Kita masih
berada di dalam kitab
Wahyu 1 : 1 – 3 merupakan judul/kata
pengantar.
Wahyu 1 : 3,
Berbahagialah ia yang membacakan
dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti
apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.
Jadi, inti dari
kitab Wahyu adalah
kebahagiaan. Di dalam kitab Wahyu ada tujuh
macam kebahagiaan yaitu:
- Wahyu 1 :
3 = berbahagia yang membaca, mendengar dan yang menuruti kata-kata
nubuat.
- Wahyu 14 :
13 = berbahagia yang mati dalam YESUS.
- Wahyu 16 :
15 = berbahagia mereka yang berjaga-jaga dan memperhatikan
pakaian-nya.
- Wahyu 19 :
9 = berbahagia mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.
- Wahyu 20 :
6 = berbahagia mereka yang mendapat bagian dalam kebangkitan yang
pertama.
- Wahyu 22 :
7 = berbahagia mereka yang menuruti kata-kata nubuat.
- Wahyu 22 :
14 = berbahagia mereka yang membasuh jubahnya
Inilah tujuh
kebahagiaan dalam kitab Wahyu. Angka tujuh = angka sempurna. Jadi
tujuh kebahagiaan = kebahagiaan yang sempurna = kebahagiaan yang
kekal.
Awal/pintu
gerbang untuk mendapatkan kebahagiaan yang sempurna/tujuh kebahagiaan
adalah membaca, mendengar dan menuruti kata-kata nubuat/Firman
nubuat.
Firman
nubuat adalah:
- Firman
yang dibukakan rahasianya yaitu ayat yang satu menerangkan ayat yang
lain dalam alkitab. Jika tidak dibukakan rahasianya, maka itu
bukanlah Firman nubuat.
- Firman
ALLAH yang mengungkapkan dosa-dosa yang tersembunyi di dalam sidang
jemaat. Jika tidak mengungkapkan dosa, maka itu bukanlah Firman
nubuat.
- Firman
ALLAH yang mengungkapkan tentang segala sesuatu yang akan terjadi di
akhir jaman, terutama tentang kedatangan YESUS Yang kedua kali
Firman nubuat
ini yang kita kenal dengan Firman pengajaran yang benar = Firman yang
lebih tajam dari pedang bermata dua. Ini, yang perlu kita baca, yang
perlu kita dengar dan yang perlu kita ikuti/menuruti/praktekkan
supaya kita menjadi berbahagia, mulai dari kebahagiaan yang pertama
sampai kebahagiaan yang ketujuh/kebahagiaan yang sempurna/kebahagiaan
yang kekal.
Awalnya di sini
yaitu membaca, mendengar, dan melakukan = bukan sembarangan Firman,
tetapi kata-kata nubuat/Firman nubuat dan ini ditegaskan.
Dan juga
disebutkan
sebab waktunya sudah dekat,
artinya
kita harus menggunakan waktu dengan
sebaik-baiknya untuk membaca, mendengar dan menuruti Firman nubuat
=
taat dengar-dengaran.
Waktu ibadah
itu kita harus menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk membaca,
mendengar; kalau di rumah mungkin masih terganggu, maka dalam ibadah
ini merupakan kesempatan yang seluas-luasnya dan sebaik-baiknya untuk
membaca dan mendengar sampai kita dapat menuruti Firman nubuat.
Semoga kita dapat mengerti.
Dari sini,
yaitu dari membaca, mendengar dan menuruti/taat dengar-dengaran yang
akan dipilih oleh TUHAN untuk mengalami kebahagiaan sampai pada
kebahagiaan kekal.
Dari
jaman ke jaman TUHAN memilih orang-orang yang taat dengar-dengaran
untuk mendapatkan kebahagiaan surga/kebahagiaan yang
sempurna/kebahagiaan kekal yaitu:
- Jaman
ALLAH Bapa yang dihitung mulai dari Adam –
Abraham dan diwakili oleh Abraham
=
Kejadian
22 : 1, 2,
1.
Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya:
"Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan."
2.
Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau
kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia
di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan
Kukatakan kepadamu."
Ketaatan
Abraham/mewakili suami/laki-laki yaitu rela
mengorbankan Ishak/anaknya yang tunggal yang sangat berharga,
disayangi, dan sangat dibanggakan,
artinya untuk kita sekarang ini yaitu:
- Supaya
dapat taat dengar-dengaran, maka kita harus
mengorbankan apa yang paling berharga dalam hidup kita.
