Yudas
1 : 24-25
24.
Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan
yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan
kemuliaan-Nya,
25.
Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi
Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala
abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.
Ini
merupakan 7
penampilan dari Pribadi Yesus
bagaikan 7 sinar
kemuliaan surga yang tersirat di dalam kitab
Wahyu. Dimulai
dari Wahyu 1 : 3-Wahyu 12 : 14.
Semuanya ini
sudah kita pelajari.
Pelita
ini memiliki pokok/batang yang merupakan puncak dari 7
kebahagiaan.
Wahyu 19 : 9
Lalu
ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah:
Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba."
Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar,
perkataan-perkataan dari Allah."
Ini
menunjuk pada kedatangan Yesus
yang kedua kali
untuk membawa kita masuk ke dalam kerajaan 1000
tahun (Firdaus)
sampai masuk ke dalam kerajaan surga yang kekal. Dimulai dari pesta
nikah Anak Domba sampai masuk ke dalam kerajaan surga yang kekal
(Yerusalem Baru).
Waktu
yang lalu kita sudah mendengar --> 'sekalipun
kita hidup di dunia yang sulit dan goncang
ini, tetapi kita sudah harus memiliki
suasana pesta nikah Anak Domba (suasana
Firdaus)
sampai suasana kerajaan surga' supaya
nanti kalau Tuhan
Yesus datang yang
kedua kali, kita sudah tidak asing lagi dengan suasana Firdaus
dan suasana kerajaan surga seperti doa yang diajarkan oleh Tuhan
Yesus --> 'datanglah
kerajaanMu
di bumi seperti di surga (Matius 6).
Kita
sudah mempelajari 3 suasana
Firdaus,
yaitu:
- Makanan (buah-buahan)
= Firman yang harus ada.
- Suasana tanpa dosa = damai sejahtera.
- Suasana penyembahan --> 'jangan membawa
kami ke dalam pencobaan'.
Inilah
suasana Firdaus
yang harus kita alami di dunia sekarang ini.
Sebenarnya
tempat bagi manusia adalah di dalam Firdaus.
Tetapi karena
manusia sudah berbuat dosa, maka mereka diusir dari Firdaus
dan dibuang ke bumi. Tetapi Tuhan
berupaya mengembalikan manusia untuk kembali ke Firdaus.
Proses
agar dapat kembali ke Firdaus,
yaitu:
1)
Wahyu 2 : 4–7
4.
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan
kasihmu yang semula.
5.
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah
dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak
demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu
dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
6.
Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan
pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.
7.
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh
kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari
pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."
Waktu
manusia berbuat dosa, maka mereka diusir dan tidak boleh makan buah
pohon kehidupan. Tetapi di dalam ayat ini ada tawaran (undangan)
Tuhan kepada jemaat Efesus agar dapat kembali ke Firdaus, yaitu
dengan kembali
kepada kasih mula-mula.
Kasih
mula-mula = kasih Yesus di atas kayu salib =penebusan/penyelamatan
oleh Korban/Darah Yesus. Jadi, agar dapat kembali ke firdaus, harus
ada penebusan/penyelamatan oleh Korban/Darah Yesus.
Tanda
dari kita diselamatkan (ditebus) oleh Korban (Darah) Yesus:
Kisah
Rasul 2 : 36–38, 40
36.
Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah
membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
37.
Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu
mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah
yang harus kami perbuat, saudara-saudara?"
38.
Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
40.
Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang
sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya:
"Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini."
- tahu dengan pasti = percaya/iman kepada
Tuhan Yesus lewat mendengar Firman Tuhan.
Roma 10 :
17 = Jadi, iman timbul dari pendengaran,
dan pendengaran oleh Firman Kristus.
Mendengar Firman Kristus = Firman yang diurapi
oleh Roh Kudus. Jadi, percaya/iman kepada Tuhan Yesus lewat Firman yang
diurapi oleh Roh Kudus.
Kita dapat mengetahui kalau kita masih memiliki kasih mula-mula atau
tidak lewat SIKAP kita dalam mendengarkan Firman Tuhan, yaitu:
- Mendengarkan
Firman dengan hati berkobar-kobar
Lukas 24 :
32 = Kata mereka
seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia
berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab
Suci kepada kita?"
Kedua murid ini sudah berputus asa, tetapi
kalau masih dapat mendengarkan Firman dengan hati berkobar-kobar +
pemecahan roti/perjamuan suci, maka masih ada harapan untuk ditolong
oleh Tuhan.
- Mendengarkan
dengan hati terharu = dapat menyadari
keadaan diri dan juga menyesali dosa-dosa. Yudas tidak pernah terharu, sehingga
hatinya tetap berisi dengan dosa-dosa dan pada akhirnya ia binasa.
