Kita
masih tetap membaca dalam kitab
Wahyu 1: 9-20, ini
tentang penglihatan Yohanes di pulau
Patmos. Saat ini kita masih berada pada ayat yang ke 9.
Wahyu
1: 9,
Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan
dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama
Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh
Yesus.
Rasul
Yohanes berada di pulau Patmos bukan karena
melakukan kejahatan, tetapi karena Firman
ALLAH dan kesaksian YESUS. Rasul Yohanes
mengalami sengsara daging (dibuang ke pulau
Patmos), karena Firman ALLAH
dan kesaksian YESUS, sehingga mendorong untuk masuk dalam persekutuan
yang benar (istilah “
saudara dan sekutumu”) dengan TUHAN
dan sesama. Jadi sengsara daging karena Firman,
karena kesaksian YESUS, karena Roh Kudus itu mendorong kita untuk
menjadi satu. Jika sengsara daging karena dosa itu mencerai beraikan.
Berbuat dosa itu juga sengsara. Kita mencari Firman
memang mengalami sengsara daging, tetapi ini menyatukan.
Semoga kita dapat
mengerti.
Pada
ibadah yang lalu kita belajar dalam Yohanes
15, sekarang kita belajar dalam kitab Wahyu
1: 9.
Ada
tiga hal penting dalam persekutuan yaitu
- Persekutuan
dalam kesusahan.
- Persekutuan
dalam kerajaan.
- Persekutuan
dalam ketekunan untuk menantikan YESUS .
Mari
kita pelajari satu-satu,
tentang tiga hal penting dalam
persekutuan yaitu
- Persekutuan
dalam kesusahan
= tanda
kematian atau jalan kematian.
Tanda
kematian atau jalan kematian merupakan ujian pertama dalam
pengikutan kita kepada TUHAN dan merupakan ujian paling berat, sebab
jika lulus dalam tanda kematian maka kita pasti mampu memikul beban
selanjutnya (kebangkitan dan kemuliaan dapat
kita pikul). Jadi kalau kita mau mengikut YESUS, diuji dulu dengan
jalan kematian/kesusahan terlebih dahulu, itulah
yang benar dan dasar.
Semoga kita
dapat mengerti.
Dalam
persahabatan (persekutuan), dalam nikah rumah tangga, dalam
pelayanan, maka persekutuan yang sejati justru didalam masa-masa
kesusahan. Misalnya:
- Saat-saat
kita dalam kesusahan, tetapi masih ada orang yang mau bersahabat
dengan kita, itulah persahabatan yang
sejati. Dulu saya mendengar cerita
(kesaksian) dari bapak
pdt
Pong Dongalemba --> waktu saya menjadi pengerja tidak ada yang
lihat, tetapi ada beberapa orang yang memperhatikan, itulah yang
sejati. Setelah saya sendiri menjadi pengerja, saya juga mengalami
hal ini (apa yang disaksikan oleh oom
Pong, saya mengalami juga) --> saat kita tidak punya apa-apa,
tetapi ada yang
memperhatikan kita, inilah persahabatan
yang sejati.
- Demikian
juga dalam nikah rumah tangga, kalau dalam kesusahan, justru suami,
istri dan anak-anak menjadi satu, inilah betul-betul yang sejati.
Kalau saat-saat susah terjadi cerai berai, itu tidak sejati.
Persekutuan yang sejati itu justru dalam
masa-masa kesusahan.
- Dalam
pelayanan. Saya seringkali berkata (maafkan ini salah juga)
--> Markus,
mengapa
kamu dulu lahir saat saya sudah di Malang, kenapa tidak lahir waktu
saya masih susah-susahnya (tidak ada jemaat dll). Saya seringkali
mengatakan hal ini kepada dia, supaya kelihatan pelayanannya. Kalau
dalam masa-masa susah, kita tetap melayani TUHAN dengan
sungguh-sungguh, itulah persekutuan yang sejati. Saat masa-masa
enak dll --> memang banyak orang yang mengikut
TUHAN, tetapi jika melayani TUHAN dalam masa-masa kesusahan, itulah
yang sejati. Kepada sesama hamba TUHAN, kalau bisa bersekutu waktu
kita dalam masa-masa susah, ini jangan
diragukan lagi! sebab itu betul-betul yang
sejati.