Yang paling berharga di dalam hidup kita adalah harga
diri/gengsi yang paling dibela mati-matian.
Seringkali kita mengetahui apa yang benar dan yang harus kita
lakukan, tetapi demi menjaga gengsi/harga diri, kita tidak mau
melakukan apa yang benar itu. Dan ini terutama kami para
hamba-hamba TUHAN demi harga diri/gengsi, kami tidak mau melakukan
apa yang benar. Dan juga seringkali demi menjaga harga diri ini,
terjadi pada orang-orang yang berada di atas/yang memiliki
kedudukan, sudah mengetahui bahwa itu salah, tetapi demi harga
diri/gengsi, tetap mempertahankan apa yang salah = tidak taat =
menolak yang benar. Apalagi (maafkan) kita masih berada di bawah,
tetapi kita masih gengsi = akan menjadi susah sekali dan saya ini
orangnya. Masih dibawah, tetapi seringkali masih merasa gengsi =
waktu masih sekolah alkitab, kemudian harus membuang sampah, saya
masih menoleh ke kiri dan ke kanan supaya tidak dilihat oleh
jemaat/murid-murid sekolah tempat saya dulu mengajar, sehingga
membuang sampah ini merupakan siksaan bagi saya. Jadi betapa
ngerinya harga diri itu dan sayalah orangnya yang menjadi contoh
yang tidak baik. Kalau kita sudah mempertahankan harga diri,
kemudian menjadi tidak tahu diri.
Semoga kita dapat mengerti. Kemudian kalau mau ke Lemah Putro,
karena tidak memiliki uang, maka saya berdiri saja disitu, kemudian
oleh anak-anak dari oom Pong saya diajak untuk ikut dengan mereka
naik mobil, tetapi saya disuruh duduk di belakang; saya menjadi
marah sebab merasa tidak dihargai. Inilah orang yang seharusnya
jalan sejauh sepuluh kilo, kemudian sudah diangkut mobil, masih
tidak berterima kasih = inilah orang yang tidak tahu diri dan ini
tidak bagus sebab kita tidak dapat taat dan juga tidak tahu apa
yang benar. Mari, sekarang ini sebagai suami/laki-laki harus
belajar untuk mengorbankan harga diri untuk taat dengar-dengaran.
- Kemudian
untuk dapat menjadi taat dengar-dengaran, maka kita harus
mengorbankan apa yang disayangi, disukai, dibanggakan dan juga yang
menjadi ikatan/rintangan (mungkin hobby dlsbnya).
Bukannya tidak boleh sehingga mau berhenti = tidak seperti itu,
tetapi jangan mengganggu untuk kita dapat menjadi taat
dengar-dengaran. Semoga kita dapat mengerti.
- Kemudian
kita harus
rela mengorbankan waktu, tenaga, keuangan dllnya
untuk pekerjaan TUHAN.
Inilah
pelajaran dari jaman permulaan yaitu Abraham dipilih sebagai orang
yang taat dengar-dengaran. Membaca, mendengar dan menuruti kata
nubuat/Firman nubuat = Abraham diperintahkan untuk menyerahkan
anaknya = Firman nubuat sebab ditempat Ishak diserahkan merupakan
tempat bagi pembangunan bait Salomo dan lebih jauh lagi itulah
pembangunan Tubuh Kristus. Semoga kita dapat mengerti.
Hasilnya:
- 2
Tawarikh 3 : 1,
Salomo mulai
mendirikan rumah TUHAN di Yerusalem di gunung Moria, di mana TUHAN
menampakkan diri kepada Daud, ayahnya, di tempat yang ditetapkan
Daud, yakni di tempat pengirikan Ornan, orang Yebus itu.
Di
gunung Moria merupakan tempat di mana Ishak akan dikorbankan dan
disitu dibangun rumah TUHAN/bait ALLAH = tempat Abraham akan
mempersembahkan Ishak, di situ juga merupakan tempat Daud
mempersembahkan korban kepada TUHAN waktu tulah datang.
Jadi
bagi kita, hasilnya adalah kita
masuk dalam pembangunan bait ALLAH yang
rohani.
Kalau dulu, pembangunan bait ALLAH yang
jasmani Salomo dan sekarang pembangunan bait ALLAH yang
rohani/Tubuh Kristus yang sempurna/Mempelai Wanita TUHAN.