- Kisah Rasul 2 : 38
Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama
Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia
Roh Kudus.
Bertobat =
berhenti berbuat dosa dan kembali kepada Tuhan.
Jika kita selalu mengulang-ulang dosa, maka kasih mula-mula akan
merosot turun dan lama kelamaan kita akan kehilangan kasih mula-mula
itu.
- memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu --> baptisan air menghasilkan hidup baru, yaitu
hidup di
dalam kebenaran.
- maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus =
baptisan Roh Kudus = dilahirkan kembali oleh Roh Kudus.
Bagaimana orang yang dilahirkan oleh Roh itu? Yohanes 3 : 6-8
6. Apa yang
dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari
Roh, adalah roh.
7. Janganlah engkau
heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.
8. Angin bertiup ke
mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu
dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan
tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."
Dalam baptisan Roh Kudus, kita mengalami kelahiran
kembali seperti angin dan api. Pelayan Tuhan seperti angin dan api dan
ini yang banyak dikenal, yaitu setia dan
berkobar-kobar dalam melayani Tuhan.
Berarti melayani Tuhan baru seperempat/dua puluh lima persen saja.
Sebab awal dari kasih mula-mula adalah mendengarkan Firman Tuhan. Kalau
kita mendengarkan Firman Tuhan tanpa kasih, sekalipun kehidupan itu
bersemangat dalam menyanyi, maka itu bukanlah Roh dari Tuhan, tetapi
emosi daging.
Mazmur
104 : 4 = yang
membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala
sebagai pelayan-pelayan-Mu,
Angin
= pelayan Tuhan yang membawa kesejukan dimana dia bertiup, dimana dia
melayani. Di mulai dari saya yang menyampaikan Firman, saya harus
mendatangkan kesejukan bagi yang mendengarkan. Di dalam rumah tangga,
suami dan isteri melayani untuk mendatangkan kesejukan/kedamaian di
dalam rumah tangga. Demikian juga di dalam gereja, melayani di bidang
apa saja harus mendatangkan kesejukan.
Api
yang menyala = pelayan Tuhan yang setia
dan berkobar-kobar dalam pelayanan.
Tidaklah
cukup hanya baptisan Roh Kudus dan urapan Roh Kudus yang membuat kita
setia dan berkobar-kobar di dalam tahbisan dan pelayanan, tetapi
urapan Roh Kudus ini juga membuat kita
setia dan berkobar-kobar di dalam pengajaran yang benar
yang
sudah menjadi pengalaman hidup.
Tahbisan dan pengajaran yang benar
ini tidak dapat dipisahkan seperti di dalam kitab Keluaran 29. Waktu
Harun ditahbiskan, ia harus membawa roti yang tidak beragi. Ini
adalah pengajaran yang benar.
1
Yohanes 2 : 27
Sebab
di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari
pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi
sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu --
dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia
dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal
di dalam Dia.
Inilah
kehidupan yang menerima undangan Tuhan untuk kembali ke Firdaus.
Sekalipun semua manusia sudah berdosa, tetapi kalau manusia kembali
menerima kasih mula-mula, yaitu:
- percaya
- bertobat
- baptisan air
- baptisan Roh Kudus
maka
akan menerima undangan untuk kembali ke Firdaus --> 'berbahagialah
yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.'
Tetapi
sebaliknya, kita jangan seperti Hawa yang sudah tinggal di dalam
firdaus (berarti ia sudah memiliki semuanya), namun sayang sebab
satu waktu ia diganggu oleh setan sehingga kesetiaannya kepada Tuhan
bergeser. Kita harus berhati-hati, sebab kesetiaan sejati kepada
Kristus mau diperdaya oleh setan supaya hilang (tidak setia dan
berkobar-kobar lagi di dalam pengajaran yang benar). Hawa berubah
sedikit saja, tetapi ia sudah harus meninggalkan firdaus.
2
Korintus 11 : 3
Tetapi
aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu
yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular
itu dengan kelicikannya.
Ini
kesetiaan sejati kepada Kristus. Hawa sudah disesatkan/diperdaya oleh
ular sehingga ia menjadi tidak setia lagi. Dan disesatkan ini bukan
di dalam pelayanan, tetapi masalah pengajaran.
2
Korintus 11 : 4
Sebab
kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain
dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh
yang lain dari pada yang telah
kamu terima atau Injil yang lain
dari pada yang telah kamu terima.
