Kita
masih tetap membaca di dalam kitab
Wahyu
1: 10-12,
10.
Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari
belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,
11. katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah
kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke
Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke
Laodikia."
12.
Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan
setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas.
Jadi,
inilah yang kita pelajari di hari-hari ini, rasul Yohanes yang
mengalami sengsara daging di pulau Patmos karena Firman ALLAH dan
juga karena kesaksian YESUS, sehingga ia dapat mendengar dan melihat
suara sangkakala yang nyaring yang menjadi wujud tujuh kaki dian dari
emas itulah sidang jemaat yang sempurna. jadi, kalau kita sengsara
daging karena YESUS (tidak menjadi putus asa dan lemah) tetapi dapat
mendengar dan melihat suara sangkakala yang nyaring dan menjadi wujud
yang nyata itulah tujuh kaki dian emas = sidang jemaat yang sempurna.
Kita
sudah mendengar suara sangkakala yang nyaring adalah
Firman
penggembalaan yang mengandung bobot dari Firman pengajaran yang benar
yang:
- keras,
- tajam,
- disampaikan
berulang-ulang sehingga mampu menyucikan dan mengubahkan sidang
jemaat sampai menjadi sempurna seperti YESUS = menjadi Mempelai
Wanita Surga yang layak untuk menyambut kedatangan YESUS Yang kedua
kali di awan-awan yang permai sampai kita layak untuk masuk ke dalam
kota Yerusalem yang Baru. Inilah yang kita butuhkan di hari-hari
ini.
Inilah
bunyi sangkakala yang nyaring itulah Firman penggembalaan yang
mengandung bobot dari pengajaran yang benar yang dapat didengar dan
dilihat oleh rasul Yohanes yang menderita bukan karena ia berbuat
kejahatan atau karena dosa tetapi ia menderita karena YESUS.
Di
bagian atas di ay 10,
Pada hari Tuhan aku
dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang
nyaring, seperti bunyi sangkakala,
Pada
hari TUHAN, rasul Yohanes mendengar dan melihat suara sangkakala
yang nyaring = pada hari TUHAN, rasul Yohanes menerima nubuat akan
terjadi ini. kita melihat hari TUHAN yang dinubuatkan di dalam surat
Petrus =>
2
Petrus 3: 10-13,
10.
Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit
akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan
hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan
hilang lenyap.
11.
Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa
suci dan salehnya kamu harus hidup
12.
yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah.
Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan
hancur karena nyalanya.
13.
Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan
bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
Ay
11, pada hari TUHAN ada dua kemungkinan yaitu hancur atau suci.
Ay
13, langit yang baru dan bumi yang baru = Yerusalem Baru.
Jadi,
hari TUHAN adalah hari yang sangat dahsyat dimana terjadi dua
kemungkinan yaitu:
- kemungkinan
pertama yang positif => jika kita mau mendengar dan melihat
sangkakala yang nyaring bunyinya itulah Firman pengajaran yang
benar, yang tajam, dan ini memang sakit bagi daging, maka kita akan
disucikan dan diubahkan sampai kita menjadi sempurna seperti YESUS
dan kita dapat menyambut kedatangan YESUS kedua kali diawan-awan
yang permai/kita tidak binasa bersama dengan dunia dan masuk ke kota
Yerusalem yang baru. Ini terjadi, jika kita mau menjadi seperti
rasul Yohanes yang mendengar dan melihat suara sangkakala yang
nyaring.
- kemungkinan
kedua => jika kita tidak mau/menolak mendengar dan melihat suara
sangkakala yang nyaring, maka gereja TUHAN/kita, tetap berada di
dalam dosa bahkan sampai pada puncak dosa, sehingga kita hancur
lebur/binasa bersama dengan dunia untuk selama-lamanya.
Oleh
sebab itu menjelang hari kedatangan TUHAN sekarang ini:
- kita
harus mendengar dan melihat bunyi sangkakala yang nyaring itulah
Firman ALLAH yang berbobot, benar, keras, tajam. Bukan sekedar
Firman ALLAH yang ringan-ringan, yang enak bagi daging, sebab sudah
bukan waktunya lagi.
- Apalagi,
Firman ALLAH hanya dianggap sebagai selingan; banyak kali kita ke
gereja, senang kalau menyanyi, tetapi untuk mendengarkan Firman,
hanya dianggap sebagai selingan saja. Ini salah besar atau
- Firman
ALLAH diterima sebagai lelucon/lawakan dllnya. Ini bahaya besar
sebab dapat akan ketinggalan dan binasa bersama dengan dunia. Semoga
kita dapat mengerti.
Supaya
kita dipersiapkan dengan sungguh-sungguh untuk menyambut kedatangan
YESUS Yang kedua kalinya diawan-awan yang permai. Inilah ayat 10,
istilah
pada hari TUHAN. Kita harus berhati-hati sebab hari
TUHAN itu sudah dekat sekali, kita harus mendengarkan Firman
penggembalaan yang disampaikan oleh seorang gembala. Jika tidak
disampaikan oleh seorang gembala, maka hal itu sudah tidak benar.
Wahyu
1: 11, katanya:
"Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab
dan
kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke
Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia."
Jadi,
kata TUHAN kepada rasul Yohanes untuk menuliskan apa yang sudah
didengar dan dilihat kepada ketujuh sidang jemaat. Kalau dulu, memang
hanya dalam bentuk bahasa tulisan, tetapi
sekarang lebih canggih lagi dengan dibuatkan foto kopi, kemudian
direkam dalam cassette dan dikirim dan lebih canggih lagi, memakai
vcd dan akan lebih bagus lagi dengan dvd. Bahkan sekarang memakai
internet/siaran langsung sehingga dari luar negeri dan darimana saja
sudah secara langsung dapat mendengarkan.
Tetapi,
(kelemahan kita disini), seringkali terutama saya sebagai seorang
hamba TUHAN, hanya menyampaikan Firman, tetapi pribadi dari hamba
TUHAN itu sendiri tidak mengalami bobot dari Firman itu dan tidak
mempraktekan Firman sehingga Firman itu tidak memiliki kuasa. Itu
sebabnya hamba TUHAN itu harus terlebih
dahulu mengalami bobot dari Firman dan mempraktekannya.
Jadi,
rasul Yohanes adalah seorang hamba TUHAN yang nantinya dipakai
oleh TUHAN untuk menuliskan surat-surat penyucian kepada tujuh
sidang jemaat bangsa kafir.
Oleh sebab itu rasul Yohanes sendiri harus
lebih dahulu menanggung bobot dari Firman
ALLAH (mengalami pekerjaan Firman
ALLAH/ mengalami pekerjaan suara sangkakala
yang nyaring) = lebih dahulu terkena koreksi dari
Firman ALLAH, sehingga Firman
yang disampaikan dan disaksikan memiliki kuasa untuk menolong sidang
jemaat yang mendengar. Disinilah letak kegagalan kita (terutama kami
sebagai hamba-hamba TUHAN).