Kalau
kita tidak taat/tidak rela untuk berkorban, maka kita tidak dapat
masuk dalam pembangunan Tubuh Kristus dan akan masuk dalam
pembangunan Babel. Itu sebabnya kita harus rela berkorban seperti:
- Berkorban
harga diri,
- Berkorban
apa yang disayangi dan disukai dan juga yang menjadi ikatan di
dalam hidup kita dan juga
- Rela
berkorban waktu, tenaga, uang dan apa saja untuk pekerjaan TUHAN
dan kita masuk dalam pembangunan bait ALLAH yang
rohani/pembangunan Tubuh Kristus yang sempurna. Semoga kita dapat
mengerti.
- Kejadian
22 : 14,
Dan Abraham
menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai
sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan
disediakan."
Abraham
bertemu dengan Yehova Yirre = TUHAN menyediakan. Jadi, waktu itu
Ishak akan disembelih, tiba-tiba TUHAN menghentikan dan menyediakan
domba, dari tidak ada domba menjadi ada domba. Secara jasmani dapat
terjadi apa yang tidak ada menjadi ada, yang mustahil menjadi tidak
mustahil. Tetapi sekarang yang lebih jauh lagi/nubuat kepada kita
secara rohani yaitu menyediakan Mempelai TUHAN/Mempelai yang siap
sedia.
Wahyu
19 : 7 – 9,
7.
Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!
Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia.
8.
Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang
berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu
adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
9.
Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka
yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi
kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan
dari Allah."
Jadi hasil
selanjutnya adalah kita
bertemu dengan Yehova Yirre dan mengalami
pekerjaan
dari Yehova Yirre
=
secara jasmani dari yang tidak ada
menjadi ada dan yang mustahil menjadi tidak mustahil dan secara
rohani, TUHAN mempersiapkan kita menjadi Mempelai Wanita yang siap
sedia dengan pakaian Mempelai dan kita mengalami kebahagiaan
surga.
Kita berkorban tetapi kita merasa berbahagia sebab
kita mendapatkan pakaian sehingga kita tidak menjadi telanjang;
kalau kita kikir, maka kita akan menjadi telanjang. Kalau di
Lempin-El, yang paling disukai adalah tidur dan kesukaan tidur ini
yang harus diserahkan kepada TUHAN sehingga dapat dipakai di dalam
pembangunan Tubuh Kristus dan akan bertemu dengan Yehova Yirre
sehingga betul-betul menjadi Mempelai yang siap sedia dengan
pakaian Mempelai yang putih berkilau-kilauan dan akan mendapatkan
kebahagiaan surga.
- Jaman
Anak ALLAH yang dihitung mulai dari Abraham
- kedatangan YESUS Yang pertama kalinya dan mati di kayu salib dan
diwakili oleh janda/perempuan
Sarfat.
1
Raja-raja 17 : 12, 13,
12.
Perempuan
itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya
tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam
tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang
mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan
mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya,
maka kami akan mati."
13.
Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah,
buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku
sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku,
kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
Elia
berkata untuk membuat roti baginya terlebih dahulu/bagi TUHAN
terlebih dahulu, barulah untuk janda Sarfat dan anaknya itu. Tadi,
perempuan itu berkata = bagiku, bagi anakku lalu kami akan
mati.
Arti dari ketaatan janda Sarfat/istri yaitu rela
mempersembahkan roti bundar kecil yang sangat dibutuhkan oleh dia
dan anaknya. Kita harus
berhati-hati, sebab seringkali kita berkorban apa yang sudah tidak
dibutuhkan lagi, kalau apa yang masih kita butuhkan, maka kita tidak
mau mengorbankan sebab itu untuk-ku dan juga untuk anak-ku.
Artinya
kepada kita supaya kita dapat taat dengar-dengaran, maka kita
harus mengorbankan kepentingan diri sendiri/egois dan juga hak kita
(untuk-ku, untuk anak-ku). Jadi, untuk di luar kepentingan kita,
maka kita mudah untuk berkorban.
Demikian juga di dalam nikah dan
juga di gereja, kita menuntut hak/mementingkan diri sendiri sehingga
menjadi tidak berbahagia/kita tidak akan merasa bahagia. Semoga kita
dapat mengerti.
Kita harus berani
membakar = ‘segenggam tepung dan sedikit minyak akan aku bakar’
= kita harus berani membakar kepentingan diri sendiri/hak, sehingga
kita dapat mempersembahkan roti bundar yang
matang. Kalau roti tidak matang, tidak akan
memuaskan sebab akan sakit perut.
Matang=
- memuaskan
TUHAN, maka TUHAN juga akan memuaskan kita sehingga ada kebahagiaan
surga,
- mengagungkan
TUHAN.
