Saya ingin menyaksikan cinta kasih dan kemurahan Tuhan yang terjadi dalam hidup saya:
- Pemeliharaan Tuhan dan kemurahan Tuhan dalam pekerjaan saya.
Setelah 12 tahun bekerja, pada awal Februari 2020, saya mendapatkan promosi jabatan di perusahaan. Pada bulan pertama, belum ada kenaikan maupun tunjangan yang saya dapatkan.
Saya tetap bersabar dan tekun dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Pada bulan kedua di awal Maret, perusahaan juga terkena dampak covid 19 di mana aktivitas di pelabuhan dan pelayaran sepi. Saya berpikir, semakin mustahil bisa naik gaji di tengah pandemi ini.
Pada hari minggu pagi, 29 Maret, General Manager mengirim pesan WA bahwa pada gaji yang saya terima besok, saya mendapatkan kenaikan gaji pokok + tunjangan jabatan.
Hal ini diluar akal pikiran saya dan benar-benar kemurahan Tuhan.
Mungkin bagi sebagian orang, kenaikan gaji yang saya dapatkan tidak seberapa. Tapi bagi saya, ini kemurahan dan pemeliharaan Tuhan yang ajaib di tengah krisis yang terjadi.
- Tuhan ingin saya mengutamakan ibadah lebih dari apapun.
Dengan promosi jabatan yang saya terima, otomatis pekerjaan dan tanggung jawab dalam pekerjaan juga bertambah.
Pada tanggal 19 Mei, saat ibadah doa penyembahan, ada telepon dari Operational Manager.
Saya tidak angkat panggilan tersebut karena sedang ibadah. Panggilan tersebut berulang-ulang masuk sehingga saya angkat, mungkin ada yang penting, pikir saya.
Di sini, saya sungkan terhadap manusia tapi tidak sungkan terhadap Tuhan.
Setelah itu, Operational Manager saya juga mengirim pesan WA padahal saya sudah mengatakan kalau saya sedang ibadah. Beliau mengirimkan invoice pembayaran solar kapal.
Saya mulai tidak fokus dalam ibadah. Akhirnya saya laksanakan transaksi sebesar 70 juta saat itu juga. Saya tidak membaca pesan di bawahnya jika saya harus menunggu konfirmasi dari pihak lapangan, baru dilakukan pembayaran.
Operational Manager saya kaget bukan main karena saya sudah transfer tanpa menunggu proses pengisian solar selesai. Ternyata pengisian solar tersebut bermasalah.
Saya langsung minta ampun pada Tuhan karena saya sudah tidak fokus dalam ibadah. Saya menyesal telah mengutamakan hal yang jasmani daripada yang rohani.
GM saya menelepon bahwa ini bisa jadi penipuan. Uang 70 juta bisa tidak kembali. Semalaman saya berdoa dan minta ampun semoga Tuhan masih berkemurahan. Saya serahkan segala sesuatunya pada Tuhan karena sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Seperti bapak gembala sering sampaikan: Kalau kita sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi, serahkan pada Tuhan.
Keesokan paginya, jam 09.00, oleh kemurahan Tuhan, uang 70 juta tersebut dikembalikan ke rekening perusahaan. Saya yakin, semua ini campur tangan Tuhan. Kalau bukan demikian, pasti uang tersebut tidak akan kembali. Apalagi di masa krisis ini, banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang.
Setelah itu, Saya dan GM menghadap ke direktur keuangan. Saya berpikir, mungkin akan mendapat surat peringatan atau teguran. Tetapi sebaliknya, direktur keuangan tidak marah, justru berkata, "Banyak berlutut di bawah kaki Tuhan di masa-masa seperti ini."
Terima kasih atas doa penyahutan bapak gembala untuk saya sekeluarga. Semoga kesaksian ini
bisa menjadi berkat bagi yang mendengarkan dan tetaplah berada di Gosyen.
Tuhan Yesus memberkati.