Saya ingin menyaksikan kebaikan dan cinta kasih Tuhan dalam hidup saya. Pada bulan Desember 2005 saya menyusun proposal Tugas Akhir (TA). Karena waktu yang diberikan sangat singkat dan mepet, ditambah pembimbing saya yang agak ruwet, saya banyak merasa jengkel dan marah, begitu pula teman-teman saya kelas 3 lainnya. Tapi pada saat saya membaca firman Tuhan, Tuhan menegur saya bahwa jengkel dan marah adalah tabiat antikris yang banyak melanda gereja Tuhan di akhir zaman. Tapi keesokan harinya dan hari-hari berikutnya masih ada kejengkelan dan kemarahan dalam diri saya tapi seiring dengan itu Tuhan berkali-kali menegur saya melalui firmanNya, jangan marah, jangan jengkel. Pada saat itu saya menangis dan bertelut di bawah kaki Tuhan, saya mohon ampun dan minta kekuatan dari Tuhan. Akhirnya kekuatan Tuhan benar-benar bekerja dalam hidup saya sehingga saya menghadapi segala sesuatu dengan tenang dan damai. Puji Tuhan, proposal saya selesai tepat pada waktunya dan lolos tahap I langsung ACC.
Di bulan yang sama saya mengalami sesuatu yang membuktikan bahwa saya kosong akan kasih pada sesama. Pada saat itu sahabat saya sendiri marah dan tidak mau menyapa saya tanpa saya tahu apa sebabnya atau apa salah saya. Saya terus berdoa, terus berbuat baik, terus mengajak ngobrol dia meskipun saya dicuekin. Lama-kelamaan perasaan saya semakin sakit dan akhirnya saya mencapai titik jenuh sehingga saya berkata bahwa saya tidak akan berbuat baik lagi, saya akan melakukan hal yang sama seperti dia memperlakukan saya. Tapi kembali Tuhan menegur saya dan menyatakan bahwa saya salah. Tuhan berfirman bahwa kita harus tetap mengasihi dan mendoakan orang yang pernah menyakiti kita. Saya minta ampun, terus berdoa, dan selalu berusaha untuk taat dengar-dengaran pada firman. Beberapa hari kemudian Tuhan menyelesaikan masalah saya. Saya kembali berbaikan dengan sahabat saya. Di situ saya mendapatkan bahwa jika kita taat dengar-dengaran pada firman Tuhan maka Tuhan akan berkarya dan membuat semuanya indah pada waktuNya.
Kesaksian saya yang ketiga adalah saya mengalami kebaikan Tuhan pada 26 Januari 2006. Hari itu saya mengikuti ujian praktikum kompetensi dimana saya mengambil judul ”Pembuatan dan Uji Mutu Deterjen”. Pada saat praktikum berlangsung Tuhan menolong saya, baik pada saat persiapan, pembuatan laporan sementara dan laporan resmi, serta perhitungan kadar, semuanya berjalan baik dan lancar. Bahkan kadar zat yang terkandung dalam deterjen yang saya buat melebihi Standart Nasional Indonesia (SNI) dan dinyatakan bahwa deterjen saya setara dengan deterjen komersial. Puji Tuhan, pada saat praktikum saya juga tidak nervous karena teman-teman saya banyak yang nervous sehingga mereka memecahkan peralatan di laboratorium.
Sungguh besar dan ajaiblah Tuhan dalam hidup saya. Tuhan tidak pernah meninggalkan kehidupan yang setia dan berharap padaNya. Demikianlah kesaksian saya, semoga bisa menjadi berkat bagi saudara-saudari sekalian.