Kita dapat
membayangkan = segenggam tepung dibakar, bukan untuk dirinya, tetapi
untuk TUHAN. Awalnya = untuk-ku dan untuk anak-ku, sesudah itu akan
mati. Ini saja, kami akan mati, apalagi mau diambil? bagaimana ini?
tetapi justru ia dapat merasa berbahagia. Semoga kita dapat
mengerti.
Jadi, kalau kita membakar/mengorbankan kepentingan
diri sendiri/mengorbankan hak, sehingga kita dapat mempersembahkan
roti bundar yang matang = memuaskan/mengagungkan TUHAN, maka TUHAN
akan membahagiakan kita dengan kebahagiaan surga dan hak kita tidak
akan hilang, justru berada di dalam Tangan TUHAN Yang kuat sehingga
tidak dapat diambil oleh siapapun.
Inilah hebatnya, sebab
kita mendapat dobel = kita merasa sepertinya kita akan kehilangan
hak, tetapi tidak, sebab selain mendapatkan kebahagiaan, kita juga
mendapatkan hak.
Yesaya
49 : 1, 2, 4,
1.
Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa
yang jauh! TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah
menyebut namaku sejak dari perut ibuku.
2.
Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku
berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi
anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung
panah-Nya.
4.
Tetapi aku berkata: "Aku telah bersusah-susah dengan percuma,
dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna;
namun, hakku terjamin pada TUHAN dan upahku pada Allahku."
Ay
2, dapat dipakai sebagai pedang untuk jarak dekat dan juga dapat
dipakai sebagai anak panah untuk jarak jauh. Inilah hamba TUHAN yang
selalu siap melayani baik untuk jarak dekat mau-pun jarak
jauh.
Setiap kali kita dapat mengagungkan/memuaskan TUHAN,
TUHAN juga akan memuaskan + hak dan upahku tidak akan hilang tetapi
terjamin/berada di dalam Tangan TUHAN Yang kuat sehingga tidak dapat
direbut oleh siapa-pun.
Hasilnya:
1
Raja-raja 17 : 15,
Lalu
pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka
perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan
beberapa waktu lamanya.
Jadi,
hasilnya, perempuan dan anaknya itu mendapatkan makan beberapa waktu
lamanya. Kita bandingkan dengan Yakobus
5 : 17,
Elia adalah
manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh
berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi
selama tiga tahun dan enam bulan.
Beberapa
waktu masa kelaparan adalah tiga setengah tahun. Jadi hasil dari 1
Raja-raja 17 : 15 dan digabungkan dengan
Yakobus 5 : 17,
adalah perempuan dengan anaknya ini
mendapatkan pemeliharaan dari TUHAN selama tiga setengah tahun.
Dan
artinya/nubuatnya untuk kita sekarang ini adalah Wahyu 12 : 14,
kita mendapatkan dua
sayap burung nazar.
Jika
kita:
- tidak
egois/tidak mementingkan diri sendiri,
- tetapi
kita mengorbankan/membakar hak agar dapat memuaskan dan
mengagungkan TUHAN, maka kita akan berbahagia dan ditambah
- hak dan
upah kita berada di dalam Tangan TUHAN, seperti perempuan dengan
anaknya dipelihara oleh TUHAN selama tiga setengah tahun. Sekarang
bagi kita nubuatnya di dalam Wahyu 12 : 14.
Wahyu
12 : 14,
Kepada
perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar,
supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia
dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa
dan setengah masa.
Perempuan
itu = gereja Mempelai/gereja yang sempurna. Jadi arti/nubuatnya
kepada kita adalah kita diberi dua sayap
burung nazar yang besar untuk menyingkirkan kita kepadang gurun
jauh dari mata antikrist. Kita dipelihara
dan dilindungi oleh TUHAN selama tiga setengah tahun lewat Firman
pengajaran dan perjamuan suci.
Dulu sudah terjadi,
perempuan/janda ini dipelihara oleh TUHAN lewat tepung dan minyak
yang tidak habis-habis; sekarang, dipelihara lewat Firman
pengajaran yang benar dan perjamuan suci. Ini terjadi kalau kita
sudah berada di padang belantara, kita sungguh-sungguh dipelihara
secara langsung oleh TUHAN lewat Firman pengajaran dan perjamuan
suci selama tiga setengah tahun. Kita betul-betul berbahagia
bersama TUHAN; sementara di dunia terjadi siksaan yang dahsyat dan
yang belum pernah terjadi dan tidak akan pernah terjadi lagi. Di
padang belantara, kita berbahagia dan mengalami pesta
paskah/kebahagiaan surga.
