Kita
masih berada didalam Kitab Wahyu 1: 10-12.
Wahyu
1: 10-12,
10.
Pada hari TUHAN aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari
belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,
11.
katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah
kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke
Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke
Laodikia."
12.
Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan
setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas.
Rasul
Yohanes mengalami sengsara daging di pulau
Patmos karena Firman ALLAH
dan kesaksian YESUS (bukan karena berbuat jahat), sehingga bisa
mendengar dan melihat suara sangkakala yang nyaring, yang menjadi
wujud:
(1)tujuh kaki dian dari emas dan
(2)Pribadi
YESUS dalam kemuliaan sebagai Mempelai Pria Surga.
Ini
merupakan nubuatan kepada kita: jika kita beribadah dan melayani
TUHAN dengan tanda salib/tanda darah/tanda sengsara daging, maka kita
juga dapat mendengar dan melihat suara sangkakala yang nyaring, yang
menjadi wujud tujuh kaki dian emas (jadi ini sama dengan yang dialami
oleh rasul Yohanes di pulau
Patmos)
artinya kita bisa mendengar dan melihat Firman
penggembalaan yang mengandung bobot Firman
pengajaran yang benar, yang keras, tajam, yang disampaikan
berulang-ulang oleh seorang gembala, sehingga sanggup menyucikan,
mengubahkan kita sampai ditampilkan menjadi pelita emas yang
bercahaya = menjadi kehidupan yang sempurna seperti YESUS = Mempelai
Wanita Surga.
Firman
penggembalaan = suara sangkakala, ini sudah diterangkan berulang
kali. Firman penggembalaan yang mengandung bobot Firman
pengajaran itu bukan yang lawakan, lucu-lucu, cerita-cerita,
dongeng-dongeng, bukan! Sekalipun kita banyak cacat cela atau
kekurangan-kekurangan, kalau kita beribadah ditandai dengan tanda
salib, maka disitu kita dapat mendengar dan
melihat suara sangkakala yang nyaring (Firman
penggembalaan yang mengandung bobot Firman
pengajaran yang benar), sehingga dapat menyucikan, mengubahkan
kehidupan kita yang najis, kotor menjadi wujud tujuh kaki dian emas.
Tugas
dari seorang gembala adalah menyampaikan
Firman TUHAN yang diulang-ulang (Firman
diulang untuk maju, diulang lagi untuk semakin maju). Sudah
diterangkan bagaimana prosesnya. Waktu yang lalu
kita belajar tugas dari Mempelai Wanita
/kaki dian emas/pelita emas yang bercahaya/gereja TUHAN yang
sempurna.
Tugas
dari Mempelai
Wanita
adalah:
- Bersaksi.
Mari kita bersaksi tentang:
- Penginjilan
(Kabar
Baik)
untuk jiwa-jiwa yang belum percaya YESUS.
- Kita
juga bersaksi tentang pengajaran
(Kabar
Mempelai).
Di
kantor dan di manapun
kita harus
berani bersaksi, kita jangan ikut-ikutan yang tidak benar =>
supaya saya dapat ini, jangan! Saya tidak melarang => tidak boleh
kebaktian disana, yang paling hebat disini, tidak! Kalau ajarannya
benar, sama dan Satu
Pokok,
silahkan saja. Kalau ajarannya tidak benar, buat apa?
Justru kita harus bersaksi. Saya bilang kepada dia => bersaksi
kepada boss
mu. Bersaksi tentang Firman
yang benar itu bagaimana,
bersaksi tentang ibadah pelayanan yang benar itu
bagaimana. Masalah dia terima atau tidak,
terserah. Yang penting kita sudah bersaksi. Ini sudah kita bahas
dalam ibadah sebelumnya.
Sekarang
ini kita akan
membahas tugas kedua dari Mempelai
Wanita
yaitu
- mengundang.
Selain bersaksi, kita juga mengundang
(bersaksi dan mengundang). Inilah tugas kita dihari-hari
ini. Setelah kita mendengar dan melihat suara sangkakala yang
nyaring (Firman
penggembalaan yang mengandung bobot Firman
penggembalaan yang benar), sekalipun kita belum menjadi sempurna,
tetapi sudah ada wujud kesucian dan keubahan, inilah yang harus
disaksikan dan mengundang orang lain supaya juga dapat
mendengar Firman.
Semoga kita dapat
mengerti.
Kita
harus berhati-hati, bukannya
tidak boleh ini, bukan! Ini seperti kalau saudara makan, lalu saudara
mendengar dari teman => aku kalau makan di warung itu sakit perut
terus, jangan-jangan tidak bersih airnya. Tidak
mungkin saudara berani => tidak apa-apa, ini tidak mungkin!
Ini secara jasmani, apalagi secara rohani. Kalau tidak benar, jangan!
Kalau tidak benar, itu juga akan meracun kerohanian kita, sampai
kering rohani, mati rohani. Kalau sudah terkena racun.
Contohnya:
- Yang
dulu menggebu-gebu menjadi kering dan hilang.
- Dulu
kalau tidak kebaktian merasa menyesal, tetapi sekarang biasa saja.
Itu sudah terkena racun.
- Nanti
lama-lama, sudah berbuat dosa,
sudah biasa saja => tidak apa-apa, mengikuti dunia.
Kalau
dulu sebelum terkena racun semua badan bisa bergerak dan dapat
melakukan apa saja, tetapi setelah terkena racun badan sudah
lemah. Itulah tandanya kalau racun mulai bekerja, sampai mati rohani,
binasa untuk selama-lamanya.
Wahyu
22: 17,
Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan
barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!"
Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang
mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!
Ay
17 => “
Roh” => Mempelai
Laki-laki.
“
pengantin
perempuan” => Mempelai Wanita.
"Marilah!"
=> ini merupakan undangan.