Kami
seringkali mengajarkan => ayo setia, tetapi hamba
TUHAN itu sendiri yang menyampaikan
Firman tidak setia, lalu bagaimana jemaat
dapat setia? Jangankan untuk datang tiga
macam ibadah, mau ibadah satu Minggu satu kali saja susah, sebab
hamba TUHAN nya sendiri tidak setia dalam
menyampaikan Firman. Ini banyak kali
kita salah. Jadi kita terlebih dahulu yang
mengalami bobot Firman (mengalami koreksi
Firman), barulah
Firman yang disampaikan itu mengandung
kuasa untuk menolong sidang jemaat. Demikian juga bagi kita, kalau
kesaksian-kesaksian kita mau berhasil, orang-orang yang mendengarkan
tertolong, maka kita terlebih dahulu harus mempraktekkan
Firman (terlebih dahulu menanggung bobot
Firman).
Datang
ke gereja satu Minggu satu kali saja sudah langka dan itu sudah
hebat, apalagi namanya tiga macam ibadah, ini sudah sulit dicari!
Dulu pada tahun 1991-1992 saya masih sekolah di Lempin-El kemudian
menjadi pengerja. Saya tidak tahu seluk beluk GPT di Indonesia (saya
bicara GPT dan tidak bicara gereja lain), saya kira sama dengan yang
ada di Johor atau di Lemah Putro yaitu tiga macam ibadah. Sejak zaman
alm pdt In Jowono penuh terus tiga macam ibadah hari Selasa,
Jumat, Minggu. Perkiraan saya seperti itu, tetapi setelah diberitahu
oleh ketua asrama
bpk pdt Billy
=> di lain tidak begitu pak Wi, yang
datang hanya sedikit sekali. Di GPT sendiri saja sudah langka,
apalagi di lainnya. Jika tidak mau mengnanggung
bobot Firman, maka Firman
yang disampaikan tidak ada kuasa atau tidak bisa menggerakkan sidang
jemaat untuk datang tiga macam ibadah. Kalau datang ke gereja satu
Minggu sekali sudah merasa berjasa, ini semua tergantung dari kita;
Mari kita doakan, supaya bobot Firman dapat
ditanggung terlebih dahulu, baru disampaikan, maka pasti ada kuasa
untuk menolong sidang jemaat.
Sekarang
ini merupakan pelajaran ayat per ayat! Tadi sudah diterangkan:
hati-hati sebab ‘pada hari TUHAN’ ini sudah dekat. Kita datang ke
gereja harus sungguh-sungguh mencari Firman.
Dari pada nanti kita menangis kemudian dan tidak ada artinya, lebih
baik sekarang => aduh saya sakit, lama di gereja, tetapi nanti
‘pada hari TUHAN’ kita akan bersorak sorai. Jika sekarang kita
mendengarkan Firman yang lucu-lucu,
senang-senang, cepat-cepat, nanti kita akan menangis ‘pada hari
TUHAN’. Kalau kita sudah menerima Firman,
maka harus dibagikan (seperti rasul Yohanes
diperintahkan ‘
tuliskanlah’), tetapi dengan syarat kita
terlebih dahulu harus menanggung bobot
Firman, baru orang yang menerima kesaksian
atau orang yang mendengarkan Firman dapat
mengalami kuasa. Semoga
kita dapat mengerti.
Wahyu
1: 12,
Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan
setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas.
Setelah
mendengarkan Firman, nanti bisa melihat
(Firman menjadi Wujud).
Firman itu bukanlah abstrak, bukan sesuatu yang hanya bisa
didengarkan, tetapi Firman bisa dilihat dan
menjadi Wujud. Dahulu rsl
Yohanes dapat melihat Firman.
Dimana Yohanes bisa mendengar dan melihat
Firman? cuma di pulau
Patmos (dimana-mana tidak dapat mendengar
dan melihat Firman). Waktu rsl
Yohanes dibuang ke pulau
Patmos, bukan karena dia jahat, tetapi karena YESUS (sengsara daging
karena YESUS), maka dia dapat melihat
Firman.
Bagaimana
kita dapat mendengar dan melihat suara
sangkakala? kalau kita mengalami sengsara daging. Jika kita beribadah
dan melayani TUHAN dengan tanda sengsara daging (tanda salib/tanda
darah), maka kita juga dapat mendengar dan
melihat (mengalami) suara sangkakala yang nyaring untuk menyucikan
dan mengubahkan kita = meningkatkan kerohanian kita sampai menjadi
wujud ‘tujuh kaki dian dari emas yang bercahaya’ (tujuh pelita
emas yang bercahaya = sidang jemaat yang sempurna seperti YESUS =
Mempelai Wanita
Surga). Semoga
kita dapat mengerti.
Tanda
sengsara bagi daging,
misalnya:
- Seharusnya
istirahat, tetapi datang beribadah.
- Besok
ada ujian, seharusnya
belajar, tetapi beribadah dahulu dan
nanti malam begadang untuk belajar.
Inilah
sengsara karena YESUS dan bukan karena dosa (ini sudah benar). Kalau
saudara datang ke gereja, daging merasa tidak enak. Jika
diperhadapkan antara yang enak bagi daging dan yang tidak enak bagi
daging, kita harus memilih yang tidak enak bagi daging, sebab itulah
salib dan disitulah ada jaminan bahwa kita dapat
menghargai Firman. Jika kita memilih Firman
yang enak bagi daging, kita tidak akan menghargai Firman
dan menganggap Firman hanya sebagai
selingan (lucu-lucuan) => yang penting aku datang ke gereja.
Jika
TUHAN mengijinkan ada macet, hujan dan sebagainya, ini
bukanlah suatu kebetulan, sebab ini
merupakan test bagi kita, supaya kita dapat
mengalami sengsara daging (ibadah harus ditandai sengsara daging).
Kalau kita sudah rela sengsara daging dalam ibadah, sebentar lagi
kita dapat memiliki pengalaman seperti yang
dinubuatkan oleh rsl Yohanes yaitu kita
akan dapat mendengar dan melihat sangkakala
yang nyaring/Firman penggembalaan yang
benar untuk menyucikan dan mengubahkan kita (meningkatkan kerohanian
kita) sampai kita menjadi wujud tujuh pelita emas yang bercahaya =
kita menjadi Mempelai Wanita
Surga yang siap untuk menyambut kedatangan
YESUS ke dua kali di awan-awan yang permai, sampai masuk dalam
Yerusalem Baru.
Kalau
sudah ada tanda salib => daging menolak, itu sudah benar dan ikuti
saja, sampai kita mendengar dan melihat sangkakala, sampai satu waktu
melihat wujud tujuh kaki dian dari emas. Dibalik salib ada
kesempurnaan dan kemuliaan. Tanpa salib, tidak akan ada kesempurnaan
dan kemuliaan. Semoga
kita dapat mengerti.
2
Petrus 1: 5-7,
5.
Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk
menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan
pengetahuan,
6.
dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri
ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,
7.
dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih
akan saudara-saudara kasih akan semua orang.
Disini
ada tujuh peningkatan kerohanian yang bagaikan wujud pelita emas yang
bercahaya. Suara sangkakala yang nyaring/Firman
penggembalaan yang benar menghasilkan tujuh peningkatan rohani =
tujuh lampu pada pelita emas yang bercahaya = Mempelai
Wanita dengan matahari, bulan dan bintang
(terang semuanya).