Sekarang ini, lewat Firman
pengajaran dan perjamuan suci, kita latihan untuk menyingkir ke
padang gurun. Itu sebabnya kita jangan mengabaikan ibadah
pendalaman alkitab sebab ini merupakan tolok ukur/test, apakah
sayap kita sudah mulai bertumbuh atau belum? Bagaimana
kesetiaan/ketekunan kita di dalam ibadah pendalaman alkitab dan
perjamuan suci? Kalau kita tekun di dalam ibadah pendalaman dan
perjamuan suci, sayap kita sedang bertambah besar. Semakin kita
bertekun, maka sayap itu menjadi semakin besar sampai satu waktu
jika sayap sudah maksimal besarnya, maka kita akan pergi kepadang
gurun dan setiap hari kita mengadakan pendalaman alkitab dan
perjamuan suci. Semoga kita dapat mengerti.
Inilah
ketaatan yaitu:
- Abraham =
mengorbankan harga diri = apa yang disayangi sampai mengorbankan
waktu, uang dllnya untuk pekerjaan TUHAN sehingga dapat masuk ke
dalam pembangunan Tubuh Kristus dan mendapatkan pakaian
Mempelai/kebahagiaan surga.
- Janda
Sarfat = ada dua sayap burung nazar = taat dan harus mengorbankan
kepentingan diri sendiri dan juga mengorbankan hak. Janda ini
mendapatkan dua sayap burung nazar untuk menyingkir ke padang
belantara sehingga jauh dari mata ular sebab dilindungi dan
dipelihara secara langsung oleh TUHAN lewat Firman pengajaran dan
perjamuan suci = pesta paskah/kebahagiaan surga akan kita alami.
Semoga kita dapat mengerti.
- Jaman
ALLAH Roh.Kudus yang dihitung mulai dari
kedatangan YESUS Yang pertama – kedatangan YESUS Yang kedua kali
dan diwakili oleh murid-murid
dan untuk sekarang menunjuk pada
gereja TUHAN/kita semua.
Yohanes
21 : 3 – 6,
3.
Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan."
Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau."
Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak
menangkap apa-apa.
4.
Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi
murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
5.
Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai
lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada."
6.
Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah
kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka
menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena
banyaknya ikan.
Ay 3, ‘aku
pergi menangkap ikan’ = tidak taat, tetapi beruntung masih
diberikan kesempatan.
Jadi, di sini pelajaran agar kita menjadi
waspada, sebab tidak taat = tidak menangkap apa-apa = gagal total
dan telanjang (di ay 7, Petrus tidak berpakaian/telanjang). Jadi,
kita harus berhati-hati/waspada sebab justru di akhir jaman ini
ditandai dengan ketidak taatan.
Murid-murid tidak taat, akibatnya gagal total dan telanjang.
Tetapi
puji syukur kepada TUHAN, lewat pemberitaan Firman nubuat/Firman
pengajaran yang benar yang diulang-ulang (di dalam injil Lukas 5
sudah diberitakan ‘tebarkan jalamu’ = dulu sudah pernah sebelum
diangkat menjadi hamba TUHAN, mereka bekerja sebagai nelayan, tetapi
mereka gagal). Kemudian TUHAN datang dengan Firman = ‘tebarkan
jalamu’, mereka menebarkan jala, dan mendapatkan banyak
ikan.
Sekarang, disaat-saat mereka gagal lagi/jatuh di dalam
kegagalan sebab tidak mendapatkan apa-apa dan telanjang, TUHAN
mengulang lagi Firman, tetapi sekarang sudah berkembang. Itulah
Firman penggembalaan yaitu Firman yang diulang-ulang tetapi
berkembang.
Lukas
5 : 3 – 6,
3.
Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan
menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai.
Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.
4.
Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah
ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap
ikan."
5.
Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras
dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya,
aku akan menebarkan jala juga."
6.
Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar
ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.
Ay
3, YESUS duduk dan mengajar di atas perahu. Jadi, jangan heran, bagi
saudara yang masih baru berada di tempat ini, melihat, mengapa
pendeta yang berkhotbah itu duduk? Yang ditiru dari YESUS. Kalau
berkhotbah dan berjalan-jalan, tidak tertulis di dalam alkitab,
tetapi kalau duduk, justru ada tertulis di dalam alkitab.