Semoga kita
dapat mengerti.
Inilah
yang ditunjukkan oleh rasul
Yohanes kepada kita. Persekutuan dalam kesusahan/tanda kematian itu
justru persekutuan yang sejati.
Semoga kita
dapat mengerti.
Di
dalam surat
Petrus juga
dituliskan tentang kesusahan atau penderitaan bersama dengan YESUS
(rasul
Petrus juga menuliskan tentang jalan kematian).
1
Petrus 2: 19-21,
19.
Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak
Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
20.
Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena
kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu
harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
21.
Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita
untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu
mengikuti jejak-Nya.
Jadi ini
sudah jelas dituliskan dalam ayat 19 dan ayat 20b. Jika kita
diijinkan menderita karena kehendak TUHAN, menderita karena
kebenaran dan kebaikan (kita sudah berbuat baik, tetapi
justru dimusuhi), maka kita mengalami
kasih karunia TUHAN, sebab kita berada pada jejak Kristus (ayat 21).
Jejak Kristus = jalan kematian bersama dengan TUHAN. Kita jangan
heran, jika sudah berbuat baik, malah difitnah. Bapak pdt
Pong selalu menasehati --> kalau kamu mau menolong, harus
siap untuk
digantung. Ini seperti TUHAN YESUS, kalau
tidak mau digantung di kayu salib, maka YESUS
tidak dapat
menolong. Jika kita berada pada jejak Kristus (pada jalan kematian)
itu sudah benar (pada jalan yang benar)!
tetapi kalau kita menderita karena berbuat dosa itu merupakan
pukulan/hajaran (rugi).
Semoga kita
dapat
mengerti.
1
Petrus 2: 22-24,
22.
Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
23.
Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika
Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada
Dia, yang menghakimi dengan adil.
24.
Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib,
supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.
Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.
Jika
jalannya sudah benar (pada jalan kematian), maka prakteknya harus
benar juga. Baik kita dalam keadaan kaya atau miskin, kita bisa
berada dalam jalan kematian/persekutuan dalam kesusahan.
Praktek
sehari-hari berada pada jalan kematian (persekutuan dalam
kesusahan)
- Tidak
berbuat dosa (ay 22).
Biarpun
dia kaya atau miskin, sakit atau sehat, tetapi tidak berbuat dosa,
itu berada pada jalan kematian. Mungkin keluarga kita diijinkan
miskin, tetapi suami, istri tidak berbuat dosa, itulah sekutu dalam
kesusahan. Jika sudah miskin atau kaya, suami berbuat dosa, istri
tidak berbuat dosa, maka
tidak dapat
bersekutu.
- Tidak
berdusta (“tipu
tidak ada dalam mulut-Nya”).
- Tidak
membalas kejahatan dengan kejahatan (ay
23), bahkan
membalas kejahatan dengan kebaikan.
- Hidup
dalam kebenaran (ay 24)
= hidup
hanya untuk kebenaran.
Jadi
kalau tidak benar, jangan!
hidup untuk kebenaran inilah motto kita. Semuanya harus benar:
mulai pribadi benar, pekerjaan benar, sekolah benar, nikah benar,
ibadah benar, pengajaran benar. Jika ada yang tidak benar, maka
kita tidak berada pada jejak YESUS, melainkan berada pada jejaknya
antikrist.
Semoga kita
dapat
mengerti.
Hasilnya
jika berada pada jejak YESUS (jalan kematian) adalah
“oleh bilur-bilurnya kamu telah sembuh” (ada kuasa kesembuhan).
Artinya
- Kesembuhan
dari penyakit jasmani (penyakit tubuh).
