Saya ingin menyaksikan tentang pengalaman hidup saya dalam mempraktekkan Firman Pengajaran yang benar.
Pada bulan Oktober, tepatnya hari sabtu, saat ibadah KMR (yang rutin kami ikuti), saya tidak ingat tanggal berapa, saya ditegur oleh Firman Tuhan yang disampaikan oleh Bpk Gembala, tentang hal berpacaran. Saat itu saya memiliki teman dekat yang belum 1 dalam Firman Pengajaran yang benar.
Sebenarnya, sebelumnya juga Bapak Gembala selalu/sering berkotbah tentang hidup benar supaya kita tidak kering rohani.
Orang tua saya juga sudah sering berpesan tidak usah pacaranlah dulu, apalagi kalau tidak tergembala dalam satu firman pengajaran. Masa sekarang adalah masa untuk konsentrasi dulu untuk masa depan. Pacaran bukan untuk main-main, tetapi untuk sampai pernikahan. Kalau jodoh nanti serahkan saja kepada Tuhan.
Saya alami kekeringan rohani, saat mendengar firman saya tidak pernah tenang atau merasakan damai sejahtera di hati saya. Dan saya menyadari bahwa Bpk Gembala sudah sering sekali berbicara tentang hal pacaran/jodoh yang harus dalam 1 Firman pengajaran yang benar, tetapi saya tidak menghiraukannya. Orang tua saya juga sudah sering mengingatkan. Saya selalu berfikir: "Ah, Firman tentang pacaran kebetulan saja hari ini, mungkin karena cocok dan berhubungan dengan ayat-ayat sebelumnya, toh besok-besok juga gak dibahas lagi..., kebetulan." Tetapi pada hari-hari selanjutnya, saya merasakan, kok tiap ibadah firmannya soal itu terus. Saya jadi resah saat mendengar firman. Pada waktu menyembah jadi tidak konsentrasi, selalu ada fikiran melayang-layang. Berfikir : "Ah, mengapa ini saja firmannya ya?". Saya jadi tidak bisa menyembah Tuhan, saya kering. Hingga akhirnya dengan sangat tegas kembali firman yang sama saya dengar saat ibadah KMR, saya menyerah dan minta ampun dan menangis kepada Tuhan hari itu. Saya menangis kenapa tidak bisa merasakan damai sejahtera dalam hidup saya terutama saat ibadah. Dan seharusnya saya sadar "jangan pernah mengelak, keras hati saat mendengar firman".
Tuhan sudah menegur saya tahun 2011 ini, prestasi saya cukup lumayan di sekolah tetapi saya gagal tidak masuk/diterima dalam seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri yang saya inginkan.
Saya menangis saat itu dan saya bertekad untuk hidup benar, patuh pada Firman pada Gembala dan orang tua. Saat itu daging saya bergejolak lagi, melawan, karena saya sayang dengan teman dekat saya ini, dan kadang berfikir lagi "apa salahnya setia, kan benar?". Tetapi Tuhan mengingatkan saya apa yang baik dihadapanNya. Manusia yang baik belum tentu benar di hadapan Tuhan. Apa yang benar dihadapan Tuhan itulah yang baik.
Dan saya menegaskan setia itu harus sesuai dengan Firman Pengajaran yang benar. Dan malam itu juga saya telepon dan saya putuskan.
Perasaan daging saya berat untuk memutuskannya. Dia baik, baik sekali, setia lagi. Saya juga dekat dengan mamanya dan orang tuanya setuju. Belum lama sih, baru 4 bulan. Rasanya jahat sekali saya kalau memutuskan dia tanpa salah. Apa kata orang nanti?
Tapi saya tetap akan berpegang pada Firman Tuhan. Saya jelaskan dan ia mengerti. Saya menjadi sangat tenang dan damai. Setelah itu saya bisa beribadah dengan tenang dalam sukacita.
Demikian kesaksian saya, kiranya bisa menjadi berkat bagi orang lain.
Tuhan memberkati.
Versi Cetak