Ay
5, sebenarnya Simon ini memprotes TUHAN sebab sudah semalam-malaman
mereka bekerja tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa sekali-pun
waktunya tepat dan tempatnya juga baik sebab berada di tengah.
Sekarang sudah berada di pantai dlsbnya, tetapi karena ini Firman
sekali-pun tidak masuk logika, saya mau melakukan. Beginilah
seharusnya yaitu kita harus menghargai Firman.
Jadi, waktu
Petrus gagal sebagai seorang nelayan/profesi
di dunia, maka YESUS menyampaikan Firman
pengajaran/Firman nubuat yaitu ‘tebarkanlah jalamu’. Tetapi di
dalam injil Yohanes 21, Petrus gagal dan
telanjang sebagai seorang hamba TUHAN karena ia tidak taat.
Dan karena TUHAN sudah mengangkat Petrus menjadi seorang penjala
manusia, maka ia gagal total.
Dan, TUHAN datang dengan Firman
pengajaran/Firman nubuat yang sama tetapi sudah ditingkatkan dan
diulang-ulang yaitu ‘kata YESUS, tebarkan jalamu di sebelah kanan
perahu’. Jadi di tambah dengan kata di sebelah kanan. Jadi,
semakin Firman itu diulang, semakin dibuka rahasianya -->
pembukaan Firman semakin ditingkatkan, maka kerohanian kita juga
semakin meningkat.
Inilah pentingnya Firman yang
diulang-ulang --> di saat kita gagal sebagai seorang hamba TUHAN
atau sebagai pedagang atau sebagai apa saja --> mari, kita
mendengarkan Firman yang diulang-ulang, kita jangan menjadi bosan
sebab justru Firman ini yang akan menolong kita. Itu sebabnya kita
harus menghargai Firman yang diulang-ulang. Semoga kita dapat
mengerti.
Jadi, tebarkan jalamu di sebelah kanan ( di dalam
injil Lukas 5, tidak disebutkan sebelah kanan, hanya tebarkan
jala-mu) --> sebelah kanan ini menunjuk pada tempat YESUS sebagai
Imam Besar di sebelah Kanan ALLAH Bapa. Hubungan apa ini, sebab
harus menebarkan jala di sebelah kanan, bukan disebelah kiri? Kita
melihat, mengapa YESUS dapat menjadi Imam Besar Yang ditinggikan,
berhasil, mulia dan sampai di sebelah Kanan ALLAH Bapa? Sebab YESUS
taat.
Ibrani
5 : 8 – 10,
8.
dan
sekali-pun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa
yang telah diderita-Nya,
9.
dan
sesudah itu Ia mencapai kesempurnaan-Nya. Ia menjadi pokok
keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
10.
dan Ia
dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah menurut peraturan
Melkisedek.
Taat dari apa yang
diderita-Nya = taat dalam penderitaan sampai mati di kayu salib (Fil
2). Padahal seharusnya YESUS tidak perlu dan tidak layak untuk mati,
tetapi YESUS mau melakukan sebab karena Firman, maka ‘kehendak-Mu
Yang jadi’. Ini yang dipelajari yaitu tebarkan jala-mu di sebelah
kanan --> ketaatan-Nya yang kita pelajari yaitu taat dalam
penderitaan sampai mati di kayu salib. Semoga kita dapat
mengerti.
Inilah, YESUS diangkat menjadi Imam Besar ditahta
surga di sebelah Kanan Tahta ALLAH Bapa tempat yang tertinggi di
dalam kemuliaan sebab YESUS taat dalam penderitaan sampai mati di
kayu salib. Itu sebabnya, kita harus meneladani YESUS yaitu taat
sampai daging tidak bersuara lagi. Semoga
kita dapat mengerti.
Taat sampai daging tidak bersuara lagi =
ketaatan dari seorang anak kecil yang tidak memiliki suara daging =
pikiran dan perasaan seperti YESUS --> Yohanes
21 : 5,
Kata Yesus
kepada mereka “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?”
Jawab mereka: “Tidak ada.”
Di
saat murid-murid gagal, YESUS datang dengan pertanyaan ‘adakah
lauk pauk’? mereka menjawab --> ‘tidak ada’. Firman
pengajaran menyucikan pikiran dan perasaan
kita. Mereka sudah gagal/dalam kegagalan,
kemudian ditanya ‘adakah lauk pauk’? kalau perasaan tidak
disucikan, tentu akan marah dan berkata “untuk apa bertanya-tanya,
tidak perlu mengurus kita”. Tetapi karena penyucian perasaan, maka
mereka menjawab dengan jujur seperti anak kecil yang jujur bahwa
mereka tidak memiliki lauk-pauk.