- Kesembuhan
dari penyakit batin (luka di hati). “oleh
bilur-bilurnya kamu telah sembuh” ini dituliskan juga dalam Kitab
Yesaya (jadi ini dituliskan dua kali). Tadi dicaci maki, tetapi
kita tidak membalas. Mungkin suami mencaci
-maki kita, tetapi kita tidak membalas
(kita mengalami sakit hati). Jika kita hidup benar, tidak berbuat
dosa, tidak berdusta, tidak membalas caci maki
dengan caci maki, tetapi membalas dengan
kebaikan, maka bilur YESUS lah
yang membasuh/membalut luka dihati -->
sakit hati karena dicaci maki,
menjadi damai sejahtera. Jika ada kuasa
bilur-bilur YESUS yang membalut
luka di hati, maka kita tidak akan
kecewa, tidak putus asa, tetapi bahkan
damai
sejahtera, bahagia.
- Kuasa
bilur-bilur YESUS menyehatkan nikah rumah tangga kita.
Suami, istri, anak-anak bisa menjadi satu dan menjadi rumah tangga
yang sehat.
Semoga kita
dapat mengerti.
1
Petrus 2: 25,
Sebab
dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali
kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
Ay
25 --> “Sebab dahulu kamu sesat seperti
domba” --> kalau tidak mau jalan
kematian (pilih yang enak bagi daging), pasti tersesat. Nikah,
ibadah yang tidak mau jalan kematian, akan tersesat!
Jika kita
mengalami penderitaan daging karena TUHAN, karena ibadah (bukan
karena berbuat dosa), kita tidak perlu
ragu-ragu dan TUHAN tidak pernah menipu kita! Jadi
jalan kematian membawa kita kepada Gembala Agung artinya
kita menjadi kehidupan atau domba-domba yang tergembala, yang selalu
berada dalam kandang penggembalaan = tekun dalam kandang
penggembalaan (ruangan suci) = ketekunan dalam 3 macam ibadah pokok.
Kalau kita tidak mau jalan kematian, kita tidak mungkin sampai pada
kandang.
Ketekunan
dalam 3 macam ibadah pokok:
- Pelita
emas: ketekunan dalam ibadah raya
(kebaktian umum), semacam ibadah pada malam hari ini.
- Meja
roti sajian: ketekunan dalam ibadah
pendalaman Alkitab dan perjamuan suci, disini pada hari Senin
(besok).
- Medzbah
dupa emas: ketekunan dalam ibadah doa
penyembahan, disini pada hari Rabu.
Kita
masuk didalam kandang penggembalaan = berada didalam tangan Gembala
Agung. Hasilnya adalah
“sekarang kamu telah kembali kepada gembala
dan pemelihara jiwamu”, (jika jiwa saja
dipelihara apalagi tubuh kita) artinya
- Gembala
Agung memelihara tubuh kita (kehidupan jasmani) secara ajaib =
kenyang, berkelimpahan dan selalu megucap syukur.
- Gembala
Agung memelihara jiwa kita = tenang, damai sejahtera ditengah
gelombang dunia ini.
Jadi
kehidupan yang tergembala (berada dalam Tangan
Gembala
Agung) adalah kenyang dan tenang. Tenang dan kenyang ini seperti
bayi dalam pelukan tangan ibu. Jika bayi sudah berada ditangan ibu,
pasti kenyang dan tenang --> jika ada bayi diletakkan sebentar
saja, akan menangis, jika digendong akan tenang. Kita ini seperti
domba ditengah serigala, jangankan mencari makan, untuk
hidup saja sudah susah, sebab akan
terus berada di dalam
ancaman. Di
dalam Tangan
Gembala Agung, maka akan tenang dan kenyang sekalipun kita seperti
domba ditengah serigala (kita akan tetap terpelihara), inilah
jaminan dari TUHAN.
Semoga kita
dapat mengerti.
Inilah
ujian yang pertama, jadi jalan kematian merupakan ujian yang paling
berat. Jika ini sudah berhasil maka kita
dapat menerima beban selanjutnya
(kebangkitan dan kemuliaan). Pada saat
ini, jika kita menderita karena kehendak TUHAN, karena kebenaran dan
kebaikan, ini merupakan kasih karunia, sebab kita berada pada jejak
Kristus dan kita tinggal mempraktekkan saja (praktek jalan
kematian).
