Simpang Borobudur no 27 Malang
0341-496949

Renny Indrawati

Sabtu, 09 Juli 2011
Versi Cetak Download Download
Saya bersyukur atas kemurahan Tuhan karena di bulan Juli 2011 ini saya masih mendapat kesempatan pulang ke Malang untuk turut serta dalam Ibadah Persekutuan di Kartika Graha. Sebenarnya, Tuhan sudah menggerakkan saya sejak tahun lalu dan saya sudah bertekad menabung untuk biaya pulang. Berbagai masalah yang harus saya hadapi sempat menggoyahkan kerinduan untuk bisa pulang dan melayani Tuhan. Saya bersyukur bahwa Tuhan tidak membiarkan saya terhalangi oleh masalah.

Salah satu masalah yang hampir membuat saya melarikan diri dari panggilan Tuhan adalah masalah studi saya. Untuk membahas kata "penelitian", sebenarnya saya masih menyimpan trauma setelah saya harus mengulang-ulang penelitian untuk skripsi 3 tahun yang lalu. Saat itu, topik penelitian saya sampai harus diganti berkali-kali. Saya masuk universitas tanpa tes, namun sulit sekali untuk bisa keluar. Sekalipun saat itu akhirnya saya sudah menyadari bahwa semua terjadi karena kesalahan saya sendiri, yang terlalu sombong dan berambisi cepat lulus, dan Tuhan sudah menolong saya sehingga bisa lulus dengan baik, masih saja saya selalu ketakutan untuk menghadapi tugas penelitian yang baru.

Setelah saya mendapat tugas studi lanjut ke luar dan memulai penelitian di lab yang baru, semuanya seperti terulang lagi. Awalnya saya sempat berpikir, kali ini pembimbing saya sudah bergelar Profesor dan sudah berpengalaman, seharusnya tidak akan terjadi lagi tragedi penelitian yang berganti-ganti topik berulang kali. Kenyataannya, dari bulan September 2010 sampai Mei 2011, penelitian saya tidak membuahkan hasil sedikitpun dan harus mengganti topik sampai 3 macam judul. Secara tidak sadar, dalam hati saya mulai tumbuh kepahitan hati dan kekecewaan, yang berbuah menjadi perkataan-perkataan yang tidak baik. Setiap kali berkumpul bersama teman-teman, saya dengan mudahnya membicarakan kekurangan dan kelemahan Profesor serta teman-teman lab saya. Suara daging saya cenderung menyalahkan orang lain atas semua kegagalan yang terjadi.

Namun, saya bersyukur kepada Tuhan sebab masih ada Firman Penggembalaan yang diulang-ulang, bekerja mengerem laju dosa dalam hidup saya.Perlahan Tuhan menyadarkan saya, tidak baik membicarakan kekurangan orang lain. Saat itu Firman Penggembalaan tepat membahas tentang dosa kepahitan hati yang ada pada imam-imam kepala (Matius 26: 4). Saya berusaha menahan mulut dari perkataan yang tidak baik dan membuang segala kepahitan hati. Setelah itu, mulut saya memang tidak berkata-kata/mengomel pada orang lain, tetapi di dalam hati saya masih sangat berontak. Saya merasa putus asa sebab kepahitan itu begitu melekat dalam hati saya. Saya sempat berkata: Tuhan, saya tidak mampu, mungkin saya tidak akan pernah bisa melupakan semua sakit hati ini.

Lagi-lagi saya bersyukur bahwa masih ada Firman Penggembalaan yang selalu disampaikan, bukan hanya lewat siaran langsung dari GPTKK Malang, namun juga dari GPTKK Surabaya. Setiap kali saya tidak mampu lagi menahan hati, Tuhan menggerakkan saya untuk ikut ibadah siaran langsung, tidak peduli itu jadwal di Malang ataupun Surabaya. Saya tidak bisa lagi berkeluh kesah kepada siapapun, namun Firman Tuhan cukup untuk bisa menenangkan hati saya. Tanpa kekuatan Firman Tuhan, mungkin saya sudah meledak dalam emosi saya dan bisa jadi saya lari meninggalkan studi saya.