Ada
injil/pengajaran yang lain dari yang dulu telah kita terima seperti
yang tertulis di dalam 1
Yohanes 2 : 27 = Sebab
di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari
pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi
sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu-dan
pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta-dan sebagaimana Ia dahulu telah
mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
Ini
sungguh-sungguh serius. Jangan kita diperdaya oleh apa saja,
misalnya: diperdaya dengan uang dlsbnya.
Kalau
saudara sudah kehilangan kesetiaan yang sejati kepada Kristus,
kesetiaan kepada Firman pengajaran yang benar, yang sudah menjadi
pengalaman hidup kita, berarti nasib kita akan menjadi seperti Hawa.
Bukannya kita diundang tetapi diusir oleh Tuhan keluar dari Firdaus.
Ituberarti tidak dapat kembali lagi ke firdaus.
Itu
sebabnya, jangan kita menukar Firdaus dengan kedudukan, tali
persaudaraan, kesungkanan, uang, tetapi tetap berpegang pada kasih
mula-mula = kembali kepada kasih mula-mula. Semoga kita
dapat mengerti.
Sebelum
terlambat, sebelum Yesus datang kembali yang kedua kalinya, mari saya
dan saudara harus kembali kepada kasih mula-mula, agar kita diundang
oleh Tuhan ke Firdaus.
Kesetiaan
ini bukan kesetiaan di dalam pelayanan, tetapi seperti yang ditulis
di dalam 2
Korintus 11 : 4
= Sebab kamu sabar saja,
jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang
telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari
pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah
kamu terima.
Kamu
sabar saja:
- tidak dapat menolak.
- tidak berani menolak ajaran yang lain, roh yang lain dan
Yesus yang lain.
Semoga
kita dapat mengerti, sebab ini merupakan jalan/proses untuk kembali
ke firdaus.
Setia
dan berkobar-kobar dalam pelayanan --> ini sudah baik! Tetapi
harus berdasarkan pengajaran yang benar = siap diundang ke firdaus.
Kalau tidak berdasarkan pada pengajaran yang benar, maka akan menjadi
seperti Hawa yang diusir dari firdaus dan tidak dapat kembali lagi ke
firdaus.
Karena
tidak setia, maka Hawa diusir. Kejadian
3 : 23 = Lalu
Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah
darimana ia diambil.
Dari
firdaus, Hawa diusir ke dunia yang keadaannya tidak enak, sebab dunia
ini adalah penjara yang merupakan tempat bagi orang yang bersalah.
Dulu
Hawa dari firdaus diusir ke dunia. Sekarang kalau kita di dunia ini
masih seperti Hawa, yaitu hilang kesetiaan kepada Kristus, maka
kita akan diusir dari dunia menuju ke alam maut/neraka. Untuk ini
tidak ada jalan lain selain harus kembali ke kasih yang mula-mula.
Saya
banyak mendengar kesaksian dari para hamba-hamba Tuhan yang
mengatakan bahwa kita harus setia di dalam pelayanan dan ini sudah
baik! Tetapi kalau pelayanan itu tidak berdasarkan pada
Firman pengajaran yang benar, pertobatan dan kebenaran, maka
pelayanan itu hanyalah emosi/daging.
Saya
juga dikoreksi oleh Tuhan. Jauh-jauh datang dari Malang ke Surabaya
ini, saya didorong oleh apa? Berdasarkan Firman pengajaran yang
benar, berdasarkan pertobatan dan juga berdasarkan kebenaran? Atau
hanya emosi saja?
Firdaus
ini letaknya di atas, dunia letaknya di tengah dan neraka di bawah.
Jadi kita berada di tengah-tengah/dunia. Penentuan masa pertunangan,
yaitu kita kembali ke firdaus atau diusir ke neraka. Itu sebabnya
kita jangan kalah dengan tipu daya ular, sebab tipu daya dari ular
ini merupakan hal yang luar biasa dan ini harus diakui.
Kita
dapat membayangkan. Hawa yang sudah sekian lama bersama dengan Firman
pengajaran yang benar dan Tuhan berfirman: 'semua
pohon di taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, hanya
satu yang tidak boleh dimakan'. Dengan
Firman ini, Hawa sudah banyak mengalami kebahagiaan, baik di dalam
nikah maupun semuanya. Tetapi, mendadak dalam sekejap mata semuanya
itu hilang dan ini adalah kepandaian dari ular.
Kita
harus berhati-hati, sebab ular yang ada di taman Eden, sekarang ini
sudah menjadi naga dan ini akan menjadi lebih dahsyat lagi. Itu
sebabnya kita memohon kepada Tuhan agar selalu berpegang pada kasih
yang mula-mula.
