Saya mau menyaksikan cinta kasih Tuhan yang saya alami selama ini. Sebenarnya saya sudah mau menyaksikan kesaksian ini dari lama tapi saya tunda-tunda terus. Sampai beberapa minggu ini ,saya selalu merasa diingatkan Tuhan melalui Firman yang saya dengar di Kebaktian kaum muda maupun kebaktian umum. Waktu itu saya merasa seperti ditegor Tuhan lewat Firman. Saat itu yang saya tangkap adalah bahwa bersaksi itu seperti mengalirkan berkat kepada sesama tetapi harus disertai dengan kebenaran dan kesucian dalam terang kemuliaan Tuhan dan yang disaksikan adalah pribadi Tuhan Yesus sendiri. Saya sebenarnya masih banyak kesalahan dan dosa yang sering diulang-ulang bahkan saya takut kalau-kalau dosa itu menjadi kebiasaan. Tapi saya memberanikan diri bersaksi karena saya merasa kalau saya tidak bersaksi maka saya berhutang kepada Tuhandan saya pernah dengar Firman waktu ibadah kaum muda yaitu kalau kita bersaksi maka akan meningkatkan berkat dan penyertaan yang diberikan Tuhan kepada kita jadi kalau kita sudah diberkati Tuhan tetapi tidak bersaksi ya kita akan ada di level itu saja dan tidak meningkat.
Yang pertama mau saya saksikan adalah waktu saya sakit sekitar tahun 2010 silam. Waktu itu entah mengapa saya menjadi sangat ketakutan bahkan untuk bertemu orang saya sangat ketakutan. Yang saya ingat adalah waktu itu saya mau pulang saja ke rumah ke Jombang, karena posisi saya ada di Surabaya. Saya di Surabaya kuliah semester 6 dan saya tinggal di kos. Saya sendiri tidak tahu apa yang menyebabkan ketakutan saya itu. Yang saya ingat saya takut sekali untuk keluar rumah bahkan sampai takut untuk ke kampus dan keluar kamar kos. Saat itu memang sedang libur kuliah tetapi saya ada di Surabaya karena saya ikut kepanitian penerimaan mahasiswa baru. Saya berkali-kali telpon mama saya dan meminta untuk datang ke Surabaya. Sekali dua kali saya semakin sering telpon ke mama dan ketakutan itu tidak hilang malah semakin besar.
Melihat saya yang seperti itu, mama saya menjadi kuatir dan akhirnya saya pulang ke rumah dan untuk kuliahnya, saya cuti dulu dan mama saya minta bantuan teman saya sejak kecil untuk mengurus dokumen cuti kuliah saya.
Saya waktu itu tidak bisa merasakan apa-apa. Saya merasa takut terus. Sekarang, kadang saya memikirkan hal itu, saya merasakan penyertaan Tuhan.
Pertolongan dan penyertaan Tuhan belum berhenti sampai itu saja. Waktu itu karena mama saya bingung kenapa saya jadi seperti ini, mama mulai mencari solusi-solusi sendiri. Kebetulan mama saya masih belum ikut Tuhan (masih ibadah di tempat ibadah lain).
Saya dibawa ke paranormal, dukun dan sebagainya. Bukannya malah baik, saya makin jadi semakin takutdan tambah diam, tidak mau ngomong apa-apa ke mama saya dan kalau berbicara pelan sekali.
Lalu saya dibawa ke rumah sakit di Kediri. Di sana saya dibawa ke bagian psikologi dan kejiwaan. Saya semakin tambah takut dan saya ingat sempat bicara ke mama saya “Ma , aku tidak gila toh ma?”. Saya pun menurut saja dan diperiksa di rumah sakit itu.
Di rumah sakit itu dokternya mengajak ngobrol saya, saya sudah lupa saya jawab apa karena saya waktu itu merasa takut terus. Dari dokter memberi saya obat yang harus diminum rutin setiap hari ssebanyak 3 macam obat.
Sambil minum obat saya dirawat di rumah sampai suatu hari, mama teman saya bilang kalau coba didoakan saja. Mama saya setuju lalu memanggil pendeta kenalan mamanya teman saya di desa saya. Saya lalu didoakan. Setelah itu besoknya pendetanya bilang kalau saya diikuti roh halus perempuandan tanya pernah kemana anak ini. Waktu itu memang saya pernah kemping sewaktu jadi panitia penerimaan mahasiswa baru lalu Studi banding ke Bali. Tetapi sebelum kemping saya sudah merasa takut tetapi tidak terlalu parah. Parahnya ketika saya Studi banding di Bali, waktu itu rombongan dan dosen pembimbing saya sampai repot dibuatnya. Saya waktu studi banding minta pulang waktu tengah perjalanan dan minta mama saya jemput. Tetapi saya akhirnya dengan teman saya tetap ikut tapi saya selalu ketakutan.