Setelah Bapak Gembala mengumumkan bahwa Ibadah Persekutuan di Kartika Graha akan diadakan pada akhir bulan Juli, saya tidak bisa berbuat banyak. Kesalahan saya adalah saat itu saya berpikir: ya nanti kalau masalah saya ini sudah agak selesai, saya akan meminta izin untuk pulang. Dengan kata lain: Tunggu ya, Tuhan. Saya mau menyelesaikan masalah ini dulu, Tuhan tolong, nanti kalau saya sudah bisa mendapat sedikit saja data, saya akan minta izin pulang. (Saya seperti sedang memaksa dan memberi deadlinekepada Tuhan untuk menolong saya). Bahkan, saya sempat berpikir untuk tidak jadi pulang ke Malang. Namun, setiap kali terpikir kata "batal", Tuhan selalu mengingatkan tentang Firman dalam Ibadah Tutup-Buka Tahun bahwa Tahun 2011 ini adalah Tahun Kegerakan. Jangan egois dan jangan ketinggalan!

Suatu hari, saya ikut doa puasa dan malamnya mengikuti Ibadah Doa siaran langsung dari Surabaya. Dalam pemberitaan Firman, tiba-tiba Bapak Gembala menyebutkan tentang Ibadah Persekutuan di Kartika Graha. Waktu itu dikatakan: Semua ada prosedurnya, bisa mengatur cuti atau minta izin, atau lain sebagainya. Sedangkan yang dari jauh berusaha datang, yang dekat jangan ketinggalan! Yang membuat saya heran, sebenarnya saat itu jadwal kebaktian persekutuan yang terdekat adalah Kebaktian Kunjungan ke Poso dan Ngawi, tetapi kenapa yang dibahas hanya kebaktian di Kartika Graha? Saya merasa itu sungguh-sungguh berkat Tuhan untuk saya. Malam itu juga saya menetapkan hati, saya mengetik surat untuk mohon izin pulang kepada Profesor saya. Besoknya saya menghadap beliau dan dengan mudahnya saya mendapat izin untuk bisa pulang bulan Juli ini.

Dan, saya mau tetap berpegang bahwa Tuhan tidak pernah menipukehidupan yang mau berkorban dan masuk dalam pelayanan pembangunan tubuh Kristus. Secara mata jasmani, saat itu semua masalah memang belum selesai. Saya percaya hikmat dan pertolongan Tuhan dinyatakan jauh lebih tinggi dari apa yang kita pikirkan. Saat Tuhan belum menolong masalah kita, itu artinya Tuhan masih sibuk dengan diri kita.

Di waktu yang tersisa, Tuhan memproses kehidupan saya lebih dulu.Suatu hari saya merasa sudah di ujung batas kemampuan saya untuk menanggung semua. Saat pulang dari sekolah, saya menangis dengan keras di dalam kamar saya. Saya benar-benar merasa sedih. Setan selalu berusaha menggocoh saya dan menumbuhkan kepahitan hati, namun saya merasa Tuhan sudah melindungi dan menolong saya untuk bisa berusaha membicarakan masalah penelitian ini dengan baik-baik kepada Profesor saya, berusaha tidak dalam emosi yang meledak-ledak.

Saya mengaminkan Firman Tuhan dalam Ibadah Kaum Muda minggu yang lalu (2 Juli 2011) dan juga dalam Ibadah Doa Penyembahan hari Selasa kemarin (5 Juli 2011). Menangis karena masalah dan penderitaan itu wajar, namun apakah kita pernah menangis saat terpisah dengan Tuhan?Apakah kita pernah menangis karena dosa kita? Apakah kita pernah menangis untuk mohon pembukaan Firman?

Beberapa hari setelah itu, saya kembali menangis tetapi bukan lagi karena kegagalan yang saya hadapi. Kali ini saya menangis karena hati saya tertusuk Firmanyang menyatakan kesalahan saya. Sejak saya dibaptis tahun 1998 sampai hari ini, rasanya baru kali itu saya merasa Firman begitu menusuk, menunjuk dosa, seperti begitu mempermalukan kehidupan saya. Firman Tuhan menunjukkan bahwa penyebab kegagalan saya selama ini adalah karena ketidaktaatan, ambisi daging, serta perkataan-perkataan tidak baik yang sudah terlalu banyak saya keluarkan.Seringkali, saat Profesor saya memerintahkan sesuatu, memang saya laksanakan, namun saya laksanakan juga pikiran saya sendiri (rencana lain yang di luar arahan beliau). Seringkali saya tidak percaya sepenuhnya, masih mencari suara/pendapat lain, dan dengan demikian sama dengan saya mau jadi lebih hebat dari beliau. Saya juga seringkali sulit dinasehati dan cenderung membantah. Padahal, Tuhan menunjukkan kepada saya, teman-teman yang lain, yang bukan orang Kristen, dengan mudahnya selalu menuruti perintah dan arahan Profesor saya ini.