- Persekutuan
dalam kerajaan
= jalan
kebangkitan atau tanda kebangkitan.
Jika
kita lulus pada persekutuan dalam kesusahan (jalan kematian), maka
kita bisa masuk persekutuan dalam kerajaan (jalan kebangkitan).
Persekutuan dalam kerajaan = suasana kerajaan surga. Kalau nikah
rumah tangga berada pada persekutuan dalam kesusahan (tetapi
kita hidup benar, tidak ada dosa dll),
maka akan mengalami suasana
surga (persekutuan dalam kerajaan surga).
2
Petrus 1: 10,
11,
10.
Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya
panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu
melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.
11.
Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk
memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita,
Yesus Kristus.
Ay 10 -->
“supaya panggilan dan pilihanmu makin
teguh” --> ini pelayanan.
Inilah
persekutuan dalam kerajaan sampai masuk dalam kerajaan surga. Jadi
kerajaan surga itu bukan urusan nanti, itu
salah! sekalipun ada pendeta
yang berkata
bahwa urusan surga itu nanti, ini salah,
surga itu urusan sekarang. Contohnya:
ini seperti kita naik kelas --> kelas 5 naik ke kelas 6 atau naik
ke SMP kelas 1 ?
sekaranglah urusannya, bukan tunggu nanti. Jika sekarang
mengumpulkan nilai yang bagus (nilainya 8 semua, tidak ada yang
merah), itu sudah naik kelas (suasana naik kelas). Jika nilainya 3,
itu sudah suasana tidak naik. Kerajaan
surga bukan menunggu naik, tetapi sekarang! Jadi
persekutuan dalam kerajaan adalah kita
diangkat menjadi imam-imam dan raja-raja,
yang berhak untuk masuk kerajaan surga
(“Dengan demikian kepada kamu akan
dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal”).
Mulai sekarang ini kita sudah bersuasana
kerajaan surga, sampai masuk kerajaan surga. Mari kita ikuti jalan
kematian sampai dapat
tergembala (bisa mencapai Gembala Agung). Didalam penggembalaan
(ruangan suci), kita akan disucikan dan dipelihara, setelah itu kita
akan diangkat menjadi imam-imam dan raja-raja.
Semoga kita
dapat mengerti.
Mari kita urutkan
ini, masuk jalan kematian dahulu sampai tergembala yang
memang menderita bagi daging, tetapi
sesudah itu kita diangkat menjadi imam dan raja (kita bersuasana
surga dan berhak untuk masuk kerajaan surga).
1
Petrus 2: 18,
Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada
tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada
yang bengis.
Dalam 1 Petrus 2:
18 ini, gereja
TUHAN (sidang jemaat) digambarkan sebagai hamba yang melayani, yang
harus tunduk kepada tuannya yang ramah/baik sampai tunduk kepada
tuannya yang bengis. Kalau kepada tuan yang bengis kita dapat
tunduk, apalagi kepada tuan yang ramah dan baik, pasti akan bisa
tunduk (ini sudah otomatis). Kalau ada orang tunduk kepada tuannya
yang bengis, tetapi kepada tuannya yang ramah tidak tunduk, ini
berarti tidak tahu diri.
Dalam 1 Petrus 3 sidang jemaat ini
digambarkan sebagai Mempelai
Wanita
(istri yang tunduk kepada suami yang bengis). Jadi
ini ditingkatkan!
1
Petrus 3: 1,
Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu,
supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman,
mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
Ay
1 --> “supaya jika ada di antara mereka
yang tidak taat kepada Firman” -->
suami yang tidak taat kepada Firman
ALLAH
= bengis.
Pada
1 Petrus 2: 18 sidang jemaat digambarkan sebagai hamba yang
melayani, yang harus tunduk sampai kepada tuannya yang bengis.