2)
Kejadian
3 : 24 = Ia menghalau manusia
itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub
dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk
menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Waktu
Hawa diusir dari taman Eden, maka jalan menuju ke taman Eden ditutup
dengan pedang yang bernyala-nyala dan yang menyambar-nyambar = pedang
penghukuman dari Tuhan. Jadi, proses kedua ini adalah harus
terkena pedang penyucian.
Setelah
Adam dan Hawa diusir dari fidaus (ay 23), maka jalan/pintu menuju
firdaus ditutup dengan pedang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar.
Ini merupakan pedang penghukuman dari Tuhan, sehingga siapa yang
berusaha untuk masuk, akan terkena pedang penghukuman itu dan akan
binasa.
Bagaimana
harus membuka jalan ke Firdaus itu? Tuhan Yesus, Manusia yang tidak
berdosa harus terkena pedang penghukuman Tuhan, pedang bernyala-nyala
yang menyambar-nyambar = Yesus harus mati di atas kayu salib untuk
membuka pintu menuju firdaus.
Apa
buktinya kalau Tuhan Yesus terkena pedang sampai jalan menuju firdaus
itu terbuka? Di dalam injil Lukas 23, begitu Yesus disalib dengan dua
penjahat di sampingNya, Yesus berkata kepada salah satu penjahat itu
--> 'hari ini, engkau bersama Aku di
firdaus.' Ini berarti karena
Yesus mati di kayu salib, maka jalan ke firdaus sudah terbuka
= Yesus
terkena pedang penghukuman.
Lukas
23 : 42-43
42.
Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau
datang sebagai Raja."
43.
Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari
ini
juga engkau akan ada
bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Yesus
mengatakan: 'Hari ini.' Sebab Yesus mati hari ini, tidak besok dan
ini merupakan bukti bahwa Yesus terkena pedang yang menyala-nyala dan
menyambar-nyambar dan juga yang menutup jalan menuju firdaus. Kalau
manusia berdosa mau masuk ke firdaus, maka ia akan mati
binasa terkena pedang. Inilah bedanya, mengapa harus Yesus yang mati?
sebab Yesus manusia yang tidak berdosa. Ia terkena pedang penghukuman
Allah bagi manusia berdosa = Yesus menggantikan manusia berdosa untuk
menerima hukuman.
Karena
Yesus sudah terkena pedang penghukuman untuk membuka jalan ke
firdaus, maka kita tidak perlu lagi terkena pedang penghukuman itu,
tetapi kita harus terkena pedang penyucian = Urim dan Tumim (Firman
yang lebih tajam dari pedang bermata dua).
Ibrani
4 : 12-13
12.
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang
bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa
dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan
dan pikiran hati kita.
13.
Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya,
sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia,
yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
Ay
13 = Tumim, artinya: semuanya terang dan terbuka.
Saya
ulangi. Karena Yesus sudah mati untuk membuka jalan pintu Firdaus,
maka untuk dapat kembali ke Firdaus, kita tidak perlu terkena pedang
penghukuman tetapi kita harus terkena pedang penyucian, yaitu Firman
yang lebih tajam dari pedang bermata dua (Firman pengajaran yang
benar = Urim dan Tumim).
Kalau
Yesus belum membuka pintu Firdaus, maka waktu penjahat yang disalib
di sebelahnya berkata: 'Yesus, ingatlah
akan aku kalau Engkau kembali sebagai Raja,'
maka Yesus akan menjawab: 'tunggu dulu, doakan Aku agar Aku dapat
membuka pintu Firdaus. Ini dapat meragukan kita. Tetapi dengan
jawaban yang pasti dari Yesus : 'hari
ini engkau bersamaKu di Firdaus';
karena hari itu juga Yesus mati untuk membuka pintu Firdaus, maka
kita mendapatkan kepastian kalau pintu Firdaus itu sudah terbuka.
3
hal yang harus disucikan oleh pekerjaan Urim dan Tumim adalah:
- Yesaya 27 : 1 =
Pada waktu itu Tuhan akan melaksanakan hukuman
dengan pedang-Nya yang keras, besar dan kuat atas Lewiatan, ular yang
meluncur, atas Lewiatan, ular yang melingkar, dan Ia akan membunuh ular
naga yang di laut.
Ini juga ditulis di dalam Mazmur 74 : 13-14
13. Engkaulah
yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular
naga di atas muka air.
14. Engkaulah yang
meremukkan kepala-kepala Lewiatan, yang memberikannya menjadi makanan
penghuni-penghuni padang belantara.
Ternyata pedang Tuhan itu menghukum Lewiatan (ular
naga) yang menguasai laut, dimulai dari permukaan air. Tetapi di dalam
kitab Wahyu, ular naga ini sudah berubah menjadi perempuan Babel yang
menguasai laut/air yang banyak/masyarakat dunia terutama bangsa kafir.