Saya menangis lebih sedih dari saat saya mengingat masalah saya. Saya merasa gagal sebagai orang Kristen bahkan gagal sebagai kaum muda yang sudah dididik dalam Firman Pengajaran.
Kenapa saya sulit sekali untuk taat dan cenderung membantah? Dalam segala kegagalan yang terjadi, seharusnya saya lebih sungguh-sungguh dalam mendengar Firman dan banyak mengoreksi diri, bukannya membuka mata lebar-lebar terhadap kesalahan orang lain.

Saya hanya bisa mohon pengampunan Tuhan dan mohon kemurahan Tuhan untuk mengubahkan kehidupan saya.Saya belajar untuk taat sepenuh dan mengendalikan lidah saya. Saya mau belajar untuk banyak memeriksa diri. Saya membenarkan perkataan Firman bahwa sesungguhnya Firman yang kita butuhkan dalam setiap ibadah adalah Firman yang bisa menunjukkan segala dosa dan kesalahan kita, sehingga kita bisa sadar dan bertobat. Kalau dosa sudah diselesaikan, bagi Tuhan tidak ada yang sulit untuk menyelesaikan masalah kita.

Setelah Firman menusuk hati saya dengan sangat tajam, saya merasa kali ini segala kepahitan hati saya benar-benar dicabut sampai ke akarnya. Saya tidak mau lagi melihat kekurangan dan kelemahan Profesor ataupun teman-teman lab saya. Tuhan juga menunjukkan kepada saya, mengingatkan saya, bahwa di saat ada"KETAATAN" dengan tulus hati,apa yang mustahil bisa menjadi tidak mustahil:

  1. Suatu kali, Profesor saya berkata kepada saya: Kalau kamu bisa membedakan 2 senyawa ini dengan alat yang ada, itu bagus. Padahal, beliau sudah tahu bahwa berdasarkan pustaka yang ada saat itu kedua senyawa itu hanya bisa dibedakan dengan alat yang tidak ada di lab saya. Namun, Tuhan menolong saya untuk bisa menganggukkan kepala. Saya menerima begitu saja sekalipun itu terlihat mustahil. Setelah beliau sendiri melihat hasilnya, beliau juga berpendapat bahwa hasil analisisnya hampir sama, sulit untuk membedakan 2 senyawa itu. Namun, oleh tuntunan Tuhan, dalam waktu 2 hari, saya bisa menemukan pustaka lain sehingga akhirnya kedua senyawa itu bisa dibedakan dengan alat yang ada.

  2. Karena berulang kali penelitian saya tidak membuahkan hasil, saya diberi tugas untuk mengulangi penelitian mahasiswa sebelumnya dan memperbaiki data yang dihasilkan. Untuk memperbaiki data itu juga bukan pekerjaan yang mudah. Beliau selalu berpesan berulang kali, "Jika kamu beruntung, …". Saya juga mencari-cari di internet bagaimana cara kerja yang baik supaya bisa mendapat data yang baik, namun kata-kata penutup yang saya dapat adalah "semoga beruntung". Saya lemas, saya sempat putus asa, ini penelitian atau undian, kog untung-untungan. Sekalipun diulangi dengan cara yang sama, hasilnya bisa berbeda.

    Saya berserah kepada Tuhan, saya lakukan saja. Tuhan menyatakan pertolonganNya, sekalipun proyek itu baru saya kerjakan sebagian, sebelum pulang ke Malang, saya sudah sempat menghasilkan data yang lebih baik.