Mendengar saya diikuti roh halus mama saya semakin kuatir, waktu itu teman saya bilang ke mama saya kalau ditelponkan ke bapak Gembala. Lalu saya ditelponkan dengan om Wi, dan saya didoakan om Wi, waktu itu saya nangis waktu Om Wi bilang sebut Yesus, Darah Yesus. Saya sebut nama Yesus, Darah Yesus sambil menangis. Lalu Om Wi bilang 'Hogi ikut om ya di Malang'. Saya jawab 'iya'.
Besoknya saya berangkat ke Malang dan tinggal di gereja. Mama lalu bercakap-cakap dengan om Wi mengenai obat yang harus saya minum tiap hari. Om Wi bilang obatnya disimpan saja jadi biar Hogi sembuh karena Tuhan.
Saya juga ingat om Wi pernah berkata 'wah nanti kalo Hogi sembuh mamanya bisa ikut Yesus nih'. Lalu saya ditinggal mama saya dan saya tinggal di gereja. Saya di gereja masih tetap merasa takut-takut. Banyak yang sms ke saya menanyakan keadaan saya. Saya sampai takut menjawab. Di gereja, saya di temani pengerja-pengerja.
Di gereja saya belajar untuk mencuci baju sendiri, yang selama ini tidak pernah saya lakukan dan ikut ibadah secara rutin. Mulai doa pagi sampai doa malam. Saya juga diajari baca Alkitab yang saya sendiri jarang baca(baca hanya waktu di gereja saja). Di gereja, setiap Sabtu teman saya selalu menjenguk saya.
Saat di gereja saya masih sms mama bilang 'tidak tahan ma, Hogi mau di rumah saja'. Melihat hal itu mama saya semakin kuatir dan karena saya tidak minum obat yang dari dokter.
Akhirnya mama saya menjemput saya dari gereja. Pikiran saya waktu itu saya akan pulang, ternyata setelah dari gereja saya dibawa ke suatu lembaga pemulihan di Batu.
Di lembaga pemulihan itu saya malah makin takut, mama saya juga agak shock karena di lembaga pemulihan tersebut malah banyak pasien yang kalau dilihat dipasangi borgol dan sejenisnya.
Melihat itu saya semakin takut. Tapi mama saya sudah memasukkan ke sana dan mama saya juga sudah pasrah berharap kalau saya dirawat disana, saya bisa pulih. Di sana saya ditempatkan di suatu ruangan besar yang berisi beberapa ranjang susun. Awalnya saya takut, kok malah saya di masukkan ke tempat yang seperti ini, yang dalam pikiran saya orang-orangnya tidak waras/sudah parah.
Akhirnya saya sabar sampai sebulan. Mama saya akhirnya bisa membawa saya pulang dan saya dirawat di rumah. Di rumah, saya ditawari teman saya untuk mengikuti ibadah secara online. Waktu itu saya kadang ikut ibadah kadang tidak. Tetapi mama saya selalu mendorong saya untuk ikut ibadah secara online dan juga membaca Alkitab dan berdoa. Saya sendiri jadi heran, mama saya yang belum kenal Tuhan Yesusselalu mengingatkan saya dan percaya kalau saya minta kesembuhan dari Tuhan pasti Tuhan tolong. Biasanya mama bilang ke saya 'kamu sudah dibaptis, jadi kamu yang sungguh-sungguh ibadahnya ke Tuhan Yesus minta kesembuhan'.
Akhirnya saya mulai baca Alkitab tiap hari dan juga berdoa. Kalau memang koneksi internet lancar, saya kadang ikut ibadah secara online.
Lama-lama saya merasa lebih baik. Saya mulai ada keinginan lagi untuk kuliah. Sewaktu di rumah saya juga rutin ke dokter dan minum obat dari dokter juga. Setelah konsultasi, dokternya bilang kalau saya mau lanjut kuliah lagi ya silahkan kuliah. Saya lalu kembali mengurus untuk kembali kuliah. Awalnya saya malu waktu kembali ke kampus. Banyak yang tanya kenapa saya sampai cuti dan sebagainya.
Saya pun lama-lama bisa kuliah lagi di Surabaya dan naik motor sendiri.
Inilah kemurahan Tuhan, sehingga saya bisa kuliah dan beribadah lagi.
