Sejak akhir tahun 2013 setelah saya lulus S1, saya punya rencana untuk melanjutkan studi S2 di Perancis. Mulanya saya mau selesaikan seluruh proses pendaftaran baru bilang ke Bapak dan Ibu gembala karena saya takut mereka melarang saya berangkat. Saya pikir, andaikan semuanya sudah saya urus dan tinggal berangkat, otomatis mereka tidak bisa melarang saya berangkat. Kemudian saya diingatkan Tuhan bahwa jika saya memang menganggap om dan tante sebagai orang tua rohani, tentu saya akan memberitahukan rencana saya,
bukannya menutup-nutupi. Andaikan mereka melarang, tentu karena pertimbangan rohani dan untuk kebaikan saya.
Pada kebaktian tutup buka tahun tahun lalu, saya menyampaikan rencana saya ke om dan tante, jawaban om adalah berdoa saja di tahun Yobel. Saya mengamini hal itu.
Dalam tahun Yobel, saya merasakan
pekerjaan Tuhan dalam mengubahkan saya.
- Pertama, Tuhan lepaskan saya dari dosa kesombongan. Awal mempersiapkan pendaftaran saya ke kampus di Perancis, saya mengandalkan kekuatan sendiri. Saat mendaftar ke salah satu lembaga beasiswa, dan saya salah mengirim berkas nilai, sehingga membuat saya panik, padahal saya sudah periksa baik-baik sebelum saya kirim, tapi tetap salah.
Nilai yang saya banggakan malah tidak terkirim, sehingga saya gagal mendapatkan beasiswa. Saat saya mencari beasiswa lain, saya merasa sudah benar-benar memerhatikan tanggal batas waktu untuk mengumpulkan, tapi malah terlewat.
Tuhan tegur saya tentang kesombongan. Saya minta ampun kepada Tuhan, karena merasa diri sendiri kuat. Saya mulai mengikuti maunya Tuhan. Tuhan bawa saya untuk lebih tekun dalam doa penyembahan. Setiap kali pemberitaan firman, saya merasa Tuhan terus-menerus menunjuk saya, sampai saya bisa benar-benar melepaskan kesombongan.
- Tuhan ajarkan saya untuk melepaskan kekuatiran. Saat itu sudah bulan Juni dan saya belum mendapatkan beasiswa, sementara perkuliahan dimulai bulan September, dan tidak mungkin masih ada beasiswa lain dalam waktu kurang dari 3 bulan. Berkali-kali dalam ibadah, berturut-turut firman yang saya terima adalah \'jangan kuatir\'.
Saya menyerahkan semuanya, andaikan Tuhan izinkan berangkat ataupun tidak, biarlah semuanya untuk kemuliaan nama Tuhan.
Saya bukan berputus asa, tapi benar-benar berserah, percaya bahwa Tuhan pasti sediakan yang terbaik. Tiba-tiba saja ada pengumuman untuk mengikuti jalur tambahan beasiswayang sama, yang seharusnya baru ada bulan September. Saya merasa Tuhan membuka jalan dengan cara yang sangat ajaib, seharusnya sudah tidak mungkin, tetapi Tuhan bisa melakukan sesuatu yang di luar akal manusia.
- Tuhan juga ajarkan saya untuk taat dengar-dengaransekalipun kelihatan tidak masuk akal. Awal tahun 2014 saya diajak oleh dosen pembimbing saya untuk mempresentasikan skripsi saya pada bulan Juni dalam suatu konferensi di Thailand. Saya bilang ke mama, tetapi tidak diijinkan karena mama merasa tidak sejahterasaya berangkat hanya berdua dengan dosen perempuan.
Waktu itu, saya merasa mama terlalu kuatir. Tapi saya taat saja. Ternyata, tanggal wawancara beasiswa saya bertepatan dengan tanggal keberangkatan ke Thailand. Andaikan pada awal tahun 2014 saya menyetujui berangkat ke Thailand, saya akan kehilangan kesempatan beasiswa saya yang terakhir.
- Sampai di sini, perkuliahan sangat berat, sangat berbeda dengan di Indonesia. Saya harus mengejar banyak ketertinggalan. Tuhan bawa saya untuk terus berdoa. Kali ini Tuhan tekankan untuk mengucap syukur. Berkali-kali saya mendengarkan firman, saya selalu mendapatkan firman tentang mengucap syukur dalam segala keadaan. Saya bersyukur Tuhan lepaskan saya dari banyak dosa tahun ini. Saya percaya tahun yang akan datang Tuhan akan lebih lagi mengerjakan hidup saya sampai suatu saat nanti layak untuk menyambut kedatangan-Nya yang kedua kali.
Tuhan memberkati.