Salam sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus menyertai kita semua. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Pada kesempatan ini saya rindu menyaksikan kuasa pertolongan Tuhan dalam kehidupan saya.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan apabila kita bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, percayalah itu adalah anugerah yang Tuhan berikan untuk kita. Namun ketika materi kuliah bertentangan dengan firman penggembalaan dan ketika jam-jam ibadah kita masih harus kuliah, apa yang bisa kita lakukan? Selain berseru dan berharap pada firman Tuhan.
Biarkanlah Tuhan yang bekerja. Mungkin lama tapi pasti tepat pada waktunya.
Ada dua hal yang ingin saya saksikan:
- Hal ini sudah terjadi cukup lama tapi saya percaya kuasa pertolongan Tuhan tidak kenal kata-kata lama. Dan karena itu saya selalu mengucap syukur kepada Tuhan karena Tuhan sudah menyediakan segalanya secara ajaib. Pilihan saya masuk sekolah kejuruan adalah karena saya pikir setelah lulus SMK nanti saya bisa langsung kerja. Namun rencana saya bukanlah rencana Tuhan. Awal sekolah di SMK saya tenang-tenang saja karena semua tampak berjalan dengan lancar. Prestasi bagus, ibadah juga tidak ada halangan. Sampai ketika saya naik kelas dua SMK saya mengalami situasi yang sulit. Saya harus magang di Rumah Sakit Lawang selama 3 bulan (Oktober 2009 - Januari 2010). Itu artinya saya tidak lagi bisa tekun dalam ibadah. Ketika saya mulai tidak tekun lagi dalam ibadah apapun alasannya, saya sadar saya telah mengambil keputusan yang salah. Kehidupan saya mulai tidak karuan, lama tetapi pasti hancurnya. Dimulai dari nilai-nilai pelajaran turun dan masih banyak lagi. Awal februari saya kembali ke sekolah dan saya pikir saya akan mulai memperbaiki nilai-nilai saya, namun belum genap satu bulan saya harus berangkat magang lagi ke salah satu rumah sakit swasta di Malang selama 3,5 bulan. Selama itu juga saya tidak tergembala dengan baik. Dan Tuhan mengingatkan saya dengan caraNya. Apa yang sudah saya rencanakan dari awal tidak ada yang terwujud bahkan bertolak belakang dengan apa yang sudah saya rencanakan. Saat itu saya sempat kecewa pada Tuhan.
Dalam keputusasaan saya dan dalam kesendirian saya, saya mulai berpikir “Tuhan dimanakah engkau? Dulu saya tidak seperti ini kenapa sekarang jadi seperti ini?” Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak penting untuk dipertanyakan. September 2010 saya mulai ibadah lagi dan saat itu saya mendapat teguran firman. Firman mengatakan untuk kembali mengoreksi kesetiaan dalam kandang penggembalaan. Apabila yang rohani diutamakan maka yang jasmani akan ditambahkan. Hati saya tersentak dan mengingat ke mana saja saya selama ini? Biarpun saya ibadah tetapi rohani saya kering. Dalam hati saya, saya mengaku kepada Tuhan, “Tuhan ampuni saya, saya hanyalah manusia berdosa yang selalu saja melakukan dosa dan membuat hati Tuhan sedih”.
Saya bersyukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan kepada saya untuk memperbaiki semuanya. Saya mulai belajar dari awal untuk bisa masuk dalam penggembalaandan saat itu juga Tuhan mulai menata kehidupan saya sedikit demi sedikit. Tuhan menjadikan hidup saya indah, bahkan Tuhan menyediakan segalanya. Yang tadinya saya pikir saya akan bekerja setelah lulus dari SMK, ternyata Tuhan sudah sediakan berkat yang luar biasa sehingga saya bisa kuliah. Tuhan ijinkan saya untuk melewati masa-masa itu, tapi Tuhan juga ijinkan saya bisa melanjutkan kuliah. Bagi saya, ini lebih dari sekedar beasiswa.
- Agustus 2010 saya diterima di Sekolah Tinggi Kesehatan. Setelah saya masuk di sekolah kesehatan saya pikir saya akan punya lebih banyak waktu untuk Tuhan. Saya mulai merencanakan ini dan itu. Seperti kebiasaan sebelum-sebelumnya, semua tampak mudah-mudah saja, bahkan untuk ibadah pun tidak ada kesulitan. Di semester 1 yang lalu, saya mendapat materi kuliah agama. Awalnya saya gembira dengan adanya materi kuliah agama di kampus, tapi suatu kejutan buat saya ketika pelajaran ini akan dimulai untuk yang pertama kalinya. Yang masuk justru dosen agama lain. Saya pikir yang Kristen hanya saya saja, atau memang dosen tersebut salah masuk karena tidak ada yang berusaha untuk pergi meninggalkan ruang kelas. Tapi ternyata dosen tersebut menjelaskan bahwa tiap anak wajib mempelajari 5 agama (Islam, Katolik , Kristen, Hindu, Budha). Itu artinya saya harus mulai belajar mendengar, membaca, dan memahami agama-agama tersebut untuk bisa mengerjakan soal-soal ujian. Suatu hal yang tidak mudah sedangkan dalam firman penggembalaan dengan tegas selalu mengatakan cukup mendengar dan membaca Alkitab. Saya merasakan keanehan saat itu. Dalam pembagian jadwal mengajar 1 semester 16 kali pertemuan, hanya 2 kali pertemuan untuk agama Kristen. Artinya saya akan lebih banyak membaca ajaran lain. Dalam hal ini saya mulai lupa bahwa Tuhan mampu melakukan segalanya, saya mulai melogika semua hal, ”Tidak apa-apa ini kan kuliah lagi pula hanya satu semester, tidak mungkin saya bisa tanpa membaca, dll”.