Didalam 1 Petrus 3: 1 kita ditingkatkan yaitu
sidang jemaat digambarkan sebagai seorang istri yang harus tunduk
kepada suami yang melawan Firman
ALLAH
(suami yang bengis), apalagi terhadap YESUS Mempelai
Pria
Surga
yang sudah berkorban Nyawa
bagi kita, kita harus tunduk.
Semoga kita
dapat
mengerti.
Penundukan ini suatu penderitaan. Seperti leher kalau
menunduk ini ditekan, kalau tidak ditekan tidak akan dapat
tunduk. Mau tunduk ini susah, sebab orang ini cenderungnya hanya
“geleng-geleng”.
1
Petrus 3: 3,
4,
3.
Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan
mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan
mengenakan pakaian yang indah-indah,
4.
tetapi
perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan
yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan
tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
1
Petrus 3: 1-2 tentang penundukan, 1 Petrus 3: 3-4
dihiasi. Jadi saat-saat penundukan (penderitaan bagi daging)
merupakan saat yang tepat untuk kita dihiasi oleh TUHAN (disalut
dengan emas murni luar dan dalam). Mempelai Wanita
itu gambarnya adalah tabut perjanjian (kayu tetapi disalut emas
murni luar dan dalam, sehingga tidak kelihatan kayunya lagi).
Jadi
tabut perjanjian itu disalut luar dan dalam. Salut bagian luar
itulah tunduk. Salut bagian dalam adalah lemah lembut dan tenteram
(pendiam).
Lemah lembut adalah
- Kemampuan
untuk menerima Firman
sekeras/setajam apapun. Mungkin Firman
menusuk/menunjukkan dosa-dosanya = menelanjangi, menghina dia,
seperti perempuan Kanaan --> “tidak patut roti ini untuk
anjing” (dibilang anjing), tetapi dapat
menerima Firman
--> benar TUHAN. Jadi kita harus menerima Firman
yang tajam (yang menyucikan), supaya dosa kita ditunjuk dan kita
dapat
mengakuinya.
- Kemampuan
untuk mengampuni dosa orang lain dan melupakannya (jika dapat
menerima Firman/TUHAN,
maka kita dapat
menerima sesama). Ini untuk menjadi Mempelai
Wanita
dan penting,
sebab kalau tidak mengampuni, maka dosanya juga
tidak diampuni juga oleh TUHAN. Jika
tidak diampuni oleh TUHAN, maka
kita tidak dapat
menjadi Mempelai.
Tentram
(pendiam) adalah
- Tidak
banyak berkomentar, terlebih lagi komentar yang negatif. Waktu
Maria memecahkan buli-buli berisi minyak narwastu jati seharga 300
dinar, Yudas langsung komentar --> ini pemborosan. Kita jangan
berkomentar yang negatif, sebab ini berbahaya! Apalagi terhadap
pembangunan tubuh Kristus, jangan banyak komentar, jika kita tidak
setuju sebaiknya berdoa.
- Banyak
berdiam diri = banyak mengoreksi diri lewat ketajaman pedang
Firman.
Jika ada dosa, harus diakui.
- Untuk
wanita, tenteram (pendiam) itu juga tidak mengajar dan tidak
memerintah laki-laki.
Semoga kita
dapat mengerti.
Inilah
disalut bagian dalam.
Penyalutan
bagian luar adalah tunduk. Jadi di
saat kita
berada dalam penundukan (penderitaan),
itu bagian luar sudah disalut oleh TUHAN. Seperti kayu yang disalut
dengan emas, mungkin harus diempelas terlebih
dahulu,
digergaji dulu (diratakan dulu, baru disalut). Untuk disalut ini
memang sakit. Penundukan ini kepada yang bengis, apalagi kepada yang
baik, apalagi kepada TUHAN YESUS yang sudah berkorban Nyawa
(kita harus lebih tunduk).
Semoga kita
dapat mengerti.
1
Petrus 3: 5,
6,
5.
Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu
berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya
kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,
6.
sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan
kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut
akan ancaman.