Wahyu 17 : 1,
3, 5
1. Lalu
datanglah seorang dari ketujuh malaikat, yang membawa ketujuh cawan itu
dan berkata kepadaku: "Mari ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu
putusan atas pelacur besar, yang duduk di tempat yang banyak airnya.
3. Dalam roh aku
dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di
atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan
nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk.
5. Dan pada dahinya
tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari
wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi."
Wahyu 17 :
15 = Lalu ia berkata kepadaku:
"Semua air yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk,
adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa.
Duduk = menguasai.
Jadi, yang harus disucikan adalah penyucian atas dosa-dosa Babel
(perbuatan dosa kenajisan), yaitu makan minum dan kawin mengawinkan.
- 1 Tawarikh 21 :
1-2, 7, 16, 27
1. Iblis
bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung
orang Israel.
2. Lalu berkatalah
Daud kepada Yoab dan kepada para pemuka rakyat:"Pergilah, hitunglah
orang Israel dari Bersyeba sampai Dan, danbawalah hasilnya kepadaku,
supaya aku tahu jumlah mereka."
7. Tetapi hal itu
jahat di mata Allah, sebab itu dihajar-Nya orang Israel.
16. Ketika Daud
mengangkat mukanya, maka dilihatnyalah malaikat Tuhan berdiri di antara
bumi dan langit, dengan di tangannya pedang terhunus yang diacungkan ke
atas Yerusalem. Lalu dengan berpakaian kain kabung sujudlah Daud dan
para tua-tua.
27. Lalu
berfirmanlah Tuhan kepada malaikat itu supaya dikembalikannya pedangnya
ke dalam sarungnya.
Mengapa pedang dari Tuhan ini menghukum Daud?
Karena Daud mempunyai dosa
kebanggaan/dosa kesombongan.
Kita boleh memiliki sesuatu, tetapi sesuatu itu
tidak boleh menjadi kebanggaan. Sekalipun tidak tertulis, tetapi dosa
kebanggaan ini memiliki
nilai yang sama dengan dosa kecewa, putus asa yang merupakan sifat dari
manusia/sifat daging yang juga akan mendatangkan penghukuman
dari Tuhan.
Dulu Daud merasa bangga dengan bala tentaranya
yang banyak dan kuat sehingga ia terkena pedang penghukuman Tuhan.
Untuk sekarang, kebanggaan/kesombongan = mengandalkan
sesuatu lebih dari Tuhan. Kalau kita sudah
mengorbankan Tuhan demi pekerjaan/sekolah/kuliah, berarti pekerjaan,
kuliah, sekolah sudah menjadi kebanggaan.
- Di dalam perjanjian baru ini tidak ditulis 'pedang' tetapi
arti rohaninya adalah Urim dan Tumim dan terdapat di dalam cerita
tentang Ananias dan Safira yang menolak pekerjaan penyucian sehingga
kedua suami dan isteri itu mati. Jadi penyucian yang ketiga ini adalah penyucian dari dusta/perkataan dusta.
Kisah
Rasul 5 : 1–3, 5, 8-9
1. Ada
seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual
sebidang tanah.
2. Dengan setahu
isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itudan sebagian lain
dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
3. Tetapi Petrus
berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau
mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?
5. Ketika mendengar
perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah
ketakutan semua orang yang mendengar hal itu.
8. Kata Petrus
kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu
jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian."
9. Kata Petrus:
"Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah,
orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri didepan pintu dan mereka
akan mengusung engkau juga ke luar."
Mendustai Roh Kudus = mendustai Firman = menolak
pekerjaan Urim dan Tumim. Karena itu kita harus berhati-hati dengan
sikap dusta dan juga perkataan dusta. Biarlah lewat pekerjaan Urim dan
Tumim, kita bisa jujur terutama jujur dalam 2 hal, yaitu jujur dalam
keuangan dan persoalan nikah. Jadi persoalan uang =
persoalan nikah / tempat tidur, sebab ini merupakan
tolok ukur dari kejujuran. Kalau soal keuangan tidak
jujur, maka soal tempat tidurpun/nikah juga tidak akan jujur dan ini
berarti tidak dapat kembali ke firdaus.
Ibrani
13 : 4-5
4.
Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah
kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah
akan dihakimi Allah.
5.
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa
yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali
tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan
meninggalkan engkau."
Pelita
jangan diletakkan di bawah tempat tidur.
Mari!
Mulai dari seorang hamba Tuhan harus jujur dimulai dengan jujur
dengan uang milik Tuhan, yaitu persepuluhan dan persembahan khusus.
