Salam sejahtera dalam kasih TUHAN kita Yesus Kristus.
Saya akan menyaksikan bagaimana arti dari kata-kata: "Kita mengalami kemenangan dari segala masalah sampai masalah yang mustahil karena TUHAN sendiri yang akan berperang ganti kita", yang telah terjadi di dalam kehidupan saya.
Seringkali, saat bapak gembala di dalam pembukaan firman, menyampaikan di akhir firman: "Hasilnya kalau kita taat dengar-dengaran atau salah satu hasilnya kalau kita diam dan hanya berseru "Haleluya" adalah tangan TUHAN akan menyelesaikan segala masalah kita sampai masalah yang mustahil, kita menang dari segala masalah karena Yesus telah berperang ganti kita."
Saya berpikir bahwa istilah 'TUHAN berperang ganti kita' hanya berlaku pada zaman nabi-nabi di perjanjian lama dan sangat mustahil berlaku zaman sekarang ini, apalagi pada diri saya pribadi, dengan melihat rohani saya yang masih kacau balau dan compang camping. Benar seperti yang disampaikan bapak gembala bahwa hidup saya bagaikan anjing yang selalu menjilat muntahnya dan babi yang kembali ke kubangan setelah dimandikan.
Kejadian ini baru saya alami dan sekarang masih dalam proses penyelesaian.
Saya mengalami masalah stok tetes untuk bahan baku ethanolpabik kami, yaitu stok tetes kami mengalami selisih kekurangan sebanyak 5.700 ton atau kalau diuangkan sebesar Rp10.260.000.000,- Selisih stok itu terjadi karena ada valve pipa yang bocor dan baru diketahui di bulan Mei 2015. Pada saat pertama kali saya melihat selisih stok (kelebihan pemakaian untuk stok) sebanyak 400 ton di bulan Februari 2014, saya laporkan ke manager produksi, mereka bukan menanggapi dengan baik dan mencari pemecahan. Dia tidak menerima selisih itu sebagai pemakaian, malah menuduh saya: 'Apa tidak ada kemungkinan kalau pipa di tangki logistik bocor atau dicuri oleh internal.'
Intinya, mereka menolak dengan tegas dan mati-matian untuk selisih itu. Semakin lama, selisihnya semakin besar. Setiap saya menginformasikan selisih yang semakin besar, mereka tetap tidak mau disalahkandan merasa benar sendiri bahkan menyalahkan departemen kami, terlebih kepada sayasebagai pimpinan Dept Logistik.
Akhirnya pada tanggal 4 Juni 2015, kami menemukan bahwa salah satu valve yang menghubungkan tangki kami dengan proses produksi mengalami kebocoran. Dengan optimis dan rasa percaya diri, saya menghadap Manager Produksi dan Direktur Keuangan untuk menunjukkan bukti bahwa selisih itu terjadi karena kebocoran valve dan sudah terjadi sejak April 2014.
Bukan pujian yang saya dapatkan atau pengakuan atas laporan saya, tapi malah menjadi bumerang bagi saya, karena mereka tidak mengakui kalau kebocoran itu sejak April 2014, tapi diakui pada saat diketahui kerusakan sat itu saja (Juni 2015). Mereka tidak mau mengakuikebocoran yang mengakibatkan kerugian untuk bulan-bulan sebelumnya karena tidak ada bukti otentik dari saya.
Akhirnya, saat dilakukan pengurasan tangki stok pada bulan Agustus, ditemukan selisih kekurangannya sebesar 5.700 ton atau Rp10.260.000.000,-
Pada saat itu saya dipanggil oleh seluruh Direktur pabrik kami, mulai Dirut, Direktur Keuangan, Direktur Tehnik, Komisaris Utama, serta Managing Direktur. Mereka menanyakan tentang kerugian dan penyebabnya. Saya menjawab apa adanya seperti sebelumnya. Mereka marah sekali kepada saya. Saya dianggap tidak becusmemimpin Departemen Logistik sehingga terjadi kebocoran sebesar itu. Salah satu direksi malah bertanya: "Apa kamu yakin anak buahmu tidak menjual tetes keluar pabrik?"
Saya tidak bisa mempertahankan opini saya, bahkan Direktur Keuangan mengatakan: "Kalau itu perusahaanmu, ada kerugian sebesar 10 Milyar, apa kamu tidak marah?"
Intinya mereka tidak puas dengan kinerja saya dan tidak percaya dengan jawaban saya. Kalau sampai jawaban saya benar dan bisa dibuktikan, maka yang kena dampak adalah Departemen Produksi, karena mereka ada kelebihan pemakaian tetes sebesar 5.700 ton sehingga Laporan Efisiensi Produksi tidak tercapai dan itu merupakan raport merah bagi mereka. Makanya mereka mempertahankan dan menolak seluruh argumen saya.
Saya habis akal dan tidak bisa apa-apa, karena seluruh cara dan alasan yang logis sudah ditolak oleh semua pihak termasuk Direksi.