  3. Ini mungkin perkara sepele, tetapi begitu melekat di hati saya. Saat saya mau berangkat tahun lalu, Ibu saya yang membantu mempersiapkan bawaan dan koper saya karena memang saat itu saya sendiri hampir tidak ada waktu lagi. Awalnya, saya tinggal di asrama kampus, kemudian pindah ke dekat kampus, jadi sudah berganti rumah 2 kali. Saya mencari-cari minyak angin dalam bawaan saya, namun tidak ketemu juga. Ibu saya memberi pesan singkat, "Coba dicari lagi di kopernya." Pikir saya: "Lha sudah sampai pindah rumah 2 kali, kan sudah buka koper berkali-kali, tidak ada kog". Tetapi, dalam hati kecil saya, Tuhan mengingatkan "TAAT saja". Sekalipun saya sempat membantah, namun Tuhan mengingatkan perumpamaan tentang dua orang anak dalam Matius 21: 28-32. Ada seorang anak yang menolak perintah ayahnya, tetapi kemudian ia menyesal dan taat juga. Masih ada kemurahan Tuhan, asal kita mau taat.

    Akhirnya, saya lakukan juga, saya membongkar koper saya lagi. Belum ada 5 menit, ternyata apa yang saya cari berbulan-bulan dengan mudahnya bisa ditemukan di ujung koper, di balik resleting.
Lewat semua pengalaman ini, Tuhan mengajarkan kepada saya untuk bisa lebih taat dan berserah. Tugas saya hanya taat dan ikuti Firman, maka selebihnya Tuhan yang akan mengatur segala langkah hidup saya. Seringkali Tuhan mengizinkan keadaan yang "terbatas" seperti Yakub di dalam kemah, di mana saya tidak bisa mengejar dan tidak ada kesempatan lagi untuk mengejar, daging begitu dibatasi dan dikendalikan dalam penggembalaan. Namun, Tuhan sudah menunjukkan bahwa Tuhan mampu mengatur langkah hidup saya, membuat semua indah dan baik pada waktuNya, bahkan lebih baik dari apa yang kita pikirkan.

Saya tetap mohon dukungan doa, jika Tuhan izinkan saya masih akan kembali dan melanjutkan studi saya sampai awal tahun depan. Saya tidak tahu apa saja yang akan saya hadapi dan saya merasa sangat tidak mampu. Sebagai orang muda, banyak pikiran dan keinginan daging yang seringkali membuat saya tidak taat, saya mudah putus asa dan mudah bangga. Namun, saya mau belajar bersandar, taat, percaya dan mempercayakan diri sepenuh kepada Tuhan.

Demikian kesaksian saya, semoga menjadi berkat bagi kita semua.
Terima kasih.