Juga di dalam uang milik sesama, dalam berdagang, kita harus jujur.
Sesama yang paling dekat adalah suami/isteri yang harus jujur dalam
soal keuangan. Juga jujur di dalam nikah
= tidak boleh ada yang tersembunyi = harus terang.
Jika
sudah jujur dalam hal keuangan dan dalam nikah, maka dapat diharapkan
bisa jujur dalam segala hal sebab yang menjadi kepala adalah Yesus.
Jika tidak jujur dalam kedua hal ini, maka yang menjadi kepala adalah
ular.
Ibrani
13 : 5-6
5.
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa
yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali
tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan
meninggalkan engkau."
6.
Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah
Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia
terhadap aku?"
Kalau
Yesus menjadi Kepala, maka Dia akan tampil sebagai Penolong yang siap
sedia memelihara dan menolong nikah kita yang sudah terkena pedang
penyucian.
Kita
akan membandingkan dengan Lukas
22 : 35-36, 38
35.
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Ketika Aku mengutus kamu dengan
tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan
apa-apa?"
36.
Jawab mereka: "Suatu pun tidak." Kata-Nya kepada mereka:
"Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi,
hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan
siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan
membeli pedang.
38.
Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah
cukup."
Ini
berarti dengan pedang sudahlah cukup. Kita mau menikah, mau diutus
oleh Tuhan untuk pelayanan, mau apa saja asalkan kita terkena
pekerjaan dari pedang, sudahlah cukup.
'Aku
tidak akan meninggalkan engkau' =
seperti Kepala yang tidak dapat dipisahkan dari tubuh.
'Aku
penolongmu' = TUHAN memelihara kita
tubuh.
Bagi
kaum muda, perhatikan! Saudara jangan ragu jika terkena pedang! Juga
bagi rekan-rekan hamba Tuhan. Kita tidak hidup dari sidang jemaat,
tetapi hidup dari pekerjaan pedang. Begitu
kita disucikan, maka Tuhan akan tampil sebagai Penolong.
'Apakah
yang dapat dilakukan manusia?' Sampai
penyucian mulut dari dusta/perkataan dusta = sampai kita tidak
bercela = kita sudah menjadi Mempelai yang siap untuk kembali ke
Firdaus. Semoga kita dapat mengerti.
Wahyu
14 : 5 = Dan
di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.
Jika
saudara membaca mulai dari ayat yang pertama, maka ini adalah inti
dari Mempelai yang berjumlah 144.000 dari bangsa Israel yang sudah
sempurna dan merupakan akhir dari penyucian pedang dan pintu firdaus
sungguh-sungguh sudah terbuka.
Kita
tidak perlu lagi terkena pedang penghukuman, sebab Yesus sudah
terkena pedang penghukuman itu. Kita tinggal terkena pedang
penyucian. Itu sebabnya di dalam gereja Tuhan harus
ada Firman yang lebih tajam dari pedang
bermata dua.
Sekali
lagi saya berkata ini bukan berarti saya menghina Firman penginjilan,
sebab Firman penginjilan itu sangatlah penting. Sebab kalau tidak ada
Firman penginjilan, maka sekarang ini saya tidak berada di tempat ini
karena saya bukan berasal dari keturunan keluarga Kristen. Tetapi
Firman penginjilan ini untuk membawa orang berdosa percaya kepada
Yesus dan masuk ke dalam gereja. Firman penginjilan itu adalah kasih
mula-mula yang hanya merupakan undangan.Untuk membawa kita kembali ke
firdaus, maka pintu firdaus itu harus terbuka. Bagaimana supaya pintu
itu dapat dibuka? Harus ada pedang di dalam rumah Tuhan.
Jadi
proses untuk membuka pintu firdaus adalah lewat:
- kasih mula-mula = kita hidup di dalam kebenaran, setia dan
berkobar-kobar, kita sudah diundang/tidak diusir. Sekalipun kita ini
orang berdosa, tetapi kalau kita percaya kepada Yesus, bertobat, masuk
baptisan air, baptisan Roh Kudus, setia dan berkobar-kobar di dalam
pengajaran dan pelayanan, maka kita sudah diundang/tidak diusir. Tetapi
pintu firdaus masih tertutup, itu sebabnya kita
- harus terkena pedang penyucian supaya pintu firdaus
terbuka.
3)
Wahyu
22 : 14
Berbahagialah
mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas
pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam
kota itu.
Pohon
kehidupan = firdaus.
Memperoleh
hak atas pohon kehidupan = boleh masuk ke dalam firdaus = boleh makan
dan sekaligus pintu Yerusalem Baru juga terbuka.