Ayat 6 -->
“sama seperti Sara taat kepada Abraham dan
menamai dia tuannya” --> Abraham ini
bengis juga, sebab Sarah diberikan kepada laki-laki lain sebanyak
dua kali.
Sebagai
contoh yang lulus ujian/penyalutan ini adalah Sarah.
Karena Abraham takut mati, Sarah tidak boleh bilang, kalau dia
adalah istrinya Abraham, tetapi sebagai adiknya/saudaranya Abraham
(akhirnya Sarah diambil Abimelek). Sarah ini harus tunduk kepada
tuannya yang bengis (Abraham bengis sekali, karena tidak mau
mengakui Sarah sebagai istrinya).
Saya punya satu cerita,
yang mungkin lucu, tetapi ini terjadi, dia mengadu kepada saya -->
aduh oom,
bagaimana itu pacar saya, dia menggandeng tangan saya, tetapi
setelah ada temannya, dia malu, lalu dilepaskan tangan saya.
Akhirnya sakit hati yang perempuan. Malunya ini bukan karena apa,
mungkin karena kurang
sip, sampai dilepas tangannya, jadi ini tidak mau mengakui. Mari
kita sungguh-sungguh hari-hari ini.
Semoga
kita dapat
mengerti.
Abraham ini tidak mengakui Sarah sebagai istrinya,
karena membela diri. Inilah bengis (tidak sesuai dengan Firman).
Kehebatan Sarah adalah dia tetap tunduk, dan
menamai Abraham sebagai tuannya.
Akhirnya, TUHAN lah yang membela Sarah, sehingga Sarah lulus ujian
penundukkan.
Sarah lulus ujian penundukkan (penyalutan dengan
emas), sehingga Sarah menjadi teladan bagi istri-istri. Tunduk itu
bagaikan mengulurkan tangan (“terserah Engkau TUHAN”) kepada
TUHAN dan TUHAN mengulurkan Tangan
anugerah/belaskasih-Nya untuk membuka pintu rahim Sarah yang sudah
lanjut usia dan mati haid/menopause (maaf). Padahal ini sudah tidak
mungkin, tetapi bagi TUHAN tidak ada yang mustahil.
Semoga kita
dapat mengerti.
Sekarang
ini juga, TUHAN akan menolong kita
semuanya. TUHAN mau melihat, jalan kematian (hidup benar, buang
dosa-dosa, kita tergembala dengan benar), sesudah itu kita diangkat
menjadi imam-imam dan raja-raja, yang melayani TUHAN dengan
penundukan (penundukan pada bagian luar dan bagian dalam lemah
lembut, tenteram). TUHAN melihat ujian penundukan!!
Selama
duapuluh lima
tahun Abraham
menunggu janji TUHAN dan tepat pada waktu-Nya, pintu rahim Sarah
dibuka oleh TUHAN. Begitu Sarah lulus ujian penundukan, pintu rahim
Sarah terbuka (mau tidak mau TUHAN harus membuka pintu rahim Sarah,
tepat pada waktu-Nya).
TUHAN
membuka pintu rahim Sarah,
dan
bagi kita artinya
- Kejadian
17: 15
-17,
15.
Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: "Tentang isterimu
Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara,
itulah namanya.
16.
Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan
kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya,
sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan
lahir dari padanya."
17.
Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya:
"Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan
seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh
tahun itu melahirkan seorang anak?"
Ay
16 --> “sehingga
ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir
dari padanya."
--> saat pintu rahim Sarah terbuka, berarti dia menurunkan anak
(raja-raja).
Sarah
= ibu raja-raja
(menurunkan/melahirkan imam-imam dan
raja-raja). Tadi,
“suami yang
bengis dimenangkan oleh kelakuan istrinya”
Begitu Sarah tunduk, Abraham dimenangkan juga.
1
Petrus 3: 7,Demikian
juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu,
sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman
pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan
terhalang.
Ay 7 --> suami
menghargai istri dengan penuh kebijaksanaan. Abraham menghargai
Sarah, sehingga Abraham menjadi Bapa raja-raja.
Kejadian
17: 6,
Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan
Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal
raja-raja.