Orang-orang yang berada di
dalam kegagalan sering menjadi orang yang keras; saya memberi
contoh, misalnya pembagian hasil ulangan di sekolah, kemudian ada
yang mendapat nilai empat, kemudian di tanya oleh seorang teman,
siswa itu dapat menjadi marah dan bisa-bisa temannya itu tidak
diajak bicara selama tiga hari sekali-pun temannya itu teman
akrab.
Di dalam kegagalan dan juga di dalam keberhasilan,
manusia dapat menjadi keras. Itu sebabnya diperlukan Firman yang
keras/Firman penyucian perasaan --> jujur! Inilah perasaan
seperti YESUS/perasaan seperti anak kecil.
Yohanes
21 : 6,
Maka kata
Yesus kepada mereka: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu,
maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka
tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.
“tebarkanlah
jalamu di sebelah kanan perahu.” = penyucian pikiran. Sudah
semalam-malaman berada di tempat yang benar, waktunya juga sudah
benar, sekarang disuruh lagi --> penyucian pikiran/logika. Semoga
kita dapat mengerti.
Jadi, ketaatan dari gereja TUHAN/ketaatan
dari kita sekarang, harus mengorbankan pikiran dan perasaan daging
dan memakai pikiran dan perasaan YESUS = pikiran dan perasaan anak
kecil. YESUS sebagai Anak, Ia taat, demikian juga dengan kita juga
harus taat.
Kalau Abraham, ia
mengorbankan:
- harga
diri,
- apa yang
disuka itulah Ishak,
- mengorbankan
waktu dan tenaga untuk TUHAN sehingga ada Yehova Yirre dan masuk
dalam pembangunan Tubuh sampai menjadi Mempelai yang memiliki
pakaian putih yang berkilau-kilauan --> ada kebahagiaan surga
dan siap sedia menyambut kedatangan YESUS Yang kedua kalinya.
Janda
Sarfat mengorbankan:
- kepentingan
diri sendiri sehingga
- hak dan
upah ada di dalam Tangan TUHAN sehingga ada kebahagiaan/pesta
paskah setiap saat.
Dan di
jaman akhir ini --> mari, ketaatan dari
pelayan TUHAN dan anak-anak TUHAN dan gereja TUHAN:
- harus
mengorbankan pikiran dan perasaan daging dan
- harus
memakai pikiran dan perasaan YESUS/pikiran dan perasaan dari
seorang anak. Semoga kita dapat mengerti.
Seringkali
perintah TUHAN itu tidaklah sulit, yang sulit itu adalah
mengendalikan pikiran dan perasaan kita sehingga mengatakan untuk
jangan pengajaran-pengajaran sebab terlalu dalam dan juga terlalu
sulit untuk mempraktekkannya.
Padahal
yang sulit itu adalah:
- pikiran
dan perasaan kita,
- harga
diri kita,
- egois
kita.
Firman TUHAN
hanya memerintahkan untuk menebarkan jala dan ini untuk kehidupan
sehari-hari. Bapak pdt In.Juwono alm dan juga bpk pdt Pong alm
selalu mengatakan bahwa Firman pengajaran itu praktis sebab langsung
dipraktekkan --> sebab sudah ada jala, kecuali kalau tidak ada
jala dan juga Musa ketika menghadapi laut Kolsom, ia diperintahkan
oleh TUHAN untuk mengulurkan tongkat-nya, sebab yang ada hanya
tongkat. TUHAN bekerja dengan apa adanya, tetapi sulit jika
menggunakan pikiran dan perasaan sebab ketika itu merupakan mati
hidup. Mau maju ke depan, tidak bisa dan juga ke belakang, tidak
bisa --> sepertinya Firman ini hanya main-main saja dengan
diperintahkan untuk mengangkat tongkat; jika Firman hanya main-main,
maka tidak akan dapat tertolong.
Perintah itu mudah, tetapi
sulit untuk dilaksanakan jika memakai pikiran dan perasaan, itu
sebabnya mari, sekarang ini harus dibakar sehingga kita menjadi
berbahagia orang yang membaca, mendengar dan menuruti Firman. Mari
sungguh-sungguh taat.
Hasilnya:
- Yohanes
21 : 11,
Simon Petrus
naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan
besar; seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun
sebanyak itu, jala itu tidak koyak.
