Simpang Borobudur no 27 Malang
0341-496949

Sdri. Margareth Clementine

Sabtu, 19 Oktober 2019
Versi Cetak Download Download
Salam sejahtera Bapak, Ibu, dan saudara sekalian.
Saya ingin menyaksikan cinta kasih Tuhan dalam hidup saya, tentang bagaimana Tuhan melihat ibadah pelayanan saya, dan bagaimana Tuhan tidak pernah menipu saya.

Oleh kemurahan Tuhan, saya bisa kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Malang. Untuk bisa masuk kuliah, Tuhan telah mempermudah semua prosesnya, sehingga saya bisa kuliah di Malang, dan yang paling penting, saya tetap bisa tergembala dan melayani Tuhan dengan baik. Biaya kuliah di PTN umumnya tidak semahal di PTS. Namun, dengan UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang ditetapkan untuk saya, saya masih berusaha meminta keringanan, mengingat banyaknya kebutuhan keluarga, uang sekolah adik yang agak susah masuk di logika saya, dan masih banyak kebutuhan lainnya.

Sejak bersekolah, Tuhan sudah menolong saya sedemikian rupa, sehingga uang sekolah saya bisa sangat jauh di bawah teman-teman saya. Saya pikir Tuhan juga pasti atur untuk kuliah ini. Minta keringanan mulai dari awal masuk kuliah, menghadap Kepala Sub bagian Keuangan dan lain-lain, ternyata tidak diterima. Kemudian, salah satu kakak kelas saya di SMA dulu cerita kalau dia mendapat suatu beasiswa dari pemerintah dan menyuruh saya mencobanya. Katanya "Aku aja keterima, kamu pasti diterima". UKT ditanggung sampai lulus, dapat uang jajan juga. Sertifikat yang dia sertakan untuk pendaftaran hanya satu, yaitu sertifikat lomba paduan suara tingkat internasional. Kebetulan, sekolah saya aktif di bidang paduan suara, sehingga cukup menguntungkan bagi saya, saat pendaftaran SNMPTN dulu, maupun saat pendaftaran beasiswa ini.

Di situ, mulai muncul kesombongan, saya mengandalkan diri saya sendiri. Saya berpikir, kakak itu pakai 1 sertifikat aja sudah bisa dapet, ditambah lagi dia satu-satunya mahasiswa dari PTS yang mendapat beasiswa tersebut, lainnya dari PTN. Sedangkan saya mahasiswa PTN, sertifikat ya ada lebih dari satu lah paling tidak, pasti bisa dapat beasiswa ini juga. Begitu sombongnya saya, sampai saya lupa kalau semua itu bisa saya dapatkan hanya karena kemurahan Tuhan, bukan karena kemampuan saya.

Pendaftaran beasiswa ini dibagi menjadi dua tahap. Pertama adalah seleksi berkas. Kalau lolos, lanjut ke tahap kedua, yaitu wawancara. Tuhan masih memberi kesempatan pada saya. Saya bisa lolos seleksi tahap pertama. Namun bukannya sadar dan mengandalkan Tuhan, saya justru mengandalkan orang lain. Pada saat wawancara, saya diwawancarai seorang bapak, orang Kristen, sangat enak diajak bicara. Seharusnya di tahap wawancara ini, yang ditanyakan adalah seputar esai dan proposal yang sudah dibuat saat tahap pertama, rencana pendidikan, dan lain-lain. Pokoknya membicarakan hal yang penting. Sementara saya, ditanya tentang hal-hal itu hanya beberapa menit. Lalu sisanya, Bapak itu malah bercerita, ketawa-ketawa, sama sekali tidak menegangkan seperti yang saya kira. Bahkan lembar penilaian yang seharusnya menjadi rahasia dari penilai, malah ditunjukkan terang-terangan pada saya. Di akhir wawancara, Bapaknya juga bertanya "Ini mau sangat direkomendasikan, direkomendasikan, atau tidak direkomendasikan?".
Ya saya jawab, "Sangat direkomendasikan lah Pak kalau bisa ya". Kemudian Bapak itu menulis 'sangat direkomendasikan', benar-benar ditulis di depan mata saya. Beliau juga meminta nomor HP saya. Katanya mau memberi info-info nanti kalau diterima. Saya juga iya-iya saja. Dalam hati sudah senang, mikir pasti diterima, pasti diterima. Padahal kenyataannya sampai sudah lewat setahun, Bapaknya tidak pernah menghubungi saya.

