Saya mau beraksi tentang pertolongan Tuhan atas nikah dan rumah tangga saya. Dulu saya mengenal Suami saya sebagai seorang pria yang sabar, tetapi setelah menikah Suami saya mulai menjadi cuek dan pemarah. Tahun bertambah tahun, nikah saya dipenuhi dengan pertengkaran, baik saat pekerjaan Suami diberkati maupun saat bangkrut, semua sama saja, hanya berisi pertengkaran yang makin lama makin hebat.
Kadang saya berpikir kalau saya diam, enak saja nanti saya diinjak-injak, jadi saya menjawab dalam setiap pertengkaran. Tetapi, Tuhan menyayangi saya, setiap kali setelah bertengkar dengan Suami, firman Tuhan langsung menegor saya. Kalau pagi hari saya bertengkar, firman dalam ibadah sore langsung menegor saya, atau kemarin saya bertengkar dengan Suami, maka firman dalam ibadah hari ini langsung menegor saya. Firman selalu mengingatkan saya, "Istri harus tunduk pada Suami dan diam." Dalam hati saya malu dan jengkel, saya berkata, "Kog enak Suami saya tidak ditegor Firman, padahal dia yang cari gara-gara." Namun, setiap kali setelah bertengkar, saya ditegor firman lagi. Kalau saya tidak bertengkar, firman tidak menunjuk bahwa istri harus tunduk pada Suami. Saya sampai bingung, seolah-olah Suami saya baru mengadu pada Bapak Gembala, tapi saya tahu hal itu tidak terjadi.
Saya benar-benar seperti ditelanjangi di depan Suami saat ditegor oleh firman. Sampai suatu saat, Mama saya menasehati saya bahwa firman itu kemurahan Tuhan untuk mengubahkan saya, dan saya harus berdoa untuk suami saya. Sejak saat itu, saya mulai belajar diam. Setiap suami saya mulai menjengkelkan dan marah-marah, saya berusaha diam dan berdoa dalam hati. Walaupun mulut ini ingin juga membantah, tetapi saya tahan. Saya berdoa dan meminta Tuhan untuk menjadi seperti yang difirmankan, "sampai daging tidak merasa apa-apa lagi yang daging rasakan."
Saya berdoa dan berpuasa rutin setiap minggu satu kali untuk nikah saya. Isi doa saya hanya "Yesus, tolong saya!" sebab saya tidak punya kata-kata lain. Tuhan mendengar doa saya. Saat situasi tidak memungkinkan untuk saya diam, saat itu saya bisa diam, bahkan hati saya tidak jengkel lagi. Hingga tanpa terasa hampir setahun saya berpuasa secara rutin, tiba-tiba saya teringat bahwa sudah lama tidak bertengkar lagi dengan suami. Saat ini sudah lewat beberapa tahun, saya sudah tidak bertengkar lagi dengan suami, dan suami saya sudah menjadi pria sabar seperti yang dulu saya kenal. Saya bersyukur pada Tuhan, saya bisa digembalakan di tempat ini, sebab firman penggembalaan yang tajam selalu mengoreksi dosa saya serta memberikan jalan keluar. Asalkan kita mau taat dengar-dengaran, pasti Tuhan menolong. Sekian kesaksian saya, semoga menjadi berkat.
Versi Cetak