Saya ingin menyaksikan pertolongan Tuhan dalam hidup muda saya.
Saya banyak mengalami hambatan dalam penyelesaian thesis saya, mulai dari metode penelitian yang tidak saya mengerti sama sekali dan hasil penelitian saya ada yang negatif, sehingga saya harus mencari jurnal-jurnal pendukung. Beberapa teman saya menyarankan untuk memanipulasi datayang ada agar hasilnya positif, sehingga tidak perlu susah-susah lagi mencari jurnal. Namun saya tidak mau, karena saya sadar hal itu tidak benar. Saya yakin, jika saya mempertahankan kebenaran, Tuhan pasti membela saya.
Singkat cerita, saya mencoba mencari jurnal-jurnal pendukung, namun saya tidak mendapatkan. Akhirnya, saya tetap mengajukan hasil penelitian saya yang negatif tersebut kepada dosen pembimbing kedua saya, sekalipun tidak adajurnal pendukung dan di luar perkiraan saya, dosen pembimbing itu hanya menyuruh saya menambahkan kenyataanyang terjadi di lapangan, sebagai pendukung hasil penelitian saya dan langsung menjadwalkan saya untuk seminar hasil.
Tetapi, pada saat saya mengajukan kepada dosen pembimbing pertama saya, saya tidak mendapatkan persetujuan untuk maju seminar hasil. Saya hanya pasrah. Malam harinya, ada doa semalam suntukdi Malang. Saya mengikuti doa semalam suntuk tersebut dan saya menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Pada saat saya kembali ke Surabaya, tiba-tiba pada siang hari, dosen pembimbing tersebut meminta saya untuk bertemu esok hari, karena beliau mau menyetujui agar saya maju seminar hasil.
Saya percaya Tuhan yang turun tangan untuk menyelesaikan semuanya. Hingga menuju sidang akhir, semuanya tidak dipersulit lagi, kedua dosen pembimbing saya langsung menyetujui agar saya maju untuk sidang akhir.
Firman tutup dan buka tahun yang disampaikan oleh bapak gembala: 'Tahun ini merupakan tahun percikan darah', benar-benar saya alami. Sejujurnya, pada saat mendengar Firman tersebut, ada rasa takut dan bertanya-tanya: “Apa yang akan saya hadapi di tahun ini?â€. Menjelang sidang akhir, ternyata saya diizinkan Tuhan masuk rumah sakit, karena setelah saya menjalani operasi gigi geraham sebelah kiri yang posisinya tidur pada selasa minggu lalu, pipi saya sangat bengkak, bibir atas saya sudah miring, dan saya merasa sangat kesakitan sampai untuk makan saja sudah sangat susah sedangkan obat yang harus saya minum agak keras.
Akhirnya asam lambung saya naik dan sidang akhir saya tertunda. Sebelumnya saya sudah menjalani operasi pada gigi geraham sebelah kanan dan semuanya berjalan dengan lancar. Pada malam hari saya tidak bisa tidur karena menahan sakit yang luar biasa. Saya hanya bisa menangis dan berseru: “Darah Yesus, Tuhan, tolong saya.†Hingga pada hari rabu pagi saya menelfon papa saya tetapi saya tidak bisa berbicara, saya hanya menangis. Papa saya sangat kaget dan mecoba menenangkan saya.
Pada hari kamis, saya merasa sudah tidak ada tenaga dan memang jadwal saya harus kontrol, namun sesampainya di rumah sakit, saya tidak ke dokter gigi, melainkan ke UGD dan rawat inap karena saya harus diinfus dan semua obat-obatan melalui injeksi. Saya SMS bapak gembala bahwa saya masuk rumah sakit dan bapak gembala menelepon untuk mendoakan saya.
Saya mendapat kekuatan lewat doa itu. Malamnya mama saya juga menelepon karena tidak bisa tidur memikirkan saya yang terbaring di rumah sakit. Mama saya juga meminta maaf karena tidak bisa menemani saya. Saya hanya menjawab: 'Mama nggak usah kuatir, ada Tuhan Yesus yang menjaga saya 24 jam.' Dalam hati memang sangat ingin ditemani oleh mama dan papa, namun saya tidak boleh egois, saya tahu keadaan memang tidak memungkinkan untuk orang tua saya ke Surabaya.
Melalui kejadian ini, Tuhan mengajarkan saya, supaya berharap sepenuh kepada Tuhan; tidak berharap pada manusia. Di saat saya merasa benar-benar tidak berdaya karena kesakitan dan merasa seorang diri, Tuhan mengingatkan saya bahwa Dia selalu ada di samping saya; Dia memeluk, menguatkan, dan menghiburkan saya.
Selama satu minggu lebih saya berada di rumah sakit, saya tidak bisa beribadah secara langsung. Hari minggu saya hanya bisa mengikuti ibadah lewat siaran langsung dengan kondisi terbaring. Pada saat koor kaum muda menyanyi, saya menangis karena saya tidak bisa melayani Tuhan. Saya sadar, saya tidak ada pun tidak akan mempengaruhi koor kaum muda. Sangat banyak kekurangan dalam pelayanan saya. Namun, saya percaya Tuhan melihat hati.
Saya sangat ingin kembali beribadah dan melayani Tuhan dan puji Tuhan pada hari jumat kemarin, saya boleh keluar dari rumah sakit karena hasil lab darah saya kembali normal dan luka dari operasi gigi saya berangsur-angsur telah membaik. Semua hanya karena pertolongan dari Tuhan. Memang saya masih dianjurkan untuk tetap istirahat, namun kemarin, saya sudah sangat rindu untuk mengikuti ibadah kaum muda. Walaupun kondisi saya belum benar-benar stabil--karena pada saat baru keluar dari kost saja saya sudah keringat dingin lagi--, tapi saya yakin Tuhan pasti menolong saya. Akhirnya, saya tetap ke gereja dan mengikuti ibadah kaum muda walaupun saya memutuskan untuk duduk di kursi paling belakang karena tidak ingin mengganggu jalannya ibadah dengan kondisi saya yang masih lemah.
Baru puji-pujian, airmata saya sudah menetes, karena sangat senang bisa kembali beribadah. Jujur, saat menghadapi semua ini, rasanya saya tidak sanggup, beban yang saya rasakan terasa sangat berat, namun firman Tuhan yang dibukakan pada ibadah kaum muda kemarin--mengenai pembaharuan lewat percikan darah--kembali memberikan saya kekuatan. Hari ini, Tuhan juga memberikan saya kekuatan untuk dapat beribadah dan melayani Tuhan kembali.
Saya berterima kasih untuk doa-doa dan perhatian dari bapak gembala dan isteri, teman-teman kaum muda, serta sidang jemaat.
Sekian kesaksian saya, kiranya menjadi berkat bagi kita semua.
Versi Cetak