Yang kedua adalah ketika mama saya sakit. Waktu itu saya sedang persiapan untuk daftar skripsi. Saya tiba-tiba ditelpon keluarga yang bilang kalau mama saya tidak sadar dan dirawat dirumah sakit. Saya jadi bingung karena saya hari itu ada tugas kelompok yang harus diserahkan hari itu juga. Saya pun bilang kalau saya selesaikan dulu tugasnya baru saya pulang.
Saya lalu naik taxi pulang ke rumah langsung ke rumah sakitnya. Diperjalanan saya telpon om Wi untuk bantu doa biar mama saya sadar.
Ketika sampai di rumah sakit. Puji Tuhan mama saya sudah sadar dan saya bisa berbicara dengan mama.
Mama saya pun berangsur-angsur pulih sampai saya harus kembali ke Surabaya karena mengurus keperluan skripsi dan sudah tidak bisa di kerjakan di rumah lagi.
Setelah cukup lama, timbul keinginan saya untuk melayani Tuhantapi masih ragu-ragu. Saya juga bingung mau pelayanan apa di gereja. Biasanya memang saya membantu memasang kamera atau tripod sebelum ibadah.
Saya lalu berdoa kepada Tuhanapa yang terbaik.
Tapi saya masih mengeraskan hati, saya bilang nanti saja. Saya beralasan nanti takut kalau hanya emosi saja. Saya juga masih merasa tidak layak karena banyak dosa dan kesalahan. Saya pernah dengar om Wi cerita kalau orang bilang “nanti ya om saya pikir lagi” waktu melayani atau apa pasti nantinya tidak jadi melayani. Om Wi bilang semua harus sesuai dorongan Firman.
Saya waktu itu masih belum berpikir apa-apa. Sampai suatu hari setelah ibadah doa, saya merasa ditegur Firman. Waktu itu firmannya bilang kalau ada dosa yang disembunyikan segera diakui dan mohon ampun pada Tuhan dan sesama. Waktu itu saya memang ada dosa yaitu bohong ke mama saya. Saya bilang kalau untuk membuat skripsi saya tidak bisa kerja sendiri. Saya butuh bantuan teman saya. Waktu itu memang saya minta bantuan teman saya dan teman saya minta dibelikan HP. Saya lalu bilang ke mama saya dan mama bilang ya tidak apa-apa. Saya bohongnya yaitu HP yang diminta teman saya hanya HP biasa tapi saya minta uangnya lebih banyak ke mama saya dan saya belikan Blackberry buat saya pakai sendiri. Setelah mendengar Firman lalu saya mau minta ampun ke mama saya. Entah karena kecapekan atau apa saya lupa sampai besoknya belum telpon mama saya.
Sore harinya saya tiba-tiba ditelpon saudara saya lagi katanya mama saya tidak bisa dihubungi. Saya diminta untuk coba hubungi mama saya. Saya lalu curiga jangan-jangan mama saya pingsan lagi. Soalnya saya terakhir telpon dengan mama hari senin atau selasa. Saya lalu coba telpon ke HP mama saya, tetapi tidak bisa. Ke telpon rumah saya tidak bisa juga. Lalu saya coba telpon ke tetangga apa mama sedang sibuk atau bagaimana. Waktu telpon ke tetangga itu ada yang aneh, katanya mama saya tidak kelihatan dari pagi. Tetangga saya mengira mama saya pergi ke luar kota. Saya lalu minta tolong lihat kondisi rumah kalau memang perlu di dobrak saja biar bisa tahu kondisi mama saya.
Lalu saya berangkat pulang ke rumah. Di tengah jalan waktu di pom bensin saya telpon lagi ke tetangga. Katanya 'nanti Hogi lihat sendiri saja kalo sudah sampai di rumah'. Saya bingung kok disuruh lihat, kalo memang sakit segera saja dibawa ke rumah sakit. Waktu dengar seperti itu teman saya bilang 'siap-siap ya Hog kemungkinan terburuk'.
Saya sudah merasa tidak enak. Akhirnya saya dijalan berdoa terus sambil dibonceng teman saya.
Sesampai di rumah saya lihat rumah saya penuh orang berkerumun. Saya lalu ketemu dengan mamanya teman saya, katanya 'tabah ya Hogi'. Saya lalu mau masuk di sana ada polisi yang bilang 'kalau mas nya kuat, mas boleh masuk'. Saya lalu menguatkan diri saya sambil menyebut nama Yesus.
