Mula pertama saya mau mengucap syukur kepada Tuhan Yesus yang telah membawa saya tergembala di tempat ini, dan terima kasih kepada bapak dan ibu gembala yang selalu menaikkan doa penyautan bagi kita semua.
Saya mau menyaksikan pertolongan dan kemurahan Tuhan yang saya alami beberapa minggu yang lalu, tepatnya pada hari Minggu tanggal 31 Januari 2016 di hari pernikahan kami.
Kami mengalami kendaladi mana kami belum mengumpulkan surat N1-N4 kepada bapak gembala.
Sabtu malam, kurang lebih jam 8 malam, bapak gembala menelepon saya dan menanyakan apakah surat N1-N4 sudah dikumpulkan di gereja. Saya menjawab, saya tidak tahu kalau surat N1-N4 juga harus dikumpulkan di gereja, saya cuma mengumpulkan di catatan sipil. Dan kesalahan kami adalah kami tidak mempunyai copy berkas-berkas nya.
Saya berkata kepada bapak gembala, saya coba telepon dulu ke catatan sipil. Saya langsung menghubungi seorang ibu di catatan sipil dan menanyakan apakah berkas saya bisa saya ambil besok karena saya lupa mengcopy nya, dan ibu itu menjawab kalau besok hari minggu, Dispenduk tutup dan tidak ada petugas yang menjaga, jadi diambil saja hari Senin.
Saya meminta bantuannya tetapi dia tetap menjawab: Tidak bisa. Kurang lebih jam 10 malam saya menghubungi bapak gembala dan memberitahukan kalau berkasnya tidak bisa diambil. Bapak gembala berkata kalau dulu juga pernah ada yang tidak mengumpulkan berkas N1-N4 dan bapak gembala tidak mau memberkati karena N1-N4 adalah salah satu syarat dan dasar untuk diteguhkan dalam nikah. Waktu itu saya menjawab: 'Ya saya berusaha dulu, om.'
Saya kembali menghubungi ibu di catatan sipil dan dia memberikan nomor telepon temannya, yang mungkin saja besok dia lembur. Saya segera menghubungi ibu tersebut dan dia berkata kalau besok coba telepon lagi karena sudah malam dan dia tidak janji bisa menolong.
Malam itu saya benar-benar takut dan kuatirkarena sebagian keluarga besar sudah datang di Malang. Saya hanya bisa berserah waktu itu, karena ini merupakan sesuatu yang mustahil bagi saya dan saya sudah berusaha dengan kekuatan saya sendiri tetapi tidak mampu.
Saya memutuskan untuk mengajak Nova (calon isteri saya) dan Ayu (adik saya) untuk berdoa bersama. Kami menyembah Tuhan, memohon uluran tangan Tuhan. Waktu itu saya merasa hanya seperti anjing yang menunggu remah-remah roti yang jatuh dari meja tuannya. Kami memohon pembukaan firman Tuhan karena saya percaya kalau ada pembukaan Firman, pasti ada jalan keluardan saya percaya Tuhan sebagai Imam besar tidak akan mempermalukan kita.
Keesokan paginya jam 5 pagi, saya menghubungi ibu catatan sipil yang pertama tadi, dan handphonenya tidak aktif. Saat itu saya takut dan kuatir, karena jam pemberkatan yang semakin dekat, yaitu jam 11 siang. Saya mencoba menghubungi ibu yang kedua, tiba-tiba terbesit di pikiran saya untuk meminta nomor telepon bapak yang memegang kunci dan ibu itu memberikan nomor teleponnya.
Segera saya hubungi bapak tersebut, tetapi berkali-kali tidak diangkat. Saya tetap mencoba menghubungi dan akhirnya diangkat. Saya meminta bantuannya agar saya bisa mengambil berkas di Dispenduk malang. Dia berkata kalau bapak tersebut sedang di kota Batu dan waktu itu di Batu sedang hujan deras, jadi tidak memungkinan untuk ke Malang.
Saya tetap berdoa di dalam hati dan saya percaya Tuhan pasti tolong. Setengah jam kemudian sekitar jam 7 pagi, bapak tersebut menelepon saya dan dia berkata, kalau dia mau menjemput anaknya di alun-alun kota Malang, sekalian dia mau mengambilkan berkas-berkasnyadan menyuruh saya untuk segera ketemu di Dispenduk. Saat itu saya menyuruh adik saya, Ayu untuk mengambilkannya.
Saat itu damai sejahtera dan sukacita saya rasakan dan bersyukur bahwa Tuhan selalu memperhatikan kehidupan kami yang hanya seperti sehelai rambut yang tidak berarti di mata dunia. Jam 9 pagi berkas-berkas itu sudah di tangan saya dan saya segera menghubungi bapak gembala untuk memberitahukan bahwa surat-suratnya sudah ada. Tuhan selalu menolong tepat pada waktu-Nya.
Puji Tuhan acara kami dari pagi sampai malam berjalan dengan khidmat dan lancar, ada damai sejahtera yang bisa dirasakan, dan semua keluarga yang hadir merasakan sukacita dan berbahagia.
Dari peristiwa yang saya alami ini saya semakin diteguhkan di dalam kandang penggembalaan, saya tidak bisa membayangkan kalau saya tidak tergembala, pasti tidak ada jalan keluar.
"Tuhan tidak meminta kita memiliki iman sebesar gunung untuk memindahkan gunung, tetapi Tuhan hanya meminta iman sebesar biji sesawi untuk kita dapat memindahkan gunung."
Terima kasih, semoga kesaksian ini bisa menjadi berkat dan kekuatan bagi kita semua dan saya mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan.
Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Versi Cetak