Saya akan menyaksikan kemurahan Tuhan yang sudah menolong kami sewaktu di Ciawi.
Sewaktu suami tetapkan untuk kami sekeluarga ikut ke ciawi. Saya diperadapkan pada suatu masalah yang membuat saya sakit hati. Dan masalah ini yang membuat saya pribadi sudah tidak ingin ikut ke ciawi. Tapi suami tetap memaksa untuk ikut dan membuat saya selama dalam perjalanan mengerutu/ngomel terus. Walaupun suami sudah mengingatkan saya tentang penderitaan daging tanpa dosa. Nasehat itupun saya bantah. Sesampainya di Ciawi hati saya tetap tidak damai.
Bahkan sewaktu saya mengikuti kebaktian ke-2 (pagi) yang diakhir kebaktian bapak gembala memberi kesempatan bagi yang membutuhkan bantuan doa untuk maju ke depan, saya tetap mengeraskan hati tidak mau didoakan. Tepat setelah selesai kebaktian, anak saya yang pertama mengalami kesakitan di mukanya. Mulanya saya pikir itu hanya bekas dari tangannya yang kotor terus pegang mukanya selama diperjalanan. Tapi lama kelamaan luka itu bercampur dengan nanah terus merembet kearah matanya. Dan dia hanya bisa menangis terus. Sorenya selama mengikuti kebaktian anak saya sudah tidak menangis lagi tapi saya tetap menyimpan kejengkelan itu. Setelah kebaktian usai, saya diingatkan oleh papa saya untuk minta bantuan doa sama bapak gembala, tapi saya menolak karena saya pikir bapak gembala pasti sibuk mengurusi lainnya.
Tapi Tuhan berkata lain, persis setelah saya keluar dari ruang makan setelah berbicara dengan papa saya, saya dipertemukan sama bapak dan ibu gembala. Saya belum sempat ngomong apa-apa, bapak gembala melihat muka anak saya langsung mendoakan. Dan kata-kata pertama yang diucapkan bapak gembala adalah memohon ampun buat orang tuanya. Di situ hati saya seperti ditegur langsung sama Tuhan. Saya meminta ampun pada Tuhan. Karena dengan saya mengerutu/ngomel dan tidak dengan hati damai, sudah membuat anak saya mengalami ini semua.
Setelah selesai makan malam dan kami pun pulang. Dalam perjalanan, anak saya bilang kalau setelah didoakan bapak gembala tidak sakit lagi, bahkan sewaktu saya lihat luka yang tadinya ada nanah, sudah kering juga. Dari sini kami merasa mujizat dan pertolongan Tuhan telah terjadi dalam rumah tangga saya.
Puji Tuhan dan Terima kasih.