Jadi
ini tentang mengundang. Bersaksi dan mengundang adalah tugas terakhir
dari gereja TUHAN, yang merupakan kepercayaan dan kemurahan TUHAN.
Mengundang kemana? mengundang umat TUHAN untuk masuk
persekutuan Tubuh Kristus yang sempurna =
masuk perjamuan kawin Anak Domba.
Itulah tujuan dari undangan. Kalau mengundang untuk cuma sekedar
masuk gereja dan lain-lain, ini terlalu kecil! tetapi kita mengundang
untuk masuk persekutuan Tubuh Kristus yang
sempurna. Sekarang ini seperti kepercayaan TUHAN kepada kita yaitu
lewat ibadah kunjungan-kunjungan.
Istilah
pada jaman bpk
pdt In Juwono dan bpk
pdt Pong Dongalemba (yang dulu pernah saya
ikuti) adalah PPI-PPI. Sekarang kita menggunakan istilah ibadah
kunjungan-kunjungan. Dalam Kisah rasul,
rasul-rasul juga mengunjungi.
Kunjungan-kunjungan
yang dipercayakan TUHAN kepada kita ini,
jangan sampai dialihkan. Bpk pdt In Juwono
dan bpk pdt Pong
Dongalemba alm selalu mengatakan =>
‘jangan sampai kepercayaan ini dialihkan kepada gereja lain”.
Mari
kita tekuni, sekalipun masih kecil-kecil, harus ditekuni. Kita
bersyukur untuk pelayanan tahun 2013 ini tinggal satu (nanti pada
hari Selasa) yaitu kebaktian natal persekutuan sekolah
Minggu di Malang. Kita akan mengundang panti asuhan, sekolah
Minggu yang lain dalam bentuk poppenkas.
Selanjutnya tugas-tugas di tahun 2014 sudah menunggu, Minggu depan
saya ke Poso, sesudah itu ke Medan, ke Tana Toraja, ke Malaysia, ke
India, ke Sorong dan seterusnya. Setiap bulan ini sudah ada jadwalnya
dan mari kita doakan.
Kita
bersaksi dan mengundang lewat kunjungan-kujungan yang dipercayakan
TUHAN kepada kita dan jangan sampai dialihkan kepada gereja lain
(kehidupan yang lain), mari kita mohon kekuatan dari TUHAN. Dalam
ibadah kunjungan-kunjungan kita tetap menjadi satu tim, yang
berangkat itu langsung dipakai TUHAN untuk mengundang dan yang
tinggal di gereja juga berdoa untuk memberi kekuatan bagi yang
berangkat (jangan lengah). Kita tetap satu tim, jangan terpecah belah
=> Oh pendetanya
pergi, saya pergi juga,
jangan! Kalau yang tinggal berdoa
untuk memberi kekuatan bagi yang berangkat, maka kekuatan itu sangat
terasa bagi yang berangkat untuk bersaksi dan mengundang. Semoga kita
dapat mengerti.
Siapakah
yang diundang?
- Matius
11: 28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku
akan memberi kelegaan kepadamu.
Yang
pertama: kehidupan
yang letih lesu dan berbeban berat ditengah dunia yang terkutuk.
Ini secara umum.
- Wahyu
22: 17
Roh
dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan
barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!"
Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang
mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!
Yang
kedua: kehidupan
yang haus, seperti perempuan Samaria.
Haus = kering rohani, tidak puas, sehingga jatuh bangun dalam
dosa-dosa sampai puncaknya dosa.
Puncaknya
dosa adalah
- Dosa
makan minum: merokok, mabuk, narkoba dan
lain-lain.
- Dosa
kawin mengawinkan: dosa seks dengan
berbagai ragamnya, penyimpangan seks (homoseks, lesbian), nikah
yang hancur (seperti perempuan Samaria yang lima kali kawin
cerai).
Saya membaca di
koran kemarin, sekarang ini homoseks
sudah di restui. Kawin cerai ini sudah lama direstui di gereja dan
homoseks sekarang ini sebagian besar juga sudah direstui. Disinilah
yang perlu kita saksikan dan kita undang untuk masuk perjamuan
kawin Anak
Domba.
Kalau ada yang salah, mari kita bersaksi dan mengundang
ke perjamuan kawin Anak Domba, masalah
mereka terima atau tidak itu terserah! Yang penting kita tidak
berhutang darah.
Sekarang
ini kita
mempelajari
tiga macam undangan
(tiga tingkatan undangan), supaya kita mencapai perjamuan kawin Anak
Domba,
antara lain:
- Lukas
14: 7-11,
7.
Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki
tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada
mereka:
8.
"Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah
duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang
seorang yang lebih terhormat dari padamu,
9.
supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan
berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau
dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah.
10.
Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang
paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu:
Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan
menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.
11.
Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan
barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Ay
7 => “bahwa tamu-tamu berusaha menduduki
tempat-tempat kehormatan” => inilah
undangan yang pertama.
Ay 8 => “Kalau
seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan”
=> ini undangan ke pesta perkawinan. Ini undangan secara
umum.
Undangan pertama: undangan
pesta perkawinan. Sekarang
artinya:
- Secara
jasmani: undangan ke pesta perkawinan
secara jasmani. Contohnya: ada
yang akan kawin, kemudian
mengundang kita.
- Secara
rohani: nikah yang berpesta (nikah yang
bahagia). Kalau kita mau masuk perjamuan kawin Anak
Domba,
maka nikah kita di dunia ini juga
harus selalu
berpesta = nikah bersuasana pesta. Jika
nikah bersuasana perang, suasana benci, kita tidak dapat
masuk ke perjamuan kawin Anak
Domba.
Oleh sebab itu kita diundang terlebih dahulu ke nikah yang
berpesta. Semoga kita bisa mengerti.