Setiap
kali kita mendengarkan suara sangkakala/Firman
penggembalaan yang diulangi dan dimantapkan, maka iman ditambah,
kebajikan ditambah, semua ditambah sampai yang ke tujuh ada kasih
yang sempurna. Kita harus terus meningkat. Oleh sebab itu harus ada
seorang gembala, saya sering mengatakan => ini seperti kita
membangun rumah. Saat kita membangun dasar, tahu-tahu mau dipasang
atap, ini tidak bisa! Sebab itu dibutuhkan seorang tehnik
sipil atau arsitek
untuk mengatur semuanya. Demikian juga dalam hal rohani, dibutuhkan
juga seorang gembala untuk mengatur semuanya, dibangun mulai dasar
(iman) terus menerus sampai dengan kasih. Mari kita pelajari semuanya
dalam tabernakel.
Langkah-langkah
tujuh peningkatan rohani sampai dengan kesempurnaan:
- 2
Petrus 1: 5,
Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk
menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan
pengetahuan,
Yang pertama:
iman.
Iman ini sebagai dasarnya. Dalam
tabernakel ini
menunjuk pada
pintu gerbang.
Roma
10: 17,
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman
Kristus.
Iman timbul dari
mendengar Firman
Kristus (Firman
yang diurapi oleh Roh Kudus). Kristus artinya ‘Yang diurapi’.
Jadi kita menyampaikan Firman
dan mendengarkan Firman
bergantung pada urapan, bukan bergantung kepada kepandaian,
pengalaman (senior junior), bukan! Saudara-saudara yang baru ataupun
yang sudah lama, saat mendengarkan Firman
ini bergantung pada urapan. Jika kita mendengarkan Firman
dalam urapan Roh Kudus, maka kita akan mendengar dengan
sungguh-sungguh, dengan suatu kebutuhan,
bukan selingan => ini acara terakhir adalah Firman,
setelah itu selesai. Mendengarkan Firman
dengan suatu kebutuhan
itu seperti orang yang lapar dan butuh makanan.
Jika
kita mendengarkan firman dalam urapan,
sehingga:
- Sekalipun
Firman
diulang-ulang, kita
tidak akan bosan. Firman diulang semakin
maju dan maju. Kemarin dibahas Wahyu 1: 10-12, kemarin juga
membahas yang ini. Kemarin kita sudah mendengar, mengapa Firman
diulang-ulang? supaya mantap, kita diberikan kesempatan agar bisa
mempraktekkan Firman.
- Sekalipun
Firman
itu keras, kita
tidak akan tersinggung, tidak
marah, tetapi malah mengucapkan syukur =>
terima kasih TUHAN karena sudah ditunjukkan dosa-dosanya.
- Sekalipun
kita tidak pandai (masih kecil, tidak
sekolah), tetapi dapat
menerima Firman.
Bapak pdt
Pong Dongalemba mengatakan => Firman
dapat
diterima lewat pori-pori, jadi bayi dapat
menerima Firman.
Perhatikan bayi-bayi, supaya didoakan, ditenangkan, supaya dapat
menerima Firman,
sekalipun belum dapat
mengerti Firman
lewat telinga, tetapi jika ada urapan,
maka dapat
masuk lewat pori-pori. Jadi secara tidak disadari Firman
sudah masuk sejak bayi, nanti dimasa remaja dia akan suka
mendengarkan
Firman.
Itulah bedanya.
Jika
sejak bayi tidak dibawa kepada TUHAN, tetapi setelah agak besar
baru di bawa kepada TUHAN, ini akan sulit untuk
mendengarkan Firman.
Kalau sejak kecil sudah menerima Firman,
nanti setelah besar tidak akan sulit menerima Firman.
Oleh sebab itu saya tidak akan menghalangi anak-anak datang kepada
TUHAN, sebab sekali dihalangi,
maka seumur hidupnya ia
tidak akan
mau datang kepada TUHAN => dulu aku
mau ikut ke gereja tidak boleh, sekarang aku tidak mau ke gereja,
ini gawat! Biarlah anak-anak ikut ke gereja, tetapi didoakan,
ditertibkan dan biarlah
TUHAN yang akan menolong kita semuanya.
- Sekalipun
badan capek (pulang kerja, pulang kuliah),
kalau dalam urapan
kita dapat menikmati Firman.
Saya memiliki pengalaman, kalau hari Minggu saya harus kotbah ke
daerah Gending, tetapi sebelumnya hari Sabtu saya ikut ibadah kaum
muda dahulu, setelah itu memeriksa Firman sampai malam
kadang-kadang juga sampai pagi. Pagi hari jam 08.30 harus ikut
kebaktian dahulu (malam tidak tidur dan pagi harus mendengarkan
Firman dahulu) dan saya bisa menikmati Firman (asalkan dalam
urapan).
Kalau
dalam daging, sekalipun sudah tidur siang, nanti masih mengantuk =>
kita jangan bilang karena tidak tidur siang. Coba kita tidur siang
sampai mendengkur dan malam mendengarkan Firman, nanti masih akan
mengantuk, itulah kalau dalam daging. Kalau dalam urapan Roh Kudus
biarpun kita bekerja seharian (memang tidak ada waktu untuk
istirahat), kita dapat menikmati Firman, itulah bedanya! Semoga kita
dapat mengerti.
Jadi dimanapun, kapanpun, situasi kondisi
apapun, jika kita diurapi oleh Roh Kudus, maka kita dapat
mendengarkan Firman dengan baik sampai mengerti Firman ALLAH, bahkan
sampai percaya dan yakin pada Firman ALLAH = Firman
menjadi iman didalam hati,
itulah masuk pintu gerbang. Yang penting adalah ada urapan atau
tidak! Jika ada iman, maka kita akan diselamatkan. Semoga kita dapat
mengerti.
- 2
Petrus 1: 5,
Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh Berusaha
untuk
menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan
pengetahuan,
Yang
kedua: kebajikan.
Dalam tabernakel ini menunjuk alat medzbah korban bakaran (begitu
masuk dalam pintu gerbang, maka ada alat yang namanya medzbah korban
bakaran).
Kebajikan itu merupakan perbuatan baik. Dulu bangsa
Israel membawa binatang-binatang korban untuk disembelih, dibakar
untuk pengampunan dosa, sekarang kita tidak perlu lagi membawa
binatang korban, sebab ini sudah digenapkan oleh Korban Krsitus
/salib Kristus, ini sudah cukup! Jadi medzbah korban bakaran
sekarang ini adalah salib Kristus, korbannya adalah Kristus (Anak
Domba ALLAH) untuk mengampuni dosa-dosa kita. Jadi
kebajikan adalah
perbuatan baik yang dikaitkan dengan salib. Kalau tanpa salib
menjadi sia-sia, sebab itu harus dikaitkan dengan salib.
Dari
pihak TUHAN: YESUS
rela mati di kayu salib untuk mengampuni dosa-dosa kita, itulah
perbuatan baik yang dikaitkan dengan salib. Kalau TUHAN hanya
memberikan uang dll, ini sama dengan orang kaya. Perbuatan baik
TUHAN yang tidak dapat ditiru oleh orang kaya atau oleh siapa saja,
bahkan tidak dapat ditiru oleh setan yaitu YESUS rela mati di kayu
salib untuk mengampuni dosa-dosa kita.