153,
kalau dijumlah menjadi 1 5 3 9. Hasilnya,
mereka menangkap seratus lima
puluh tiga ekor ikan dan jalanya tidak koyak. Sembilan = angka kasih
karunia TUHAN yang tidak pernah koyak = kekal selama-lamanya. Tidak
pernah berubah, itu sebabnya kita jangan meragukan kasih karunia
TUHAN, jadi ini berarti kita hidup di dalam
kasih karunia/anugerah TUHAN Yang tidak pernah berubah/Dia tidak
pernah menipu kita. Ini kalau kita taat -->
menangkap seratus limapuluh ekor ikan dan jalanya tidak koyak.
Arti dari hidup di dalam Tangan kasih
karunia TUHAN adalah:
- dapat
memelihara kita secara jasmani di tengah kesulitan dunia, di tengah
kemustahilan --> tidak ada ikan menjadi ada ikan. Sudah berada
jauh dari jangkauan kita seperti pengakuan Petrus yang berkata
sudah semalam-malaman kami bekerja keras, tetapi tidak mendapatkan
apa-apa. Bagi yang berdagang, sudah menambah modal, tetapi tetap
tidak berhasil dan bagi yang masih bersekolah, sudah mengambil
pelajaran tambahan dlsbnya? kita harus kembali kepada Tangan
kasih karunia TUHAN yang dapat memelihara kita.
- dan juga
secara rohani, kita tetap hidup benar, jangan seperti Petrus yang
sudah ditetapkan oleh TUHAN untuk menjadi penjala manusia, tetapi
ia kembali menjadi penjala ikan --> berbuat dosa lagi, tidak
setia lagi. Mari, kita tetap hidup benar dan juga tetap setia
sehingga kita berada di dalam Tangan kasih ALLAH dan kerohanian
kita tetap terpelihara dan juga tetap dapat taat seperti jala yang
tidak koyak sehingga ikan-ikan itu tidak keluar.
- kasih
karunia/anugerah TUHAN dapat menolong kita
tepat pada waktunya dan juga menyelesaikan masalah yang mustahil
tepat pada waktunya. Ini merupakan hal yang
sungguh-sungguh, asal kita belajar ketaatan --> berbahagia mereka
yang membaca, mendengar dan menuruti kata-kata nubuat.
Kita
belajar dari:
- Abraham
yang mengorbankan harga diri dllnya dan juga
- Janda
Sarfat/istri mengorbankan egois dan hak-hak dan belajar dari
- Anak-anak
kecil/murid-murid --> belajar dari YESUS Anak ALLAH; kita hanya
seperti anak-anak kecil saja yang harus sungguh-sungguh taat dan
juga bagi kaum muda/anak kecil, taat dengan sungguh-sungguh.
- Tangan
kasih karunia/anugerah TUHAN sanggup untuk
menyucikan dan mengubahkan kita sampai menghasilkan sembilan
buah-buah Roh. Dan ini merupakan gambar dari
ALLAH Tri Tunggal --> kita menjadi sempurna seperti ALLAH Tri
Tunggal.
Galatia
5 : 22, 23,
22.
Tetapi
buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan
23.
kelemahan
lembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal
itu.
Kasih, sukacita, damai
sejahtera --> sifat/Gambar dari ALLAH Bapa. Kita diubahkan sampai
menghasilkan sembilan buah Roh = kita diubahkan dari manusia daging
menjadi manusia rohani seperti YESUS.
Kesabaran, kemurahan,
kebaikan --> sifat/Gambar dari Anak ALLAH/YESUS.
Kesetiaan,
kelemah lembutan, penguasaan diri --> sifat/Gambar dari ALLAH
Roh.Kudus.
Sembilan buah-buah Roh merupakan sifat/Gambar dari
ALLAH Tri Tunggal dan jika YESUS datang kembali kedua kalinya, kita
akan diubahkan menjadi sama mulia dengan Dia dan kita akan menyambut
kedatangan-Nya Yang kedua kali di awan-awan yang permai dan masuk
pesta nikah Anak Domba. ‘Berbahagia yang
diundang keperjamuan
kawin Anak Domba’.
Mari, sekarang
ini kita taat bagaikan mengulurkan tangan kepada TUHAN sebab TUHAN
mampu melakukan apa saja. Kalau kita sudah tidak dapat lagi berbuat
apa-apa, hanya tinggal satu yaitu kita kembali kepada Tangan
anugerah TUHAN dan mengatakan kepada TUHAN bahwa saya tidak mampu.
TUHAN
memberkati kita sekalian.1