Nikah
merupakan pemberian TUHAN yang mulia hanya kepada manusia. Ciptaan
TUHAN yang lain tidak menikah. Contohnya:
binatang tidak ada yang menikah, malaikat
tidak ada yang menikah.
Oleh sebab itu
biarlah kita menjaga kebenaran dan kesucian nikah kita:
- Mulai
dari permulaan nikah harus dijaga. Kaum muda hati-hati!
- Perjalanan
nikah juga harus dijaga,
supaya berkenan kepada TUHAN dan kita akan
berbahagia.
Menjaga
nikah itu mulai dari benar terlebih dahulu. Kalau mau menikah,
mulailah dengan yang benar dulu. Misalnya:
surat-suratnya benar, sesuai dengan ketentuan di dalam
alkitab, sampai semuanya benar. Inilah
undangan yang pertama. Sekarang
ini kita diundang oleh TUHAN dan kita
juga mengundang yang lain. Nanti kalau kita sudah merasakan nikah
yang bahagia, maka kita dipakai untuk mengundang yang lain. Semoga
kita dapat
mengerti.
Tidak ada kebahagiaan di dunia yang lebih dari
nikah yang berpesta (nikah yang bahagia). Jika nikah kita berpesta,
sekalipun kita masih hidup di dunia, kita serasa hidup di surga.
Biarpun rumah masih mengontrak, tidak memiliki
apa-apa, jika nikah itu berpesta, kita serasa di surga. Sebaliknya,
tidak ada penderitaan di dunia yang lebih dari pada nikah yang
gagal. Nikah yang gagal itu seperti serasa tinggal di neraka, sebab
itu kita harus berhati-hati.
TUHAN mengundang kita pada pesta perkawinan (nikah yang berpesta),
mari kita berusaha menjaga kebenaran dan kesucian nikah, sampai
nikah kita menjadi bahagia. Semoga kita dapat
mengerti.
Lukas
14: 11,
Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan
barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Syarat
supaya nikah berpesta (nikah yang bahagia) adalah
merendahkan diri (rendah hati).
Kalau nikah mau berpesta, syaratnya bukanlah kaya, miskin, tua,
muda, bukan itu! Semuanya yang terlibat, baik suami, istri,
anak-anak rendah hati.
Praktek
rendah hati adalah:
- Saling
mengaku dan saling mengampuni
(bukan saling
menyalahkan).
Saling
mengaku contohnya:
- Jika
suami bersalah, mengaku kepada TUHAN (vertikal) dan mengaku kepada
istri/kepada sesama (horisontal), jika diampuni jangan berbuat
dosa lagi.
- Sebaliknya,
jika istri yang salah, mengaku kepada TUHAN (vertikal) dan mengaku
kepada suami (horisontal), kalau diampuni jangan berbuat dosa
lagi. Vertikal dan horisontal membentuk kayu salib.
Saling
mengampuni contohnya:
- Jika
suami benar (yang benar), maka mengampuni istri dan melupakannya.
- Jika
istri benar, mengampuni suami, mengampuni anak dan melupakannya.
Jika
kita rendah hati (saling mengaku dan saling mengampuni), maka dosa
diselesaikan oleh Korban
Kristus/Darah
YESUS/kayu salib, sehingga nikah kita berbahagia (berpesta). Jika
mempertahankan dosa (suami istri bertahan pada dosa) akan letih
lesu, berbeban berat. Terlebih lagi, jika saling menuduh dan
menyalahkan, maka dosa semakin bertambah, semakin letih lesu,
berbeban berat, nikah
bertambah
kering, bahkan sampai hancur. Inilah jika sudah berdosa, tetapi
malah saling menyalahkan. Mari dalam nikah kita harus berhati-hati,
sebab banyak sekarang, sudah bersalah,
tetapi
tidak mau
mengaku dosa,
bahkan
menyalahkan orang.
Demikian juga didalam ibadah pelayanan (kami
sebagai hamba TUHAN), sudah berdosa atau salah dalam tahbisan,
malah menyalahkan orang lain. Akibatnya pelayanan akan hancur. Jika
bersalah,
tetapi tidak mau mengaku dosa,
maka itu
sudah sombong. Kalau kita
bersalah,
tetapi
menyalahkan
orang lain, itu seperti setan (pendakwa). Semoga kita dapat
mengerti.
- Saling
melayani.
Ini
ada kesalahan juga, sebab seringkali didalam nikah ada tamu
kerhormatan. Seperti tadi ada tamu datang dan mau duduk paling
depan (tamu kehormatan), kalau duduk didepan pasti dilayani, kalau
yang duduk dibelakang => ambil sendiri ya.
Contohnya
didalam nikah,
jika
ada tamu kehormatan:
suami menjadi tamu kehormatan dan tidak mau melayani. Lebih celaka
lagi jika istri yang menjadi tamu kehormatan. Jadi didalam nikah
dan ibadah, semuanya saling melayani dan jangan sampai
ada tamu
kehormatan.
Contoh
saling melayani didalam nikah:
- Suami
melayani istri yaitu suami mengasihi istri =
suami mengasihi istri seperti
diri sendiri dan tidak berlaku kasar. Disamping suami mencari uang
dan lain sebagainya, puncaknya
adalah
mengasihi istri seperti diri sendiri. Jadi kalau suami belum
mengasihi istri seperti diri sendiri, itu berarti suami belum
melayani. Kalau cuma sekedar memberikan uang, istri bisa mencari
sendiri, apalagi kalau orang tua dari istri kaya, ‘jangan-jangan
malah tidak butuh’.
- Istri
tunduk kepada suami dalam segala sesuatu.
- Anak-anak
taat dengar-dengaran kepada orang tua.