Dari pihak kita apa? Jika
kita berbuat baik, maka harus dikatikan dengan salib. Saya sering
cerita, kalau perbuatan baik manusia itu seperti pencopet didepan
toko saya dulu berkata: saya mengambil sepuluh buah tikar, lalu saya
berikan di rumah ibadah delapan buah, saya tidak memberikan lima
tetapi delapan, jadi saya ini baik, itulah kalau manusia dan
semuanya menjadi sia-sia.
Perbuatan
baik yang dikaitkan dengan salib dari pihak kita yaitu
bertobat = berhenti berbuat dosa dan kembali kepada TUHAN. Proses
bertobat adalah mengaku dosa. Hati percaya/hati beriman (masuk pintu
gerbang), maka mulut mengaku dosa. Jika diampuni, kita jangan
berbuat dosa lagi.
Jadi perbuatan baik pertama yang dinantikan
oleh TUHAN (perbuatan baik yang berkenan kepada TUHAN) adalah
bertobat.
Semua yang kita lakukan tanpa bertobat itu tidak ada artinya
apa-apa. Tanpa bertobat semua menjadi sia-sia dan binasa. Termasuk
dalam ibadah yang kita lakukan semacam ini, kalau tanpa bertobat ini
tidak ada artinya, sia-sia dan binasa. Inilah medzbah korban
bakaran, kita jangan hanya berbuat baik saja, tetapi harus ada
pertobatan. Semoga kita dapat mengerti.
Semua perbuatan baik
apapun bentuknya (memberi uang kepada orang, memberi apapun juga),
tetapi tanpa pertobatan, semuanya sia-sia dan binasa.
Inilah
peningkatan rohani yang kedua.
- 2
Petrus 1: 5,
Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk
menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan
pengetahuan,
Yang
ketiga: pengetahuan
atau pengenalan.
Dalam
tabernakel ini menunjuk kolam pembasuhan (bejana pembasuhan).
Sekarang ini menunjuk pada baptisan air. Setelah masuk pintu gerbang
(percaya kepada YESUS/percaya pada Firman), kita menjadi selamat dan
setelah itu harus bertobat. Bertobat = mati terhadap dosa. Setelah
bertobat, barulah kita masuk dalam baptisan air.
Filipi
3: 10,
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan
persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan
Dia dalam kematian-Nya,
Ay
10 => ‘Yang kukehendaki ialah
mengenal Dia’ =>
mengenal YESUS.
‘dan persekutuan
dalam penderitaan-Nya’
=> kuasa kematiannya.
Lewat
baptisan air, kita dapat mengenal kematian dan kebangkitan YESUS =
mengenal YESUS yang sudah mati dan bangkit, inilah
pengetahuan pengenalan.
Didalam surat Roma kita bukan hanya mengenal saja, tetapi lewat
baptisan air kita mati dan bangkit bersama-sama dengan YESUS = kita
mengalami kematian dan kebangkitan bersama dengan YESUS.
Roma
6: 4,
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Ay
4 => ‘sama seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa’
=> sama seperti YESUS mati dan bangkit, kita juga mati dan
bangkit.
Lewat
baptisan air kita mengenal dan mengalami kematian dan kebangkitan
bersama-sama dengan YESUS. Jadi kita mengenal dan mengalami itulah
baptisan air! Orang yang mati itu harus dikuburkan (dalam Roma 6: 4
‘kita dikuburkan
bersama YESUS’)
. Pelaksanaan
baptisan air yang benar adalah
orang yang sudah mati terhadap dosa (bertobat), dikuburkan dalam air
bersama dengan YESUS dan bangkit bersama YESUS (keluar dari air
bersama YESUS), untuk mendapatkan hidup yang baru itulah hidup
surgawi = hidup dalam kebenaran. Inilah mengenal YESUS yang mati dan
bangkit dan kita dikenal oleh YESUS.
Kita
mengenal dan mengalami kematian dan kebangkitan bersama YESUS dalam
baptisan air, setelah keluar dari air, kita mendapatkan hidup yang
baru = hidup dalam kebenaran. Jika kita hidup dalam kebenaran, maka
kita dikenal oleh YESUS (tidak ditolak/tidak diusir oleh YESUS).
Jadi kita bukan hanya mengenal, tetapi juga dikenal oleh YESUS. Ada
yang mau mengenal YESUS, tetapi diusir => ‘kami
bernubuat, kami mengusir setan demi nama Mu’
ini seolah-olah mengenal YESUS, tetapi setelah itu YESUS berkata
‘enyahlah
engkau’. Semoga
kita dapat mengerti.
- 2
Petrus 1: 6,
dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri
ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,
Yang
keempat: penguasaan
diri.
Bunyi
sangkakala (Firman penggembalaan yang benar) menuntun kita untuk
masuk pintu gerbang. Ada jiwa baru, dapat percaya kepada YESUS, saat
mendengarkan Firman => o ya betul hanya YESUS satu-satunya.
Inilah iman kepada Firman/iman kepada YESUS sebagai satu-satunya
Juruselamat (masuk pintu gerbang). Jadi mendengar Firman sampai
mengerti, sampai percaya kepada Firman/percaya kepada YESUS sebagai
satu-satunya Juruselamat. Sesudah percaya kepada YESUS, sangkakala
ditiupkan lagi (kita mendengarkan Firman lagi), lalu kita bisa
bertobat. Sesudah itu meningkat lagi pada baptisan air. Yang sudah
baptisan air, mungkin pelaksanaan sudah benar, tetapi hasilnya =>
hidupku banyak yang tidak benar, lalu sangkakala ditiupkan lagi =>
mari kita hidup benar. Kalau tidak benar kita akan menjadi seperti
sombong => aku sudah lama ikut dan mengenal YESUS, padahal YESUS
bilang ‘aku tidak
mengenal engkau’.
Inilah gunanya sangkakala ditiup diulang-ulang. Kita yang sudah lama
ikut YESUS, saat Firman diulangi lagi, misalnya tentang baptisan =>
mungkin pelaksanaannya sudah benar, hasilnya benar atau tidak? sudah
hidup benar atau tidak? kalau ada yang tidak benar, mari
diselesaikan.
Penguasaan
diri dalam tabernakel
ini menunjuk pintu kemah = kepenuhan Roh Kudus. Waktu YESUS
dibaptiskan air, Dia dikuburkan juga, setelah itu keluar dari air,
lalu ada Roh Kudus bagaikan burung merpati turun ke atasnya. Inilah
baptisan Roh Kudus (kepenuhan Roh Kudus). Hanya Roh Kudus yang dapat
menguasai daging ini. Penguasaan diri = penguasaan daging.
Roma
8: 13,
Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika
oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan
hidup.
Ay
13 => ‘jika kamu hidup menurut
daging’ => tidak
bisa menguasai daging. Hidup menuruti daging = dikuasai
daging.
‘jika kamu hidup menurut
daging, kamu akan mati”
=> kalau kita dikuasai daging, maka kita melakukan perbuatan
daging (perbuatan dosa), sehingga kita akan binasa/mati.
‘tetapi
jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan
hidup’ => inilah
kegunaan kepenuhan Roh Kudus. Roh Kudus mematikan perbuatan daging.
Hanya Roh Kudus lah yang kuat. Jadi Roh Kudus menguasai daging kita
atau mematikan perbuatan daging, sehingga kita bisa hidup didalam
Roh Kudus.
Apa praktek hidup didalam Roh Kudus?
