Oleh kemurahan Tuhan, tanggal 29-30 Maret 2007, saya bisa ikut kebaktian kunjungan ke Bandung. Awal berangkat, karena naik bis, rombongan Malang mengatakan akan bertemu dengan rombongan Surabaya di tempat istirahat jam 5 pagi. Tepat jam 5 pagi, saya sudah sampai di tempat istirahat di Tol Sidoarjo. Ternyata baru dapat kabar, jam 5 bis baru berangkat dari Malang. Jadi harus tunggu sekitar 1 jam lebih di tempat istirahat tersebut.
Setelah itu, saat berangkat di dalam bis, penderitaan belum berakhir. Karena terlalu penuh, praktis saya kesulitan duduk dengan nyaman. Saya duduk di belakang sendiri, dan susah sekali untuk istirahat selama 18 jam perjalanan. Tapi untung Tuhan tolong, saya tidak sampai mengomel atau bersungut-sungut dengan peristiwa itu.
Sampai di penginapan (MESS Tentara) di Bandung, penginapannya ternyata jauh dari bayangan. Tidak ada AC, dan tempat tidurnya ternyata agak turun. Sehingga kalau saya tidur, badan saya malah pegal semua. Dan memang akhirnya kepala saya sakit karena tidur tidak nyaman dan terbangun-bangun terus.
Saat ibadah, diterangkan mengenai sayap naungan Tuhan. Tapi ibadah ke-dua, itu yang sangat berkesan di hati saya. Mengenai sayap merpati, dimulai dengan hati merpati, mata merpati, saya diajar untuk bisa memandang Tuhan, sekalipun dalam penderitaan. Dan yang terpenting adalah suara merpati, tidak ada sungut-sungut, sekalipun dalam penderitaan, tapi malah bisa menyembah Tuhan. Firman ini diteguhkan oleh Pdt. Ade Manuhutu yang tidak bersungut-sungut saat beliau di fitnah, tapi malah bersyukur dan bisa mengampuni orang lain. Saya sangat bersukacita, apa yang sudah saya alami selama dalam perjalanan, tidak sampai saya bersungut-sungut karena tidak bisa duduk enak, dll. Mendengar kesaksian dari Pdt. Ade Manuhutu dan Pak Wi sendiri, seolah saya disadarkan, apa yang saya alami dalam kunjungan ini, tidak ada apa-apanya dibandingkan beliau berdua apalagi dibandingkan dengan pengorbanan Yesus di kayu salib.
Perjalanan pulang, saya pikir akan lebih nyaman, karena ada beberapa orang yang tidak ikut kembali dengan bis. Ternyata saya salah. Saya tetap dapat posisi yang tidak enak. Tapi firman yang sudah saya dengar, sangat menguatkan saya. Saya harus bisa menjaga mulut saya, jangan sampai mengomel hanya karena masalah seperti itu. Dan Tuhan tetap tolong sampai di Surabaya, sekalipun dengan badan yang sangat lelah sekali, tapi pengalaman yang sudah terjadi membuat saya lebih mengerti, bahwa ikut Tuhan memang butuh pengorbanan.
Tuhan Yesus memberkati.