipelihara, dipulihkan, tetapi TUHAN juga mau mengutus kita. Kita jangan egois! Jadi TUHAN menghembusi kita dengan Roh Kudus sebanyak dua kali: hembusan pertama untuk berkat dan pemulihan, sedangkan hembusan kedua untuk pengutusan.

      Saat TUHAN menghembusi murid-murid dengan Roh Kudus, murid-murid mengalami damai sejahtera dan tidak ada ketakutan lagi. Sekarang ini mungkin ada kekuatiran, ketakutan, tetapi kalau Roh Kudus sudah dihembuskan, kita semuanya akan mengalami damai sejahtera. Damai sejahtera artinya tidak merasa apa-apa lagi yang daging rasakan.

      Contohnya:


      1. Kita merasakan sedih dalam hal apa saja (saat ditinggal oleh orang yang dikasihi dll), kalau sudah dihembusi oleh Roh Kudus, kita tidak merasakan sedih lagi (merasa damai).


      2. Kita merasakan pahit (pahit karena sudah ditipu suami dll), kalau sudah dihembusi Roh Kudus, kita tidak merasakan pahit lagi (merasa damai).

        Kalau sudah merasa damai sejahtera, kita hanya merasa => ’aku mengasihi TUHAN’ (tidak merasa sedih, susah, najis). Orang semacam inilah yang akan diutus oleh TUHAN bagaikan ‘angin yang membawa kesejukan (damai sejahtera) kemanapun dia diutus oleh TUHAN’. Banyak tempat-tempat yang panas, pengap (secara rohani) dan membutuhkan angin yang segar. Jadi kalau kita sudah damai sejahtera, kita dapat diutus oleh TUHAN untuk membawa angin segar, membawa bau harum YESUS:


        1. lewat Kabar Baik untuk kehidupan yang belum percaya YESUS.
        2. lewat Kabar Mempelai untuk kehidupan yang sudah percaya YESUS.


        Sekali- pun pintu sudah dikunci, kalau kita bagaikan angin, maka akan tetap dapat masuk.


    • Roh Kudus bukan hanya dihembuskan saja, kalau hanya dihembuskan, kita masih tidak kuat. Contohnya:


      1. Yohanes 20 => Petrus sudah diutus untuk menjadi penjala manusia (sudah dihembusi).
      2. Yohanes 21 => akhirnya Petrus kembali menjadi penjala ikan (‘aku mau menangkap ikan’).


      Dulu waktu YESUS masih hidup, lima roti untuk lima ribu orang, saat YESUS mati => ‘masakan mau menangkap manusia?’ Akhirnya Petrus kembali menangkap ikan untuk dimakan dsb. Ini pikiran logis tetapi salah. Jadi manusia tanah liat kalau hanya dihembusi, masih tidak mampu. Petrus sudah meninggalkan pelayanan (hamba TUHAN senior yang hebat), lebih celakanya lagi murid lainnya (hamba TUHAN muda) mengikuti Petrus sekalipun sudah tahu itu salah, akhirnya semuanya mengalami kegagalan. Kalau tidak ada patokan Firman yang benar (tidak ada Pokoknya), pasti ikut-ikutan. Hati-hati, hamba TUHAN yang muda dapat diberikan uang, supaya dapat mengikuti hamba TUHAN yang senior.

      Hasil ketiga: Roh Kudus bukan hanya dihembuskan, tetapi ditiupkan dengan keras di loteng Yerusalem (‘seperti tiupan angin keras’) = Roh Kudus dicurahkan dengan deras.

      Kisah Para Rasul 2: 1-3,
      1. Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
      2. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
      3. dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.

      Ay 2 => ‘seperti tiupan angin keras’ => Kalau hanya dihembuskan masih tidak kuat, dalam pengutusan banyak yang tidak kuat, dalam pelayanan banyak yang gugur seperti Petrus (Petrus juga pernah menyangkal YESUS), banyak yang ikut-ikutan. Sekarang ini supaya tidak ikut-ikutan, maka Roh Kudus ditiup dengan kuat.

      Roh Kudus ditiup dengan keras oleh TUHAN di loteng Yerusalem (kegerakan Roh Kudus hujan awal), sehingga Petrus dan murid lainnya dipenuhi oleh Roh Kudus dan mereka dapat berbahasa Roh seperti yang diajarkan oleh Roh. Dalam ibadah waktu yang lalu sudah saya terangkan, Roh Kudus bagaikan api yang membersihkan perut, kalau sudah bersih, lalu akan menuju ke lidah.