Roma
8: 15,
Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi
takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak
Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
Praktek
hidup dalam Roh Kudus adalah
taat dengar-dengaran pada Firman penggembalaan yang benar, yang
keras dan tajam (suara gembala), seperti suara sangkakala yang
nyaring. Kita jangan mendengarkan suara asing! Kalau suka
mendengarkan suara asing (ajaran lain yang jelas berbeda, dan juga
gosip-gosip) itu berarti dikuasai oleh daging (tidak ada Roh Kudus).
Kalau kita dikuasai oleh Roh Kudus, maka kita dapat taat
dengar-dengaran pada suara Gembala. Rasul Yohanes hanya satu saja
yang didengarkan => ‘pada
hari TUHAN, aku mendengar suara dari belakang’, tidak
mendengar seperti ini => ‘pada
hari TUHAN aku mendengar suara dari belakang, kemudian aku mendengar
lagi dari kiri, mendengar lagi dari kanan’
=> tidak seperti ini.
Wahyu
1: 10,
Pada hari TUHAN aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari
belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,
Ay
10 => ‘Pada hari TUHAN aku
dikuasai oleh Roh ‘ =>
ini penguasaan diri (dikuasai oleh Roh). Jadi orang yang dikuasai
oleh Roh Kudus hanya mendengar satu suara dari belakang. Saya
ditekankan oleh TUHAN tentang hal ini.
‘kemudian
aku melihat kedepan’
= menjadi wujud.
Kalau dikuasai oleh daging, kita mendengar
suara dari belakang, tidak dari kiri, dari kanan,
dari depan, sebab nanti tidak akan sampai ada wujudnya. Inilah
kesalahan kami sebagai hamba TUHAN => kita mendengar disana,
supaya banyak bahan kotbahnya dan banyak wawasannya, tetapi tidak
pernah menjadi wujud. Biarpun sudah kotbah bertahun-tahun, jemaat
tidak akan ada wujudnya. Jangankan ada wujudnya pelita emas, baru
mau setia tiga macam ibadah saja susah (baru mau tergembala saja
susah) => dibesuk sudah, didorong sudah, diapa-apakan tidak akan
bisa, ini tidak akan ada wujudnya.
Jika saya sebagai gembala,
bapak, ibu dan saudara dikuasai oleh Roh Kudus, sehingga hanya
mendengar dan dengar-dengaran pada satu suara Gembala, yakin lah
cepat atau lambat akan ada wujud yang kita lihat (jadi nyata). Oleh
sebab itu kita menjadi anak TUHAN, hamba TUHAN jangan beredar-edar!
tetapi mendengar satu suara gembala saja, supaya bisa menjadi wujud
=> terima kasih TUHAN, lihat lagi dan mendengar lagi, ada wujud
pertolongan. Inilah rahasianya. Tadi
malam sudah saya
sampaikan, saya amati
dan pelajari dari bpk
pdt
In Juwono dan bpk
pdt
Pong Dongalemba alm,
ada banyak
ajaran-ajaran baru sampai menyampaikan salam pun banyak yang baru,
tetapi beliau
berdua dan juga bpk
pdt
Totaijs tetap tidak tepengaruh dalam
menyampaikan salam sampai meninggal
dunia.
Suara asing adalah
pengajaran lain yang berbeda, gosip-gosip yang tidak bisa
dipertanggung jawabkan, semoga kita bisa mengerti.
Kesimpulan:
- iman
(pintu gerbang = percaya),
- kebajikan
(medzbah korban bakaran = bertobat),
- pengenalan
pengetahunan (bejana pembasuhan = baptisan air),
- penguasaan
diri (pintu kemah = kepenuhan Roh Kudus) = point I sampai dengan IV
ini menunjuk Halaman tabernakel. Halaman tabenakel = dasar dari
seorang hamba TUHAN/anak TUHAN. Dasar ini harus mantap, kuat dan
teguh. Kalau dasarnya tidak kuat, nanti akan rubuh.
Matius
7: 24,25,
24
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,
ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di
atas batu.
25
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda
rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas
batu.
Ay 24 => “dan
melakukannya” =
sampai dengan taat dengar-dengaran.
Kalau dasar kita mantap
(percaya, bertobat, hidup benar, sampai taat dengar-dengaran pada
suara gembala), maka kita bagaikan berdiri diatas batu penjuru
(korban Kristus), sehingga tahan uji dalam menghadapi apapun
juga.
Tahan uji
=
- tidak
pernah tersandung,
- tidak
pernah rubuh (tidak jatuh dalam dosa), tidak pernah gagal dalam
segala sesuatu, tetapi selalu berhasil didalam TUHAN. Saudara yang
bisa kuliah, yang tidak bisa kuliah dan yang sudah bekerja semuanya
silahkan saja, tetapi yang penting supaya tidak rubuh, tidak
tersandung, maka harus berdiri diatas batu penjuru. Inilah
penentunya dan kita akan selalu berhasil.
Sekarang
ini, kalau kita percaya sampai taat, maka itu
berarti kita berdiri diatas batu penjuru.
Kalau tidak taat itu berdiri diatas pasir dan satu waktu pasti akan
rubuh. Jika ketaatan kita terus
meningkat, sampai menjadi sempurna = taat sampai daging tak bersuara
lagi seperti YESUS taat sampai mati di kayu salib (tirai terobek),
maka kita berdiri
diatas bulan berwarna merah
(Wahyu 12: 1). Jika berdiri diatas bulan berwarna merah, jangankan
kita jatuh, tergelincirpun tidak akan. ‘berdiri
diatas bulan berwarna merah’ = penebusan
yang sempurna.
- 2
Petrus 1: 6,
dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri
ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan
Yang
kelima:
ketekunan.
Peningkatan
kerohanian yang ke 5 dan ke 6 ini dibahas menjadi satu.
- 2
Petrus 1: 6,
dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri
ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan
Yang
keenam: kesalehan
atau ibadat (ibadah).
Dalam alkitab
terjemahan lama kesalehan ini adalah ibadat.
Jika
peningkatan kerohanian yang ke 5 dan 6 digabungkan: ketekunan
dalam ibadah = ketekunan
dalam kesucian (kesalehan = kesucian). Dalam
tabernakel ini menunjuk ruangan suci. Didalam ruangan suci terdapat
tiga macam alat, sekarang ini menunjuk ketekunan dalam tiga macam
ibadah pokok (kandang penggembalaan). Kalau dasar sudah kuat/mantap
sampai dengan taat pada suara Gembala
(‘suara Gembala
membawa kita masuk dalam kandang’), kita
tidak akan sulit
untuk melangkah masuk dalam ruangan suci. Kalau kita baru pintu
gerbangnya saja sudah bingung => suara mana yang didengarkan ini?
Firman
mana yang didengarkan? ini tidak akan ada wujudnya. Jangankan mau
menjadi sempurna, hendak
tekun dalam tiga
macam ibadah saja susah => kalau aku datang ibadah, nanti begini,
nanti begitu. Jika kita sekarang ini
berdiri diatas batu atau pasir masih bingung, lalu bagaimana mau
melangkah maju? ini tidak mungkin. Mari kita berdoa, dalam ibadah
saat ini,
kita sekarang masih berapa persen, ini sudah lumayan kalau
dibandingkan ibadah hari Minggu.