Saya bersama polisi dan sopir saya lalu menuju rumah saya ke kamar mama saya, saya sebut nama Yesus sepanjang jalan minta dikuatkan. Waktu sudah dekat kamar mulai tercium bau. Saya pun hanya bisa menangis sambil menyebut nama Yesus mohon kekuatan. Di kamar, mama saya sudah meninggal dan menurut polisi mungkin sudah sehari lebih. Saya cuma bisa menangis dan meminta tolong sopir saya untuk mengurus masalah dengan polisi tadi dan saya ikut mobil yang membawa jenasah mama saya ke rumah sakit untuk dibersihkan terlebih dahulu.
Hari itu juga jenasah mama saya akhirnya bisa dibawa pulang dan saat tutup peti saya meminta tolong pada pengerja gereja untuk melayani tutup petinya.
Saya merasakan Tuhan sudah menyertai saya. Saya merasa saya tidak akan kuat bila tanpa Tuhan.
Yang Ketiga adalah ketika saya bekerja. Setelah mama saya meninggal, saya harus membiayai kehidupan sendiri. Puji Tuhan waktu itu saya sudah lulus dan hanya menunggu wisuda saja. Jadi saya bisa mulai melamar pekerjaan. Saya kemudian ditawari untuk bekerja di sebuah perusahaan. Karena saya memang butuh pekerjaan, saya terima saja tawarannya. Saya lalu melamar dan dites serta wawancara. Waktu itu posisi yang dibutuhkan adalah Service Engineer untuk alat kesehatan, sedangkan background pendidikan saya adalah computer.
Setelah diwawancara saya disuruh ikut psikotes dulu baru nanti dikabari lagi.
Saya pun menunggu kabar dari perusahaan itu.
Suatu hari saya dapat kabar kalau saya diminta wawancara lagi. Kali ini langsung dengan Direkturnya.
Saya lalu mulai kuatir kenapa kok sampai direktur wawancara juga. Saya lalu mengikuti saja prosedur yang ada. Dan akhirnya saya diwawancara sebentar dan diberi tahu karena background saya bukan medis atau elektro jadi saya harus belajar lebih keras lagi. Itu saja dan saya diminta per Oktober 2012 bekerja.
Selama perjalanan pulang saya mengucap syukur pada Tuhan. Kalau bukan Tuhan yang turut campur saya mungkin belum dapat pekerjaan dan tidak tahu nasib saya seperti apa sekarang. Dalam bekerja saya memang awalnya masih tidak bisa dan kaku karena tidak mengerti sama sekali. Disini saya merasa penyertaan Tuhan. Saya yang lulusan computer bisa bekerja sebagai service engineer alat kesehatan. Itu sesuatu yang tidak biasa. Banyak teman saya yang tidak percaya, banyak yang bilang “Masak bisa kamu benerin USG dll?” tapi nyatanya tidak ada yang mustahil di mata Tuhan. Bila Tuhan bekerja semua yang mustahil menjadi tidak mustahil. Semua itu karena berkat Tuhan. Kalau saya yang bekerja mengandalkan kemampuan saya saja, saya yakin saya tidak akan sanggup. Pernah awal-awal bulan saya hendak keluar karena merasa tidak bisa bekerja di sana, tetapi Tuhan ingatkan saya untuk sabar dan memulai dari perkara yang kecil dulu. Saya pun bertahan sampai sekarang dan Tuhan tidak pernah berbohong. Sampai sekarang saya masih bekerja di perusahaan tersebut dan sekarang dipercaya untuk mengurus masalah computer dan jaringan di kantor.
Saya juga merasakan adanya keubahan hiduplewat tergembala dengan mengikuti 3 macam ibadah pokok. Waktu itu saya akan dikirim training ke Jakarta oleh perusahaan, kebetulan saya belum mempunyai sebuah agenda. Sudah lama memang atasan saya menyuruh membeli sebuah agenda tapi karena uang yang ada masih terpakai, akhirnya agenda itu tidak terbeli. Boss saya lalu menyarankan untuk beli agenda lalu nanti uangnya di claim kan ke kantor tapi jangan ditulis agenda, saya disuruh untuk menulis yang lain. Hati saya merasa tertuduh, memang ada kesempatan dan bahkan disuruh oleh atasan saya, tetapi saya merasa hal ini tidak benar. Saya lalu berdoa minta pertolongan Tuhan untuk menguatkan hati saya karena saya ingin hidup benar mulai dari yang terkecil. Saya pun akhirnya tetap membeli agenda tersebut tapi saya tidak claim kan uang nya ke kantor. Saya berpikiran ya memang kalau saya bisa beli sendiri dan itu untuk keperluan saya sendiri ya saya akan beli sendiri.
Demikian kesaksian saya semoga menjadi berkat.
Tuhan Yesus memberkati.
Versi Cetak