Beberapa bulan setelahnya, saat pengumuman, saya dinyatakan tidak lolos tahap kedua. Saya kaget, kecewa, sampai saya refresh berkali-kali webpage-nya. Tapi ya sudah mau diapakan juga, akhirnya saya berusaha menerima.
Pendaftaran beasiswa itu diadakan setahun dua kali. Tahun ini, saya coba apply lagi, namun dengan keadaan hati yang berbeda. Tidak lagi mengandalkan diri sendiri. Pokoknya pasrah, mau lolos atau tidak semua terserah Tuhan. Puji Tuhan saya bisa lolos tahap pertama.

Untuk selanjutnya, tahap kedua kebetulan dilaksanakan di Batu, dan waktunya bertepatan dengan KKR Malang hari kedua waktu itu. Saya juga baru menyadarinya beberapa hari sebelum KKR dimulai, karena saat itu, ada beberapa jadwal saya yang bertabrakan. KKR, ada lomba di kampus, dan seleksi beasiswa itu. Saya pikir saya bisa tetap melayani di hari kedua KKR, lalu saat mau Firman, saya turun dari tempat musik, supaya bisa cepat-cepat berangkat ke Batu. Tetapi ternyata saat mama menanyakan hal tersebut kepada Bapak Gembala, dijawab "Kalau setelah Firman tidak kembali ke tempat musik, berarti menyanyi saja". Saya jadi berpikir dua kali.
Sejak kecil, orang tua mengajarkan pada saya untuk selalu mendahulukan ibadah lebih dari apapun, termasuk urusan kampus. Bapak Gembala juga selalu menasihati saat menyampaikan Firman, supaya kita selalu mengutamakan yang rohani. Tapi dalam hal ini, saya jadi bingung. Di satu sisi, jelas saya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memperoleh beasiswa tersebut, karena untuk meng-apply beasiswa tersebut, maksimal semester 3. Lewat dari semester 3 sudah tidak bisa daftar. Namun di sisi lain, hati kecil saya juga tidak rela kalau tidak bisa melayani Tuhan, apalagi ini KKR.

Tapi untungnya, akhirnya saya memilih untuk ibadah full dulu, baru pergi ke Batu. Secara daging, banyak hal yang ditakutkan. Daftar ulangnya ditutup jam 1 siang di sana, saya tidak tahu kebaktian selesai jam berapa, belum lagi saya harus ganti baju karena susah kalau naik motor pakai seragam hitam kaum muda. Tapi lama-lama Tuhan ajar saya untuk berserah. Masalah-masalah jasmani seperti ini pasti semuanya sudah Tuhan atur. Sampai saya bisa berdoa, bilang sama Tuhan, "Tuhan, tidak apa-apa kalau ini nanti sampai sana ternyata sudah ditutup seleksinya. Aku tidak akan menyesal sudah mengutamakan Engkau. Masalah bayar kuliah bagaimana, pasti nanti Tuhan kasih jalan lain". Selesai ibadah, saya langsung cepat-cepat turun, tidak sempat ganti baju lagi karena waktu itu jamnya sudah mepet. Saya langsung diantar mama ke Batu.

Sesampainya di sana, tempatnya sudah sangat sepi. Waktu saya masuk, ibu yang ada di meja registrasi bilang, "Sudah registrasi belum dek?". Saya jawab, "Belum, karena saya baru datang". Lalu saya disuruh registrasi sambil saya tanya lagi ke ibunya, "Yang lain sudah selesai semua, tinggal saya aja ya Bu?". Ibunya jawab, "Masih ada kok dek, tapi ini masih istirahat". Saya langsung ingin menangis dan dalam hati berkali-kali bilang, untung aku ibadah full dulu, untung aku mau taat. Setelah dipanggil, saya sudah tidak berharap apa-apa lagi, belajar dari pengalaman tahun lalu juga. Di situ, Bapaknya bertanya banyak hal dan kali ini hal yang penting, yaitu mengenai rencana skripsi, ke depannya saya mau apa, dan lain-lain. Saya jawab seadanya meskipun terbata-bata, karena berpikir tentang apa yang harus saya lakukan sekarang saja saya sering bingung, lha kok ini ditanya skripsi mau bikin apa. Setelah selesai, saya pulang. Dalam hal ini, Tuhan juga sudah mempermudah. Tidak perlu terlalu lama, sehingga saya masih punya cukup waktu untuk pulang dan tidak terlambat untuk ibadah sorenya.

Waktu saya mau pulang, saya dengar ada ibu-ibu yang protes karena anaknya sudah datang dari jam 8 pagi, tapi sampai jam 1 an itu belum dipanggil-panggil. Sementara saya baru datang, dan bisa langsung dipanggil lebih cepat dari orang yang sudah menunggu dari pagi itu. Saya tidak bisa bayangkan betapa menyesalnya saya kalau sampai saya bela-belain tidak pelayanan demi tidak telat urus beasiswa.