Akhirnya saya berhenti mencari alasan untuk membela diri dan menyalahkan orang lain meski itu beralasan. Saya bilang ke staff saya untuk koreksi diri dan berhenti mencari kesalahan. Kita perbaiki saja mana yang tidak benar dan memperbaiki jalur pipa tetes dengan membuat jalur baru yang terpisah sehingga pada saat terjadi kebocoran, kita tidak perlu ramai bahkan menyalahkan, tetapi masalahnya akan diketahui secara dini.
Setelah jalur tersebut diperbaiki bulan November 2015, mulai November 2015 sampai Januari 2016, kami hanya diamdan siap menerima segala konsekuensi , juga ssaya selalu berdoa kepada TUHAN dan berserah sepenuhnya kepada TUHAN. Untung dalam kondisi seperti itu, saya masih tergembaladalam 3 macam ibadah. Jadi hanya firman penggembalaan yang menguatkan saya supaya tidak bimbang dan tawar hati, tapi tetap berharap kepada TUHAN. Yang bisa saya lakukan hanya seperti bayi yang menangis kepada TUHAN karena saya betul-betul tidak mampu menghadapi tekanan akan masalah ini.
Minggu kemarin saat saya mengajukan hasil Stok Opname ke Direktur Keuangan, beliau di meetingmemberitahukan bahwa masalah selisih kekurangan 5.700 ton sudah cleardan semua pihak mengetahui bahwa kerugian itu terjadi karena valve yang bocor selama lebih dari 1 tahun yang lalu dan kelebihan itu masuk ke proses produksi. Jadi bukan kesalahan Departemen Logistik. Saya heran dan bertanya-tanya: "Kok Direksi tiba-tiba mempunyai keputusan seperti itu, padahal saat alasan itu saya sampaikan di bulan Juni saat dipanggil Direksi, ditolak?"
Ternyata setelah saya diam dan memperbaiki kesalahan yang ada, baik perkataan atau jalur pipa itu, terjadi kemerosotan Kulaitas Produksi sehingga tidak memenuhi standar yang ditentukan dan mempengaruhi penjualan. Dengan dibenahinya jalur yang terpisah, maka tidak ada lagi tetes yang bocor ke proses produksi. Setelah tidak ada kebocoran, Efisiensi Produksi masih tidak tercapai sehingga kualitas drop. Gampangnya adalah tidak tercapai kualitas meski tetes yang diberikan jumlahnya betul. Kalau mau kualitasnya sesuai standar, harus ada pemakaian lebih dan itu tidak diperbolehkan karena pabrik akan merugi.
Dari situ, akhirnya jajaran Direksi mengambil kesimpulan bahwa efisiensi produksi yang tercapai kemarin karena ada pemakaian tetes yang berlebih--diakibatkan kebocoran seperti yang dilaporkan oleh Pak Yudhi. Bukan karena kecurangan yang dilakukan oleh Departemen Logistik yang saya pimpin seperti yang dituduhkan. Direksi akhirnya minta maafkarena tidak mempercayai alasan saya waktu itu.
Dari kejadian ini, makna yang bisa saya ambil adalah: saat saya berusaha sendiri dengan kemampuan saya, TUHAN akan diam. Tapi pada saat saya berdiam diri, tidak menyalahkan yang lain, tetap dalam 3 macam ibadah selama 3 bulan ini, TUHAN yang bekerja sendiri bagi saya dengan cara-Nya yang ajaib tanpa saya harus melakukan apa-apa. Dia sudah membuka pintu atas masalah yang saya anggap mustahil untuk bisa diselesaikan.
Saya hanya duduk manis dan tetap masuk ruangan suci. TUHAN sudah membuka pikiran seluruh Direksi untuk berpikir dan mengambil pemikiran dan keputusan yang selama ini saya perlukan untuk menyelesaikan masalah kami. Di sini saya baru merasakan arti dari firman bapak gembala: "Kita mengalami kemenangan karena TUHAN sudah berperang ganti kita," dalam hidup saya pribadi. Memang saya tidak pernah bercerita kepada bapak gembala maupun istri saya masalah ini.
Semoga kesaksian ini bisa menjadi kekuatan bagi sidang jemaat. Kita bisa ambil inti dari kesaksian ini adlaah seperti bapak gembala sampaikan: saat kita bekerja 80%, TUHAN bekerja 20%; kalau 50%, TUHAN 50%; kalau kita 20%, TUHAN bekerja 80%. Tetapi kalau kita 0% --berserah sepenuh seperti bayi--, TUHAN akan bekerja 100% bagi kita, asal kita tetap setia dan taat dengar-dengaran dalam ibadah pelayanan. Tangan TUHAN pasti diulurkan bagi kita. Cepat atau lambat, itu tergantung dari sikap kita kepada TUHAN.
Tidak ada yang mustahil bagi TUHAN dan tidak ada yang tidak bisa bagi TUHAN.
TUHAN memberkati kita semua.
Versi Cetak