Ada satu kesaksian di
Malang, seseorang yang sudah menikah. Ayah dan keluarganya merupakan
aktivis, cuma anak ini memang agak aneh, sulit ke gereja, sampai
sudah menikah kalau ke gereja cuma datang ke gereja begitu saja.
Satu waktu dia terkena masalah berapa ratus juta dan dia sudah tidak
bisa apa-apa, lalu dia baru mau datang kepada saya. Pesan saya cuma
satu saja => masuk ya dalam tiga macam ibadah. Setelah masuk tiga
macam ibadah, dia malah dicaci maki (diolok-olok) oleh bossnya.
Saat masuk pertama kali di Bible Study,
pemberitaan Firmannya
tentang “waktu YESUS diolok-olok”, lalu dia menjadi kaget =>
Firmannya
tentang YESUS diolok-olok, padahal dia sendiri diolok-olok oleh
bossnya.
Setelah dia mendengar Firman
dan masuk dalam tiga macam
ibadah akhirnya olokan itu melemah. Dia
bilang begini => kalau masuk dalam tiga macam ibadah bagi saya
itu sesuatu yang mustahil, tidak mungkin, kalau hari Minggu,
itu wajib. Setelah olokan sudah selesai,
bahkan
menjadi terbalik, bossnya-lah
yang dipenjara dan dia dibebaskan. Ternyata
bossnya itu yang melakukan korupsi yang
tinggi sekali. Dia ini
tidak melakukan
korupsi, dia ditipu oleh managernya,
jadi dia lah yang diolok, diancam, akhirnya bos nya yang masuk
penjara dan dia sampai bingung => bagaimana
bisa?
Setelah masalah ini selesai,
dia menjadi tidak percaya lagi dan tidak masuk dalam tiga macam
ibadah. Inilah manusia => sudah ditolong oleh TUHAN tetapi tidak
mau masuk ibadah lagi. Lalu dia dipanggil lagi oleh polisi dan
diproses. Akhirnya dia minta ampun kepada TUHAN, masuk lagi
dalam tiga
macam ibadah lagi dan selesai masalah (tidak diapa-apakan). Inilah
keampuhan tiga macam ibadah.
Ketekunan
dalam tiga macam ibadah:
- Pelita
emas = ketekunan dalam ibadah raya.
- Meja
roti sajian = ketekunan dalam ibadah pendalaman Alkitab dan
perjamuan suci.
- Medzbah
dupa emas = ketekunan dalam ibadah doa penyembahan.
Kehidupan
yang tergembala = carang melekat pada pokok anggur yang benar. Pokok
anggur yang benar itulah Pribadi
YESUS (Firman
pengajaran yang benar). Kita jangan sembarangan tergembala! Dimana
kita harus tergembala? kita harus tergembala pada Firman
pengajaran yang benar = Pribadi
YESUS sebagai Imam Besar, Gembala Agung. Kita jangan tergembala pada
orangnya atau gedungnya, jangan! tetapi pada pengajarannya.
Semoga kita
dapat mengerti.
Apa
yang kita alami dalam kandang penggembalaan? Dalam Yohanes 15: 3 dan
Yohanes 13: 10-11 ini sudah sering dibaca dan ini diulangi supaya
kita semakin mantap dalam ruangan suci.
Yohanes
15: 3,
Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan
kepadamu.
Dalam Yohanes
15:1-2, kalau carang melekat pada Pokok
Anggur
Yang
Benar
pasti dibersihkan = kita disucikan oleh Firman
pengajaran.
Kita disucikan dari apa?
Yohanes
13: 10,
11,
10.
Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah
membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih
seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."
11.
Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia
berkata: "Tidak semua kamu bersih."
Ay
10 => “Juga kamu sudah bersih, hanya
tidak semua." => ada satu orang yang
belum bersih itulah Yudas.
Dalam penggembalaan kita mengalami
penyucian dari dosa Yudas. Yudas ini tergembala, tetapi tidak
sungguh-sungguh (Yudas ini menyelundup). Oleh sebab itu saya
katakana,
kita
jangan mendua => kalau pijakannya ada dua, seperti tidak ada
pijakannya, ini berbahaya
sebab nanti akan menjadi seperti Yudas. Yudas mendengar pengajaran
dengan YESUS, nanti dia datang dengan sembunyi-sembunyi kepada
imam-imam kepala dan ahli taurat
yang ajarannya lain. Tergembala tetapi tidak sungguh-sungguh =
memaksakan diri dalam penggembalaan yang benar, satu waktu nanti
pasti akan keluar.
Contohnya:
saat YESUS memecahkan roti, YESUS membangkitkan orang mati, Yudas
memaksakan diri tergembala kepada YESUS, tetapi sambil mendengarkan
yang lain (sebenarnya Yudas tidak sepenuhnya tergembala). Jika
keluar dari penggembalaan yang benar = menjadi antikrist.
Apa
yang termasuk dosa Yudas?
- Yudas
tidak sungguh-sungguh dalam penggembalaan yang benar. Mari kita
sungguh-sungguh tergembala, sampai mantap dalam penggembalaan.
- Yudas
mencuri, terutama mencuri milik TUHAN (persepuluhan
dan persembahan khusus). Itu
sebabnya, mari kita kembalikan milik
TUHAN.
- Yudas
pengkhianat (tidak setia dalam ibadah pelayanan). Mari kita setia
dalam ibadah pelayanan kepada TUHAN.
- Yudas
pendusta. Saat YESUS berkata ?‘siapa
mencelupkan roti .... ’ Yudas menjawab =>
‘bukan aku ya TUHAN’.
Mari kita jujur.
- Yudas
munafik. Yudas mencium YESUS, untuk menjual YESUS. Kita harus
hati-hati, banyak perbuatan kelihatan baik, tetapi didalamnya
busuk. Munafik itu pura-pura baik, tetapi didalamnya busuk (diluar
dan didalamnya tidak sama, banyak kepura-puraan).
- Yudas
sering putus asa dan kecewa. Begitu Yudas tahu dia yang
bersalah => memang aku yang salah,
YESUS tidak berdosa, akhirnya Yudas menggantung
diri, ini keliru!
Semestinya setelah tahu salah, Yudas mengaku dosa (datang ke kayu
salib). Yudas ini tidak menghargai Korban
Kristus.
Mungkin
ada yang sudah jatuh dalam dosa, ada kegagalan, kita jangan putus
asa (jangan menggantung
diri). Kalau menggantung
diri => mau berdoa menyembah TUHAN sudah tidak bisa lagi, berkata
‘Haleluya’ saja tidak bisa. ‘malas
berdoa dan
menyembah TUHAN, sebab
percuma, inilah gantung diri! Kita jangan
putus asa dan kecewa karena sesuatu, tetapi tetap percaya dan
berharap kepada TUHAN, sampai waktu-Nya TUHAN sudah tiba.Inilah
penyucian dari dosa Yudas.
Hasil dari
penyucian adalah TUHAN memperlengkapi kita
dengan jabatan dan karunia Roh Kudus.
Efesus
4: 7, 11,
12,
7.
Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia
menurut ukuran pemberian Kristus.
11.
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan
pengajar-pengajar,
12.
untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan,
bagi pembangunan tubuh Kristus,
Ay
7 => ‘kepada kita masing-masing telah
dianugerahkan kasih karunia’ =>
karunia-karunia Roh Kudus dianugerahkan kepada kita.