Tuhan memang tidak akan pernah menipu! Tidak seperti tahun lalu yang saya cek terus webnya selama menunggu pengumuman. Kali ini, saya benar-benar sudah berserah, tidak berharap apa-apa sama sekali. Jadi saya tidak mengecek email ataupun webpage-nya. Sampai minggu lalu, teman saya yang juga mencoba apply memberi tahu bahwa pengumuman sudah keluar. Waktu dibuka, puji Tuhan ternyata saya diterima. Saya tidak tahu harus berkata apa, harus mengucap syukur model bagaimana, karena semua sudah Tuhan tolong.

Saya ingin membandingkan apa jadinya waktu saya mementingkan yang jasmani. Hari ketiga KKR Malang bertepatan dengan saya harus uji coba panggung untuk lomba vocal group di kampus besok Jumat-nya. Terlalu keras suara daging, berpikir ini itu, akhirnya saya tidak melayani musik pagi itu. Bahkan saat mau Firman, saya sudah tinggal ke kampus. Dikatakan, uji coba panggung itu mulai dari jam 8. Tidak boleh telat karena selesai itu, gedung akan dipakai untuk acara yang lain. Tim saya mendapat nomor urut terakhir, sehingga di jadwalnya adalah kurang lebih jam setengah 10. Waktu saya sampai di kampus, jangankan mulai, alat-alatnya saja belum disiapkan di dalam gedung. Saya langsung sangat menyesal sudah meninggalkan pelayanan saya. Dan hasilnya apa? Semua kacau pada saat hari H lomba dan tim saya tidak mendapat apa-apa.

Dari dua kejadian sederhana ini, Tuhan mau menunjukkan ke saya apa hasil yang bisa saya peroleh waktu saya bisa mengutamakan Tuhan lebih dari perkara apapun di dunia. Tuhan juga mau menunjukkan apa akibatnya kalau saya menuruti suara daging sehingga memilih perkara dunia hingga mengorbankan Tuhan. Sekeras apapun usaha kita untuk hal-hal jasmani di dunia, semuanya jadi sia-sia kalau kita tidak mengutamakan Tuhan. Selesai KKR malam saya langsung latihan, latihan sampai tengah malam, semua sia-sia, tidak ada artinya, karena saya tidak mau mendahulukan ibadah, lebih mendengar suara daging, takut nanti gini, nanti gitu.

Sebaliknya, sebesar apa pengorbanan yang kita lakukan, sekeras apa perjuangan kita untuk beribadah, mendahulukan ibadah lebih dari apapun di dunia, semuanya Tuhan lihat, Tuhan ingat, Tuhan hitung, dan Tuhan bela. Mungkin kelihatannya kita akan kehilangan sesuatu kalau kita utamakan ibadah. Tapi justru saat itulah, Tuhan sedang mempersiapkan hal yang lebih besar dan lebih indah untuk kita. Saya tetap mohon bantuan doa Bapak Gembala dan ibu, dan teman-teman semua, supaya tidak hanya berhenti sampai di sini saya taat, tetapi saya rindu untuk bisa taat dalam segala hal, supaya hidup muda yang penuh kelemahan ini, senantiasa dituntun oleh Tuhan, tiap langkah, tiap detak jantung, sampai masa depan pun, semua dalam tangan Tuhan.

Terima kasih. Sekian kesaksian saya, semoga bisa menjadi berkat. Tuhan memberkati.