      Kisah rasul 2: 4, Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

      Bahasa Roh itu bukan seperti yang diajarkan oleh manusia (dengan menirukan orang lain). Kalau diajarkan oleh manusia ini salah dan palsu. Dulu kalau mau diurapi, memang membuat minyak urapan, sekarang tidak perlu membuat minyak urapan lagi, tetapi langsung dari TUHAN (Pembaptis Roh dari surga). Kita jangan ditipu dengan membeli minyak urapan. Saya senang sekali kalau tidak perlu berpuasa dsb, dengan membeli minyak urapan, sudah diurapi, ini tidak bisa! Yang benar, minyak urapan langsung ditiupkan dari surga. Setelah murid-murid ditiup oleh TUHAN, murid-murid menjadi kuat, melayani TUHAN sampai garis akhir (mati), sampai namanya tertulis di Yerusalem Baru.

      Dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir (kegerakan dalam Firman pengajaran), maka TUHAN berjanji akan meniupkan Roh Nya dengan keras secara double di akhir zaman ini, supaya kita tahan dan dapat melayani TUHAN dengan sepenuhnya sampai garis akhir (sampai meninggal dunia atau sampai dengan kedatangan TUHAN). Jika YESUS datang kembali ke dua kali, kita terangkat di awan-awan permai dan kita bersama dengan Dia di Yerusalem Baru.

Dimanapun tanah liat berada, yang penting kita mengaku tidak layak, mengaku dalam kegagalan, banyak kesalahan, tidak ada artinya. Biarlah tanah liat dipegang oleh Tangan TUHAN, sehingga (1)mulai dihembusi (dipulihkan semuanya), (2)dihembusi lagi (dipakai oleh TUHAN), (3)ditiup: kita bergerak dalam kegerakan hujan akhir dan tidak akan berhenti ditengah jalan, sampai garis akhir. Sampai dengan TUHAN YESUS datang kembali, terjadi mujizat yang terakhir, yaitu kita diubahkan seperti Dia dan terangkat di awan-awan permai.

Saya percaya mujizat jasmani juga terjadi. Kalau saudara cek di kebaktian pertama dalam Keluaran 14, waktu Musa menghadapi Laut Kolsom di depan, di belakang Firaun, dikiri-kanan tidak bisa lagi (seperti tanah liat), TUHAN ber Firman kepada Musa => ‘ulurkanlah tanganmu’, maka tiupan angin keras membelah lautan. Inilah gambaran Roh Kudus di akhir zaman ini.

Perjalanan Musa ke Kanaan, itu bagaikan ‘perjalanan kita dalam kegerakan hujan akhir’, kita akan menghadapi seperti yang dialami oleh Musa, mungkin sulit dalam ekonomi dsb, tetapi tiupan angin keras mampu mengadakan mujizat untuk menolong kita. Sampai kita di awan-awan dan sampai di Yerusalem Baru bersama dengan Dia. Ayub dan murid-murid YESUS sudah hebat, tetapi tanpa Roh Kudus mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Lalu siapa kita bangsa kafir? Itu sebabnya kita membutuhkan Roh Kudus.