Versi Cetak

Kesaksian
  • Tuhan Tidak Tinggalkan Saya (Setiaman Ndraha)
    ... Tuhan yang saya alami dalam hidup saya. Selama kurang lebih minggu yang lalu saya menderita penyakit batuk yang tidak pernah sembuh walaupun sudah beberapa kali minum obat. Lewat penyakit ini saya bergumul kepada Tuhan dan Tuhan memberi kekuatan lewat ibadah Bible Study. Saat perjamuan suci saya mengalami mujizat yang luar ...
  • Kemurahan Tuhan di Ciawi (Ibu Martha (Ibu Dick John))
    ... Tuhan yang sudah menolong kami sewaktu di Ciawi. Sewaktu suami tetapkan untuk kami sekeluarga ikut ke ciawi. Saya diperadapkan pada suatu masalah yang membuat saya sakit hati. Dan masalah ini yang membuat saya pribadi sudah tidak ingin ikut ke ciawi. Tapi suami tetap memaksa untuk ikut dan membuat saya selama ...
  • Tuhan Itu Baik (Ibu Wita Mertes (Jerman))
    ... kami sekeluarga sepanjang tahun khususnya buat saya secara pribadi dimana keubahan hidup sedikit demi sedikit boleh saya rasakan lewat Firman Pengembalaan yang sering diulang-ulang. Firman penggembalaan yang banyak mengoreksi memperbaiki bahkan menata kehidupan saya baik secara pribadi dalam pergaulan terutama dalam nikah rumah tangga terlebih posisi saya sebagai istri . Banyak ...
  • Keajaiban Tuhan (Yunety Lagamu (ditulis saat belajar di Lempin-El Angkatan XXVIII))
    ... dan kejahatan. Semua orang di desa saya tahu bahwa saya adalah perempuan yang tidak baik. Saya berdoa kepada Tuhan dan memohon agar Dia mengeluarkan saya dari pergaulan yang buruk. Puji Tuhan karena Dia mendengar doa saya. Dia membawa saya ke suatu penggembalaan di mana saya bisa menerima firman Tuhan. Saya ...
  • Pertolongan Tuhan Dalam Nikahku (NN, Malang)
    ... saya mengenal Suami saya sebagai seorang pria yang sabar tetapi setelah menikah Suami saya mulai menjadi cuek dan pemarah. Tahun bertambah tahun nikah saya dipenuhi dengan pertengkaran baik saat pekerjaan Suami diberkati maupun saat bangkrut semua sama saja hanya berisi pertengkaran yang makin lama makin hebat. Kadang saya berpikir kalau ...
  • Kuasa Firman Pengajaran yang Benar (Ibu Deli (Bengkulu))
    ... bersaksi tentang kemurahan Tuhan dan firman Tuhan yang telah kami terima selama kami tergembala dari mulai tgl juni dalam macam ibadah pokok yang kami ikuti secara LIVE dalam pengembalaan di GPT Surabaya. Kami banyak mengalami keubahan hidup dengan kuasa Firman yang telah kami baca dan kami dengar. . Keubahan itulah yang ...
  • Kuasa Firman Tuhan Yang Benar Dalam Penggembalaan (Sdri Melly (Surabaya))
    ... akhir tahun kemarin karena sebelum berangkat keadaan badan saya kurang begitu sehat. Tetapi saya berpikir kalau tidak ikut akan rugi karena ini ibadah doa semalam suntuk terakhir di tahun . Puji Tuhan saya dapat mengikutinya dan Tuhan kuatkan juga sampai session kedua. Pagi hari saat mau berangkat kerja saya lihat ban ...
  • Firman Pengajaran Benar Memberikan Segalanya untuk Saya (Sdri. Maria Tjandrawidjaja)
    ... lalu saya merasa ada beberapa poin firman yang boleh menjadi pengalaman saya secara pribadi. Tentang firman kalau kita tidak memberi perpuluhan akan kena kutuk . Karena saya tidak segera menyerahkan perpuluhan adik saya yang dititipkan pada saya akibatnya saya harus mengalami kekurangan uang selama beberapa waktu. Saya sempat harus mengalami ...
  • Tuhan membela ibadah pelayananku dan mengajarku untuk berserah kepadaNya (Sdri. Margareth Clementine)
    ... di Kartika Graha saya akan bersaksi. Saya ingin menyaksikan cinta kasih TUHAN dalam hidup saya secara pribadi. Ada dua hal yang saya ingin saksikan mengenai KKR di Kartika Graha kemarin Oleh kemurahan TUHAN saya mengikuti pelayanan vocal group sejak beberapa bulan yang lalu. Biasanya ketika ada KKR di Kartika saat ...
  • Menjadi Hamba Tuhan adalah Pekerjaan Terakhirku (Mei Trifena (ditulis saat menjadi siswa Lempin-El))
    ... Saya harus berani untuk membayar harga karena Tuhan terlebih dahulu membayar harga untuk membeli saya yaitu dengan darahNya sendiri. Harga yang harus saya bayar tidak dapat dibandingkan dengan pengorbananNya. Saya harus kehilangan beasiswa di Universitas Lampung karena mengikuti sekolah alkitab di Lempin-El ristus Ajaib. Dari sudut pandang logika saya adaalah ...

Siaran Langsung

Live Streaming GPTKK

Rekaman

Ikuti rekaman ibadah kami

Transkrip

Ringkasarn Firman Tuhan

Kesaksian

Pengalaman hidup bersama Firman Tuhan

Untuk Koneksi Lambat, silakan buka https://id.gptkk.org

Silakan kontak ke info@gptkk.org apabila bapak/ibu/sdr/sdri ada pertanyaan atau ingin berlangganan majalah Manna, dan silakan kirim email ke widjaja_h@yahoo.com apabila ingin konsultasi pribadi dengan bapak gembala.