Kalau
terjadi saling mengaku, saling mengampuni dan saling melayani dalam
nikah, maka berlaku rumus nikah yaitu 1 + 1 = 1. Tanda “+”
(ditambah) itu salib. Jadi salib = saling mengaku, saling
mengampuni dan saling melayani. Saling mengaku, saling mengampuni
dan saling melayani, itu semuanya merupakan pelayanan YESUS di kayu
salib.
Efesus
5: 31,
32,
31.
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu
daging.
32.
Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus
dan jemaat.
Ay 31 =>
“sehingga keduanya itu menjadi satu
daging” => 1 + 1 hasilnya bukan 2,
tetapi hasilnya adalah 1 (menjadi satu daging).
Ay 32 =>
“Rahasia ini besar”
=> jika nikah yang jasmani sudah menjadi satu (bahagia), maka
akan masuk kesatuan nikah yang lebih besar.
“hubungan
Kristus dan jemaat” => nikah yang
rohani antara Kristus dan jemaat yaitu masuk perjamuan kawin.
1
+ 1 = 1 ini menunjuk kesatuan nikah (bahagia), sampai mencapai
kesatuan nikah yang sempurna yaitu masuk perjamuan kawin Anak
Domba.
Semoga kita dapat
mengerti.
Inilah
undangan yang pertama. Kalau kita mau masuk dalam perjamuan kawin,
nikah yang jasmani yang sudah rusak harus diperbaiki dan nikah yang
sudah baik harus dijaga (kebenaran dan kesucian permulaan nikah,
perjalanan nikah terus dijaga). Dalam nikah harus ada kerendahan
hati itulah saling mengaku, saling mengampuni dan saling melayani.
- Lukas
14: 12-14,
12.
Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila
engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah
engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum
keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan
membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau
mendapat balasnya.
13.
Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang
miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang
buta.
14.
Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa
untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada
hari kebangkitan orang-orang benar."
Ay
14 => “karena
mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu”
=
tidak ada pamrih.
Undangan kedua: pada “perjamuan siang
atau perjamuan malam” = pesta
siang dan malam. Ini menyangkut
tahbisan. Jadi tahbisan juga menentukan untuk masuk perjamuan kawin
Anak
Domba.
Keluaran 29 ini tentang tahbisan. Keluaran 29: 38, 1,
ini judulnya mengenai korban pagi dan petang = pesta siang dan
malam.
Keluaran
29: 38,
39,
1
38.
"Inilah yang harus kauolah di atas mezbah itu: dua anak domba
berumur setahun, tetap tiap-tiap hari.
39.
Domba yang satu haruslah kauolah pada waktu pagi dan domba yang lain
kauolah pada waktu senja.
1.
"Inilah yang harus kaulakukan kepada mereka, untuk menguduskan
mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku: Ambillah seekor
lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan yang tidak bercela,
Ay
39 => pada pesta siang dan malam (senja).
Pada korban pagi dan
petang (pesta pagi dan petang) diambil/disembelih dua ekor domba
setiap hari selama tujuh hari, tetapi kalau korban tahbisan hanya
satu kali saja dalam satu hari. Saat Harun menjadi imam
besar
dan anak-anaknya menjadi imam-imam hanya menyembelih dua ekor domba
saja dan itu sudah ditahbiskan.
Pesta
siang dan malam adalah pelipat gandaan
korban tahbisan. Misalnya:
satu rumah tiap hari memotong satu ekor ayam, tetapi kali ini setiap
hari memotong satu ekor ayam selama tujuh
hari. Inilah pelipat gandaan, karena ada pesta (kalau tidak ada
pesta tidak mungkin). Inilah yang namanya
tahbisan/pelayanan yang berpesta. Tadi,
undangan yang pertama adalah nikah yang berpesta. Setelah kita
ditahbisan akan terus menyembelih dua ekor domba, sampai berlipat
ganda korbannya, ini berarti ada pesta. Semoga kita dapat
mengerti.
Pertanyaannya pada
sekarang
ini, bagaimana dengan ibadah pelayanan kita?
Mungkin kita sudah
datang dalam tiga
macam ibadah dan banyak yang rajin, tetapi apakah
berbahagia/bergairah dalam suasana pesta atau terpaksa atau setengah
mati atau bosan atau tawar (sudah biasa-biasa saja). Sekarang
ini kita diperiksa dan diundang oleh
TUHAN dalam pelayanan yang berpesta. Tadi, kalau nikah sudah tawar,
harus kembali pada kebenaran, kesucian, kerendahan hati (saling
mengaku, mengampuni, melayani) dan pasti akan muncul suasana pesta
(demikian juga dalam pelayanan). Semoga kita dapat
mengerti.
TUHAN mengundang supaya
tahbisan kita berpesta, salah satu contohnya
seperti ibu
Musa menyusui Musa. Sebenarnya ibu
Musa tidak bisa menyusui Musa karena ada ancaman dari firaun,
sehingga Musa sudah dibuang. Setelah Musa diambil oleh putri
firaun,
lalu kakaknya menawarkan seorang inang penyusu, akhirnya ibu
Musa lah yang dipanggil menjadi inang penyusu => “disuruh
menyusui bayi Musa”, ibu
Musa mungkin sudah tidak peduli apapun juga, rasa capek, berapa
gajinya dan lain-lain, sebab
sekarang sudah dapat
menyusui Musa sepuas-puasnya. Seperti inilah tahbisan yang
berpesta.
Ini sama dengan kita, bangsa
kafir
tidak boleh dan tidak layak melayani TUHAN, tetapi karena Korban
Kristus, maka bangsa
kafir
dapat
melayani TUHAN (seperti ibu
Musa menyusui Musa). Yang tidak boleh, menjadi boleh, seharusnya
kita bahagia, senang, tidak bosan, tidak mempedulikan lagi jarak =>
Malang Surabaya jauh, tetapi sudah diimbangi dengan
ada yang datang
dari Pamekasan,
Tuban, Krian, Sidoarjo, Mojokerto. Semoga kita dapat
mengerti.