Jika anak-anak
Sarah disebut raja, maka Abraham (sebagai
bapa)
juga merupakan raja. Bahkan Abraham disebut
sebagai raja Agung, yang diakui oleh bangsa
kafir
(bangsa
kafir
mendapatkan kesempatan menjadi raja-raja).
Kejadian
23: 5,
6,
5.
Bani Het menjawab Abraham:
6.
"Dengarlah kepada kami, tuanku. Tuanku ini seorang raja agung
di tengah-tengah kami; jadi kuburkanlah isterimu yang mati itu
dalam kuburan kami yang terpilih, tidak akan ada seorangpun dari
kami yang menolak menyediakan kuburannya bagimu untuk menguburkan
isterimu yang mati itu."
Ay
5 --> Bani Het ini orang Kanaan (bangsa
kafir).
Inilah
pengakuan dari
bangsa kafir
bahwa Abraham adalah raja agung,
sehingga
bangsa
kafir
dapat
menjadi raja-raja (ini tidak saya terangkan, tapi hanya saya
tunjukkan saja).
Jadi bapa,
ibu
dan anak semuanya
adalah raja-raja.
Kalau ada penundukan, maka menjadi keluarga imam-imam dan
raja-raja. Jika satu keluarga menjadi imam dan raja-raja, akan
bahagia. Jadi TUHAN membuka pintu rahim Sarah artinya satu
keluarga dapat
menjadi imam-imam dan raja-raja (keluarga kerajaan surga) pada
waktu-Nya.
Sarah adalah ibu dari raja-raja, Abraham adalah bapa
dari raja-raja, anak-anaknya berarti sebagai raja-raja. Kerajaan
surga adalah kerajaan imam-imam dan
raja-raja. Jika satu keluarga menjadi imam-imam dan raja-raja, ini
berarti satu keluarga bersuasanakan
kerajaan surga, sampai masuk dalam kerajaan surga.
Kalau ada
yang belum menjadi raja-raja, mungkin suami atau istri atau anak
belum menjadi raja-raja, tadi dijelaskan dalam 1 Petrus 3: 1-2
yaitu bisa dimenangkan lewat tanpa perkataan, tetapi lewat kelakuan
kita (penundukan, kelemah lembutan, ketenteraman sehingga
kita dapat
memenangkan).
1
Petrus 3: 1,
2,
1.
Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu,
supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman,
mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
2.
jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri
mereka itu.
Kalau ada bagian
dari keluarga kita yang belum menjadi imam dan raja, ini
dimenangkan bukan dengan pertengkaran, tetapi dimenangkan dengan
penundukan, lemah lembut dan tenteram dan hidup dalam kesucian. Ini
yang dapat
menarik satu keluarga menjadi satu
keluarga imam dan raja (keluarga kerajaan surga) tepat pada
waktu-Nya.
Jika masih ada
yang tidak
mau ke gereja --> teruskan saja, sebab waktu berada
di dalam
Tangan TUHAN --> layani dengan
penundukan, ketenteraman, kelemah lembutan. Seperti Abraham dan
Sarah menunggu waktu TUHAN selama duapuluh
lima tahun.
Kita seringkali baru
satu tahun,
sudah tidak mau berdoa lagi
sebab kehidupan itu tetap tidak mau ?
jangan! terus saja dengan didoakan
dengan kita berkelakuan hidup suci,
dengan perhiasan-perhiasan yang sudah dijelaskan tadi.
Semoga kita
dapat mengerti.
Pada
waktu-Nya artinya kita tinggal menunggu
waktu TUHAN dengan
tunduk, lemah lembut dan TUHAN lah yang bekerja semuanya. Keluarga
kita sekarang mungkin adalah keluarga sarang penyamun (keluarga
yang amburadul), tetapi satu waktu ada waktu-Nya,
keluarga kita dapat
menjadi keluarga kerajaan surga (keluarga imam dan raja). Ini bisa
terjadi, sebab tidak ada yang mustahil bagi TUHAN.