Ay 12 =>
‘untuk memperlengkapi orang-orang kudus’
=> memperlengkapi orang-orang suci. Kalau suci, kita akan
diperlengkapi jabatan dan karunia Roh Kudus.
Yudas sudah
kehilangan jabatan pelayanannya (kehilangan jubahnya). Kalau kita
disucikan dari dosa Yudas, TUHAN memperlengkapi kita dengan jabatan
pelayanan dan karunia-karunia Roh Kudus, untuk dipakai dalam
pelayanan pembangunan Tubuh
Kristus = kalau mengalami penyucian kita diberikan jubah yang
indah.
Kalau mau melayani, nanti saat ada penataran calon
imam-imam, saya beri waktu cepat-cepat agar
dapat
melayani. Yang dulu sudah pernah melayani, mari segera ambil jubah
lagi. Jangan seperti Yudas yang
jubahnya robek => sekarang jubahnya
dirobek (sudah tidak melayani lagi), satu waktu perutnya yang
dirobek, sehingga busuk dan dipermalukan. Kita harus berhati-hati,
lebih baik disucikan dari dosa Yudas dan kita mendapatkan
jubah.
Sekali lagi kalau kita diangkat oleh TUHAN menjadi
imam-imam untuk melayani TUHAN, itu bukan disiksa, tetapi kita
diberikan jubah yang indah = hidup kita dijadikan indah oleh TUHAN.
Kita jangan ditipu setan,
sebab setan
itu sedang mengancam perut kita, jika jubahnya sudah terkena,
tinggal perutnya ditarik-tarik dan dirobek. Hati-hati biarlah kita
semuanya indah dihadapan TUHAN.
Mari kita berkobar-kobar dan
setia.
2
Timotius 1: 6,
Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah
yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.
Ay
6 => ‘kuperingatkan engkau’
=> dengan keras.
‘untuk mengobarkan’
=> bukan mengorbankan tetapi mengobarkan.
Sikap
kita terhadap karunia dan jabatan pelayanan adalah
setia dan berkobar-kobar dalam karunia dan jabatan pelayanan sampai
garis akhir, bahkan sampai dengan sempurna dan
akan menjadi mahkota dua
belas
bintang.
Kita jangan berhenti melayani, tetapi terus setia berkobar-kobar
sampai puncaknya nanti akan menjadi mahkota 12 bintang. Mahkota 12
bintang = karunia-karunia yang sudah sempurna.
- 2
Petrus 1: 7,dan
kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan
saudara-saudara kasih akan semua orang.
Yang
ketujuh:
kasih.
Dalam tabernakel ini menunjuk ruangan maha suci. Tadi di halaman
tabernakel kita mendapatkan bulan, dalam ruangan suci kita
mendapatkan bintang, sekarang kita berada di ruangan maha
suci.
Matius
5: 43-
45,
48,
43.
Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah
musuhmu.
44.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu.
45.
Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di
sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang
yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang
tidak benar.
48.
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga
adalah sempurna."
Ay 43,
44 => inilah kasih kepada semua orang
sampai mengasihi
musuh.
Ay 45 => ‘yang menerbitkan
matahari’ => kasih yang sempurna itu
seperti matahari.
Kita memiliki kasih yang sempurna (ruangan
maha suci) untuk mengasihi TUHAN lebih dari segala sesuatu dan untuk
mengasihi sesama sampai dapat
mengasihi musuh. Kalau ada orang yang menyakiti kita, merugikan
kita, memusuhi kita, mari kita berdoa yang baik => ampuni mereka
TUHAN, berkati mereka TUHAN, itu kita sudah mengasihi musuh! Sekali
mungkin terasa berat, diulangi lagi dua kali, tiga kali, nanti kita
sudah dapat mendoakan
mereka dengan belas kasih. Kalau kita sudah memiliki kasih yang
sempurna, bisa mengasihi TUHAN, mengasihi sesama, sampai bisa
mengasihi musuh, maka
kasih itu menyatukan kita (tidak ada musuh lagi itu berarti satu),
sampai menyempurnakan kita.
Kasih yang sempurna menyatukan
dan menyempurnakan kita, itu bagaikan
selubung matahari. Seperti matahari yang
dipancarkan terus menerus sampai menjadi selubung matahari =>
sedikit demi sedikit matahari dipancarkan, lebih besar lagi kasih
kita kepada TUHAN dan kepada sesama, semakin membesar lagi 50%, 60%,
sampai dengan 100% (sempurna), menjadi selubung matahari.
Kolose
3: 14,
Dan di atas
semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan
dan menyempurnakan.
Kasih yang
sempurna, menyatukan dan menyempurnakan kita sampai menjadi Mempelai
Wanita
Surga
(Wahyu 12: 1 => ‘Seorang perempuan
berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah
mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya’).
Jadi
inilah tujuh peningkatan kerohanian. Firman penggembalaan
menghasilkan tujuh peningakatan kerohanian, sehingga kita tampil
seperti
pelita emas yang bercahaya atau
seperti
Mempelai Wanita
dengan matahari, bulan dan bintang. Oleh sebab itu kita
mendengar suara sangkakala satu suara saja, kalau lain suara nanti
kita menjadi bingung => mau maju kemana nanti bingung, mau masuk
pintu gerbang saja bingung.
Firman
penggembalan terus ditiupkan (diulangi lagi) supaya kita
- meningkat
terus sampai mantap di halaman (hidup benar dan taat),
- mantap
di ruangan suci (tergembala, disucikan dan melayani TUHAN), bahkan
sampai
- mantap
di ruangan maha suci (sampai memiliki kasih) = kita menjadi Mempelai
Wanita
dan kita sudah tidak gugur lagi.
Kegunaan
matahari, bulan dan bintang adalah:
- Kejadian
1: 16-18,
16.
Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni
yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk
menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.
17.
Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
18.
dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang
dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Ay
16 => ‘yakni yang lebih besar untuk
menguasai siang’? matahari.
‘yang
lebih kecil untuk menguasai malam’ =>
bulan.
‘menjadikan juga bintang-bintang’
=> bintang.
Kegunaan pertama: untuk
memisahkan terang dari gelap
artinya memisahkan kita dari dosa, puncaknya dosa, pergaulan dunia
(kegelapan dunia), supaya kita hidup dalam terang kebenaran dan
kesucian, bahkan semuanya menjadi baik. Kaum muda hati-hati terhadap
pergaulan dunia!
Setelah terang dengan gelap dipisahkan,
TUHAN berkata => ‘semuanya itu baik’.
Yang menjadikan kita tidak baik adalah pergaulan kita. Seringkali
kita tetap campur dengan dosa => sudah tahu pergaulan itu sudah
salah, kita tetap bergaul. Secara rohani (hamba TUHAN) => sudah
tahu itu salah, kita tetap berfellowship saja, itulah tidak baik!
Kalau kita tegas seperti ‘perpisahan terang
dengan gelap’, yakinlah semuanya akan
menjadi baik pada waktu-Nya.
Jadi yang membuat menjadi tidak
baik karena campur antara
terang dengan gelap/campur dengan dosa.
Semoga kita
dapat mengerti.
