Saya ingin menyaksikan tentang kebaikan dan kemurahan Tuhan dalam hidup saya di tahun 2016 ini dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi saya.
Pada awal pengerjaan skripsi, saya diberikan tugas atau amanat dari kampus saya agar bersedia mengikuti Olimpiade Kedokteran (Indonesian Medical Olympiad) yang diadakan di Makasar (Universitas Hasanudin) dan sepulangnya dari Makassar saya diperhadapkan dengan ujian blok sehingga sekitar 2 minggu saya tidak bisa menjumpai dosen pembimbing saya untuk bimbingan skripsi.
Setelah itu saya menjumpai dosen pembimbing saya dan beliau menolak saya karena saya tidak bimbingan sekitar 2 minggu dan dikira bermain-main/tidak serius dalam mengerjakan skripsi. Muncullah kesombongan hati saya, saya berpikir: "Loh saya sudah berkorban, diutus mewakili kampus untuk ikut olimpiade kok pulangnya dikatakqn: main-main." Lalu saya berusaha menjelaskan kepada beliau kalau saya ikut olimpiade, tapi beliau menolak untuk mendengarkan alasan saya dan tidak mau tau apapun alasan saya. Saat itu saya cukup stress memikirkan hal itu karena masih mempertahankan kesombongan hati, mengandalkan diri sendiri, serta kebenaran diri sendiri saya.
Pada saat doa pagi, Tuhan menolong saya lewat papa saya yang tergerak hatinya untuk bertanya pada saya apakah ada masalah tentang skripsi di kampus. Lalu saya menceritakan semua itu kepada papa saya, dan papa saya menasehati bahwa solusinya adalah kembali ke firman. Papa menasehati saya untuk minta maaf kepada Prof. dengan merendahkan diri dan memohon belas kasihan kepada beliau. Awalnya akal pikiran logika saya sangat menolak untuk mengikuti nasehat itu, karena saya berpikir "Lah saya gak salah untuk apa minta maaf?" Tapi Tuhan mengingatkan saya kalau saya ini hanya debu tanah liat, tidak punya kekuatan apa-apa di dunia ini, harusnya hanya mengandalkan Tuhan. Lalu saya memutuskan untuk mengikuti nasehat papa saya untuk minta maaf dan merendahkan diri kepada Prof. Dan ternyata Prof. menerima saya dan malah semakin menyayangi saya dan juga memperjuangkan sayauntuk bisa cepat selesai mengerjakan skripsi saya.
Kemudian saya diperhadapkan lagi dengan beberapa masalah yaitu saat saya daftar untuk sidang akhir skripsi saya, saya mendapatkan urutan 60an sehingga saya tidak bisa mengikuti Judisium pertama yang kuotanya hanya 40an orang saja. Sedangkan jarak Judisium pertama dengan kedua sekitar 2 bulan. Tapi saya tidak mau stres dan hanya berserah saja kepada Tuhan, dan Ia mengizinkan saya untuk mengikuti judisium pertama di mana sekitar 20 teman saya yang urutannya di atas saya ternyata kedapatan tidak jujur dalam urusan berkas-berkas penyelesaian skripsi, sehingga urutan saya dimajukan dan mendapat tempat dalam judisium pertama. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan saya dapat menyelesaikan siding akhir skripsi saya dengan nilai sangat baik.
Seperti yang dikatakan Firman lewat bapak gembala bahwa kalau kita mau mengalami mujizat rohani yaitu keubahan hidup atau pembaharuan hidup, Tuhan juga pasti sanggup mengadakan mujizat jasmani dalam kehidupan kita.
Juga saya sangat bersyukur di tahun 2016 ini, karena saya bisa tergembala pada Tuhan dalam usia saya sekarang ini, di mana saya teringat papa saya bercerita kepada saya kalau beliau dulu saat seumuran saya ini banyak sekali menghadapi masalah dalam bidang akademik maupun non-akademik, tapi karena tidak tergembala, tidak tahu cara menghadapi masalah dan jalan keluar apa yang harus diambil, sehingga hidup membabi buta, sedangkan saya sekarang sudah tergembala di mana dalam penggembalaanlah saya mendapatkan nasehat-nasehat tertinggi yang lebih tinggi dari nasehat-nasehat di dunia, ini yang dapat menyelesaikan segala masalah-masalah jasmani dan rohani saya. Dan saya berharap Tuhan terus bekerja dalam hidup saya untuk mengubahkan kehidupan saya dari yang jasmani menjadi yang rohani.
Terima kasih kepada bapak gembala dan ibu yang sudah berkorban bagi kami di Medan, dapat datang ke Medan sekali dalam seminggu, betapa saya dapat merasakan kesulitan dan halangan terutama mengenai jadwal pesawat yang saya dengar dari orang tua saya. Ini merupakan dorongan kepada saya untuk selalu berusaha pulang ke Medan dari Pematang Siantar (tempat saya praktik/Co-schap) sekali seminggu untuk bisa ibadah dan melayani setiap hari Minggu di Medan.
Inilah kesaksian saya, kiranya dapat menjadi berkat dan kemuliaan bagi Tuhan, Tuhan Yesus memberkati.
Versi Cetak