Sekarang
kita sudah boleh melayani, tetapi masih ada syarat supaya tahbisan
berpesta
yaitu:
- Lukas
17: 10,
Demikian
jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang
ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah
hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami
harus lakukan."
Dalam
Lukas 14: 12-14, kalau kamu mengadakan pesta undanglah orang
miskin, cacat, buta, lumpuh yang tidak bisa membalas apa-apa. Kalau
mengundang orang kaya, nanti kita diberikan sesuatu, sehingga
terjadi saling membalas. Mengundang orang miskin yang tidak bisa
membalas = tanpa hak, itulah berbahagia.
Yang pertama: dalam
tahbisan,
kita tidak menuntut hak,
tetapi hanya
melakukan
kewajiban
dan melayani TUHAN sampai memuliakan/mengagungkan TUHAN.
Dalam
tahbisan jangan menuntut hak apa saja, seperti: makan, minum,
kedudukan, ucapan terima kasih, pujian (Lukas 17), tetapi kita
harus berkata => saya melakukan ini (melayani TUHAN), karena
kewajiban saya. Saya sedih sekali kalau ada orang-orang yang
membutuhkan, kemudian berkata => “tadi malam
saya membutuhkan pak
Wi, tetapi karena sungkan, takut pak
Wi terlalu sibuk”, justru seperti itulah saya sedih. Kalau memang
membutuhkan, mungkin karena sakit dan perlu didoakan, mau jam
berapa saja, sebab
itu menjadi kewajiban saya. “Nanti
pak
Wi tidak tidur karena menyiapkan Firman”
Itu menjadi kewajiban saya, besok siang saya masih dapat
tidur, saudara bekerja,
saya masih dapat
tidur di mobil,
ini tidak ada masalah. Semoga kita dapat
mengerti.
Saya datang kesini untuk
memberikan makan jemaat adalah kewajiban
saya. Saya selalu bersaksi,
oom
Pong pernah bercerita, dulu memakai lampu petromaks,
mencari jiwa-jiwa lalu
dikumpulkan, baru dapat
berkotbah. Dulu saya tertawa-tertawa waktu beliau
bersaksi, tetapi setelah saya diterjunkan di Gending, saya harus
mengepel gereja terlebih
dahulu, harus mencari jiwa terlebih
dahulu, lalu dikumpulkan, baru saya
berkhotbah,
enam
orang dan seterusnya.
Setelah saya pindah di Malang ada
seratus
orang lebih, jangan sampai saya tidak kotbah. Lalu ditugaskan lagi
di Surabaya, saat itu yang datang hanya beberapa belas orang,
kadang-kadang sepuluh
orang, saya dari jauh-jauh tetap datang.
Sekarang sudah diberkati sekian jemaat, jangan sampai saya tidak
berkotbah.
Jika saya datang jauh-jauh dari Malang, ini bukan karena saya
hebat, tetapi ini karena kewajiban saya. Justru kalau saya tidak
datang, ini tidak melakukan kewajiban saya. Semoga kita dapat
mengerti.
Kalau dalam pelayanan
kita tidak menuntut hak, tetapi hanya melakukan kewajiban sampai
mengagungkan TUHAN, maka yang lainnya
akan ditanggung oleh TUHAN.
Mari saudara-saudara menunaikan kewajiban juga => dari kantor
harus melayani TUHAN. Layanilah TUHAN sebagai suatu kewajiban,
tanpa hak => ini kewajiban saya, biarpun saya tidak mendapatkan
apa-apa (tanpa hak), yang penting saya dapat
memuliakan, mengagungkan TUHAN. Itu saja sudah cukup dan semuanya
merupakan
urusan TUHAN dan
TUHAN tidak pernah menipu kita.
Yesaya
49: 3,
4,
3.
Ia berfirman kepadaku: "Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan
olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku."
4.
Tetapi aku berkata: "Aku telah bersusah-susah dengan percuma,
dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna;
namun, hakku terjamin pada TUHAN dan upahku pada Allahku."
Ay
3 => “menyatakan keagungan-Ku."
=> inilah tugas hamba TUHAN, melayani TUHAN sampai memuliakan
TUHAN dan mengagungkan TUHAN.
Ay 4 => "Aku
telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan
kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna”?
dari kuliah, kerja masuk gereja tidak dapat apa-apa, tidak ada
gajinya, sia-sia, tetapi TUHAN tidak pernah menipu kita.
“namun,
hakku terjamin pada TUHAN dan upahku pada Allahku."
=> TUHAN tidak pernah menipu kita.
Contohnya:
- Untuk
guru
sekolah
Minggu, saya pernah ditawari di Malang dari r
t, tetapi saya jawab => terima kasih
pak,
sudah yang lain saja pak.
Ini karena saya takut, kalau saya menerima
dari r t,
lalu saya berikan ke guru-guru untuk mendapatkan upah di dunia,
nanti bisa-bisa
tidak mendapatkan
upah di surga. Biarpun guru-guru berkata => sia-sia aku naik
motor, bayar bensin, tidak di gaji. Ini biarkan saja, yang penting
adalah mengagungkan TUHAN dan nanti TUHAN yang akan balaskan
semuanya, sebab TUHAN tidak menipu kita. Saya tidak mau berkat
dari TUHAN dipotong, dihentikan hanya oleh uang beberapa ratus
ribu, sebab berkat TUHAN adalah berkat yang kekal.
- Paduan
suara membayar bensin sendiri, yang mau silahkan saja, yang
penting adalah mengagungkan TUHAN (tanpa hak), sebab
TUHAN tidak pernah menipu kita.
Hak
dan upah kita terjamin di
dalam Tangan
TUHAN, untuk hidup sekarang ini di dunia sampai hidup kekal
selama-lamanya. Semoga kita dapat
mengerti.