Inilah
rencana Tuhan yang luar biasa, yaitu kita kembali ke Firdaus sampai
masuk Yerusalem Baru.
Jadi
langkah ketiga mencuci jubah dengan darah = sengsara
tanpa dosa = percikan darah.
Jika
kita kembali ke tabernakel, maka ini sudahlah cocok, yaitu:
Kasih
mula-mula = halaman.
Pedang
penyucian = ruangan suci.
Percikan
darah = ruangan maha suci.
Kegunaan
dari percikan darah :
2
Korintus 4 : 16-17
16.
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah
kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui
dari sehari ke sehari.
17.
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi
kamikemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar
dari pada penderitaan kami.
Kegunaan
dari percikan darah adalah untuk menghasilkan
kemuliaan
yaitu pembaharuan dari manusia
daging menjadi manusia rohani/manusia batiniah.
Kejadian
37 : 12–15, 17
12.
Pada suatu kali pergilah saudara-saudaranya menggembalakan kambing
domba ayahnya dekat Sikhem.
13.
Lalu Israel berkata kepada Yusuf: "Bukankah saudara-saudaramu
menggembalakan kambing domba dekat Sikhem? Marilah engkau kusuruh
kepada mereka." Sahut Yusuf: "Ya bapa."
14.
Kata Israel kepadanya: "Pergilah engkau melihat apakah baik
keadaan saudara-saudaramu dan keadaan kambing domba; dan bawalah kabar
tentang itu kepadaku." Lalu Yakub menyuruh dia dari lembah
Hebron, dan Yusuf pun sampailah ke Sikhem.
15.
Ketika Yusuf berjalan ke sana ke mari di padang, bertemulah ia dengan
seorang laki-laki, yang bertanya kepadanya: "Apakah yang
kaucari?"
17.
Lalu kata orang itu: "Mereka telah berangkat dari sini, sebab
telahkudengar mereka berkata: Marilah kita pergi ke Dotan." Maka
Yusuf menyusul saudara-saudaranya itu dan didapatinyalah mereka di
Dotan.
Percikan darah dalam
sistim penggembaan yang terjadi dari dalam
--> saudara sudah merasa lelah karena sudah seharian bekerja di
kantor, tetapi saudara datang ke gereja untuk beribadah yang
sebenarnya lebih enak untuk tidur di rumah. Saudara datang ke gereja
untuk beribadah karena saudara tergembala.
Sedangkan
percikan darah dalam sistim penggembalaan yang
terjadi dari
luar
--> ini dapat terjadi dari saudara-saudara atau dari siapapun
juga. Percikan darah ini semuanya akan menghasilkan kemuliaan, yaitu
keubahan hidup dari manusia daging menjadi manusia rohani.
Tanda
dari manusia rohani adalah:
ay
13= Yusuf sudah mengetahui kalau kakak-kakaknya itu membenci dirinya
sekalipun ia berada dekat dengan ayahnya. Bagaimana kalau jauh dari
ayahnya? Yusuf sudah mengetahui risiko apa yang akan ia hadapi,
tetapi Yusuf menjawab 'ya bapa'. Inilah manusia rohani/manusia
kemuliaan yaitu taat
dengar-dengaran apapun risikonya
seperti Tuhan Yesus --> 'ya Abba, ya Bapa' sampai Yesus-pun harus
mati di kayu salib.
Kalau
di dunia, kemuliaan ditandai dengan manusia yang memiliki pangkat
tinggi, rumah gedung yang besar. Tetapi di dalam Tuhan, kemuliaan itu
adalah taat dengar-dengaran apapun risiko yang harus dihadapi.
Firman
Tuhan pernah mengatakan kepada siswa/i Lempin-El : kalau
kita
disuruh, maka risiko/tanggung
jawab apapun akan ditanggung pada
yang menyuruh, tetapi kalau kita
tidak mau/menolak, maka tanggung
jawab ditanggung oleh kita
sendiri dan kita akan hancur.
Kemudian
Yusuf sampai di Sikhem.
Sikhem
= 'bahu' =
'tanggung jawab'
Tanggung
jawab = setia,
selalu ada dan
dapat dipercaya. Inilah manusia
mulia di hadapan Tuhan lewat percikan darah/lewat sengsara yang kita
hadapi.
Jadi,
percikan darah dari dalam dan dari luar untuk membentuk kita:
- menjadi manusia yang mulia yaitu yang taat dengar-dengaran
- bertanggung jawab = setia dan dapat dipercaya.
Pada
akhirnya Yusuf berada di Dothan dimana kakak-kakaknya berada. Di
dalam kamus, Dothan = pesta yang 'dobel.'