- TUHAN
sanggup menghapus segala kemustahilan pada waktu-Nya
(Sarah sudah tua tetapi dapat
mempunyai anak).
Artinya:
- Semua
masalah diselesaikan oleh TUHAN tepat pada waktu-Nya, sampai
masalah yang mustahil dapat
diselesaikan oleh TUHAN. Kita tinggal
menunggu waktu-Nya TUHAN saja, TUHAN tidak pernah menipu kita!
Mata ini jangan sampai di tipu,
sekali-pun hidup bertambah
berat dan
jika bertambah berat, kita harus ingat wanita hamil. Jika
bertambah lama bertambah berat ini berarti bertambah dekat
waktunya untuk melahirkan (jika semakin bertambah berat seperti
kehamilan 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 9 bulan 10 hari, akhirnya
lahir). Kalau setan, tambah berat malah menjadi kecewa.
- TUHAN
dapat
memberikan
masa depan yang berhasil, indah dan bahagia pada waktu-Nya.
Dalam kitab
Kejadian,
Sarah ini tertawa di masa tuanya. Dulu Sarah tertawa kecut. Waktu
TUHAN berjanji kepada Abraham bahwa dia akan memiliki anak, saat
Sarah mendengarnya dia tertawa kecut/takut --> mana mungkin,
tetapi setelah Ishak lahir, Sarah tertawa bahagia.
- TUHAN
sanggup menghapus aib kita pada waktu-Nya.
Mohon maaf, kalau untuk orang
Israel, orang mandul itu merupakan aib. Demikian juga waktu
Elisabet mandul, tetapi sesudah dia melahirkan anak, dia berkata
--> “TUHAN sudah menghapus aib
ku”.
TUHAN
sanggup menghapus aib kita pada waktu-Nya artinya
TUHAN menyucikan dan mengubahkan kita sedikit demi sedikit, dimulai
dari tunduk, lemah lembut dan pendiam. Sampai jika YESUS datang
kembali kedua kali, kita akan disucikan dan diubahkan menjadi
sempurna sama mulia seperti Dia (tidak bercacat cela), yaitu
menjadi Mempelai
Wanita
yang siap untuk menyambut kedatangan YESUS yang ke dua kali di
awan-awan yang permai.
Kalau satu keluarga dapat
menyambut YESUS di awan-awan permai, betapa bahagianya kita. Kita
harus berhati-hati!
sebab ada dua orang di tempat tidur, satu terangkat dan yang
satunya lagi tertinggal (betapa gagalnya hidup kita). Mari kita
berdoa dengan sungguh-sungguh! Biarlah TUHAN yang menolong, supaya
pintu rahim terbuka pada kesempatan ini.
TUHAN hanya melihat
penundukan dan kita hanya menunggu waktu-Nya TUHAN. Jika penundukan
semakin jelas, lemah lembut dan tenteram semakin jelas, ini berarti
waktu-Nya TUHAN sudah semakin singkat untuk menolong kita (untuk
membuka pintu rahim), sehingga satu keluarga dapat
menjadi imam dan raja. Tidak ada yang mustahil bagi TUHAN!
Kemustahilan dihapuskan oleh TUHAN, masalah diselesaikan, TUHAN
memberikan masa depan yang indah, sampai aib diambil oleh TUHAN =
dosa-dosa, cacat cela, kelemahan-kelemahan disucikan dan diubahkan
oleh TUHAN, sampai kita menjadi sempurna seperti Dia. Kita layak
menyambut kedatangan YESUS ke dua kali pada waktu-Nya. Biarlah
TUHAN yang menolong
kita semuanya.
Kita tinggal menunggu waktu-Nya TUHAN,
Abraham menunggu waktu TUHAN selama duapuluh
lima tahun, kita diijinkan menunggu
waktu TUHAN berapa tahun?
itu terserah TUHAN. Yang penting adalah kita berada dalam
penundukan, sehingga TUHAN akan membuka pintu rahim, pintu-pintu di
dunia akan terbuka sampai pintu surga terbuka bagi kita.
TUHAN
memberkati.1