Saya mulai bingung dan cerita pada orang lain, namun saya mendengar suara yang salah. Saat itu untuk pertama kalinya saya mau cerita pada orang lain, tapi saat itu juga saya mendengar yang salah ketika saya cerita pada orang tersebut dan dia mengatakan “tidak apa-apa”. Memang secara daging saya senang karena sesuai dengan keinginan saya, namun hal ini tentu saja tidak sesuai dengan firman yang saya terima. Karena itu dalam doa-doa saya selalu muncul kata-kata “tidak apa-apa ya Tuhan kali ini saja”. Selama kuliah agama berlangsung, setiap kali dosen agama masuk (selain agama Kristen) kepala saya pusing padahal awalnya sehat-sehat saja. Akhirnya saya duduk agak belakang. Alhasil saya tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh dosen. Saya mulai menyalahkan Tuhankarena saya takut tidak ada yang bisa saya tulis di lembar jawaban saat ujian nanti.
Sampai akhirnya ujian semester pun tiba. Apa yang saya takutkan semakin takut karena saat belajar, ketika saya mau membuka materi-materi agama kepala saya pusing lagi, seolah tidak mau terima. Akhirnya saya menyerah dan memutuskan untuk belajar pagi karena saya pikir saya terlalu lelah. Tapi ternyata rencana saya bukanlah rencana Tuhan. Saya tidak bisa belajar pagi-pagi karena ada pemadaman. Ketika matahari sudah muncul saya sudah harus siap-siap berangkat kuliah. Tiba di kampus, teman- teman pada ribet dengan contekan-contekannya. Ketika saya ditanya apa yang sudah kamu persiapkan? Saya menjawab “tidak ada”. “Sudah belajar?” Saya jawab ”belum”. “Terus kalau tidak bisa? Materinya banyak lo?” Saya hanya tersenyum saat itu. Dalam hati, saya juga takut karena tidak ada yang bisa saya pelajari kecuali agama Kristen. Saya menyerah pada Tuhan, “Tuhan tolong”. Ketika soal dibagikan dan semua mulai mengerjakan, suatu mujizat terjadi. Saya mampu mengerjakan soal-soal tersebut dengan lancar. Ketika ujian selesai dan diperbolehkan meninggalkan kelas saya terkejut. Pantas saja saat ujian, kelas sunyi senyap karena semua dapat sms jawaban dan ternyata saya juga mendapatkan sms tersebut. Tapi saat ujian saya tidak berani membawa hp jadi bisa dibilang jawaban saya sudah pasti beda sendiri. Kalaupun harus mengulang ya pasti mengulang sendiri.
Singkatnya ketika hasil diumumkan saya mendapat nilai “A”. Suatu hal yang tidak mungkin bagi saya tetapi mungkin bagi Tuhan. Saya mohon ampun pada Tuhan karena saya pernah kecewa pada Tuhan, terlebih karena saya telah meminta Tuhan supaya Tuhan membuka telinga saya untuk mendengar ajaran lain dan mendengar suara lain, menganggap rencana saya lebih baik dan meragukan kasih Tuhan. Saya bersyukur karena rencana Tuhanlah yang terjadi dalam kehidupan saya.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ibu gembala yang senantiasa mendukung saya di dalam doa. Juga kepada sahabat dan rekan-rekan kaum muda semua. Saya sadar perjuangan saya masih panjang dan ini belumlah seberapa. Oleh karena itu, dukungan doa selalu saya harapkan agar saya tetap kuat dan teguh hati.
Tuhan telah mengajari saya banyak hal.
Saya belajar ketika semuanya tampak tidak mungkin, Tuhan membuat semua tidak ada yang mustahil.Saya belajar ketika saya tidak mengerti rencana Tuhan dalam hidup saya, Tuhan telah menuntun langkah-langkah saya.Saya belajar ketika saya tidak mampu melakukan, Tuhan tetap menguatkan saya dan berkata bahwa saya mampu melakukan semuanya.Saya belajar ketika saya dalam ketakutan, Tuhan pun berkata bahwa Tuhan tidak pernah memberikan roh ketakutan.Saya belajar ketika saya merasa sendirian, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan saya sendiri.Dan saya belajar bahwa keberhasilan hidup sesungguhnya bukan terletak pada kepandaian kita, tetapi ada saat kita mau selalu merendahkan diri dihadapan Tuhan, selalu mengaku tidak layak dan tidak mampu hanya berharap dan mengandalkan anugerah Tuhan.Dan... saya bersyukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan satu kali lagi kepada saya untuk datang kepada Tuhan sebagaimana saya adanya tanpa perlu menutup-nutupi diri saya dan bukan mempertanyakan adanya apa.Demikian kesaksian saya kiranya kesaksian ini bisa menjadi kekuatan buat kita semua.
Tuhan memberkati.