Versi Cetak

Kesaksian
  • Tidak Ada yang Mustahil Bagi Tuhan (Ibu Wita Mertes (Jerman))
    ... semester tetapi langsung mengikuti smester sehingga saya harus mengejar pelajaran yang sebelumnya dalam jangka waktu bulan dan membuat tema yang baru untuk persiapan ujian memasuki smester yaitu ujian teori dan praktik pada bulan Januari - Februari yang lalu. Waktu itu hati saya merasa senang karena lumayan studinya diperpendek selama setengah ...
  • Hidupku tertolong lewat doa dari isteri dan anak saya (Bpk. Irfan)
    ... saya. Saya terus menunda kesksian ini sehingga kami mengalami peringatan dari Tuhan dengan kejadian Saya sendiri yang mengalami. Waktu saya selesai berenang di kenjeran saya mandi dan tidak tahu kenapa saya pingsan dengan mendadak saya jatuh di kamar mandi dan dilarikan ke UGD sehingga lutut saya dijahit dan gigi depan saya tanggal ...
  • Tuhan Itu Baik (Ibu Wita Mertes (Jerman))
    ... kami sekeluarga sepanjang tahun khususnya buat saya secara pribadi dimana keubahan hidup sedikit demi sedikit boleh saya rasakan lewat Firman Pengembalaan yang sering diulang-ulang. Firman penggembalaan yang banyak mengoreksi memperbaiki bahkan menata kehidupan saya baik secara pribadi dalam pergaulan terutama dalam nikah rumah tangga terlebih posisi saya sebagai istri . Banyak ...
  • Tuhan Menjaga Hidupku (Yohan)
    ... Medan. Secara manusia biaya yang dikeluarkan ke Medan memang besar apalagi saat liburan dengan harga tiket yang mahal. Tapi sesuai Firman Tuhan untuk ikut dalam persekutuan maka semua harus di korbankan. Dan sebelum ikut ke Medan kali ini ada banyak yang sudah Tuhan lakukan untuk hidup saya. Oleh kemurahan Tuhan ...
  • Berserah Pada Tuhan, itulah Yang Terbaik (Ibu Yosaf)
    ... menikah dan saya belum juga hamil semula saya tidak begitu memikirkannya saya memang belum mengharapkan anak tapi jika diberi oleh Tuhan saya terima . Tapi karena banyaknya pertanyaan dari sesama Bagaimana sudah berisi hamil ya Dan berulangkali pula saya menjawab Belum. Lama-lama saya menjadi kuatir-takut dan berpikir Apa saya bisa ...
  • Pembelaan Tuhan dalam Penggembalaan (Sdri. Nezia Artika)
    ... sampai pada akhirnya saya mengalami hal yang belum pernah saya bayangkan. Yang pertama saya memutuskan untuk melayani pada bulan Mei tahun lalu dan benar-benar kemurahan Tuhan kalau pada akhirnya saya bisa melayani. Yang dulunya tidak tergembala kadang datang kadang tidak bahkan sampai beberapa bulan sama sekali tidak ke gereja. Namun ...
  • Tergembala itu Indah (Ibu Yohana Agustina)
    ... injeksi suntik tiap bulan selama tahun. Ini yang menyebabkan terjadinya RM demam rematik sesak dan yang parah bisa sampai tidak bisa jalan anak-anak yang saya lihat di rumah sakit Hermina kebanyakan sampai opname karena mereka tiba-tiba tidak bisa jalan setelah pulang sekolah. Saat harus ditest untuk melihat kondisi ASTO-nya sejujurnya kami ...
  • Iman Sebesar Biji Sesawi (Bp. Robby)
    ... gembala yang selalu menaikkan doa penyautan bagi kita semua. Saya mau menyaksikan pertolongan dan kemurahan Tuhan yang saya alami beberapa minggu yang lalu tepatnya pada hari Minggu tanggal Januari di hari pernikahan kami. Kami mengalami kendala di mana kami belum mengumpulkan surat N -N kepada bapak gembala. Sabtu malam kurang lebih jam malam ...
  • Utamakan Tuhan dan Dia yang akan bekerja bagi kita (Sdri. Gracia Krisnanda)
    ... ujian kenaikan kelas yang biasanya berupa tes tulis secara individu diganti menjadi tugas video project dan tugas makalah secara berkelompok untuk mata pelajaran. Wali kelas memilih saya menjadi ketua kelompok yang anggotanya susah dihubungi sehingga saya harus menuliskan semua prosedur secara detail dan terus menghubungi agar mereka bisa segera mengirim ...
  • Keubahan Lewat Firman Pengajaran (Gladys Valencia Anderson)
    ... berbohong terutama kepada orang tua saya. Misalnya kalau nilai ulangan saya jelek lalu orang tua saya menanyakan nilai ulangan saya saya selalu mengatakan bahwa nilai ulangan saya bagus. Akhirnya dari kebohongan yang satu terus menjadi kebohongan-kebohongan yang lain. Waktu itu memang saya tidak merasakan ketenangan selalu gelisah takut kebohongan saya ...

Siaran Langsung

Live Streaming GPTKK

Rekaman

Ikuti rekaman ibadah kami

Transkrip

Ringkasarn Firman Tuhan

Kesaksian

Pengalaman hidup bersama Firman Tuhan

Untuk Koneksi Lambat, silakan buka https://id.gptkk.org

Silakan kontak ke info@gptkk.org apabila bapak/ibu/sdr/sdri ada pertanyaan atau ingin berlangganan majalah Manna, dan silakan kirim email ke widjaja_h@yahoo.com apabila ingin konsultasi pribadi dengan bapak gembala.