Ini saya buka kepada guru
sekolah
Minggu di Malang, kalau disini tidak, karena saya tidak ditawari.
Biar mereka tercengang-cengang => sayang ya, berapa ratus ribu,
tetapi saya bilang => jangan,
biar kita mendapatkan upah dari TUHAN saja. Apalagi kalau saya mau
diam-diam dan saya menerima,
dapat berapa untuk satu bulan itu? gurunya ada 30 orang lebih,
tinggal mengalikan saja, berapa ratus ribu untuk satu guru. Kalau
saya diam-diam dan saya
pakai untuk Lempin-El
dan sebagainya, tetapi saya tidak mau.
Biarlah semuanya dari TUHAN, untuk mencapai kekekalan. Kalau kita
melayani berdasarkan pengajaran,
memang lain,
dan yang jasmani, juga
jangan dituntut sedikitpun. Inilah tanpa
hak dan hanya melakukan kewajiban. Semoga kita dapat
mengerti.
- “mengundang
orang miskin” arti rohaninya tidak
ada lagi keinginan daging.
Kalau kita
mengundang orang yang kaya, tinggal
menghitung-hitung saja => nanti dia memberikan berapa ya? Ini
bukan berarti nanti kalau ada pesta, yang kaya-kaya tidak perlu
diundang =>
tidak seperti ini, terserah mau mengundang siapa saja.
Tidak
ada lagi keinginan daging = mengalami
penyucian hati oleh pedang Firman
dari keinginan najis dan keinginan jahat:
- Keinginan
najis = dosa makan minum (merokok, mabuk, narkoba,
tontonan-tontonan) dan kawin mengawinkan. Ini tidak boleh ada lagi
dalam pelayanan.
- Keinginan
jahat = keinginan akan uang yang membuat kita kikir dan serakah
seperti Yudas. Bukan uangnya yang tidak boleh, melainkan keinginan
akan uangnya. Kikir adalah tidak bisa memberi. Serakah adalah
mencuri milik TUHAN.
Yang
benar adalah kita disucikan oleh pedang Firman
sampai lebih bahagia memberi dari pada menerima. Inilah
pelayanan/tahbisan yang berpesta. Semoga kita dapat
mengerti.
Kisah
Para Rasul 20: 33, 35
33.
Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapapun
juga.
35.
Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa
dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah
dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah
mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada
menerima."
Jadi tahbisan
berpesta adalah tidak ada hak, hanya melakukan kewajiban dan tidak
ada keinginan akan uang, tetapi lebih berbahagia
memberi daripada menerima. Ini bukan berarti menerima tidak boleh,
saya juga menerima pemberian-pemberian, silahkan saja, tetapi
sampai lebih berbahagia
memberi daripada menerima, bahkan sampai bisa memberikan hidup
kepada TUHAN. Kalau lebih bahagia memberi daripada menerima, ini
merupakan berkelimpahan dalam kebajikan = pakaian putih
berkilau-kilau = pakaian Mempelai.
Semoga kita dapat
mengerti.
Wahyu
19: 8,
Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang
berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu
adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)
Ay
8 => dalam terjemahan lama “kain kasa
halus yang bercahaya dan bersih; karena kain kasa halus itulah
ibarat segala kebajikan orang-orang suci itu."
Perbuatan
kebajikan itu bagaikan memiliki pakaian Mempelai,
sehingga bisa masuk pesta nikah. Kalau hati disucikan (memiliki
pakaian Mempelai),
maka mulut disucikan juga, sampai tidak ada dusta, bahkan tidak
salah dalam perkataan.
Yakobus
3: 2,
Sebab
kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah
dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga
mengendalikan seluruh tubuhnya.
Mulut
disucikan sampai tidak salah dalam perkataan (sempurna) yaitu hanya
dapat
berseru ‘haleluya’
untuk menyambut kedatangan TUHAN YESUS ke dua kali di awan-awan
permai. Mempelai itu hanya satu saja = satu tubuh Kristus. Suara
penyembahan Mempelai
juga satu yaitu ‘haleluya’.
Jadi dengan pakaian Mempelai
dan suara Mempelai
‘haleluya’
kita menyambut kedatangan YESUS ke dua kali di awan-awan permai.
Kalau kita berdoa ‘di
dalam Nama
TUHAN YESUS haleluya,
amin’.
Kita jangan ragu-ragu lagi! Sebab itu merupakan suatu pujian bagi
TUHAN dan juga merupakan
keyakinan kita.
Kalau kita
menyembah TUHAN ‘haleluya,
haleluya’
juga tidak boleh ragu-ragu lagi, sebab di surga juga menyembah
TUHAN dengan ‘haleluya’
(Wahyu 19). Kalau TUHAN datang kembali kita juga terangkat dengan
‘haleluya’.
Jadi dalam perjamuan kawin Anak
Domba
itu dari empat penjuru bumi hanya satu, tidak boleh mempertahankan
adat istiadat sendiri (adat jawa, cina), nanti semuanya menjadi
satu ‘haleluya’
(satu tubuh satu suara). Tahbisan kita harus mengarah kesana.
Sekarang kita mendapatkan jubah indah (jabatan gembala dsbnya),
mari kita pertahankan (tidak ada hak, tidak ada keinginan), nanti
jubah indah akan menjadi pakaian putih berkilau-kilauan
dan suara Mempelai
untuk menyambut kedatangan YESUS ke dua kali. Semoga kita dapat
mengerti.
Kita di rumah dan di gereja mari menyembah TUHAN
dengan ‘haleluya’
terus, supaya di inventarisasi. Bapak pdt
Pong selalu mengatakan => di akhir penyembahan,
mari berseru ‘haleluya’,
ini supaya suara kita di inventarisasi dan waktu TUHAN datang tetap
terdengar suara kita itu.