Kalau
kita setia dan bertanggung jawab, pasti kita akan sampai pada pesta
yang dobel = di dunia kita berpesta sampai dalam pesta nikah Anak
Domba. Berpesta ini jangan diartikan memiliki uang yang banyak,
tetapi berarti kebahagiaan. Ini adalah kuncinya. Tidak ada jalan lain
untuk menunjukkan Yesus adalah manusia rohani yang sempurna selain
lewat kayu salib. Setia dan bertanggung
jawab = taat sampai mati. Banyak
kali kalau lima roti untuk lima ribu orang, banyak orang yang mau.
Tetapi untuk salib --> jangan dulu, Tuhan.
Yusuf
dengan kesetiaan dan ketaatannya sampai masuk ke dalam penjara.
Tetapi Tuhan tidak pernah meninggalkan Yusuf, sebab di dalam
penjarapun Yusuf tetap taat. Seringkali karena kita jujur di kantor,
kemudian kita dianggap membahayakan, sehingga kita disingkirkan
dan kita menjadi kecewa = di penjara. Jangan kecewa, sebab justru di
dalam penjara kita harus menunjukkan ketaatan dan kesetiaan seperti
Yusuf.
Kejadian
39 : 22
Tetapi
Tuhan menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu
berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya,
orang Mesir itu.
Bagaimana
mungkin seorang kepala penjara mempercayakan semuanya kepada Yusuf?
karena Yusuf taat, setia dan bertanggung jawab. Seandainya di dalam
penjara Yusuf selalu membuat kekacauan, pastilah penjara itu sudah
dibakar.
Sampaipun
dalam suasana penderitaan/semua pintu tertutup, Yusuf tetap setia dan
bertanggung jawab. Di sinilah Tuhan melihat.
Mari!
Mungkin dulu saat kita diberkati, kita taat dan setia. Tetapi
bagaimana kalau berkat berkurang bahkan sekarang harus menderita?
Apakah kita masih tetap setia dan bertanggung jawab di dalam
pelayanan atau tidak?
Bukan
berkat yang Tuhan lihat, sebab mungkin Tuhan ijinkan kita tidak makan
dan sengsara. Yang Tuhan lihat adalah kesetiaan dan ketaatan kita
apakah sudah permanen atau tidak. Tuhan
tidak pernah
menipu sebab kasih setia Tuhan
ada di dalam kita.
Kejadian
39 : 21
Tetapi
Tuhan menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan
membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu.
Kasih
setia Tuhan, kemurahan dan anugerah Tuhan menyertai Yusuf sampai
membuka pintu-pintu penjara sehingga Yusuf dapat menjadi perdana
menteri = ia dipermuliakan di dunia ini. Memang
harus ada
percikan darah, tidak mungkin
tidak. Yesuspun kalau tanpa salib,
tidak mungkin Ia menjadi mulia.
Mari,
sekarang ini saya juga dikuatkan oleh Tuhan. Kalau ada percikan darah
seperti Yusuf yang berada di dalam penjara dimana semuanya serba
terbatas, namun kita tetap bertahan di dalam ketaatan
dan
tanggung jawab (setia dan dapat dipercaya= tidak menyangkal nama
Tuhan), maka
ini sudah cukup untuk mendatangkan kasih setia dan anugerah kemurahan
Tuhan untuk membuka pintu-pintu --> ini adalah kunci Daud.
Wahyu
3 : 7-8
7.
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: Inilah
firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila
Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak
ada yang dapat membuka.
8.
Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu
bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun. Aku tahu bahwa
kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau
tidak menyangkal nama-Ku.
Bagi
Yusuf, pintu penjara yang terbuka/pintu di dunia terbuka membuat ia
menjadi perdana menteri. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Sampai
pintu Firdaus dan pintu Yerusalem Baru juga terbuka saat Yesus datang
kembali yang kedua kalinya, kita akan dipermuliakan bersama Dia.
Mari!
kita sungguh-sungguh mengikuti yang dimulai dengan proses:
- kembali ke kasih mula-mula = diundang --> kita hidup
benar, setia dan berkobar-kobar. Tetapi pintu masih tertutup.
- harus terkena pedang penyucian sehingga pintu Firdaus
terbuka dan kita dapat masuk ke dalam Firdaus.
- harus mengalami percikan darah
Taat
dan setia = kita mengangkat tangan kepada Tuhan dan Tuhan juga
mengulurkan TanganNya kepada kita.
Kemurahan
Tuhan, kasih setia Tuhan, anugerah dan kebaikan Tuhan mengadakan
mujizat/pembukaan pintu sampai pintu Yerusalem Baru terbuka.
Tuhan
memberkati.1