TUHAN memberkati.1



Versi Cetak

Transkrip
  • Ibadah Raya Surabaya, 12 Februari 2017 (Minggu Siang)
    ... dari TUHAN artinya tidak ada hubungan dengan TUHAN Kering rohani. Kering rohani itu sengsara tidak ada kepuasan letih lesu berbeban berat sampai bersuasana kutukan. Itu sebabnya ada orang mabuk atau memakai narkoba karena ia tidak ada kepuasan sehingga mencari kepuasan yang salah ia tersiksa. Biar kaya miskin pandai bodoh kalau terpisah dari TUHAN ...
  • Ibadah Kaum Muda Remaja Malang, 01 Agustus 2015 (Sabtu Sore)
    ... pengakuan dan pengenalan secara jasmani terutama mengenal Yesus karena aktivitas dan mujizat secara jasmani. Wahyu - Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya ...
  • Ibadah Raya Malang, 29 Mei 2022 (Minggu Pagi)
    ... ke hadapan Tuhan sehingga terjadi penghukuman hujan api dan belerang atas Sodom dan Gomora sehingga menjadi laut mati tidak ada kehidupan sama sekali. Lukas - Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot mereka makan dan minum mereka membeli dan menjual mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar ...
  • Ibadah Pendalaman Alkitab Malang, 18 Juli 2024 (Kamis Sore)
    ... bisa kembali kepada Tuhan dalam keadaan takut gelisah sampai binasa. Lukas - Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini sebab ...
  • Ibadah KKR Palangkaraya III, 25 Februari 2009 (Rabu Sore)
    ... kasih persaudaraan supaya tidak mengalami penghukuman Tuhan yang dasyat. Kita sudah belajar proses menerima kasih Allah. Sekarang kita belajar tempat untuk memelihara kasih itu. Lalu dimana tempat memelihara kasih Allah atau kasih persaudaraan Keluaran - - masuk ke rumah rumah tangga nikah. Praktik memelihara kasih Allah dalam rumah tangga Kolose - yaitu istri ...
  • Ibadah Raya Surabaya, 11 Desember 2022 (Minggu Siang)
    ... oleh barangnya yang mahal sebab dalam satu jam saja ia sudah binasa. . Bersukacitalah atas dia hai sorga dan kamu hai orang-orang kudus rasul-rasul dan nabi-nabi karena Allah telah menjatuhkan hukuman atas dia karena kamu. Pelaut adalah orang yang pekerjaannya di laut--penangkap ikan menyewakan kapal dan sebagainya. Secara rohani artinya Manusia ...
  • Ibadah Doa Surabaya, 23 November 2016 (Rabu Sore)
    ... mulai dari Ibadah Raya Surabaya November sampai Ibadah Pendalaman Alkitab Surabaya November Persepuluhan dan persembahan khusus. Firman TUHAN. Ibadah pelayanan dan penyembahan kepada TUHAN. Mengapa kita harus beribadah melayani dan menyembah kepada TUHAN Sebab ibadah pelayanan dan penyembahan merupakan hak TUHAN atas kita dan kewajiban kita kepada TUHAN karena Dia ...
  • Ibadah Raya Surabaya, 21 Januari 2024 (Minggu Siang)
    ... mau tergembala Tidak mau masuk kandang penggembalaan--ruangan suci-- tidak mau tekun dalam kandang penggembalaan--tiga macam ibadah pokok-- berarti tidak masuk ruangan suci. Halaman Tabernakel menunjuk pada keselamatan--percaya Yesus bertobat baptisan air-- ruangan maha suci menunjuk pada kesempurnaan. Kita sudah selamat tetapi belum sempurna jadi kita harus berada di ruangan suci--tergembala. Mengapa tidak ...
  • Ibadah Raya Surabaya, 09 April 2017 (Minggu Siang)
    ... Pdt In Juwono dan Pdt Pong saya ikut-ikut saja. Doakan siapa tahu tahun depan kita bisa mengundang hamba-hamba TUHAN dari lintas benua--minimal ada yang mewakili-- yang pernah diundang atau belum. kita berdoa saya berdoa terus. Saya percaya ini kegerakan mujizat. Sementara di Malang baru beli tanah baru mau membangun tidak ...
  • Ibadah Doa Malang, 31 Oktober 2017 (Selasa Sore)
    ... seperti keadaan Israel di Rafidim. nbsp Keluaran Kemudian berangkatlah segenap jemaah Israel dari padang gurun Sin berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan sesuai dengan titah TUHAN lalu berkemahlah mereka di Rafidim tetapi di sana tidak ada air untuk diminum bangsa itu. Rafidim adalah tempat perhentian tetapi tidak ada air artinya ...

Siaran Langsung

Live Streaming GPTKK

Rekaman

Ikuti rekaman ibadah kami

Transkrip

Ringkasarn Firman Tuhan

Kesaksian

Pengalaman hidup bersama Firman Tuhan

Untuk Koneksi Lambat, silakan buka https://id.gptkk.org

Silakan kontak ke info@gptkk.org apabila bapak/ibu/sdr/sdri ada pertanyaan atau ingin berlangganan majalah Manna, dan silakan kirim email ke widjaja_h@yahoo.com apabila ingin konsultasi pribadi dengan bapak gembala.