Pakaian dengan suara itu menjadi satu. Pakaian Mempelai
yang putih berkilau itu berasal dari hati yang bersih, lalu dari
hati keluar ke mulut yaitu suara ‘haleluya’.
Kalau hati kita kotor, mau berkata ‘haleluya’
saja
susah, mau menyembah TUHAN itu susah.
Saya pernah bersaksi,
ada seorang anak ikut ospek masuk perguruan tinggi pada tahun 1995
kerasukan setan => pak,
ada anak berteriak-teriak.
Lalu saya datang kesana dan kami bergumul dan
menyanyikan lagu ‘dalam
nama YESUS’
terus menerus,
kira-kira sampai satu jam. Dia tertawa-tawa => “mau apa kau”,
lalu bersuara laki-laki padahal dia perempuan, sebentar lagi
bersuara nenek. Ini suaranya aneh-aneh,lalu saya katakan
untuk
menyebut
‘Nama YESUS’
dan dia bisa menyebut ‘YESUS’.
Setelah bisa menyebut YESUS, lalu masih salah-salah lagi, terakhir
saya bilang untuk menyebut
‘haleluya’.
Disitulah ketahuannya, setannya ini ada di lidah, padahal yang lain
sudah normal. Saya bilang sebut => ‘haleluya’,
dia masih susah untuk
menyebut haleluya,
Begitu dia bisa menyebut ‘haleluya’,
matanya langsung terbuka => “aku mau ke kamar mandi” dan
sudah selesai. Jadi dari hati yang kotor (kotor oleh uang,
kenajisan), tidak bisa menyebut haleluya.
Kalau hati sudah dibersihkan, pasti bisa menyembah TUHAN. Semoga
kita bisa mengerti dan kita tidak ditipu.
Sekarang
ini kita mau dipakai oleh TUHAN untuk
mengundang orang lain, tetapi terlebih dahulu kita diundang oleh
TUHAN ke perjamuan kawin Anak
Domba,
lewat nikah yang berpesta (saling mengaku, mengampuni
dan saling melayani), tahbisan yang
berpesta (tidak ada hak dan tidak ada keinginan).
- Lukas
14: 15-20
15.
Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus:
"Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan
Allah."
16.
Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada seorang mengadakan
perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang.
17.
Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan
kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap.
18.
Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata
kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya;
aku minta dimaafkan.
19.
Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan
aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan.
20.
Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak
dapat datang.
Ay 15 =>
"Berbahagialah orang yang akan dijamu
dalam Kerajaan Allah." => perjamuan
kawin Anak
Domba.
Ay
18-20
=> ada yang menolak undangan.
Ay 20 => “Aku
baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang”
=> ini menentang.
Undangan ke tiga:
pesta
perjamuan besar atau pesta nikah anak domba.
Pesta nikah Anak
Domba
ini ditujukan kepada Mempelai
Wanita
yang siap sedia yaitu memiliki tubuh yang rohani/mulia/sempurna
seperti YESUS untuk bisa terangkat ke awan-awan permai. Kalau dalam
tubuh daging => saudara loncat pakai apa saja, pasti jatuh, jadi
harus dalam tubuh yang rohani. Inilah yang harus kita
persiapkan.
Dalam Lukas 14: 15-20
disitu ada kehidupan yang menolak undangan untuk datang ke pesta
yaitu:
- Menolak
karena perkara-perkara dunia (horisontal). Ayat 18,19
=> menolak undangan karena membeli ladang, membeli lembu.
- Menolak
karena baru kawin (vertikal). Ay 20 => diundang ke perjamuan
kawin yang rohani, malah mengajukan kawin yang jasmani. Ini
menentang dengan langsung menolak undangan (menentang langsung
rencana TUHAN).
Kehidupan
yang menolak undangan, sekarang ini menunjuk
kehidupan yang menolak salib. Menolak perjamuan kawin Anak
Domba
= menolak salib. Hati-hati, bukan hanya orang dunia yang menolak
salib, tetapi hamba TUHAN juga ada yang menolak salib. Misalnya:
kami gembala-gembala juga sudah mulai menolak salib: ada yang tidak
mau menjadi gembala lagi, ada yang masih menjadi gembala tetapi
tidak mau berkotbah
lagi. Inilah dengan cara apapun menolak salib. Doakan saya sebagai
gembala, agar jangan menolak salib. Sekarang di gereja diajarkan =>
jangan yang susah-susah, Firmannya
sedikit-sedikit saja, yang senang-senang saja, supaya jemaat juga
senang. Di dunia sudah sulit, di perusahaan, di kuliah sudah sulit,
sekarang di gereja yang senang-senang saja. Padahal inilah yang
berbahaya, jika menolak salib (sengsara daging bersama YESUS), itu
berarti menolak perjamuan kawin Anak
Domba.
Semoga kita dapat
mengerti.
Syarat untuk masuk perjamuan
kawin anak domba adalah harus memikul salib
= harus sengsara daging karena YESUS. Kalau saudara datang beribadah
=> aduh oom,
saya sengsara, capek, dari jauh saya datang beribadah, dari kuliah
lalu datang beribadah, saya harus berkorban
ini untuk ibadah. Itu arahnya sudah benar yaitu ke perjamuan kawin
Anak
Domba.
Ini teruskan saja, nanti TUHAN yang akan menyertai kita.
2
Korintus 4: 16,
17,
16.
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah
kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari
sehari ke sehari.
17.
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami
kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari
pada penderitaan kami.
Ay 16
=> “Sebab itu kami tidak
tawar hati” => kuat dan teguh
hati.
Ay 17 => “mengerjakan bagi kami
kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari
pada penderitaan kami” => ada kemuliaan
kekal saat masuk ke perjamuan kawin Anak
Domba.