Kalau
campur baur semuanya menjadi tidak baik, yang baik menjadi tidak
baik, yang hancur tambah hancur, tetapi kalau kita tegas dalam
pergaulan (perpisahan yang nyata yaitu
antara terang dengan gelap) maka semuanya
menjadi baik, yang hancurpun dapat
menjadi baik.
- Kejadian
37: 9,
10,
9.
Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada
saudara-saudaranya. Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak
matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku."
10.
Setelah hal ini diceritakannya kepada ayah dan saudara-saudaranya,
maka ia ditegor oleh ayahnya: "Mimpi apa mimpimu itu? Masakan
aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu
sampai ke tanah?"
Ay 10
=> ada ayah,
ibu
dan ada anak ini menunjuk nikah.
Kegunaan kedua: untuk
menerangi nikah rumah tangga,
supaya tidak
hancur oleh:
- Kegelapan
gantang: kegelapan ekonomi, dosa makan
minum.
- Tempat
tidur: dosa seks (dosa percabulan) dan
nikah yang hancur.
Nikah
juga harus diterangi, ini penting! Kita masuk di halaman, ada bulan
disana (kita hidup benar dan taat), mungkin belum lengkap tetapi
sudah ada kebenaran dan ketaatan. Kita tergembala dengan baik,
disucikan dan melayani TUHAN, itu sudah ada bintang-bintang. Ada
kasih, mari kita belajar mengasihi TUHAN lebih dari semuanya =>
saat diperhadapkan dengan sesuatu, kita harus tetap memilih TUHAN,
setelah itu baru kita bisa mengasihi sesama sampai musuh (ada
matahari). Tadi hasil pertama, di dunia ini kita sudah ada
rambu-rambu yang tegas untuk memisahkan antara terang dengan gelap
=> ini dosa, ini ajaran tidak baik, pergaulan tidak baik, kita
harus tegas menolak sekalipun dicaci maki, difitnah dan semuanya
menjadi baik. Kami terutama sebagai hamba TUHAN (gembala) harus
tegas => tidak bisa kalau begini saja, kasihan jemaat. Kalau
jemaat mau menjadi baik, juga harus tegas.
Suami
itu bagaikan matahari dalam keluarga. Suami
memancarkan matahari = mengasihi istri seperti diri sendiri dan
mengasihi anak-anak.
Istri itu bagaikan
bulan. Maaf, bulan kalau di perjanjian
lama
(Kitab Yoel) => ‘bulan nanti berwarna
darah’. Darah (merah) itu gambaran dari
wanita.
Tugas wanita adalah:
- Sebagai
perantara antara suami dengan anak-anak, perantara dengan
- TUHAN
= wanita harus banyak menaikkan doa syafaat.
- Tunduk.
Jika wanita tunduk bagaikan ada sinar bulan didalam rumah tangga
(tidak gelap lagi).
Anak-anak
itu bagaikan bintang. Ini luar biasa!
Anak-anak harus taat, nanti menjadi indah, menjadi bintang-bintang.
Bintang itu kalau di dunia dikejar => bintang pelajar dll. Kalau
anak-anak taat, akan dipermuliakan oleh TUHAN sehingga menjadi
bintang rumah tangga, bintang di sekolah, menjadi bintang di
lapangan hijau, sampai dimana saja akan menjadi bintang. Kalau
anak-anak sudah menjadi bintang di rumah tangga, maka tidak sulit
untuk menjadi bintang dimana saja.
Semoga kita
dapat mengerti.
- Wahyu
12: 1,
2,
1.
Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan
berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah
mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.
2.
Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak
melahirkan ia berteriak kesakitan.
Kegunaan
ketiga: untuk
mendorong kita menyembah TUHAN
(‘mengerang dan mengeluh kepada TUHAN’),
sebab posisi kita seperti perempuan yang hendak melahirkan (tidak
berdaya).
Kalau kita benar-benar taat, tergembala, ada kasih,
maka yang dapat
kita lakukan hanyalah mengeluh dan mengerang kepada TUHAN =>
sebab saya ini tidak mampu TUHAN, seperti perempuan yang
hamil/mengandung dan hendak melahirkan (tidak mampu apa-apa).
Kita
mengeluh mengerang (tidak berdaya, tidak bisa apa-apa) dan menghadapi
dua hal
yaitu:
- Menghadapi
daging dari dalam (daging yang buas):
hawa nafsu, keinginan. Ini semuanya harus dibebaskan. Mari kita
mengeluh dan mengerang kepada TUHAN untuk melawan daging dengan
segala keinginannya, hawa nafsunya => yang hanya
mau apa
yang enak-enak, mau yang najis.
Roma
8: 22,
23,
22.
Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama
mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.
23.
Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia
sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan
pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
Ay
23 => ‘pembebasan tubuh kita’
=> pembebasan daging = keubahan hidup.
Kita mengeluh mengerang
(menyembah TUHAN), supaya terjadi pembebasan dari daging/keubahan
hidup dari manusia daging menjadi manusia rohani seperti YESUS.
Kalau perempuan mau melahirkan bayi itu harus sabar => pembukaan
1 sabar ya, pembukaan 2 sabar ya. Jadi daging yang sudah diubahkan,
paling sedikit ada kesabaran (sabar dalam menunggu waktu TUHAN).
Daging ini seringkali tidak sabar => mau jalan sendiri.
- Menghadapi
naga dari luar.
Wahyu
12: 3,
Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor
naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh,
dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.
Ayat
3 => naga mau menelan dan menghancurkan.
Naga ini gambaran
pencobaan-pencobaan yang mustahil, sampai dengan antikrist
(sudah tidak dapat
dilawan dengan kepandaian, kekayaan, sampai semuanya tidak bisa).
Kita hanya mengeluh dan mengerang kepada TUHAN dalam menghadapi apa
saja, bahkan menghadapi naga.
Kita juga mengeluh mengerang untuk
mendapatkan dua sayap burung nasar.
Wahyu
12: 14,
Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang
besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia
dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa
dan setengah masa.
Ay 14 =>
‘selama satu masa dan dua masa dan setengah
masa’ => tiga setengah tahun.
TUHAN
memberikan dua sayap burung nasar kepada kita untuk menghadapi naga
(pencobaan yang mustahil sampai dengan antikris). Semakin kita
diubahkan, maka semakin besar sayap burung nasar itu. Sayap burung
nasar = uluran tangan TUHAN.
Tadi
kegunaan kedua adalah untuk menghadapi rumah tangga yang dihantam
kegelapan. Jika ada matahari, bulan dan bintang, maka suami, istri,
anak-anak menjadi terang, sehingga rumah tangga akan menjadi bahagia
= menjadi rumah doa => rumah tangga tidak hancur, tetapi menjadi
‘
home sweet home’.
Semakin
kita diubahkan, sayap burung nasar semakin besar dan uluran Tangan
TUHAN akan semakin kuat untuk:
- Menyelesaikan
semua masalah-masalah kita, sampai dengan masalah yang mustahil.
- Menyingkirkan
kita kepada gurun jauh dari mata antikris.
- Jika
TUHAN datang kembali kedua kali, kita diubahkan menjadi sama mulia
dengan Dia dan sayap burung nasar yang bagaikan uluran Tangan
TUHAN akan mengangkat kita di awan-awan yang permai. Kita bertemu
dengan Dia dan masuk dalam Yerusalem Baru untuk selama-lamanya.
TUHAN
memberkati kita semuanya.1