Mengapa
kita harus memikul salib? Jika kita memikul
salib (sengsara daging bersama YESUS), maka kita akan mengalami
keubahan hidup/pembaharuan dari manusia daging menjadi manusia
rohani seperti YESUS (tubuh daging diubah menjadi tubuh rohani).
Kalau tidak mau memikul salib, kita tidak akan dapat
terangkat, sebab tetap menjadi manusia daging (manusia daging tidak
dapat
terangkat).
Keubahan hidup itu dimulai dari “jangan tawar
hati” = kuat dan teguh hati. Inilah manusia rohani (Mempelai
Wanita).
Kuat teguh hati artinya
- Tidak
bimbang oleh ajaran-ajaran lain, tetapi tetap berpegang teguh
kepada ajaran yang benar.
- Tidak
kecewa, tidak putus asa oleh pencobaan-pencobaan, tetapi tetap
percaya kepada YESUS dan tetap melayani YESUS.
- Tidak
mau berbuat dosa apapun resikonya, tetapi tetap hidup benar.
Misalnya: dalam pekerjaan kita disuruh untuk
berbuat dosa. Saudara ingat, Daniel
merupakan seorang pekerja yang baik, tetapi ibadahnya
juga ditest;
dia
disuruh oleh atasannya (raja) untuk beribadah yang tidak benar,
tetapi Daniel tidak mau menurutinya
dan konsekwensinya adalah masuk dalam
gua singa/mati. Mari kita semuanya kuat dan teguh hati. Kami
sebagai hamba-hamba TUHAN demikian juga,
kita
harus berani menolak untuk berbuat dosa, itulah kuat dan teguh
hati.
- Tetap
menyembah kepada TUHAN dengan benar apapun resikonya.
Kalau
kita kuat dan teguh hati, TUHAN tidak akan meninggalkan kita, TUHAN
beserta kita, memperdulikan kita, memperhatikan kita, TUHAN bergumul
untuk kita. Contohnya:
- Sadrakh,
Mesakh, Abednego, tiga orang dilemparkan ke dalam api, ternyata ada
4 orang. Itulah TUHAN beserta kita. Sadrakh, Mesakh, Abednego tetap
kuat dan teguh hati, tidak mau menyembah patung.
- Daniel
dilempar ke gua singa, tetapi mulut singanya dikatupkan oleh
Malaikat (TUHAN). Inilah penyertaan TUHAN,
itu sebabnya kita jangan takut.
Tugas
terakhir hari-hari ini adalah bersaksi dan mengundang mereka yang
letih lesu, yang haus, yang salah. Kita harus bersaksi dan
mengundang, jangan justru ikut-ikutan berbuat
salah. Kalau kita kuat dan teguh hati, TUHAN beserta dengan kita dan
TUHAN mampu melakukan semuanya.
Hasilnya
adalah:
- 1
Tawarikh 19: 13,
Kuatkanlah hatimu dan marilah kita menguatkan hati untuk bangsa kita
dan untuk kota-kota Allah kita. TUHAN kiranya melakukan yang baik di
mata-Nya."
Hasil pertama:
TUHAN sanggup
menjadikan semuanya baik pada waktu nya.
Daniel
dimasukkan ke dalam gua singa tidak apa-apa, cuma sebentar saja,
setelah itu semuanya menjadi baik. Sadrakh, Mesakh, Abednego
dimasukkan kedalam api, tetapi sesudah itu baik semuanya. Hanya
sesaat saja, tetapi nanti semuanya menjadi baik untuk
selama-lamanya. Kita hanya tinggal menunggu waktu dari
TUHAN saja.
- 1
Tawarikh 28: 20,
Lalu berkatalah Daud kepada Salomo, anaknya: "Kuatkan dan
teguhkanlah hatimu, dan lakukanlah itu; janganlah takut dan
janganlah tawar hati, sebab TUHAN Allah, Allahku, menyertai engkau.
Ia tidak akan membiarkan dan meninggalkan engkau sampai segala
pekerjaan untuk ibadah di rumah Allah selesai.
Hasil
kedua: TUHAN sanggup
menyelesaikan semuanya tepat pada waktu Nya
yaitu:
- TUHAN
sanggup untuk menyelesaikan semua masalah kita, sampai masalah yang
mustahil diselesaikan oleh TUHAN tepat pada waktu nya.
- TUHAN
sanggup menyelesaikan pembangunan rumah ALLAH
yang rohani (ini yang terutama) artinya
TUHAN sanggup menyucikan dan mengubahkan kita sampai sempurna
seperti Dia. Kita terangkat di awan-awan permai dan berbahagia
bersama dengan Dia. Semua letih lesu, berbeban berat akan hilang,
yang haus seperti perempuan Samaria disucikan dan diubahkan.
Apapun
keadaan kita pada saat ini, mungkin letih
lesu, berbeban berat, putus asa, haus seperti perempuan Samaria,
nikah yang hancur, melayani dengan tertekan, tidak berbahagia,
TUHAN mengundang kita semuanya. TUHAN mengundang terlebih dahulu kita
(termasuk saya), kalau nikah kita sudah berpesta, tahbisan berpesta,
kita memikul salib dan mengalami keubahan hidup yang mengarah kepada
pesta kawin Anak Domba,
baru kita dapat dipakai oleh TUHAN untuk
bersaksi dan mengundang yang lainnnya. Banyak jiwa-jiwa yang
membutuhkan, banyak yang mengemail saya, ada orang yang mendengar
satu kali di Medan, lalu mengemail saya => “kapan lagi oom?”
Semoga kita dapat mengerti.
Kita
harus kuat dan teguh hati dalam menerima undangan TUHAN, kita
semuanya harus bertahan, sampai kita dipakai oleh TUHAN, bahkan
sampai kita masuk perjamuan kawin Anak
Domba.
TUHAN memberkati kita
sekalian.1